Daftar Isi Abstark Bab I
Daftar Isi Abstark Bab I
Halaman
2.1.1 Definisi................................................................................... 8
v
2.1.4 Patogenesis Persalinan Preterm ............................................. 16
vi
4.9 Instrumen Penelitian dan Metode Pemeriksaan.......................... 54
LAMPIRAN ............................................................................................. 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur dan Mediator Potensial dalam Persalinan Preterm .............. 18
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
BA Blood Agar
C Celcius
CA Chrom Agar
cc Cubic Centrimetre
CL Cervical Lenght
CMV Cytomegalovirus
xi
DES Diethylstilbestrol
DM Diabetes Mellitus
HPA Hipotalamus-Pituitari-Adrenal
IgA Immunoglobulin A
IgG Immunoglobulin G
IL-1 Interleukin-1
IL-6 Interleukin-6
xii
MMP MatriksMetalloproteinase
PGE2 Prostaglandin E2
xiii
SPSS Statistical Package for the Social Science
TH Todd Hewitt
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
kematian neonatal terbesar. Sistem organ pada bayi premature belum berkembang
Namun, hal ini tidak mengurangi angka perawatan bayi premature di Neonatal
Komplikasi yang terjadi akibat kelahiran preterm akan menjadi sequale. Hal ini dapat
deteksi dini mengenai faktor risiko penyebab persalinan preterm, Tindakan yang tepat
bila terdiagnosa persalinan preterm, serta perawatan bayi baru lahir pasca persalinan
preterm harus dilakukan dengan baik dengan harapan menurunkan angka kematian
minggu penuh (hari ke-259). Neonatus yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu
lengkap disebut early preterm, sedangkan neonatus yang lahir antara usia kehamilan
1
2
Persalinan preterm masih menjadisalah satu masalah utama dalam kebidanan dan
faktor risiko terpenting angka morbiditas dan mortalitas perinatal. Persalinan preterm
merupakan kegawatdaruratan obstetri dengan ancaman yang sangat besar, yang mana
Kelahiran preterm diperkirakan mencapai angka 10,6% dari kelahiran hidup secara
global pada tahun 2014, setara dengan 14,84 juta bayi preterm yang baru lahir hidup.
Hampir 85% kelahiran preterm terjadi pada periode late preterm dan lebih dari 80%
terjadi di Kawasan Asia dan Sub-Sahara Afrika (Chawanpaiboon et al., 2018). Angka
kejadian bayi yang lahir dengan preterm di Indonesia memiliki angka mortalitas dan
morbiditas yang signifikan. Pada tahun 2010, Indonesia menempati urutan kelima di
dunia untuk jumlah kelahiran preterm, dengan tingkat kelahiran preterm 15 per 1000
kelahiran hidup (Pinandito, 2017). Komplikasi yang terjadi dalam jangka panjang
akan menjadi sequelae dan akhirnya mengurangi kualitas dari generasi penerus
bangsa. Identifikasi dini disertai terapi yang tepat diharapkan akan menurunkan
permasalahan ini.
maternal, fetal, dan lingkungan. Usia kehamilan, indeks massa tubuh yang rendah,
hormon, serta infeksi bakteri dan inflamasi. Inflamasi kompleks merupakan salah satu
3
kondisi yang berperan ketika infeksi diduga sebagai faktor utama persalinan preterm
pasien dengan persalinan preterm memiliki tingkat kolonisasi mikroba dan kadar
sitokin inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan usia kehamilan
preterm yang tidak dalam persalinan dan pasien usia kehamilan cukup bulan saat
sedang persalinan; percobaan pada hewan dengan kolonisasi mikroba intrauterin atau
intrauterin (peningkatan kadar sitokin pada cairan amnion dan enzim pengurai
matriks) dapat berisiko mengalami persalinan preterm (Agrawal dan Hirsch, 2012).
urogenital pada wanita sebanyak 20-30%. Bakteri ini juga memiliki peningkatan
potensi infeksi intrauterin, penularan selama masa nifas, dan menciptakan risiko
penyakit serius pada bayi baru lahir. Kolonisasi GBS pada vagina saat masa
4
kehamilan dapat memicu kelahiran preterm beserta timbulnya ketuban pecah dini,
sehingga dapat menimbulkan bahaya serius bagi wanita hamil (Patras dan Nizet,
2018). Selama persalinan, bayi baru lahir dari ibu yang positif GBS memilikirisiko
infeksi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi parah seperti sepsis
bahkan kematian. Patogenesitas pada GBS yaitu adanya adhesin dan biofilm, β-
vaksin GBS atau pendekatan alternatif untuk mengurangi kolonisasi GBS di vagina.
Deteksi dini infeksi merupakan hal yang paling penting di bidang kebidanan.
berat untuk ibu, janin, dan bayi baru lahir. Infeksi selama kehamilan tidak dapat
diprediksi oleh tes laboratorium yang biasa digunakan, seperti jumlah white blood
count (WBC), jumlah neutrofil, maupun kultur bakteri vagina. Penanda cepat untuk
prematur atau ketuban pecah dini sangat dibutuhkan. Procalcitonin (PCT) merupakan
prohormon yang terlibat dalam proses inflamasi. Selama proses peradangan, PCT
berasal dari hampir semua jenis sel termasuk monosit dan jaringan parenkim. PCT
berpotensi lebih spesifik sebagai penanda infeksi bakteri. PCT diproduksi sebagai
seperti, interleukin (IL) 1b, tumor necrosis factor (TNF) -a, dan IL-6 serta berkorelasi
5
terhadap keparahan infeksi bakteri (Gogoset al., 2000). PCT pun lebih spesifik untuk
infeksi bakteri dan dapat membantu membedakan antara infeksi bakteri dan virus
(Schuetz et al., 2011). Infeksi pada kehamilan, seperti yang disebabkan oleh GBS
akan memicu reaksi inflamasi dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi bila
tidak dideteksi secara awal (Paccolat et al., 2011). Oleh karena itu, PCT juga
dijadikan sebagai penanda prediktif dan diagnostik yang baik dari proses inflamasi
Kadar serum PCT telah dipelajari pada wanita hamil dengan ketuban pecah
dini prematur (PPROM). Namun, hanya satu publikasi dengan ukuran sampel kecil
yang secara khusus mengevaluasi kadar PCT pada wanita dengan persalinan preterm
lainnyaoleh Ducarme et al., (2018) melaporkan bahwa kadar PCT pada persalinan
preterm yang mengancam antara usia kehamilan 24 sampai 36 minggu tidak berbeda
secara statistik dengan wanita dengan persalinan preterm spontan dan kelahiran
aterm. Selain itu, penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan antara
kadar PCT saat masuk antara usia 24 sampai 28 minggu, antara 28 sampai 32
minggu,serta lebih dari 32 minggu. Oleh karena perbedaan penelitian serta jumlah
penelitian yang masih sedikit mengenai hubungan antara infeksi GBS dan kadar PCT
persalinan preterm?
preterm?
3. Apakah ada hubungan infeksi bakteri Streptococcus Grup B pada vagina dan
persalinan preterm.
persalinan preterm.
1.4.1.Manfaat Akademik
7
B pada vagina dan kadar Procalcitonin Serum Maternal yang tinggi dengan
persalinan preterm.
Jika hasil penelitian sesuai dengan hipotesis maka setiap ibu hamil yang
melakukan ANC agar dideteksi dini infeksi Streptococcus Grup B pada vagina dan
persalinan preterm.