PENCEGAHAN ANEMIA
Disusun Oleh :
Ellinda Yohanita
(19018)
Tempat :
A. Pendahuluan
Anemia sering ditemukan di Indonesia, namun Sebagian besar masyarakat
Indonesia menganggap anemia sebagai penyakit yang ringan. Penyakit anemia sendiri
merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mukosa pucat,
dan pada tes laboratorium didapat hitung hemoglobin (Hb), hematokrit dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan
darah menghantarkan Oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang
optimal.
Anemia pula merupakan penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah
dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak,
atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth, Corwin,2012).
Di mana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah
akibat infeksi parasit gastrointestinal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh. Anemia bukan suatu penyakit tertentu tetapi cerminan
perubahan patofisiologi yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy,2016).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia, di samping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di
negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial
dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta,2006). Masyarakat Indonesia masih belum
sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia
sekarang ini masih cukup tinggi terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam
folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia maka
selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang
tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi
pasien.
5. Pencegahan anaemia
1) Makan makanan yang mengandung zat besi, terutama yang berasal dari
sumber hewani, seperti susu, keju, telur dan hati.
2) Mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat seperti, pisang, syurang
hijau dan sereal.
3) Konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, bisa didapatkan dengan
mengkonsumsi daging dan susu.
4) Makan dan minum yang mengandung vitamin C.
5) Priksa kedokter atau pelayanan kesehatan terdekat.
6. Pengobatan anemia
1) Pemberian suplemen dan zat besi, vit B12, dan vitamin lain yang dibutuhkan
oleh tubuh.
2) Pada penderita anemia berat dapat dilakukan transfusi darah.
3) Pemberian obat kortikosteroid yang mempengaruhi sistem tubuh.
4) Pemberian eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membatu proses
hematopoiesis pada sum-sum tulang.
7. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
8. Media
Leaflet
9. Proses kegiatan penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, mariliym E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Handayani wiwik dan andi sulistyo. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system hematologi. Jakarta : salemba medika.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC