Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

STUDI KEBUTUHAN FASILITAS KESELAMATAN JALAN


DIKAWASAN KOTA KISARAN KABUPATEN ASAHAN

Rizky Ramadhansyah Pane1), Marwan Lubis2), Hamidun Batubara3)


1)
Alumni, 2,3)Dosen Program Studi Teknik Sipil, FT. UISU
marwan@ft.uisu.ac.id

Abstrak
Keselamatan merupakan salah satu prinsip dasar penyelenggaraan transportasi. Lalu lintas pada jaringan jalan
di Kota Kisaran Kabupaten Asahan menjadi gejala yang perlu diperhatikan dan ditangani secara bijak dan
tepat melalui berbagai penanganan terutama penanganan jangka pendek dalam bentuk penangan seketika
(action plant) pada lokasi yang terjadi terdapat banyaknya fasilitas keselamatan jalan yang belum terpenuhi,
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja fasilitas keselamatan dalam menunjang system
transportasi. Metode pengambilan data yang dilakukan. Dengan survei primer dan sekunder,pengumpulan data
mencakup inventarisasi studi – studi, referensi, kebijakan dan rencana – rencana pemerintah provinsi sumatera
utara dan kabupaten asahan ,pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data fasilitas keselamatan jalan guna
mendapatkan gambaran eksisting yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran secara umum
kebutuhan fasilitas keselamatan jalan untuk 5 tahun kedepan. Dari hasil yang di peroleh ada beberapa usulan
kebutuhan Fasilitas keselamatan jalan yang dirasa sangat mendesak pada 5 ruas jalan di kawasan kota kisaran.

Kata-Kata Kunci : Fasilitas, Jalan, Tranportasi, Lalu lintas

I. Pendahuluan diperkirakan korban kecelakaan akan meningkatkan


dua kali lipat setiap tahunnya.
Jembatan adalah suatu bangunan yang World Health Organization (WHO) telah
Keselamatan merupakan salah satu prinsip dasar mempublikasikan bahwa kematian akibat
penyelenggaraan transportasi. Di Indonesia, prinsip kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu
ini seringkali tidak sejalan dengan apa yang terjadi penyakit menular dengan jumlah kematian tertinggi.
di lapangan. Hal ini dapat diindikasikan dengan Pada Tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan
semakin meningkatnya jumlah dan fatalitas korban diperkirakan akan menjadi penyebab kematian
kecelakaan. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan nomor 5 (lima) di dunia setelah penyakit jantung,
oleh Kepolisian Republik Indonesia pada Tahun stroke, paru-paru, dan infeksi slauran pernafasan.
2010 jumlah kecelakaan telah mencapai angka Menindaklanjuti hal tersebut, pada Maret Tahun
31.234 jiwa, yang artinya dalam setiap 1 jam 2010 Majelis Umum PBB mendeklarasikan Decade
terdapat 3 – 4 orang meninggal akibat kecelakaan of Action (DoA) for Road Safety 2011–2020 yang
lalu lintas. bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi
Kecelakaan lalu lintas secara global terjadi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas secara
disebabkan oleh hubungan timbal balik antara faktor global dengan meningkatkan kegiatan yang
pribadi, faktor lingkungan, dan faktor perilaku dijalankan pada skala nasional, regional dan global.
(Bandura, 1989). Dimana faktor pribadi berkaitan Sejalan dengan Decade of Action for Road
dengan tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki Safety 2011-2020, di Indonesia sesuai amanat
oleh setiap individu yang digunakan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
memahami serta berhubungan dengan Lintas dan Angkutan Jalan pasal 203 untuk
lingkungannya. Faktor lingkungan sangat menyusun Rencana Umum Nasional Keselamatan
berpengaruh terdahap individu dalam memahami (RUNK) Jalan (2011-2035), dimana sepuluh tahun
lingkungan disekitarnya, sedangkan faktor perilaku pertama dari RUNK Jalan ini ditetapkan sebagai
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan yang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan Republik
erat kaitannya dengan tindakan. Indonesia 2011–2020.
Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu Kegiatan Studi Kebutuhan Fasilitas Keselamatan
lintas jalan diperkirakan mencapai 2,9 – 3,1% dari Kawasan Kota Kisaran ini merupakan salah satu
total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut, program sebagai rencana aksi untuk membuat
keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi strategi dan kebijakan dalam meningkatkan
prioritas nasional yang mendesak untuk segera keselamatan jalan di Kabupaten Asahan.
diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan tidak
hanya dihadapi oleh skala nasional saja, tetapi juga II. Tinjauan Pustaka
menjadi masalah global.
Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa 2.1 Keselamatan Jalan
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih Keselamatan dan efisiensi adalah dua tujuan
dari 3.000 jiwa per harinya. Jika tidak ada langkah- utama dalam teknik transportasi. Perhatian
langkah penanganan yang segera dan efektif, masyarakat terhadap tingkat kinerja keselamatan
jalan sangat rendah. Kecelakaan lalu lintas
Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 224
ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

berdampak terhadap biaya yang besar dalam lintas ini, maka diadakan rekayasa lalu lintas yang
masyarakat. Terdapat 2 (dua) faktor yang meliputi : kegiatan perencanaan, pengadaan,
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, pemasangan dan pemeliharaan fasilitas kelengkapan
pertama adalah berkaitan dengan pengemudi dan jalan serta rambu-rambu lalu lintas, marka jalan,
yang kedua adalah berkaitan dengan desain jalan. APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) dan
Keselamatan berlaku pada semua bidang, seperti fasilitas keselamatan lalu lintas lainnya.
keselamatan pada pekerja, keselamatan pada
gedung, keselamatan pada transportasi, keselamatan 2.2 Fasilitas Perlengkapan Jalan
jalan dan lain-lain. Hal ini dikarenakan keselamatan Tujuan dari pemasangan fasilitas perlengkapan
merupakan hak asasi setiap manusia sehingga jalan adalah untuk meningkatkan keselamatan jalan
siapapun berhak atas hal tersebut, termasuk juga dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap
keselamatan pada jalan. pengguna jalan. Instrument pendukung keselamatan
Keselamatan adalah prioritas utama dalam jalan, antara lain:
berbagai kegiatan yang kita lakukan, terutama dalam 1) Perlengkapan jalan terdiri dari :
kegiatan transportasi. Oleh karena itu, perhatian a. Rambu-rambu lalu lintas;
terhadap keselamatan sangat diperlukan karena b. Marka jalan dan paku jalan;
menyangkut nyawa manusia. Keselamatan sangat c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
erat hubungannya dengan kecelakaan, dimanapun d. Penerangan jalan.
kita berada. Baik buruknya tingkat keselamatan 2) Alat pengendali dan pengaman pemakai jalan
suatu negara dapat dinilai dari tinggi-rendahnya terdiri dari :
tingkat kecelakaan yang terjadi di negara yang a. Alat pembatas kecepatan kendaraan;
bersangkutan. Kecelakaan merupakan suatu masalah b. Alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan.
yang cukup kompleks. Dikatakan cukup kompleks, 3) Alat pengawasan dan pengamanan jalan terdiri
karena kejadian kecelakaan dapat disebabkan oleh dari :
beberapa faktor seperti pengemudi, kondisi a. Pagar pengaman jalan;
kendaraan (sarana), kondisi jalan dan b. Cermin tikungan;
perlengkapannya dan kondisi lingkungan. c. Delineator;
Keselamatan jalan adalah suatu upaya d. Pulau-pulau lalu lintas; dan
mengurangi kecelakaan jalan dengan e. Pita penggaduh.
memperhatikan faktor-faktor penyebab kecelakaan, 4) Fasilitas pendukung: fasilitas pejalan kaki,
seperti: prasarana, faktor sekeliling, sarana, manusia parkir pinggir jalan dan halte.
dan rambu atau peraturan-peraturan. Keselamatan Fasilitas perlengkapan jalan memberi
jalan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan informasi kepada pengguna jalan tentang peraturan
dari konsep transportasi berkelanjutan yang dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus
menekankan pada prinsip transportasi yang aman, lalu lintas yang selamat, seragam dan beroperasi
nyaman, cepat, bersih (mengurangi polusi/ dengan efisien.
pencemaran udara) dan dapat diakses oleh semua a) Marka jalan
orang dan kalangan (baik penyandang cacat, anak- Pemasangan marka pada jalan mempunyai fungsi
anak, ibu-ibu maupun para lanjut usia) penting dalam menyediakan petunjuk dan informasi
(Soejachmoen, 2004). terhadap pengguna jalan. Pada beberapa kasus,
Tujuan dari keselamatan jalan adalah untuk marka digunakan sebagai tambahan alat kontrol lalu
menekan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia lintas yang lain seperti rambu-rambu, alat pemberi
(Soejachmoen, 2004). Hal ini karena dengan sinyal lalu lintas dan marka-marka yang lain. Marka
rendahnya angka kecelakaan lalu lintas, maka pada jalan secara tersendiri digunakan secara efektif
kesejahteraan dan keselamatan bagi mereka di jalan dalam menyampaikan peraturan, petunjuk, atau
adalah untuk menciptakan ketertiban lalu lintas agar peringatan yang tidak dapat disampaikan oleh alat
setiap orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas kontrol lalu lintas yang lain.
di jalan dapat berjalan dengan aman (Soejachmoen, - Marka membujur
2004). - Marka melintang
Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Marka melintang berupa garis utuh menyatakan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh alat
bahwa keselamatan, kelancaran dan ketertiban lalu pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan
lintas dan angkutan jalan ditetapkan ketentuan- (Lampiran I Tabel 2A Nomor 1a dan 1c sampai
ketentuan mengenai rekayasa dan manajemen lalu dengan 1f Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
lintas. Definisi manajemen dan rekayasa lalu lintas 61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas
menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 adalah Jalan dan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM
suatu kegiatan yang meliputi perencanaan, 13 Tahun 2014 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas).
pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu - Marka serong
lintas yang bertujuan untuk keselamatan, keamanan, Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi
ketertiban dan kelancaran lalu lintas. kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009, rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan:
untuk mendukung pelaksanaan manajemen lalu

225 Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

 daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan Rambu adalah alat yang utama dalam
 pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu mengatur, memberi peringatan dan
lintas. mengarahkan lalu lintas. Rambu yang efektif
b) Paku Jalan (Road Stud) harus memenuhi hal-hal berikut:
Paku Jalan berfungsi sebagai reflektor marka 1. memenuhi kebutuhan;
jalan khususnya pada cuaca gelap dan malam hari. 2. menarik perhatian dan mendapat respek
Paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna pengguna jalan;
kuning digunakan untuk pemisah jalur atau lajur lalu 3. memberikan pesan yang sederhana dan
lintas. Paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna mudah dimengerti;
merah ditempatkan pada garis batas di sisi jalan. 4. menyediakan waktu cukup kepada
Paku jalan dengan pemantul berwarna putih pengguna jalan dalam memberikan
ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan. Paku respon.
jalan dapat ditempatkan pada : Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
 Batas tepi jalur lalu lintas ; pertimbangan-pertimbangan yang harus
 Marka membujur berupa garis putus-putus diperhatikan dalam perencanaan dan
sebagai tanda peringatan ; pemasangan rambu adalah:
 Sumbu jalan sebagai pemisah jalur; 1) Keseragaman bentuk dan ukuran rambu
 Marka membujur berupa garis utuh sebagai Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas
pemisah lajur bus; memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal,
 Marka lambang berupa chevron; memahami dan memberikan respon. Konsistensi
 Pulau lalu lintas dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan
menghasilkan konsistensi persepsi dan respon
pengemudi.
c) Rambu-rambu Lalu Lintas 2) Desain rambu
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat
Perbungan Nomor KM. 17 Tahun 1991 dan retrorefleksi yang memenuhi standar akan menarik
KM. 61 Tahun 1993 serta PM 13 Tahun 2014 perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan
tentang perambuan jalan raya di Indonesia, memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi
maka perambuan digolongkan dalam 4 dalam memberikan respon.
golongan, yaitu: 3) Lokasi rambu
a) Rambu Peringatan Lokasi rambu berhubungan dengan
Rambu yang menunjukan peringatan suatu pengemudi sehingga pengemudi yang berjalan
bahaya yang dimaksudkan untuk memberi dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu
peringatan bagi pemakai jalan tentang suatu yang cukup dalam memberikan respon.
bahaya dijalan dan memberikan kepadanya 4) Operasi rambu
tentang sifat bahaya itu. Rambu yang benar pada lokasi yang tepat
b) Rambu Larangan harus memenuhi kebutuhan lalu lintas dan
Rambu yang menyatakan larangan yang diperlukan pelayanan yang konsisten dengan
dimaksudkan untuk memberitahu pemakai memasang rambu yang sesuai kebutuhan.
jalan tentang larangan tertentu yang harus 5) Pemeliharaan rambu
ditaati atau untuk menyatakan perbuatan yang Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu
dilarang dilakukan pemakai jalan. tetap berfungsi baik
c) Rambu Perintah Rambu ditempatkan di sebelah kiri atau
Rambu yang digunakan untuk menyatakan kanan menurut arah lalu lintas, di luar jarak tertentu
perintah yang wajib dilakukan maupun ditaati dan tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas
oleh pemakai jalan. Rambu ini dapat kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan
dilengkapi dengan papan tambahan dan atau pejalan kaki. Jarak penempatan antara rambu
dilengkapi dengan rambu penunjuk pada yang terdekat dengan bagian tepi paling luar bahu
jarak yang layak sebelum titik kewajiban jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal 0,60
dimulai. meter. Penempatan rambu harus mudah dilihat
d) Rambu Petunjuk dengan jelas oleh pemakai jalan.
Rambu-rambu yang memberikan petunjuk
dimaksudkan untuk menuntun pemakai jalan 2.3 Fasilitas Penerangan Jalan
mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, Alat penerangan jalan merupakan lampu
pengaturan fasilitas dan lain-lain. penerangan jalan yang berfungsi untuk memberi
Rambu-rambu petunjuk ini dibagi dalam : penerangan pada ruang lalu lintas. Fasilitas
- Rambu pendahulu penunjuk jurusan. penerangan jalan harus memenuhi persyaratan
- Rambu jurusan. perencanaan dan penempatan sebagai berikut:
- Rambu penegasan. Bahan yang digunakan pada pembuatan tiang
- Rambu penunjuk tempat. pancang antara lain, tiang pancang kayu, tiang
pancang beton, tiang pancang baja dan tiang
pancang komposit. Pemakaian dari keempat tiang

Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 226


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

pancang ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, pedestrian tersebut. Akibat perilaku itu maka
sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan dibutuhkan lebar pengosongan jalur pedestrian yang
kekurangan. sesuai dengan jenis rintangannya.
Hal yang penting dalam merancang fasilitas
2.4 Standar Perencaan Failitas Pejalan pedestrian adalah strategi yang disesuaikan dengan
Prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas karakteristik penggunanya dan kedudukan ruang
kemudian dituangkan dalan standar teknis sehingga pejalan terhadap sistem yang ada, misalnya apakah
terwujud fasilitas pedestrian yang sesuai dengan jalan itu jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya.
kebutuhan. Susunan yang digunakan dalam standar Howie (1978) mengemukakan bermacam
teknis ini mempertimbangkan aspek sebagai berikut strategi dalam merancang fasilitas pedestrian sesuai
2.4.1 Kebutuhan Ruang Minimum Pejalan dengan kaadaan yaitu :
Setiap orang membutuhkan ruangan untuk 1. Segregasi (segregation)
berdiri dan berjalan. Kebutuhan ruang minimum Segregasi merupakan teknik pemisahan ruang
ketika berdiri disebut elips tubuh. Kebutuhan ruang antara ruang pejalan dan kendaraan, yang
minimum ini adalah 0,27 m2 (pignatoro : 1974) kemungkinan para pejalan untuk menggunakan
dengan dengan ukuran lebar bahu 0.6 m dan tebal ruang yang berbeda dengan kendaraan bermotor.
tubuh 0,45 m. Angka ini belum temasuk ruang yang Pendekatan ini merupakan hal yang fundamental
dibutuhkan untuk membawa barang seperti tas dan dalam konsep perencanaan kota modern seperti
sebagainya. Untuk lebih nyaman, fruin menyatakan pedestrian mall, dan jalan bebas hambatan untuk
kebutuhan ruang pejalan sekitar 0,63 m2 sampai 0,9 kendaraan bermotor. Pengadaan sistem keterpisahan
m2. untuk bergerak dan membawa barang, ruang ini khususnya diwilayah yang telah terbangun
yang dibutuhkan lebih luas. Kebutuhan ruang dipengaruhi sebagian besar oleh pertimbangan
minimum untuk berdiri, bergerak, dan membawa komersial dan kenyamanan daripada pertimbangan
barang dapat dilihat pada gambar 2.2. Kebutuhan keselamatan pejalan atau penundaan pergerakan
ruang minimum diatas adalah kebutuhan ruang bagi pejalan.
pejalan kaki normal. Untuk penyandang cacat 2. Integrasi (integration)
khususnya pengguna kursi roda, kebutuhan ruang Dalam integrasi, pejalan dan pengemudi
minimumnya lebih besar. Menurut Rubenstein kendaraan terbagi ruang. Tanda-tanda lalu lintas dan
(1987) lebar minimum yang harus disediakan untuk manajemen lalu lintas dapat mengurangi kecepatan
kursi roda adalah 1,5 m. kendaraan dan meniadakan rat-running (pejalan
2.4.2 Kebutuhan Ruang Jalur Pedestrian. yang tiba-tiba berlari)
Lebar efektif merupakan lebar jalur berjalan 3. Pemisahan (separation)
hanya digunakan untuk sirkulasi pejalan. Lebar jalur Pemisahan dibuat berdasarkan pada periode
berjalan untuk pejalan bergantung dari intensitas waktu atau ruang.
penggunaannya. Lebar efektif minimum untuk  Pemisahan waktu memungkinkan pejalan
kawasan pertokoan dan perdagangan yang diatur menggunakan ruang yang sama namun terdapat
dalam petunjuk perancangan trotoar (Dep. PU, periode waktu tertentu yang hanya digunakan oleh
1990) adalah 2 m. Menurut Harris dan Denes (1988) pejalan saja atau kendaraan saja.
lebar trotoar efektif minimum yang harus disediakan  Pemisahan ruang memberikan pejalan ruang
adalah 1,2 m. Pejalan rombongan menggunakan teritorial seperti jalur berjalan
lebih dari lebar trotoar. Batas dari trotoar ke jalan khusus atau dengan alat pemisah lain.
sebesar 0,75 m adalah areal yang disediakan bagi Menurut svensson (1994) strategi separation ini
pejalan. Jarak terdekat antara muka bangunan dan disebut sitem tradisional, yaitu mempunyai
lebar efektif trotoar adalah 0,5-0,75 m. Kebebasan karakteristik penyatuan antara lalu lintas kendaraan
ruang dari permukaan trotoar menurut petunjuk dan pejalan. Jalur kendaraan dan jalur pejalan
perencanaan trotoar (Dep. PU, 1990) adalah 2,5 m dipisahkan oleh kerb.
dan lebar untuk penyediaan utilitas sebesar 0,6 m. Penentuan teknik mana yang digunakan, sangat
Menurut Chiara dan Koppelman (1978), tinggi dipengaruhi oleh pertimbangan aktivitas guna lahan
trotoar adalah 10-15 cm (disesuaikan dengan tinggi dan klasifikasi jalan diwilayah yang akan
undakan). direncanakan sangat besar pengaruhnya. Bila jalan
Kriteria kemiringan longitudinal berdasarkan tersebut jalan kolektor, maka harus dipertimbangkan
pada kemampuan dan tujuan desain serta kriteria penggunaan teknik pemisahan ruang (misalnya batas
kemiringan silang berdasarkan pada kebutuhan jalan). Secara umum volume kendaraan dijalan
untuk drainase. Ukuran yang ditetapkan Dep. PU kolektor terlalu tinggi untuk penggunaan teknik
(1990) adalah 2-4 % untuk kemiringan silang integrasi. Jika termasuk jalan arteri maka masalah
sedangkan menurut Harris dan Dines antara 1-3 %. utama yang ditemui adalah keselamatan pejalan
Dengan pengaruh guna lahan yang ada karena arus dan kecepatan kendaraan yang tinggi.
disekitarnya maka penyediaan fasilitas pedestrian Masalah akan timbul jika jalan arteri melintas
pun kan berbeda baik dimensi maupun dikawasan perbelanjaan karena besarnya arus
kelengkapannya. Pedestrian tidak selamanya akan pejalan. Teknik pemisahan waktu dapat
berjalan dijalur pedestrian namun akan menghindari ditambahkan sebagai langkah selanjutnya.
beberapa benda/rintangan yang ada dijalur

227 Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

Dalam merancang fasilitas pedestrian selain a) Manusia (pengemudi, penumpang, pejalan


mempertimbangkan strategi yang diterapkan kaki, dan masyarakat umum);
berdasarkan fungsi jalan, juga harus diteliti b) Kendaraan (sarana);
persoalan utama diwilayah studi menurut pejalan. c) Jalan (Prasarana);
Apakah persoalan keselamatan, keamanan, d) Lingkungan (alat pengendali, kendaraan lain,
kenyaman dan keindahan hal ini penting untuk siang-malam, dan cuaca).
menentukan mana yang lebih penting diprioritaskan
pengadaannya ataukah kesemuanya itu merupakan 2.7 Kajian Legalitas
faktor penting dalam merancang fasilitas pedestrian. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa
2.5 Gambaran umum penyelenggaraan jalan harus diwujudkan sesuai azas
Dalam analisis kecelakaan lalu lintas jalan, dan yaitu mewujudkan lalu lintas angkutan jalan
secara teoritis digambarkan terhadap faktor utama yang efisien, terpadu, merata, terjangkau dan mampu
penyebab kecelakaan yang dikategorikan sebagai mengemban misi sebagai pendorong penggerak dan
berikut: penunjang pembangunan nasional.
1) Faktor manusia Jaringan transportasi jalan terdiri atas 3
Faktor manusia secara umum yang paling sering komponen utama yaitu Ruang Kegiatan, Simpul dan
mempengaruhi kecelakaan yaitu tindakan Ruang Lalu Lintas.Penyusunan simpul harus
mengemudi, daya tanggap, kehilangan kontrol. memperlihatkan keterkaitan antara simpul moda
Faktor Tindakan mengemudikan kendaraan dengan jalan sebagaimana dijelaskan dalam UU 22/2009
cara yang tidak benar dapat merugikan pemakai dengan moda-moda lainnya.
jalan lain. Misal menyalip kendaraan dengan cara Selanjutnya untuk mewujudkan keterpaduan
yang tidak benar, keluar dari gang tanpa moda transportasi jalan dengan moda transportasi
memperhatikan kondisi jalan yang ada didepannya. lainnya sebagai perwujudan dari pembinaan perlu
Faktor Daya Tanggap yang sering terjadi yaitu tidak disusun dan ditetapkan jaringan transportasi jalan
melihat adanya rambu-rambu, salah perhitungan. sebagaimana dimaksud dalam:
Faktor Kehilangan kontrol merupakan faktor yang a. Pasal 7 (PP No.43 Tahun 1993)
tidak sedikit dalam menyumbang terjadinya 1) Jaringan transportasi jalan diwujudkan
kecelakaan. Misalnya, memaksakan mengemudi dengan menetapkan rencana umum jaringan
dalam kondisi mengantuk. transportasi jalan
2) Faktor kendaraan 2) Rencana umum jaringan transportasi jalan
Kendaraan merupakan produk buatan manusia, sebagaiman dimaksud dalam ayat (1),
yang sebenarnya dirancang dengan banyak meluputi :
perhitungan yang memiliki nilai faktor keselamatan, - rencana umum jaringan transportasi jalan
agar pengendaranya dapat mengendarai dengan primer;
aman dan nyaman. Namun kendaraan juga memiliki - rencana umum jaringan transportasi jalan
kebutuhan perawatan yang tidak bisa diabaikan sekunder.
begitu saja. Agar dengan perawatan secara berkala 3) Rencana umum jaringan transportasi jalan
dapat diharapkan untuk mengurangi jumlah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
kecelakaan. Faktor kendaraan yang sering memuat hal-hal sebagai berikut :
mengakibatkan kecelakaan adalah kondisi ban yang - rencana lokasi ruang kegiatan yang harus
sudah tidak layak pakai, tidak berfungsinya dihubungkan oleh ruang lalu lintas;
instrumen-instrumen tanda seperti lampu sen, lampu - Prakiraan perpindahan orang dan/atau
depan-belakang, lampu rem, kondisi rem yang tidak barang menurut asal dan tujuan perjalanan;
baik. - Arah dan kebijaksanaan peranan
3) Faktor jalan transportasi di jalan dalam keseluruhan
Jalan merupakan produk buatan manusia, yang moda transportasi;
juga dirancang dengan banyak perhitungan. Jalan- - rencana kebutuhan lokasi simpul.
jalan yang rusak seperti berlubang dapat - rencana kebutuhan ruang lalu lintas.
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Sehingga perlu b. Pasal 8 (PP No. 43 Tahun 1993)
adanya perawatan secara berkala untuk 1. Rencana umum jaringan transportasi jalan
mengantisipasi terjadinya kecelakaan. ditetapkan berdasarkian kebutuhan
4) Faktor lingkungan transportasi, fungsi, peranan, kapasitas lalu
Ada beberapa faktor lingkungan yang lintas, dan kelas jalan.
mempengaruhi pengemudi dalam berkendara, yaitu 2. Rencana umum jaringan transportasi jalan
lokasi, iklim dan volume lalu lintas. primer dan jalan sekunder sebagaimana
Berdasarkan pada aturan normatif, elemen dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
kecelakaan yang dijabarkan di atas dikembangkan dengan Keputusan Menteri setelah
dari 3 menjadi 4. Keempat elemen tersebut saling mendengar pendapat Menteri terkait
melengkapi satu dengan yang lainnya dapat dan/atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
mendukung terjadinya keselamatan. Elemen yang bersangkutan.
kecelakaan tersebut adalah :

Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 228


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

c. Pasal 9 (PP No. 43 Tahun 1993) 2.7 Mnajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas
1) Rencana umum jaringan transportasi jalan Kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas di
merupakan pedoman dalam penyusunan jalan, dilaksanakan melalui tahapan, diantaranya
rencana umum dan perwujudan unsur-unsur adalah sebagai berikut:
jaringan transportasi jalan. a. Perencanaan lalu lintas;
2) Unsur-unsur jaringan transportasi jalan Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi :
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 1) Inventarisasi tingkat pelayanan
meliputi : Kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui
- simpul berupa terminal transportasi jalan, tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan/atau
terminal angkutan sungai dan danai, persimpangan, meliputi :
stasiun kereta api, pelabuhan 1.1. Data dimensi dan geometrik jalan, terdiri
penyeberangan, pelabuhan laut dan dari :
bandar udara. - panjang ruas jalan;
- Ruang kegiatan berupa kawasan - lebar jalan;
permukiman, industri, pertambangan, - jumlah lajur lalu lintas;
pertanian, kehutanan, perkantoran, - lebar bahu jalan;
perdagangan, pariwisata dan sebagainya. - lebar median;
- Ruang lalu lintas berupa jalan, jembatan - lebar trotoar;
atau lintas penyeberangan. - lebar drainase,
d. Pasal 6 (Penjelasan atas PP No. 43 Tahun - alinyemen horisontal;
1993) Ayat (2) - alinyemen vertikal.
Dalam penetapan jaringan transportasi jalan 1.2. Data perlengkapan jalan meliputi jumlah,
selain didasarkan pada ketentuan undang- jenis dan kondisi perlengkapan jalan
undang ini, juga memperhatikan undang- terpasang;
undang nomor 13 tahun 1980 tentang jalan 1.3. Data lalu lintas yang meliputi :
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari - volume dan komposisi lalu lintas;
undang-undang ini. - kecepatan lalu lintas (operating speed);
e. Pasal 7 (Penjelasan atas PP No. 43 Tahun - kecepatan perjalanan rata-rata (average
1993) Ayat (1) overall travel speed);
Untuk menjamin perwujudan lalu lintas - gangguan samping;
dan angkutan jalan yang terpadu dengan moda - operasi alat pemberi isyarat lalu lintas;
transportasi lain, ditetapkan Rencana Umum - jumlah dan lokasi kejadian kecelakaan;
Jaringan Transportasi Jalan yang merupakana - jumlah dan lokasi kejadian pelanggaran
bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana berlalu lintas.
Umum Transportasi Jalan, karena didalamnya 2) Evaluasi tingkat pelayanan
sudah termasuk unsur-unsur pokok prasarana Yang dimaksud dengan evaluasi tingkat
seluruh moda transportasi. pelayanan yaitu kegiatan pengolahan dan
Penetapan jaringan transportasi jalan pembandingan data untuk mengetahui tingkat
memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang pelayanan dan indikasi penyebab masalah lalu lintas
dan penetapannya juga memperhatikan yang terjadi pada suatu ruas jalan dan/atau
pendapat-pendapat dari instansi terkait. persimpangan. Indikator tingkat pelayanan
f. Pasal 8 (Penjelasan atas PP No. 43 Tahun mencakup antara lain:
1993) - Kecepatan lalu lintas (untuk jalan luar
Yang dimaksud dengan fungsi adalah kota);
kegiatan menghubungkan simpul dan ruang
- Kecepatan rata – rata (untuk jalan
kegiatan menurut kepentingannya yang
perkotaan);
meliputi kepentingan angkutan. Yang
dimaksud dengan peranan adalah tingkat - Nisbah volume/kapasitas (v/c ratio);
hubungan antar simpul dan ruang kegiatan - Kepadatan lalu lintas;
menurut fungsinya, yang dikelompokkan - Kecelakaan lalu lintas.
dalam jaringan antar kota, kota dan pedesaan Evaluasi tingkat pelayanan pada ruas jalan
menurut hierarkinya masing-masing. diklasifikasikan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan kapasitas lalu lintas - Tingkat pelayanan A;
adalah volume lalu lintas dikaitkan dengan - Tingkat pelayanan B;
jenis, ukuran, daya angkut dan kecepatan
- Tingkat pelayanan C;
kendaraan.
Yang dimaksud dengan kelas jalan adalah - Tingkat pelayanan D;
klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu - Tingkat pelayanan E;
terbesar (MST) dan karakteristik lalu lintas. - Tingkat pelayanan F.
Untuk tingkat pelayanan pada persimpangan
mempertimbangkan faktor tundaan dan kapasitas
persimpangan.

229 Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

3) Penetapan tingkat pelayanan yang  Usulan pengadaan dan pemasangan serta


diinginkan pemeliharaan perlengkapan jalan;
Penetapan tingkat pelayanan yang  Usulan penyuluhan kepada masyarakat.
diinginkan merupakan kegiatan penentuan tingkat b. Pengaturan lalu lintas
pelayanan ruas jalan dan/atau persimpangan Pada pengaturan lalu lintas kegiatan yang
berdasarkan indikator tingkat pelayanan. tercakup di dalamnya adalah kegiatan penetapan
a) Tingkat pelayanan yang diinginkan pada kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas jalan
ruas jalan pada sistem jaringan jalan primer dan/atau persimpangan tertentu. Kebijakan yang
sesuai fungsinya, untuk: dimaksud tersebut adalah merupakan penetapan
 Jalan arteri primer, tingkat pelayanan aturan pemerintah dan/atau larangan pada setiap ruas
sekurang-kurangnya B; jalan dan/atau persimpangan yang bersifat mengikat.
 Jalan kolektor primer, tingkat pelayanan Aturan lalu lintas yang bersifat perintah
sekurang-kurangnya B; dan/atau larangan dinyatakan dengan rambu-rambu
 Jalan lokal primer, tingkat pelayanan lalu lintas, marka jalan, atau alat pemberi isyarat lalu
sekurang-kurangnya C; lintas (APILL). Urutan prioritas yang berupa
 Jalan tol, tingkat pelayanan sekurang- perintah dan/atau larangan yang berlaku pertama
kurangnya B. adalah alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL),
kedua rambu lalu lintas dan ketiga marka jalan,
b) Tingkat pelayanan yang diinginkan pada
dengan catatan jika pada lokasi tertentu ada petugas
ruas jalan pada sistem jaringan jalan
yang berwenang, maka perintah/larangan yang
sekunder sesuai fungsinya untuk:
didahulukan adalah perintah/larangan yang berasal
 Jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan
dari petugas berwenang.
sekurang-kurangnya C;
c. Rekayasa lalu lintas
 Jalan kolektor sekunder, tingkat Perencanaan perlengkapan jalan meliputi:
pelayanan sekurang-kurangnya C;  Inventarisasi kebutuhan perlengkapan jalan;
 Jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan  Perhitungan kebutuhan perlengkapan jalan;
sekurang-kurangnya D;  Penetapan jumlah kebutuhan dan lokasi
 Jalan lingkungan, tingkat pelayanan pemasangan perlengkapan jalan;
sekurang-kurangnya D.  Penyusunan program pengadaan dan/atau
pemasangan, serta pemeliharaan
4) Penetapan pemecahan permasalahan lalu perlengkapan jalan.
lintas Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan
Pemecahan permasalahan lalu lintas meliputi:
dilakukan untuk mempertahankan tingkat  Penetapan lokasi rinci pemasangan
pelayanan yang diinginkan. Upaya yang perlengkapan jalan;
dilakukan untuk pemecahan permasalahan  Penyusunan spesifikasi teknis yang
tersebut adalah sebagai berikut: dilengkapi dengan gambar teknis
 Peningkatan kapasitas ruas jalan, perlengkapan jalan;
persimpangan dan/atau jaringan jalan;  Pengadaan dan pemasangan perlengkapan
 Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan jalan sesuai ketentuan yang berlaku.
atau pengguna jalan tertentu; Pemeliharaan perlengkapan jalan meliputi:
 Penyesuaian antara permintaan perjalanan  Memantau keberadaan dan kinerja
dengan tingkat pelayanan tertentu dengan perlengkapan jalan;
memperimbangkan keterpaduan intra dan  Menghilangkan/menyingkirkan benda-
antar moda; benda yang dapat mengurangi/
 Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan menghilangkan fungsi/kinerja perlengkapan
dan/atau perintah bagi pengguna jalan. jalan;
5) Penyusunan rencana dan program  Memperbaiki atau mengembalikan pada
pelaksanaan perwujudan posisi sebenarnya apabila terjadi
Pada penyusunan rencana dan program perubahan/pergeseran posisi perlengkapan
pelaksanaan perwujudan manajemen dan jalan;
rekayasa lalu lintas meliputi antara lain:  Mengganti perlengkapan jalan yang rusak,
 Penentuan tingkat pelayanan yang cacat atau hilang.
diinginkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan; d. Pengendalian lalu lintas
 Usulan pemecahan permasalahan lalu Pada kegiatan pengendalian lalu lintas ini,
lintas yang ditetapkan pada setiap ruas meliputi kegiatan pemberian arahan dan petunjuk
jalan dan persimpangan; dalam penyelenggaraan manajemen dan rekayasa
 Usulan pengaturan lalu lintas yang lalu lintas, dan kegiatan pemberian bimbingan dan
ditetapkan pada setiap ruas jalan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan
persimpangan; kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan
lalu lintas.

Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 230


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

Penyelenggaraan pemberian arahan dan b. Dalam hal terjadi gangguan kelancaran arus
petunjuk berupa penetapan pedoman dan tata cara lalu lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas
penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu orang dan barang secara regional, Gubernur
lintas, selanjutnya adalah pemberian arahan dan dapat melakukan tindakan korektif terhadap
bimbingan teknis terhadap penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan
manajemen dan rekayasa lalu lintas. Selain itu juga kabupaten/kota;
dilakukan pemberian latihan teknis kepada pejabat c. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan yang
dan petugas dalam rangka penyelenggaraan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu
manajemen dan rekayasa lalu lintas lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas
e. Pengawasan lalu lintas orang dan barang secara nasional, Direktur
- Pada pengawasan lalu lintas kegiatan yang Jenderal dapat melakukan pengaturan lalu
dilakukan berupa: lintas sementara yang memanfaatkan jalan
- Pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan provinsi, kabupaten, kota dan atau desa;
lalu lintas, untuk mengetahui tingkat d. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan yang
pelayanan dan penerapan kebijakan lalu mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu
lintas; lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas
orang dan barang secara regional, Gubernur
- Penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan dapat melakukan pengaturan lalu lintas
lalu lintas untuk mengetahui efektifitas
sementara yang memanfaatkan jalan nasional,
kebijakan lalu lintas, dilakukan sebagai
kabupaten, kota dan atau desa;
tindak lanjut dari pemantauan;
e. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan yang
- Tindakan korektif terhadap pelaksnaan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu
kebijakan lalu lintas, untuk penyempurnaan lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas
terhadap kebijakan lalu lintas. orang dan barang secara lokal, Bupati/Walikota
f. Sistem informasi dapat melakukan pengaturan lalu lintas
Sistem informasi merupakan suatu alat yang sementara yang memanfaatkan jalan nasional
digunakan dalam menjalankan manajemen dan dan provinsi;
rekayas lalu lintas, yang terdiri dari: f. Dalam melaksanakan pengaturan lalu lintas
1) Sistem informasi manajemen dan rekayasa sementara pejabat yang bersangkutan
lalu lintas nasional, yang meliputi sub berkoordinasi dengan pejabat sesuai dengan
sistem informasi jaringan jalan dan kewenangan status jalan.
perlengkapannya dan sub sistem informasi
lalu lintas; 2.9 Fasilitas keselamatan Jalan
2) Sistem informasi manajemen dan rekayasa Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban
lalu lintas provinsi yang disusun dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi
sedemikian rupa sehingga saling pemakai jalan, seperti yang dikehendaki oleh
terintergrasi dan kemungkinan dapat Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
diakses oleh pihak ketiga; Lintas dan Angkutan Jalan, maka jalan wajib
3) Sistem informasi manajemen dan rekayasa dilengkapi antara lain dengan:
lalu lintas kabupaten; a. Rambu rambu, adalah salah satu alat
4) Sistem informasi manajemen dan rekayasa perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu
lalu lintas kota. yang memuat lambang-lambnag, huruf,
angka, kalimat dan/atau perpaduan
2.8 Ketentuan Lain Dalam Majanemen Dan diantaranya, yang dipergunakan untuk
Rekayasa Lalu Lintas memberikan peringatan, larangan, perintah,
Dalam melakukan manajemen dan rekayasa dan petunjuk bagi pemakai jalan;
lalu lintas agar menghasilkan suatu lalu lintas yang b. Marka jalan, adalah suatu tanda yang berada
memenuhi standar, diharapkan masing-masing dipermukaan atau diatas permukaan jalan
penyelenggara dapat bekerjasama dengan baik dan yang meliputi peralatan atau tanda yang
masing-masing pejabat yang bertugas sebagai membentuk garis membujur, melintang,
penyelenggara diwajibkan untuk memberikan data serong, serta lambnag lainnya yang berfungsi
yang dibutuhkan. untuk mengarahkan arus lalu lintas dan
Ketentuan lain yang dapat dijalankan pada daerah kepentingan lalu lintas;
manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah sebagai c. Alat pengendali dan alat pengaman pemakai
berikut: jalan, adalah alat tertentu yang berfungsi
a. Dalam hal terjadi gangguan kelancaran arus antara lain untuk mengendalikan kecepatan,
lalu lintas yang berpengaruh terhadap mobilitas ukuran dan beban muatan yang pada ruas-
orang dan barang secara nasional, Direktur ruas jalan tertentu. Dan alat tertentu yang
Jenderal dapat melakukan tindakan korektif berfungsi sebagai alat pengamanan dan
terhadap manajemen dan rekayasa lalu lintas di pengamanan jalan (seperti pagar pengaman
jalan provinsi dan kabupaten/kota; jalan dan delinator);

231 Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

d. Alat pengawasan dan pengamanan jalan; seluas 373.297 Ha yang terdiri dari 25 Kecamatan,
e. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan 204 Desa/Kelurahan Definitif. Batas wilayah
angkutan jalan yang berada dijalan dan di Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:
luar jalan. a. Sebelah Utara : berbatasan dengan
Kabupaten Batu Bara,
2.10 Standar Perencanaan b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan
Perencanaan jalan yang disesuaikan dengan Kabupaten Labuhan
standar perencanaan yang ada bertujuan untuk dua Batu Utara dan Toba
hal yaitu meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu Samosir.
lintas dan meminimalisir dampak apabila terjadi c. Sebelah Barat : berbatasan dengan
kecelakaan. Dampak dalam hal ini termasuk tingkat Kabupaten Simalungun
kecelakaan, fatalitas dan jumlah korban. Untuk itu, d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat
penanganan yang dilakukan haruslah didasarkan Malaka.
pada kedua hal tersebut.
Kecelakaan lalu lintas pada suatu titik ataupun Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang
ruas jalan dapat terjadi akibat dari kurang berada di Sumatera Utara, Kabupaten Asahan
memenuhinya ketentuan/persyaratan teknis jalan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki
yang meliputi alinyemen jalan dan kelengkapan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
jalan. Setelah dilakukan pemenuhan terhadap Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai
standar perencanaan dan ketentuan teknis tersebut dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume
tersebut, maka dilakukan penanganan untuk curah hujan pada bulan terjadinya musim. Menurut
meminimalisir terjadinya kecelakaan dan dampak catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei
dari kecelakaan yang terjadi. Dadap, pada tahun 2015 terdapat 102 hari hujan
Secara umum, model penanganan prasarana dengan volume curah hujan sebanyak 2.246 mm.
ruang lalu lintas dengan pemenuhan fasilitas Curah hujan terbesar terjadi pada bulan November
perlengkapan jalan tersebut dapat dikelompokkan yaitu 365 mm dengan hari hujan sebanyak 9 hari.
kepada tiga kelompok besar, yaitu: Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada
1. Penanganan badan jalan yang meliputi bulan April sebesar 80 mm dengan hari hujan
peningkatan/perbaikan kondisi perkerasan, sebanyak 6 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2015
pelebaran, pembuatan median, perbaikan mencapai 187,17 mm/bulan.
alinyemen jalan, gradien jalan, dan sebagainya
yang dilakukan pada badan jalan;
2. Penanganan sisi jalan/tepi perkerasan yang
meliputi perbaikan bahu jalan, pelebaran bahu,
pembuatan trotoar, pemasangan kerb,
penanganan jalan akses, pembangunan dinding
penahan tanah, dan lainnya yang dilakukan
pada sisi badan jalan;
3. Penanganan fasilitas perlengkapan jalan yang
meliputi pemasangan rambu, pemasangan
marka, penerangan jalan (PJU), lampu
pengatur lalu lintas, patok kilometer, patok
pengarah (guide post), guard rail, penanaman
pohon pelindung, dan lainnya yang berkaitan
dengan perlengkapan jalan.

Semua tipe penanganan yang dilakukan di atas


dilakukan dengan dasar ketentuan teknis yang umum
digunakan dalam perencanaan jalan. Beberapa
standar perencanaan teknis tersebut telah ditetapkan Gambar 1. Geografis Kota Kisarana
menjadi dokumen standar baik berupa pedoman, tata
cara maupun standar perencanaan.
3.2 Administrtif Kota Kisaran
III. Hasil dan Pembahasan Wilayah Administrasi pemerintahan Kota
Kisaran Kabupaten Asahan terdiri dari 25
3.1 Kondisi Geografis Kota Kisaran. kecamatan, 177 desa dan 27 kelurahan yang terdiri
Kota Kisaran berada di kawasan Pantai Timur dari 29 desa swadaya, 30 desa swakarya, 145 desa
Sumatera Utara. Secara geografis Kota Kisaran swasembada yang seluruhnya telah definitif. Dari
Kabupaten Asahan berada pada 20°30’00”- 204 kepala desa atau lurah, 11 diantaranya dikepalai
30°10’00" Lintang Utara, 99°01-100°00 Bujur oleh perempuan atau sekitar 5,70%.
Timur dengan ketinggian 0 – 1.000 m di atas
permukaan laut. Kabupaten Asahan menempati area

Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 232


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

mengoptimalkan kecepatan yang diinginkan dalam


suatu fungsi jalan.

3.5 Prilaku Pengguna Jalan


Perilaku operator kendaraan angkutan umum di
Kawasan Kota Kisaran mengemudikan
kendaraannya sangat tidak nyaman dan melakukan
pemberhentian tidak pada tempatnya, menyebabkan
sering sekali timbul kemacetan. Tetapi hal ini tidak
mungkin mempersalahkan operator angkutan yang
sering berhenti di sembarang tempat, apabila
pengguna angkutan umum tidak memberhentikan-
nya.
Perilaku pengemudi kendaraan yang sering
Gambar 2. Wilayah Administrasi pemerintahan Kota melalukan crossing sering terjadi kemacetan
Kisaran terkadang terjadi kecelakaan. Pengemudi banyak
yang tidak mentaati peraturan yang telah diberikan
3.3 Kondisi Tranfortasi Di Kota Kisaran pada ruas jalan dalam bentu marka dan rambu.
Jalan merupakan sarana yang sangat penting Kesadaran pengemudi akan keselamatan di jalan
untuk memperlancar dan mendorang roda masih kurang.
perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat
meningkatkan mobilitas penduduk dan 3.6 Inventarisasi Ruas Jalan di Kawasan Kota
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke Kisaran.
daerah lain. Data survey yang diperoleh selanjutnya
Panjang jalan di seluruh Kabupaten Asahan diuraikan sesuai dengan jaringan jalan yang ada di
pada tahun 2015 mencapai 1.687,45 km yang terbagi Kawasan Kota Kisaran, antara lain:
atas jalan negara (81,79 km), jalan propinsi (393,11 1. Luas Jalan Sisingamangaraja (Satu Arah)
km) dan jalan kabupaten (1.212,55 km). Untuk jalan Ruas Jl. Sisingamangaraja (Segmen mulai dari Sp.
kabupaten sebagian besar permukaannya adalah batu Jl. Imam Bonjol (Sp. Pos) s/d Sp. Jl. Pelita) memiliki
yaitu sebesar 28,25 persen, 28,03 persen tanah, panjang jalan +385,37 m, merupakan jalan kelas III
12,71 persen kerikil, 16,46 persen hotmix dan 14,54 dan memiliki lebar jalan 5,32 m (Satu Arah). Kondisi
persen aspal. ruas jalan ini masih tergolong baik. Pada ruas jalan
Kondisi jalan di Kabupaten Asahan pada tahun ini perlu adanya suatu Manajemen dan Rekayasa
2015 masih memerlukan perhatian yang serius, Lalu Lintas agar lalu lintas pada ruas Jl.
walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas Sisingamangaraja dapat tertata sesuai dengan aturan
jalan tetapi sebagian besar jalan di Asahan (45,11 tertib berlalu lintas.
persen) kondisinya masih rusak dan rusak berat Pada ruas jalan ini, ketersediaan fasilitas
terutama untuk jalan Kabupaten. keselamatan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas
dan marka jalan masih sangat minim sehingga dapat
3.4 Infrastruktur Jalan DI Kawasan Kota mempengaruhi tingkat kinerja dan pelayanan jalan.
Kisaran. Oleh karena itu, sangat perlu menjadi perhatian bagi
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 dan PP 34 Pemerintah untuk menyediakan fasilitas keselamatan
Tahun 2006 mengenai Jalan sudah mengatur jalan pada ruas ini untuk meningkatkan keselamatan
mengenai fungsi dan status jalan, dilihat dari kondisi lalu lintas dan angkutan jalan.
struktur jaringan jalan Kawasan Kota Kisaran masih
perlu dilakukan restrukturisasi kembali. Akses yang 2. Ruas Jalan Pelita
diberikan melalui fungsi jalan perlu dibatasi sesuai Ruas Jl. Pelita memiliki panjang jalan +304,19
dengan hirarki jalan tersebut berdasarkan fungsinya. m, merupakan jalan kelas III dan miliki lebar jalan
Level fungsi sistem jaringan jalan Kawasan Kota 3,79 m. Kondisi ruas jalan ini masih tergolong baik.
Kisaran hendaknya mengikuti kaidah fungsi jalan Pada ruas jalan ini, ketersediaan fasilitas
yang besar ditunjang dengan fungsi jalan di keselamatan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas
bawahnya, contoh: Arteri Primer di tunjang oleh dan marka jalan hanya terdapat satu jenis rambu dan
Kolektor Primer, Kolektor Primer ditunjang Lokal tidak sesuai standar fasilitas keselamatan jalan. Ruas
Primer dan Arteri Sekunder di tunjang oleh Kolektor jalan ini merupakan jalan penghubung antara Jl.
Sekunder, Kolektor Sekunder di tunjang oleh Lokal Sisingamangaraja dan Jl. Bakti.
Sekunder, sedangkan Lokal Sekunder ditunjang oleh
Jalan Lingkungan. 3. Ruas Jalan Pramuka
Fungsi hirarki sistem jaringan jalan secara Ruas Jl. Pramuka memiliki panjang jalan
tidak langsung berpengaruh terhadap pola +498,81 m, merupakan jalan kelas III dan memiliki
pergerakan lalu lintas. Keterbatasan pergerakan di lebar jalan 5,7 m (2/2 UD). Kondisi ruas jalan ini
suatu sistem jaringan jalan sangat diperlukan untuk masih tergolong baik meskipun masih ada beberapa
titik ruas jalan dengan kondisi sedang.

233 Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

Pada ruas jalan ini, ketersediaan fasilitas Daftar Pustaka


keselamatan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas
dan marka jalan belum tersedia sama sekali sehingga [1]. Anomius, 1997, Manual Kapsitas Jalan
dapat mempengaruhi tingkat kinerja dan pelayanan Indonesia (MKJI). Departemen Pekerjaan
jalan. Dimana ruas jalan tersebut didominasi oleh Umum Direktorat Jenderal Bina Marga,
kendaraan sepeda motor. Oleh karena itu, sangat Jakarta.
perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah untuk [2]. Munawar, A, 2004, Manajemen Lalu Lintas,
menyediakan fasilitas keselamatan jalan pada ruas Jl. Perkotaan, Betta offset, Yogyakarta.
Pramuka untuk meningkatkan keselamatan lalu [3]. Alamsyah, Alik Ansyori, 2008, Rekayasa
lintas dan angkutan jalan. Lalu Lintas, Edisi Revisi, UUM Press.
[4]. Tamin, Z Ofyar, 2008, Perencanaan,
4. Ruas Jl. Sei Silau Permodelan dan Rekayasa Transportasi,
Ruas Jl. Sei Silau memiliki panjang jalan ITB. Bandung.
+836,98 m, merupakan jalan kelas III dan memiliki [5]. Khiaty, C.J. dan Lall, B. K., 2006, Dasar –
lebar jalan 3,74 m (2/2 UD). Kondisi ruas jalan ini Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1,
masih tergolong baik. Pada ruas jalan ini, Erlangga. Jakarta
ketersediaan fasilitas keselamatan jalan seperti [6]. Khiaty, C.J. dan Lall, B. K., 2006, Dasar –
rambu-rambu lalu lintas belum tersedia sama sekali Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 2,
dan kondisi marka jalan sudah tidak layak lagi Erlangga. Jakarta
sehingga dapat mempengaruhi tingkat kinerja dan [7]. Hobbs, F. D. 1995, Perencanaan dan Teknik
pelayanan jalan. Dimana ruas jalan tersebut Lalu-Lintas, Edisi kedua, Gadjah Mada
didominasi oleh kendaraan sepeda motor. University Press.
[8]. Morlok, Edward K., 1995, Pengantar Teknik
5. Ruas Jl. Perintis Kemerdekaan dan Perencanaan Transportasi, Erlangga,
Ruas Jl. Perintis Kemerdekaan memiliki Jakarta.
panjang jalan +611,44 m, merupakan jalan kelas III [9]. Mc. Shane, W. R and Roess, R. P., 1990,
(Ruas Jalan Kabupaten) dan memiliki lebar jalan 5.20 Traffic Engineering. Prentice Hall,
m (2/2UD). Kondisi ruas jalan tergolong baik. Pada Englewood Cliffs, New Jersey
ruas jalan ini, ketersediaan fasilitas keselamatan [10]. Oglesby, C.H dan Hicks, R.G., 1999, Teknik
jalan masih sangat minim, sehingga masih perlu Jalan Raya Jilid 1, Erlangga Jakarta.
adanya penambahan dan pemeliharaan fasilitas [11]. Marwan, Lubis, 2007, Studi Manajemen Lalu
keselamatan jalan seluruhnya dapat dilengkapi. Lintas Meningkat Kinerja Jaringan Jalan
Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan.
IV. Kesimpulan. Tesis, Program Studi Teknik Sipil (Sub
Pada dasarnya wilayah penelitian ini Manajemen Prasana Publik), Universitas
merupakan wilayah yang memerlukan perhatian Sumatera Utara, Medan.
khusus oleh Pemerintah Kabupaten Asahan untuk [12]. Emal Z. M., 2010, Analisa dan Koordinasi
meningkatkan keselamatan lalu lintas. Oleh karena Sinyal antar Simpang pada Ruas Jalan
itu, berdasarkan hasil analisis kebutuhan fasilitas
keselamatan jalan per-ruas jalan yang telah
dilakukan diharapkan Pemerintah Kabupaten
Asahan dapat lebih memperhatikan tingkat
keselamatan dalam berlalu lintas dengan
dipenuhinya kebutuhan fasilitas keselamatan jalan di
kawasan Kota Kisaran.

Buletin Utama Teknik Vol. 16, No. 3, Mei 2021 234

Anda mungkin juga menyukai