Anda di halaman 1dari 5

Nama :Jullia Putri Shandyana

Npm:1912011020

Dosen:Selvia Oktaviana, S.H., M.H.

MK:Hukum Acara dan Praktik Peradilan Agama

UAS HUKUM ACARA DAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA

1.Dasar Hukumnya yaitu Pasal 73 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama (“UU Peradilan Agama”), mengatur bahwa:"Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat
kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat"

Maka,dosan dapat melayangkan gugatannya ke Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri di wilayah tempat


mereka melangsungkan perkawinan atau Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sekalipun
salah satu pasangan sedang tidak berada di Indonesia pun dapat mewakilkan kehadirannya dengan
memberikan kuasa kepada kuasa hukumnya untuk mengikuti sidang perceraian tersebut.

2. (SURAT GUGATAN)
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Bandung
Di.Jl. Terusan Jakarta No.120, Antapani Tengah,
Bandung, Jawa Barat

Perihal: Gugatan Perceraian

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dosan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Juni 1996

Usia : 25 Tahun

Tempat Tinggal : Perumahan mawar No 11,Jl Dago,Jawa Barat

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

Warga Negara : Indonesia

NIK : 192345670999

untuk selanjutnya disebut "Penggugat"


Dalam hal ini mengajukan gugatan perceraian melalui pengadilan agama Bandung terhadap:

Nama : Dalmi

Tempat, Tanggal Lahir : Busan, 2 Mei 1998

Usia : 23 Tahun

Tempat Tinggal : Youidaebangro, Youdeungpoku Seoul

Agama : Kristen

Pekerjaan : Wiraswasta

Warga Negara : Korea

untuk selanjutnya disebut "Tergugat"

Adapun gugatan perceraian ini penggugat ajukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada tanggal 2 Februari 2020 telah dilangsungkan perkawinan antara penggugat dengan
tergugat yang dilaksanakan menurut hukum dan sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Perkawinan tersebut telah dicatatkan di Kantor Urusan Agama KUA Jl. Kaum Gg. I No.10,
Cicaheum, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat sebagaimana tercatat dalam buku
nikah nomor 12011 tertanggal 2 Februari 2020
2. Pada awal perkawinan antara penggugat dan tergugat telah hidup rukun, bahagia serta damai
dan harmonis seperti keluarga pada umumnya.
3. Keharmonisan rumah tangga antara penggugat dan tergugat terusik karena adanya
problematika rumah tangga seperti perbedaan budaya antara keduanya yang menyebabkan
selalu terjadi percekcokan dan pertengkaran yang tidak kunjung selesai
4. Bahwa benar penggugat dan tergugat sudah tidak tinggal bersama lagi. Sebelumnya serumah
dengan alamat di jln Dago, Bandung Jawa Barat
5. Bahwa tergugat sudah pergi meninggalkan rumah dengan membawa ketiga anak mereka ke
kampung halamannya korea sejak Juli 2021.
6. Bahwa hubungan di antara penggugat dan tergugat sudah tidak dapat lagi didamaikan karena
terlalu sering terjadi pertengkaran bahkan sampai terjadi kekerasan yang dilakukan oleh
tergugat.
7. Bahwa benar di antara penggugat dan tergugat sudah tidak terjadi hubungan suami istri yang
baik lagi secara lahir dan batin.
8. Bahwa benar Seiring berjalannya waktu dalam Hidup berumah tangga antara penggugat dan
tergugat persoalan dari sering memaki dengan kata kotor hingga sering terjadi pemukulan yang
membuat sengsara hidup penggugat.
9. Bahwa pertengkaran antara penggugat dan tergugat telah terjadi secara terus-menerus dan
berlarut-larut sehingga di antara penggugat dan tergugat tidak ada harapan untuk hidup rukun
lagi dalam rumah tangga sehingga terpenuhi la pasal 19 F Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan yang berbunyi " antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan
dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
10. Bahwa untuk melakukan perceraian harus melakukan gugatan kepada pengadilan sesuai pasal
40 UU RI Nomor 1 Tahun 1974 dan karena domisili penggugat dan tergugat berada pada negara
yang berbeda maka gugatan perceraian ini diajukan di pengadilan tempat mereka
melangsungkan pernikahan.
11. Bahwa sebagai bentuk upaya publikasi sebuah putusan pengadilan maka penggugat mohon
kepada majelis hakim yang memeriksa dalam perkara a quo untuk memerintah kepada panitera
pengadilan agama untuk mengirimkan salinan putusan kepada KUA Kota Bandung dan kepada
pihak terkait lainnya.

Bahwa berdasarkan yang telah diuraikan oleh PENGGUGAT di atas maka memohon Dengan hormat
kepada yang mulia majelis hakim yang memeriksa a quo untuk memutuskan perkara dengan sebagai
berikut:

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya


2. Menyatakan gugatan cerai penggugat cukup beralasan
3. Menyatakan perkawinan antara Dosan dan Dalmi putus karena perceraian dengan segala akibat
hukumnya
4. Memerintahkan kepada panitera Pengadilan Agama Bandung untuk mengirimkan salinan
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada KUA Kota Bandung untuk dicatat dalam
daftar yang disediakan untuk itu
5. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku

SUBSIDAIR
Atau apabila yang mulia majelis hakim pengadilan agama Bandung yang memeriksa perkara ini
berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

Hormat Saya,

Dosan

3. a.)Tentu saja bisa,Visum Et Repertum dalam pembuktian perkara tindak pidana penganiayaan ringan
memberikan kedudukan hukum sebagai alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) huruf b dan
huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Visum Et Repertum juga sebagai pengganti barang bukti (corpus delicti) yang menerangkan peristiwa
saat itu terjadi serta dapat membantu penyidik untuk menentukan ada atau tidaknya suatu pidana dan
dapat memberikan petunjuk kepada penyidik dalam melakukan penyidikan, serta Visum Et Repertum
dapat memberikan petunjuk dalam menentukan tuduhan apa yang akan diajukan kepada hakim
terhadap terdakwa serta dapat membentuk suatu keyakinan hakim dalam persidangan.

b.)Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang Peradilan Agama,alat bukti yang digunakan dalam hukum
acara Peradilan Agama sama dengan alat bukti yang digunakan dalam hukum acara perdata peradilan
umum.Yaitu:

1) bukti tulisan/surat yaituAlat bukti surat dikategorikan sebagai alat bukti tertulis, surat dibagi
menjadi dua macam,akta dan surat-surat lain yang bukan akta.
2) Bukti saksi yaitu keterangan yang diberikan saksi bersumber dari penglihatan dan pendengaran
sendiri, serta apa yang dialami saksi, pendapat kesimpulan saksi bukan merupakan kesaksian
(vide pasal 171 HIR/308 RBG), keterangan antara satu saksi dengan saksi yang lainnya saling
berkesesuaian (vide pasal 170 HIR/309 RBG). Batas minimal alat bukti saksi sekurang-kurangnya
dua orang saksi karena kalau satu orang saksi bukan merupakan saksi. Hal ini sesuai dengan asas
unnus testis nullus testis (vide pasal 169 HIR/306 RBG).
3) Persangkaan yaitu merupakan semacam kesimpulan-kesimpulan yang ditarik oleh hakim dari
suatu peristiwa ke peristiwa lainnya.
4) Pengakuan yaitu jika si tergugat mengakui gugatan dari penggugat,Pengakuan yang sah sebagai
alat bukti tidak dapat ditarik kembali, hal ini diatur dalam Pasal 1926 KUH Perdata.
5) Sumpah,tergugat harus bersumpah melakukan atau tidak melakukan hal yang disebutkan dalam
gugatan.

4.Pembagian harta bersama yang diterapkan dan mengacu kepada Kompilasi Hukum Islam khususnya
pasal 97 menentukan bahwa janda atau duda yang cerai ,masing-masing mendapat seperdua dari harta
bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai