Secara bahasa kata “mu’jizat” berasal dari kata “a’jaza -yu’jizu - i’jāz” yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu, bentuk masdar kata tersebut adalah “i’jaz” yang berarti al-da'f (lemah). Dikatakan: “a’jazani al-Amru” artinya: “masalah itu luput dariku”. i’jaz juga berarti “membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh “a’jaza akhahu” (dia telah membuat saudaranya tidak mampu) jika dia telah menetapkan ketidakmampuan saudaranya itu dalam sesuatu hal. Muhammad Bakar Ismail mendefinisikan mu’jizat itu adalah suatu hal yang luar biasa yang terjadi bersamaan dengan adanya kejadian yang Allah berikan kepada nabi sebagai hujjah (pegangan) baginya dalam mendakwahkan risalah Tuhan, dan sebagai bukti atas kebenaran risalah yang dibawanya dari apa yang disampaikan dari Tuhannya. Sedang Quraish Shihab mendefinisikan mu’jizat sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditentangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Sesuatu itu dikatakan mu’jizat jika mengandung beberapa kriteria, antara lain: 1. Berasal dari Allah. 2. Melanggar hukum alam (sunnah Allah) 3. Tidak bisa ditandingi. 4. Tidak mustahil menurut akal dan 5. Bertujuan mengklaim atas kebenaran utusan ilahi
B. Segi-segi Kemu’jizatan Al-qur’an
Di antara segi kemu’jizatan Al-Qur’an yang penting untuk diketahui antara lain segi kemu’jizatan dari segi bahasa, isyarat ilmiah dan syari’at Al-Qur’an: 1. Bahasa Al-Qur’an Para ahli sejarah sepakat mengatakan bahwa bangsa Arab telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh satupun bangsa lain didunia ini dalam pengembangan bahasa, baik sebelum ataupun sesudah mereka. Bangsa Arab telah menekuni ilmu bahasa dengan segala variasinya dari sejak bahasa itu timbul hingga berkembang dengan pesat, mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata bijak dan matsal yang tunduk pada aturan bayan dan diekspresikan dalam uslub- uslubnya yang memukau, dalam gaya haqiqi dan majazi (metaforis), itnab dan I’jaz, serta tutur dan ucapannya. 2. Isyarat ilmiah Al-Qur’an Dalam Al-Qurán terdapat ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah yang membuktikan tentang kekuasaan Allah. Berkaitan dengan isyarat ilmiah dalam Al- Qurán ini banyak orang yang salah memahaminya hal ini disebabkan karena mereka menginginkan bahwa semua bentuk teori ilmiah terkandung dalam Al- Qur’an sehingga setiap lahir sebuah teori ilmiah mereka berusaha mencari ayat Al-Qur’an kemudian mentakwilkan sesuai dengan teori ilmiah tersebut, padahal semua teori- teori ilmiah itu baru dan akan selalu berubah-ubah menurut keabsahan penelitian yang dilakukan. Semua teori ilmiah dimulai dengan asumsi dan hipotesis serta tunduk pada eksperiman hingga terbukti keyakinan atau nampak jelas kepalsuan dan kesalahannya. Banyak sekali kaidah-kaaidah ilmiah yang diduga orang sebagai suatu yang diterima sebagai kebenaran kemudian berubah karena adanya penelitian baru yang menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak benar. 3. Syari’at Al-Qur’an Diantara kemujizatan Al-Qur’an adalah terkandung-nya syari’at bagi umat manusia, yang dibawa Al-Qur’an untuk mengatur masalah-masalah sosial umat manusia. sepanjang masa, Al-Qur'an tetap mampu menjaga, keaslihan dan sifatnya yang menyeluruh dan mencakup semua permasalahan kehidupan, dengan cara. yang paling baik dan sempurna. Manusia pada dasamya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, ia harus saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dalam memenuhi kebutuhannya acapkali manusia berlaku zalim (berbuat aniaya) terhadap sesamanya karena terdorong oleh kecintaan dan rasa ingin berkuasa jika mereka dibiarkan tanpa adanya aturan- aturan tertentu yang dapat mengatur hal ikhwal kehidupannya, menjaga hak dan memelihara kehormatannya, tentu urusan mereka akan berantakan.
C. Manfaat Ilmu I’jaz dalam Penafsiran Al-qur’an
1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Alqur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah. 2. Membuktikan bahwa kitab Alquran itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan Malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW. 3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu menandingi Alquran.