42
43
berkualitas terbaik untuk pasar domestik dengan merek dagang meliputi Anker
Bir, Anker Stout, Anker Lychee, Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig
Light, San Miguel Cerveza Negra, dan Kuda Putih. PT Delta juga memproduksi
dan mengekspor bir Pilsener dengan merek dagang Batavia. Perusahaan juga
mulai mengekspor San Miguel Cerveza Negra ke Thailand dan Vietnam.
c. PT. Buyung Poetra Sembada Tbk.
PT. Buyung Poetra Sembada berdiri pada tanggal 16 September 2003,
perusahaan memproduksi dan melakukan perdagangan beras dengan merek utama
HOKI dan Topi Koki. Pasokan bahan baku beras berasal dari enam wilayah di
Indonesia, meliputi Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur serta Sulawesi Selatan dengan total mencapai 205 pemasok. Pemasok
perusahaan terdiri dari pengepul beras dan mesin penggilingan padi milik
perusahaan dengan kapasitas 10 ton per jam. Hal ini membuat perusahaan juga
mendayagunakan para pengepul padi di berbagai daerah penghasil padi dan
menghindari ketergantungan terhadap pemasok tertentu.
d. PT Tri Banyan Tirta Tbk.
PT Tri Banyan Tirta (TBT) merupakan produsen AMDK merek ALTO,
TOTAL dan produk air alkali dengan merek Total 8+. TBT juga merupakan
produsen OEM untuk AMDK merk VIT, produk dari Danone – Aqua, dan untuk
minuman energi merk Panther, produk dari KINOCARE. TBT telah mendapatkan
sertifikasi dan uji kelayakan sebagai produsen AMDK, yaitu SNI 01-3553-2006,
lulus pemeriksaan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ), Asia
and Middle East Bottled Water Association (ABWA), Asosiasi Perusahaan Air
Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) serta Sertifikasi Halal. Fasilitas
produksi perusahaan bersertifikat ISO 9001: 2008, HACCP. Perusahaan ini
didirikan pada 03 Juni 1997 dengan Akta Pendirian No. 03 tanggal 03 Juni 1997,
perubahan Terakhir Akta No. 22 tanggal 19 Juni 2019. Kantor pusat PT TRI
BANYAN TIRTA Tbk terletak di Kp. Pasir Dalem, RT.RW: 002/002, Babakan
Pari Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.
44
dan pabrik SMFC mulai beroperasi dan memproduksi produk Sari Roti di
Filipina. Pada tahun 2019 perusahaan mengoperasikan pabrik ke 12 dan 13 di
Indonesia yang berlokasi di Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Gresik (Jawa
Timur).
g. PT Campina Ice Cream Industry Tbk.
PT Campina Ice Cream Industry Tbk merupakan salah satu produsen es
krim ternama di Indonesia, dengan rangkaian produk yang selalu diminati
konsumen. Perusahaan pertama kali didirikan dengan nama CV Pranoto pada 22
Juli 1972. Pada tahun 1994, nama perusahaan diubah menjadi “PT Campina Ice
Cream Industry” dengan akta No. 11 dari Notaris Sulaimansjah, S.H. pada tanggal
2 September 1994. Perusahaan mengalami perubahan nama lebih lanjut menjadi
“PT Campina Ice Cream Industry Tbk”. Saham perusahaan pertama kali
ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 2017 dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia sejak 19 Desember 2017. Kantor pusat PT Campina Ice Cream Industry
Tbk terletak di Jl. Rungkut Industri II/15-17 Kel. Tenggilis Mejoyo; Kec.
Tenggilis Mejoyo Surabaya 60292.
h. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk adalah suatu perusahaan terbatas yang
bergerak di bidang industri pengolahan minyak nabati dan minyak nabati
spesialitas yang digunakan untuk industri makanan dan minuman. Produk yang
dihasilkan yaitu minyak kelapa sawit beserta produk-produk turunannya, biji
tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati spesialitas. PT Wilmar
Cahaya Indonesia Tbk, dahulu dikenal dengan nama CV Tjahaja Kalbar yang
didirikan pada tahun 1968. Perusahaan baru disahkan menjadi Perusahaan
Terbatas (PT Cahaya Kalbar) pada tahun 1988. Pada tahun 1996 menjadi
perusahaan publik dengan nama PT Cahaya Kalbar Tbk. Pada tahun 2013
perusahaan berganti nama menjadi PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk merupakan perusahaan di bawah Grup
Wilmar International Limited (WIL) yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Singapura. Entitas induk perusahaan adalah PT Sentratama Niaga Indonesia dan
entitas pengendali pemegang saham Perusahaan adalah Wilmar International
46
2. Struktur Organisasi
a. PT. Sariguna Primatirta Tbk.
Gambar 6
Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
RUPS
Dewan Komisaris
Marzuki Usman
RUPS
Dewan Komisaris
Sarman Simanjorang
Sekretaris
Alan DV fernandez
Dewan Komisaris
Jonathan Jochanan
Komite Audit
Kurniadi
Presiden Direktur
Sukarta Bujung
Sekretaris
Victor R. Lanes
Internal Audit
Junaidi Hendrik
Dewan Komisaris
Agung Salim
Direktur Utama
Bakti Salim
Sekretaris
Edwin Kosasi
Sumber data : www.idx.co.id
49
RUPS
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris
Benny Setiawan Santoso
RUPS
Komite Audit
Makmur Widjaja
RUPS
Dewan Komisaris
Darwin Indigo
Komite Audit
Drs. Hendardji Soepandi
Presiden Direktur
Erry Tjuatja
Dewan Komisaris
Osbeth Kosasih
Internal Audit
I Gde Cahyadi
B. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Data
(bebas). Data yang digunakan berupa data tahunan selama empat tahun periode
2016-2019.
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses pengumpulan, penyajian dan
peningkatan berbagai karakteristik data dalam upaya untuk menggambarkan data
secara memadai. Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran data secara statistik dari nilai variabel yang diteliti, dalam
melakukan analisis statistik deskriptif, peneliti menggunakan bantuan program
SPSS yaitu IBM SPSS 24, statistik dari data penelitian ini ditunjukkan dalam
tabel berikut:
Tabel 5
Uji deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Valid N (listwise) 36
maksimum sebesar 7,61 yaitu pada perusahaan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
tahun 2019. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3200 dengan standar deviasi sebesar
1,27128. Hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang
lebih tinggi dari pada nili rata-rata (mean), hal ini menggambarkan bahwa
pertumbuhan penjualan memiliki tingkat penyimpangan yang tinggi.
b. Profitabilitas (X2)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah
sampel atau N yang akan diteliti sebanyak 36 sampel perusahaan. Data variabel
profitabilitas (X2) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,01 yaitu pada
perusahaan PT. Tri Banyan Tirta Tbk tahun 2016 dan nilai maksimum sebesar
0,29 yaitu pada perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk tahun 2018 dan tahun 2019.
Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1158 dengan standar deviasi sebesar 0,7629. Hasil
analisis deskriptif tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih rendah
dari pada nili rata-rata (mean), hal ini menggambarkan bahwa profitabilitas (X2)
memiliki tingkat penyimpangan yang rendah.
c. Ukuran Perusahaan (X3)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah
sampel atau N yang akan diteliti sebanyak 36 sampel perusahaan. Data variabel
ukuran perusahaan (X3) menunjukkan nilai minimum sebesar 20,90 yaitu pada
perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk tahun 2016 dan nilai maksimum sebesar 29,17
yaitu pada perusahaan PT. Nippon Indosari Korpindo Tbk tahun 2019. Nilai rata-
rata (mean) sebesar 27,0814 dengan standar deviasi sebesar 2,25543. Hasil
analisis deskriptif tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih rendah
dari pada nili rata-rata (mean), hal ini menggambarkan bahwa ukuran perusahaan
(X3) memiliki tingkat penyimpangan yang rendah.
d. Struktur Modal
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah
sampel atau N yang akan diteliti sebanyak 36 sampel perusahaan. Data variabel
struktur modal menunjukkan nilai minimum sebesar 0,13 yaitu pada perusahaan
PT. Campina Ice Cream Industry Tbk tahun 2019 dan nilai maksimum sebesar
1,90 yaitu pada perusahaan PT. Tri Banyan Tirta Tbk tahun 2019. Nilai rata-rata
68
(mean) sebesar 0,7047 dengan standar deviasi sebesar 0,50282. Hasil analisis
deskriptif tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih rendah dari pada
nili rata-rata (mean), hal ini menggambarkan bahwa struktur modal memiliki
tingkat penyimpangan yang rendah.
Gambar 15
Uji Normalitas Data Secara Grafik Histogram
test statistic < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal dan hasilnya sebagai
berikut:
Tabel 6
One-Sample Kolmogorev-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Positive 0,076
Negative -0,053
Tabel 7
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
1 (Constant) 0,037
Gambar 17
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Pertumb Unstand
uhan Ukuran ardized
penjuala Profita perusah Residua
n bilitas aan l
Spearma Pertumbuhan Correlation 1,000 0,262 -0,122 0,205
n's rho penjualan Coefficient
Sig. (2- . 0,122 0,477 0,231
tailed)
N 36 36 36 36
Profitabilitas Correlation 0,262 1,000 -0,236 0,010
Coefficient
Sig. (2- 0,122 . 0,165 0,952
tailed)
N 36 36 36 36
Ukuran Correlation -0,122 -0,236 1,000 -0,006
perusahaan Coefficient
Sig. (2- 0,477 0,165 . 0,972
tailed)
N 36 36 36 36
Unstandardize Correlation 0,205 0,010 -0,006 1,000
d Residual Coefficient
Sig. (2- 0,231 0,952 0,972 .
tailed)
N 36 36 36 36
Sumber: Lampiran 5, 2021
Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) pada
Unstandardized Residual diatas sebesar 0,23 untuk Pertumbuhan penjualan, 0,952
untuk Profitabilitas, dan 0,972 untuk Ukuran perusahaan yang artinya nilai
tersebut berada diatas 0,05 (cut-off) dan data tersebut tidak terjadi pelanggaran
asumsi klasik heteroskedastisitas
74
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode dengan
kesalahan pada periode sebelumnya. Uji autokorelasi dalam penelitian ini
dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW-test), hasil nilai Durbin
Watson (DW-test) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 9
Hasil Analisis Durbin Watson (DW-test)
Model Summaryb
Tidak ada
Autokorelasi Autokorelasi Autokorelasi
positif Tidak ada Tidak ada negatif
Keputusan Keputusan
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
1.183 1.2953 1.6539
Berdasarkan tabel 9, menunjukkan bahwa terdapat gejala autokorelasi
positif karena DW < dL. Maka dari itu dilakukan dengan pengambilan keputusan
untuk uji run-test. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan metode Run test. Uji
autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan melihat nilai Run test dalam
tabel. Hasil Run test dapat dilihat dalam tabel berikut:
75
Tabel 10
Runs Test
Unstandardized Residual
Total Cases 36
Number of Runs 13
Z -1,860
Standar
dized
Unstandardized Coeffici Collinearity
Coefficients ents Statistics
Std. Toler
Model B Error Beta T Sig. ance VIF
1 (Constant) 2,906 1,335 2,177 0,037
Pertumbuhan 0,019 0,057 0,047 0,323 0,749 0,878 1,140
penjualan
Profitabilitas -5,307 1,346 -0,812 -3,942 0,000 0,435 2,298
Ukuran -0,059 0,045 -0,264 -1,306 0,201 0,453 2,209
perusahaan
Sumber: Lampiran 7, 2021
Berdasarkan Tabel 11 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Variabel terikat, yaitu Struktur modal.
X1 : Variabel bebas, yaitu Pertumbuhan penjualan.
X2 : Variabel bebas, yaitu Profitabilitas.
X3 : Variabel bebas, yaitu Ukuran perusahaan.
a : Konstanta.
b1 : Koefisien regresi variabel Pertumbuhan penjualan.
b2 : Koefisien regresi variabel Profitabilitas.
b3 : Koefisien regresi variabel Ukuran perusahaan.
e : Nilai residu/ kemungkinan kesalahan.
Berdasarkan model persamaan regresi linier berganda pada Tabel 11 dapat
disimpulkan bahwa:
a. Nilai konstanta sebesar 2,906 artinya jika variabel pertumbuhan penjualan,
variabel profitabilitas dan variabel struktur modal nilainya nol atau konstan,
maka nilai Struktur modal sebesar 2,906.
b. Besarnya koefisien variabel Pertumbuhan penjualan yang berarti setiap
peningkatan variabel pertumbuhan penjualan sebesar 1 satuan, maka
pertumbuhan penjualan meningkat sebesar 0,019 satuan dengan asumsi
variabel lain (variabel profitabilitas dan variabel ukuran perusahaan) konstan.
c. Besarnya koefisien variabel profitabilitas yang berarti setiap peningkatan
variabel pertumbuhan penjualan sebesar 1 satuan, maka profitabilitas akan
turun sebesar 5,307 satuan dengan asumsi variabel lain (variabel pertumbuhan
penjualan dan variabel ukuran perusahaan) konstan.
d. Besarnya koefisien variabel ukuran perusahaan yang berarti setiap peningkatan
variabel ukuran perusahaan sebesar 1 satuan, maka ukuran perusahaan turun
sebesar 0,059 satuan dengan asumsi variabel lain (variabel pertumbuhan
penjualan dan variabel profitabilitas) konstan.
e. Nilai residu e kemungkinan kesalahan dari model persamaan regresi yang
disebabkan adanya variabel independen lainnya diluar penelitian ini. Standart
error 1,335 artinya seluruh variabel yang dihitung dalam uji SPSS versi 24
memiliki tingkat variabel pengganggu sebesar 1,335.
77
Standar
dized
Unstandardized Coeffici Collinearity
Coefficients ents Statistics
Std. Tolera
Model B Error Beta T Sig. nce VIF
1 (Constant) 2,906 1,335 2,177 0,037
Pertumbuhan 0,019 0,057 0,047 0,323 0,749 0,878 1,140
penjualan
Profitabilitas -5,307 1,346 -0,812 -3,942 0,000 0,435 2,298
Ukuran -0,059 0,045 -0,264 -1,306 0,201 0,453 2,209
perusahaan
Sumber: Lampiran 8, 2021
a. Variabel X1: Pertumbuhan Penjualan
Berdasarkan Tabel 12 membandingkan thitung dan ttabel dimana nilai dari thitung
0,323 < ttabel 2,036, dan nilai signifikansi sebesar 0,749 > 0,05 maka Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel struktur modal. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa
pertama (H1) yang mengatakan bahwa ada pengaruh secara parsial antara variabel
pertumbuhan penjualan (X1) terhadap variabel struktur modal (Y) ditolak.
78
Gambar 19
Kurva Distribusi Uji t untuk Variabel Pertumbuhan Penjualan
Ha Diterima Ha Diterima
Ha Ditolak Ha Ditolak
Ha Diterima
Ha Diterima
Ha Ditolak Ha Ditolak
Ha Diterima Ha Diterima
Ha Ditolak Ha Ditolak
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
Total 8,849 35
7,394 > Ftabel 2,90 dan nilai signifikansi 0,001 < 0,05 maka H o di tolak atau H a di
terima, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Hipotesa kedua (H2) yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan
penjualan, variabel profitabilitas dan variabel Ukuran perusahaan berpengaruh
simultan terhadap variabel struktur modal diterima.
Gambar 22
Kurva Distribusi Uji F
Ha diterima
Ha ditolak
0 Ftabel Fhitung
2,90 7,394
7. Uji Dominan
Standar
dized
Unstandardized Coeffici Collinearity
Coefficients ents Statistics
Std. Toler
Model B Error Beta T Sig. ance VIF
1 (Constant) 2,906 1,335 2,177 0,037
Pertumbuhan 0,019 0,057 0,047 0,323 0,749 0,878 1,140
penjualan
Profitabilitas -5,307 1,346 -0,812 -3,942 0,000 0,435 2,298
81
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
C. Pembahasan
1. Deskripsi Variabel Pertumbuhan Penjualan, Variabel Profitabilitas, dan
Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal.
a. Pengaruh X1: Variabel Pertumbuhan Penjualan terhadap Variabel
Struktur Modal
Armstrong (2012:327) mengemukakan bahwa “Pertumbuhan penjualan
adalah perubahan penjualan per tahun. Pertumbuhan penjualan suatu produk
sangat tergantung dari daur hidup produk”. Berdasarkan hasil penelitian dari uji
regresi menunjukkan variabel pertumbuhan panjualan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel struktur modal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung
0,323 < ttabel 2,036, dimana koefisien regresi sebesar 0,019 dengan tingkat
signifikansi 0,749. Dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan panjualan
tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel struktur modal pada 9
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2016-2019. Hal
ini dapat terjadi karena perusahaan lebih banyak melakukaan penjualan secara
kredit yaitu dalam bentuk piutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan Suweta (2016) yang mana variabel
Pertumbuhan panjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Struktur
modal.
b. Pengaruh X2: Variabel Profitabilitas terhadap Variabel Struktur Modal
“Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan” (Sudana, 2011:22). Berdasarkan hasil penelitian dari uji regresi
menunjukkan variabel profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap
variabel struktur modal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung -3,942 < ttabel
-2,036, dimana koefisien regresi sebesar -5,307 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh secara parsial
terhadap variabel struktur modal pada 9 perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI tahun 2016-2019. Semakin tinggi nilai profitabilitas pada pada
83
perusahaan maka semakin tinggi dana internal yang dimiliki sebaliknya kebutuhan
akan dana eksternal akan berkurang, maka akan menurunkan tingkat struktur
modal perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan Dwijaya (2015) yang memperoleh hasil variabel profitabilitas
berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel struktur modal.
c. Pengaruh X3: Variabel Ukuran Perusahaan terhadaap Struktur Modal
satuan yang artinya apabila nilai variabel profitabilitas meningkat 1 satuan maka
variabel strukrur modal meningkat sebesar -5,307 satuan, sebaliknya jika variabel
profitabilitas menurun 1 satuan maka variabel struktur modal menurun sebesar
-5,307 satuan. Koefisien regresi pada variabel ukuran perusahaan sebesar -0,059
satuan yang artinya apabila nilai variabel ukuran perusahaan meningkat 1 satuan
maka variabel strukrur modal meningkat sebesar -0,059 satuan, sebaliknya jika
variabel profitabilitas menurun 1 satuan maka variabel struktur modal menurun
sebesar -0,059 satuan.
b. Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji t (secara parsial) dapat
diketahui besarnya pengaruh variabel pertumbuhan penjualan terhadap variabel
struktur modal yang ditunjukkan dengan thitung sebesar 0,323 dan ttabel 2,036,
sehingga hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung 0,323 < ttabel 2,036, hal ini
juga diperkuat dengan nilai signifikansi 0,749 > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa
Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya variabel pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel struktur modal. Dapat disimpulkan
bahwa hipotesa pertama (H1) yang mengatakan bahwa ada pengaruh secara parsial
antara variabel pertumbuhan penjualan terhadap variabel struktur modal ditolak.
Pengaruh variabel profitabilitas terhadaap variabel struktur modal yang
ditunjukkan dengan thitung sebesar -3,942 dan -ttabel 2,036, sehingga hasil
perhitungan menunjukkan bahwa thitung -3,942 < -ttabel 2,036, hal ini juga diperkuat
dengan nilai signifikansi 0,000 > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa H a diterima
dan Ho ditolak yang artinya variabel profitabilitas berpengaruh signifikan
terhaadap variabel struktur modal. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa pertama
(H1) yang mengatakan bahwa ada pengaruh secara parsial antara variabel
profitabilitas terhadap variabel struktur modal diterima.
Pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadaap variabel Struktur modal
yang ditunjukkan dengan thitung sebesar -1,346 dan ttabel 2,036, sehingga hasil
perhitungan menunjukkan bahwa thitung -1,346 > -ttabel 2,036, hal ini juga diperkuat
dengan nilai signifikansi 0,201 > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa Ha ditolak dan
Ho diterima yang artinya variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
85
d. Uji Dominan