Disusun oleh:
Handi Pranata (2019 31 0003)
M. Al Ma’arif (2019 31 0020)
Wahyu Setiawan (2019 31 0017)
DOSEN PENGAMPU:
AHMAD SYAIFULLOH. SE.I.,ME
i
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
iii
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan terjadinya hasil
yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi
serta tidak dikelola semestinya. Risiko dalm bidang perbankan merupakan suatu
kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipatied) maupun tidak dapat
diperkirakan (unancipatied) yang berdampak negatif pada pendapatan maupun
permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun dapat
dikelola dan dikendalikan. Risiko ini haruslah dimanajemen sedemikian rupa
untuk dapat diminimalisir potensi terjadinya.
Setiap perbankan bukan hanya dibank konvensional tapi juga di perbankan
syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai macam risiko baik itu eksternal
maupun internal yang melekat pada perusahaan. Seperti juga perbankan pada
umumnya, maka bank syariah juga memerlukan prosedur dan tata kelola yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha yang dilakukannya, yang disebut sebagai
manajemen risiko.
Proses manajemen risiko merupakan sistem yang komprehensif yang
meliputi penciptaan lingkungan manajemen risiko yang kondisif, memelihara
pengukuran risiko yang efesien, proses mitigasi dan monitoring, serta menciptakan
sistem kontrol internal yang memadai.
Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang sedemikian pesat,
maka manajemen risiko menjadi sesuatu yang penting untuk dikelola dengan baik.
Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainya,
tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada
bank, hal tersebut dapat dipahami bahwa bahwa bank muncul karena keberanian
untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko.
1
Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami
kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Selanjutnyua, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang
manajemen risiko, dan apa saja jenis dari risiko pada bank syariah, serta proses
dari dari manajemen risiko tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nanajemen risiko perbankan syari’ah?
2. Bagaimana karakteristik risiko perbankan syari’ah?
3. Apa saja risiko-risiko yang dihadapi bank syar’ah?
4. Bagaiman penerapan manajemen risiko pada bank syari’ah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian manajemen risiko
perbankan syari’ah.
2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik risiko perbankan
syari’ah.
3. Untuk mengetahui dan memahami risiko-risiko yang dihadapi bank
syari’ah.
4. Untuk mengetahi dan memahami penerapan manajemen risiko pada
bank syari’ah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pada sisi aset, secara otomatis ditompang oleh konsep berbagi risiko (risk
sharing) sebagai karakteristik dari dana investasi. Dengan demikian, secara teoritis
perbankan syariah menawarkan alternatif yang lebih stabil dibandingkan sistem
perbarbankan konvensional. Adapun karakteristik sistemik dari sistem ini adalah
sebanding dengan risiko yang melekat pada reksadana (mutual fund).
Fokus perhatian dari studi ini adalah pada aspek praktik perbankan syariah.
Bagaimanapun, praktik perbankan syariah tidaklah sama dengan apa yang ada
dalam teori. Pada sisi asset investasi dapat dilakukan memalui model pembiayaan
berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan model pembiayaan berbasis
pendapatan tetaop (fix income), seperti murabahah (jual beli dengan mark-up, jual
beli dengan cicilan (murabahah jangka menengah/panjang), istishna’/salam
(penyeran objek jual beli ditangguhkan atau pembayaran dimuka)
dan ijarah (sewa-menyewa). Dana hanya disediakan untuk membiayai aktivitas
bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah. Sementara disisi liabilitas, dana pihak
ketiga dapat dihimpun dalam bentuk rekening giro (current account) dan rekening
investasi (investment account). Jenis dana yang pertama dalam bank syariah
adalah qard hasan (pinjaman tanpa bunga) atau amanah (kontrak kepercayaan).
Dana tersebut harus dikembalikan secara penuh kepada deposan atas unjuk (giro).
Sedang deposan investasi akan menerima imbalan berdasarkan skema profit and
loss sharing (PLS) dan dana tersebut ikut berbagi dalam risiko oprasional bank.
Penerapan konsep bagi hasil kepada deposan merupakan karakteristik unik bank
syariah.Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi model pembiayaan dan
kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah, telah mengubah karakteristik risiko yang
dihadapi oleh bank syariah.2
4
risiko yang dihadapi bank Islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil,
dan risiko investasi. Delapan risiko pertama merupakan risiko umum yang juga
dihadapi oleh bank konvensional. Sedangkan dua risiko terakhir merupakan risiko
unik yang khusus dihadapi oleh bank Islam.
1. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kridit muncul akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi liabilitas kepada bank islam sesui kontrak.
Risiko ini disebut juga risiko gagal bayar (default risk), risiko
pembiayaan (fnancing risk), risiko penurunan rainting (downgranding risk),
dan risiko penyelesaiaan (settlementrisk). Termasuk dalam kelompok risiko
kredit yaitu risiko konsentrasi pembiayaan. Risiko konsentrasi timbul akibat
terkonsentrasinya penyaluran dana kepada satu pihak atau sekelompok pihak,
industri, sektor, dan atau area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan
kerugian cukup besar dan dapat mengancam kelangsungan bisnis bank islam.
Risiko konsentrasi ini terkait dengan strategi diversifikasi pengolaan portofolio
pembiayaan bank.
Risiko kredit yang dihadapi oleh bank islam sangat terkait dengan bentuk
akad pembiayaan. Pada akad murabahah atau istishna’. Risiko kredit terjadi
saat bank islam telah menyelamatkan aset kepada debitur tetapi tidak menerima
pembayaran tepat waktu pada akad salam, risiko kredit terjadi karena kegagalan
debitur mengirim barang (komoditas) tepat waktu atau gagal menyerahkan
barang sesuai spesifikasi sebagaimana dinyatakan dalam kontrak. Sedangkan
pada investasi murabahah, risiko kredit terkait kemampuan menghasilkan
keuntungan dari debitur atau masalah keagenan yang muncul akibat adanya
ketidak simetrisan informasi. Bank islam sebagai pemilik (principal) dan
debitur (mudharib) sebagai agen.3
3 Imam Wahyudi, Manajemen Risiko Bank Islam. (Jakarta : Salemba Empat, 2013), hlm. 25-
26
5
Sumber dana bank tidak memberikan pengaruh langsung atas risiko
kreditnya, sebab walaupun deposan dan pemberi pinjaman menanggung risiko
bank namun tidak membayar risiko tersebut. Tetapi pengaruhnya tidak
langsung terlihat. Deposan dan pemberi pinjaman mungkin cemas akan
kemampuan bank membayar klaim mereka tepat pada waktunya.4
Secara umum, ada tiga jenis kebijakan yang terkait dengan manajemen
risiko kredit. Kebijakan pertama bertujuan membatasi atau mengurangi risiko
kredit. Ini termasuk kebijakan pada konsentrasi dan pemaparan besar,
diversifikasi, pinjaman kepada pihak terkait, dan kebijakan pemaparan.
Kebijakan kedua bertujuan mengklasifikasikan aset. Hal ini mengamanatkan
evaluasi berkala terhadap kolektibilitas portofolio instrumen kredit. Kebijakan
ketiga bertujuan untuk kerugian provisi atau membuat tunjangan pada tingkat
yang memadai untuk menyerap kerugian yang dapat di antisipasi.5
2. Risiko Pasar (market risk)
Risiko yang muncul disebabkan oleh adanya pergerakan variabel pasar
(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki yang dapat merugikan bank.
Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar termasuk
derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan option.
Risiko pasar antara lain terdapat pada aktifitas bank, seperti
kegiatan treasury dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang
maupun penyertaan pada lembaga keungan lainnya, penyediaan dana (pinjaman
dan bentuk sejenis), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta
kegiatan pembiayaan perdagangan.6
3. Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko likuiditas terjadi akibat ketidak mampuan bank islam dalam
memenuhi liabilitas yang jatuh tempo, untuk memenuhi kebutuhan
likuiditasnya, bank dapat menggunakan sumber pendanaan arus kas dan aset
6
likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan bank.
Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan bank
memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang
normal. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnisnya
sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan
nasabah akan pinjam dan memberikan flekssibilitas dalam meraih kesempatan
investasi menarik dan menguntungkan.7
Ada kemungkinan deposan atau pemberi pinjaman sewaktu-waktu
menarik dananya. Dua sumber potensial untuk deposit yang terkait dengan
likuiditas akan ditinjau dalam bagian ini. Pertama, mungkin suatu bank mampu
menarik dana lebih banyak, karena tingkat bunga yang ditawarkan cukup tinggi
dibandingkan bank pesaing. Kedua, bila bank meminjam dana dari suatu
perusahaan broker dengan bunga yang tinggi.8
4. Risiko Hukum (legal risk)
Risiko hukum muncul akibat adanya tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini timbul, antara lain, karena adanya tuntutan secara
hukum dan ketidakan peraturan perundangan-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau
pengikatan agunan yang tidak sempurna. Risiko ini tidak berbeda dengan yang
dialami oleh bank konvensional.
5. Risiko Reputasi (reputation risk)
Risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank.
6. Risiko Strategi (strategic risk)
Risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank
yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
7
7. Risiko Kepatuhan (compliance risk)
Risiko kepatuhan muncul akibat bank tidak memenuhi dan tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan, ketentuan yang berlaku, dan
berprinsip syariah. Selain harus memenuhi semua regulasi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana pada bank konvensional, bank
islam diharuskan memenuhi prinsi-prinsip syariah dalam aktivitas bisnis. Bank
islam harus benar-benar beroperasi murni berdasarkan syariat islam. Islam
harus menjadi identitas bank yang mewarnai kegiatan operasional dan bisnis
bank islam. Kepatuhan terhadap peraturan syariah harus menjadi fitur utama
dalam perbankan islam. Ketidakpatuhan terhadap syariah akan membawa
dampak negatif bagi bank islam. Bank islam akan kehilangan citra dan karakter
kunci yang membedakannya dengan bank konvensional. Rusaknya reputasi
akan menyebabkan bank islam kehilangan nasabah loyalitas. Dimana nasabah
ini memilih bank islam lebih karena unsur kesyariahan yang seharusnya
melekat pada bank islam.
8. Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil terjadi akibat perubahan tingakat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah dan memengaruhi perilaku nasabah. Risiko ini
muncul sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
bank dari penyaluran dana ke debitur. Bagi nasabah rasional, terjadinya
perubahan ekspektasi imbal hasil akan mempengaruhi perilakunya. Perubahan
ekspektasi ini dapat disebabkan oleh faktor internal, seperti menurunnya nilai
aset bank, turunnya pendapatan bagi hasil bank dari debitur, dan gagalnya
bayarnya debitur, dan faktor eksternal, seperti naiknya imbal hasil yang
ditawarkan bank lain.
9. Risiko Investasi
Risiko investasi muncul akibat bank ikut menanggung kerugian usaha
debitur yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil. Berdasarkan fatwa
DSN MUI, perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan atas jumlah
pendapatan atau penjualan yang diperoleh debitur, namun telah dikurangi
8
dengan biaya pokoknya. Risiko investasi ini makin besar jika basis bagi
hasilnya berdasarkan atas operasi atau laba neto usaha debitur. jika sampai
usaha debitur bangkrut, bank dapat kehilangan pokok pembiayaan yang
diberikan kepada debitur.
10. Risiko Mata Uang
Tanggung jawab untuk menentukan kebijakan (policy-setting
responsibilities). Terdapat banyak aktifitas bank yang melibatkan pengambilan
risiko, tetapi hanya sedikit aktifitas yang dilakukan bank ketika mengalami
kerugian dengan begitu cepat seperti dalam transaksi valuta asing yang tidak di
ketahui. Inilah yang menjadi penyebab mengapa manajemen risiko mata uang
harus mendapatkan perhatian dari manajemen senior dan dewan bank tersebut.
Direksi harus menetapkan tujuan dan prinsip-prinsip manajemen risiko mata
uang. Hal ini secara khusus harus mencakup penetapan batasan-batasan yang
tepat terhadap risiko yang diambil oleh bank dalam bisnis valuta asing dan
menetapkan langkah-langkah untuk memastikan bahwa ada prosedur kontrol
internal yang tepat mencakup bidang bisnis bank ini.9
9 Hennie Van Greuning dan Sonja Bracovic Bratanovic, Op.,Cit. hlm. 223
9
Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan displaced commercial risk merupakan
contoh risiko unik yang harus dihadapi bank syariah.
Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi modal pembiayaan dan
kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah.
Withdrawal risk, adalah risiko penarikan dana yang disebabkan oleh deposan
bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari tingkat return. Fiduciary
risk sebagai risiko yang secara hukum bertanggung jawab atas pelanggaran
kontrak investasi baik ketidak sesuaiannya dengan dengan ketentuan syariah atau
salah kelola (mismanagement) terhadap dana investor. Displaced commercial
risk adalah transfer risiko yang berhubungan dengan simpanan kepada pemegang
ekuitas. Risiko ini bisa muncul ketika bank berada dibawah tekanan untuk
mendapatkan profit, namun bank justru harus memberikan sebagian profitnya
kepada deposan akibat rendahnya tingkat return.
Dalam pengembangannya kedepan, perbankan syariah menghadapi
tantangan yang tidak ringan sehubungan dengan penerapan manajemen risiko ini,
seperti pemilihan instrument finansial yang sesuai dengan prinsip syariah,
termasuk juga instrument pasar uang yang bisa digunakan untuk
melakukan hedging (lindung nilai) terhadap risiko.
Oleh karena BI dan IFSB mengacu pada aturan Bassed Accor II, maka
pemahaman yang matang mengenai manajemen risiko bank konvensional akan
sangat membantu penerapan manajemen risiko dibank syariah.10
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda
dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas
melekat pad bank-bank yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan
mendasar antara bank islam dengan bank konvensional bukan terletak pada
bagaimana cara mengukur, melainkan pada apa yang dinilai.
Jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan nantaranya :
Risiko kredit atau pembiayaan
Risiko Pasar (market risk)
Risiko Oprasional
Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko Hukum (legal risk)
Risiko Reputasi (reputation risk)
Risiko Strategik (strategic risk)
Risiko Kepatuhan (compliance risk)
Risiko Modal (capital risk)
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.
11
DAFTAR PUSTAKA
12