Anda di halaman 1dari 35

3.2.

RONA LINGKUNGAN BIOLOGI

3.2.1. Flora darat

Pulau Tengah adalah pulau yang telah dimanfaatkan sebagai area wisata. Sehingga
ekosistem terrestrial yang berkembang sebagian besar merupakan ekosistem buatan.
Sehingga jenis-jenis flora liar di area ini ada secara terbatas, Hasil survey lapangan
menunjukkan jenis-jenis flora liar yang ada meliputi cemara laut, kelapa dan tanaman
bawah seperti alang-alang, tali putri dan beberapa jenis herba. Jenis-jenis flora yang
ditanam terutama adalah tanaman buah-buahan (pisang, sukun dan jambu air) dan tanaman
hias (Ketapang, Biola cantik, Puring, Beringin dan Bunga tasbih.

Gambar 3.13. Kondisi ekosistem flora darat di tapak rencana kegiatan Pulau Tengah

Kajian status konservasi terhadap jenis-jenis flora yang ada menunjukkan tidak
ditemukan jenis flora yang masuk di dalam kategori dilindungi (Permen LHK No
P.92/2018) tetapi ditemukan 1 jenis yang masuk di dalam daftar merah IUCN dengan
status LC (least concern, resiko rendah) yaitu cemara laut (Casuarina
equisetifolia). Status LC ini merupakan status secara global
(https://www.iucnredlist.org/) tetapi secara lokal atau nasional jenis flora ini mudah
ditemukan secara luas bahkan sebagian sudah dibudidayakan.

Kajian entitas ekologi menunjukkan tidak ada jenis flora di area ini yang merupakan
spesies kunci. Jenis-jenis flora yang ada secara ekologis memiliki

Rona Lingkungan Hidup Awal III- 1


fungsi sebagai pengendali erosi dan beberapa jenis yang memiliki kanopi berfungsi
sebagai pengendali iklim. Jenis-jenis flora yang menghasilkan buah dan yang memiliki
kanopi juga memiliki fungsi menyediakan makanan dan habitat bagi berbagai satwa
liar (kelapa, sukun, cemara, ketapang, beringin). Nilai ekonomi ditunjukkan oleh
potensi pemanfaatannya seperti menghasilkan kayu yang dapat digunakan sebagai
bahan bangunan (kelapa, cemara laut), menghasilkan buah (kelapa, pisang, sukun,
jambu air) dan bahan obat tradisional (pace, tali putri, alang-alang) serta estetika (biola
cantik, puring, bunga tasbih). Jenis-jenis flora yang memiliki fungsi ilmiah meliputi
jenis-jenis yang potensail sebagai sumber bahan obat (Pace, tali putri dan alang-
alang).

Tabel 3.7. Jenis-jenis flora di Pulau Tengah dan status konservasinya


No Nama Lokal Nama Latin Famili Status konservasi
P 92/2018 IUCN red
list
1 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae - -
2 Pisang Musa sp Musaceae - -
3 Sukun Artocarpus communis Moraceae - -
4 Pace Morinda citrifolia Rubiaceae. - -
5 Cemara laut Casuarina equisetifolia Casuarinaceae - LC
6 Jambu air Eugenia Aquea Myrtaceae - -
7 Ketapang Terminalia catappa Combretaceae - -
8 Biola cantik Ficus lyrata Moraceae. - -
9 Puring Codiaeum sp Euphorbiaceae - -
10 beringin Ficus benjamina Moraceae - -
11 Bunga tasbih Cana sp - -
12 Tali putri Cassytha filiformis Lauraceae - -
13 Alang alang Imperata cylindrica Poaceae - -

Tabel 3.8. Kajian entitas ekologi jenis-jenis flora di Pulau Tengah


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi dalam entitas ekologi
Ekologi Ekonomi Ilmiah
1 Kelapa Cocos nucifera Pengendali Menghasilkan -
erosi dan iklim, kayu dan buah
habitat dan serta nira
sumber makanan
satwa
liar
2 Pisang Musa Pengendali Menghasilkan buah -
erosi dan iklim,
sumber makanan
satwa
liar
3 Sukun Artocarpus Pengendali Menghasilkan buah -
communis erosi dan iklim,
sumber
No Nama Lokal Nama Latin Fungsi dalam entitas ekologi
Ekologi Ekonomi Ilmiah
makanan satwa
liar
4 Pace Morinda citrifolia Pengendali erosi Buah dan Potensi bahan
daunnya obat
digunakan
sebagai bahan
obat
5 Cemara laut Casuarina Pengendali Menghasilkan kayu -
equisetifolia erosi dan iklim,
habitat dan
sumber makanan
satwa
liar.
6 Jambu air Eugenia Aquea Pengendali Menghasilkan buah -
erosi dan iklim,
habitat dan
sumber makanan
satwa
liar.
7 Ketapang Terminalia catappa Pengendali Bijinya dapat -
erosi dan iklim, dimakan
habitat dan
sumber makanan
satwa
liar
8 Biola cantik Ficus lyrata Pengendali Tanaman hias -
erosi dan iklim
9 Puring Codiaeum sp Pengendali erosi Tanaman hias -

10 Beringin Ficus benjamina Pengendali - -


erosi dan iklim,
habitat dan
sumber makanan
satwa
liar.
11 Bunga tasbih Cana Pengendali erosi Tanaman hias -

12 Tali putri Cassytha filiformis Tumbuhan parasit Sebagai obat Potensi bahan
tradisional obat
13 Alang alang Imperata cylindrica Pengendali erosi Akarnya Potensi bahan
digunakan obat
sebagai obat
tradisional
3.2.2. Fauna darat

Hasil pengamatan terhadap jenis-jenis fauna darat di Pulau Tengah dijumpai 7 kelas
fauna yaitu mamalia, aves, reptilia, amfibi, chilopoda, arachnida dan insekta. Hasil
kajian status konservasi menunjukkan terdapat 1 jenis burung yang masuk daftar
merah IUCN dengan status LC. Salah satu mamalia yang dijumpai di area ini menurut
wawancara terhadap petugas yang menjaga pulau Tengah adalah kalong. Pada
statistic Balai taman Nasional Karimunjawa tahun 2016 disebutkan hanya ada satu
jenis kalong di Karimunjawa yaitu Pteropus vampyrus (Balai Taman Nasional
Karimunjawa, 2017). Kalong jenis ini tidak masuk di dalam daftar jenis satwa yang
dilindungi (Permen LHK No P.92 tahun 2018), tetapi masuk di dalam daftar merah
IUCN dengan status NT (near threatened, hampir terancam ). Pada saat pengamatan
dijumpai seekor burung Raja udang terbang melintas diantara pohon cemara. Menurut
statistic Balai taman Nasional tahun 2016 (Balai Taman Nasional, 2017) disebutkan
hanya ada satu jenis burung raja udang di Karimunjawa yaitu Raja Udang biasa
(Alcedo erasia). Burung jenis ini tidak masuk di dalam daftar jenis satwa yang
dilindungi (Permen LHK No P. 92 tahun 2018) tetapi secara global masuk di dalam
daftar merah IUCN dengan status LC. Jenis-jenis fauna yang masuk ke dalam
kelompok avertebrata yang dijumpai di Pulau Tengah adalah kelabang, kalajengking
dan beberapa jenis insekta (kupu, belalang, jangkrik, capung, semut, lalat dan
nyamuk). Kajian entitas ekologi jenis-jenis fauna darat yang ada di Pulau Tengah
menunjukkan tidak ada spesies yang merupakan spesies kunci.

Tabel 3.9. Jenis-jenis fauna dan status konservasinya


No Nama Lokal Nama Latin Famili Status konservasi
P.92/2018 IUCN red
list
Kelas Mamalia
1 Kalong Pteropus sp Pteropodidae - -
2 Tikus Rattus sp Muridae - -

Kelas Aves
3 Kuniran Zosterops chloris Zosteropidae - LC
4 Trucukan Pycnonotus goiavier Pycnonotidae - LC
5 Dengkek Alcedo sp. Alcedinidae - LC

Kelas Reptilia
6 Cicak kayu Hemidactylus frenatus Gekkonidae - LC

Kelas Amfibia
No Nama Lokal Nama Latin Famili Status konservasi
P.92/2018 IUCN red
list
7 Kodok Bufo sp Bufonidae. - -
bengkerok

Kelas Chilopoda
8 Kelabang Ordo Scolopendromorpha - -

Kelas Arachnida
9 Kala jengking Ordo Scorpiones - -

Kelas Insekta
10 Jangkrik Ordo Orthoptera - -
11 Capung Ordo Odonata. - -
12 Semut rangrang Ordo Hymenoptera - -

13 Semut hitam Ordo Hymenoptera - -


14 Kupu Ordo Lepidoptera. - -
15 Belalang Ordo Orthoptera - -
16 Lalat Ordo Diptera - -
17 Nyamuk Ordo Diptera - -

Tabel 3.10. Jenis-jenis fauna darat dan nilai penting dalam entitas ekologi
Nama Lokal Nama Latin Ekologi Ekonomi Ilmiah

Kalong Pteropus Frugivora, Di beberapa tempat -


berperan dalam menjadi menu
penyerbukan makanan, sering
tumbuhan dan dianggapa sebagai
pemencar biji. hama
kebun.
Tikus Rattus sp Makanan Hama pertanian, -
beberapa jenis vector penyakit
predator
Kuniran Zosterops sp Membantu Burung berkicau -
penyerbukan,
Nektivora,
Insektivora,
Frugivora,
Trucukan Pycnonotus goiavier Insektivora, Burung berkicau -
Frugivora,
Dengkek Alcedo sp Burung berkicau -
Cicak kayu Hemidactylus frenatus Insektivora Mengendalikan -
vector penyakit
Kodok bengkerok Bufo sp insektivora dan -
makanan berbagai
predator
Kelabang Ordo: Scolopendromorpha predator Bahan obat Potensi sumber
tradisional obat
Kala jengking ordo Scorpiones karnivora Racunnya digunakan Potensi sumber
sekaligus obat
predator sebagai bahan
obat
Jangkrik Ordo: Orthoptera Omnivora Dibudidayakan -
sebagai pakan
burung.
pengendalian
gulma
Capung Ordo: Odonata. Predator -
Semut rangrang Ordo Hymenoptera Pollinator, Telurnya dijual -
predator dan sebagai pakan
hama tumbuhan burung berkicau
Semut hitam Ordo Hymenoptera Pollinator, - -
predator dan
hama tumbuhan
Kupu Ordo, : Lepidoptera. Pollinator - -
belalang ordo Orthoptera Sebagai makanan - -
burung
Lalat Ordo Diptera - Vector penyakit -
Nyamuk Ordo Diptera - Vektor penyakit -

3.2.3. Biota air

A. Fitoplankton

Hasil analisis fitoplankton di perairan Pulau Tengah menunjukkan terdapat 14 genus


dari 3 kelas yaitu Bacillariophyceae (8 genus), Cyanophyceae (1 genus) dan
Dinophyceae (5 genus). Bacillariophyceae ditemukan paling melimpah di semua
lokasi pengamatan. Hasil perhitungan kelimpahan relative Bacillariophyceae
menunjukkan nilai tertinggi di lokasi pengamatan 1 (89,5%) dan lokasi 2 (85,36%)
sedangkan terendah ada di lokasi 4 (62,7%) dan lokasi 5 (65%). Jumlah genus anggota
Bacillariophyceae yang ditemukan di lokasi pengamatan antara 5 genus di lokasi
pengamatan ST2 hingga 8 genus di lokasi pengamatan ST1 dan ST4.

Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di perairan Pulau tengah berkisar antara


1,94 (di lokasi ST2) sampai 2,57 ( di lokasi ST4). Rentang nilai indeks keragaman ini
menggambarkan kondisi komunitas yang moderat (sedang). Nilai keseragaman
fitoplankton berkisar antara 0,88 (di lokasi ST2) sampai 0,97 (di lokasi ST4).
Sedangkan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,03 (di lokasi ST4) sampai 0,12
(di lokasi ST2). Berdasarkan nilai indeks keseragaman yang tinggi dan nilai indeks
dominansi yang rendah menggambarkan pola sebaran spesies fitoplankton yang
merata di perairan Pulau tengah dan tidak ada spesies tertentu yang dominan.
Tabel 3.11. Komposisi dan struktur komunitas fitoplankton di perairan
Pulau Tengah
No Kelas Family Genus Lokasi
ST1 ST2 ST3 ST4 ST5
1 Bacillariophyceae Melosiraceae Melosira 8000 4000 6000 4000
2 Skeletonemaceae Skeletonema 4000 8000 10000 4000 4000
3 Leptocylindraceae Leptocylindrus 4000 8000
4 Coscinodiscaceae Coscinodiscus 8000 4000 4000 8000 8000
5 Rhizosoleniaceae Rhizosolenia 16000 16000 16000 12000 16000
6 Biddulphiaceae Biddulphia 8000 16000 16000 12000 8000
7 Naviculaceae Pleurosigma 4000 8000 4000
8 Nitzschiaceae Nitzschia 16000 8000 12000 10000 12000
9 Cyanophyceae Oscillatoriaceae Pelagothrix 10000 8000
10 Dinophyceae Ceraticeae Ceratium 4000 8000 8000 4000
11 Gonyaulaceae Gonyaulax 4000 4000
12 Noctilucaceae Noctiluca 4000 4000 4000 6000 4000
13 Peridiniceae Peridinium 4000 6000
14 Dynophiceae Dinophysis 4000 4000 4000 8000
Kelimpahan (Sel/L) 76000 68000 82000 102000 80000
Keanekaragaman 2,14 1,94 2,14 2,57 2,28
Keseragaman 0,93 0,88 0,89 0,97 0,95
Dominansi 0,07 0,12 0,11 0,03 0,05

Lokasi pengamatan
ST1 S. 05 o 48’ 41,41” ; E 110 o 30’ 29,90”
ST2 S. 05 o 48’ 26,74”; E 110 o 30’ 40,05”
ST3 S. 05 o 48’ 27,27” ; E 110 o 30’ 23,64”
ST4 S. 05 o 48’ 38,20” ; E 110 o 30’ 34,80”
ST5 S. 05 o 48’ 43,85” ; E 110 o 30’ 34,80”

B. Zooplankton

Hasil pengamatan zooplankton di perairan Pulau Tengah ditemukan 7 genus dengan


kelimpahan antara 480 ind/L (lokasi ST5) hingga 640 ind/L (lokasi ST3). Nilai indeks
keragaman zooplankton berkisar antara 1, 83 (lokasi ST4) hingga 2,47 (lokasiST1).
Rentang nilai keragaman ini menggambarkan kondisi komunitas zooplankton yang
moderat (sedang).

Nilai keseragaman zooplankton berkisar antara 0,92 (di lokasi ST4) sampai 0,97 (di
lokasi ST5). Sedangkan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,03 (di lokasi ST5)
sampai 0,08 (di lokasi ST4). Berdasarkan nilai indeks keseragaman yang tinggi dan
nilai indeks dominansi yang rendah menggambarkan pola sebaran spesies fitoplankton
yang merata di perairan Pulau tengah dan tidak ada spesies tertentu yang dominan.
Tabel 3.12. Komposisi dan struktur komunitas zooplankton di peraran
Pulau Tengah

No Filum Genus ST1 ST2 ST3 ST4 ST5


1 Arthropoda Acartia 160 160 240 240 160
2 Calanus 80 80 80 80
3 Podon 80 80 80
4 Lucifer 80 80 80
5 Nauplius 80 160 160 120 80
6 Microsetella 80 80 80
7 Protozoa Tintinnopsis 40 80
Kelimpahan 520 560 640 520 480
Keanekaragaman 2,47 2,24 2,16 1,83 2,25
Keseragaman 0,96 0,96 0,93 0,92 0,97
Dominansi 0,04 0,04 0,07 0,08 0,03

C. Karang

Pulau Tengah berada dalam zonasi pemanfaatan wisata. Survey kondisi terumbu
karang di perairan Pulau Tengah di 6 lokasi menunjukkan bahwa kondisi tutupan
terumbu karang bervariasi dari 25,62 % - 48,39%, kecuali di lokasi pengamatan sisi
Timur sebesar 4,92 %. Berdasarkan baku kerusakan terumbu karang (KepMen LH No
4 Tahun 2001) kondisi tutupan karang di lokasi pengamatan ST1, ST2, ST3, ST4,
dan ST6 masuk dalam kategori rusak sedang (tutupan karang hidup berada pada
rentang 25% – 49,9%). Kondisi kerusakan karang di lokasi pengamatan ST5 masuk ke
dalam kategori rusak-buruk. Berdasarkan kondisi substrat dasar menunjukkan
kerusakan yang terjadi di lokasi pengamatan ST1, ST2, dan ST5 dimungkinkan akibat
benturan, ledakan atau kontak fisik, Hal ini ditunjukkan dengan prosentase
pecahan/hancuran karang yang tinggi yaitu 27-42 %. Lokasi pengamatan ST5 berada
pada zona yang mengalami kerusakan akibat tergerus tongkang. Lokasi pengamatan
ST4 dan ST6 kerusakan karang dimungkinkan karena factor fisik dan juga factor lain.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi substrat dasar berupa pecahan/hancuran karang
sebanyak 15,96 % - 22,63% dan Dead Coral With Algae (DCA) sebanyak 24,09 %-
31,77%.

Lokasi pengamatan ST4 merupakan lokasi snorkling para wisatawan Karimunjawa.


Lokasi pengamatan ST3 dijumpai Dead Coral With Algae (DCA) sebanyak 38,75 %
dengan pecahan/hancuran karang sebanyak 4,01%.Lokasi pengamatan ST3 berada di
perairan sisi Utara Pulau. Lokasi pengamatan terpisah dengan hamparan substrat pasir
yang cukup luas dari pantai.

Rona Lingkungan Hidup Awal III- 8


Gambar 3.14. Lokasi snorkling di sisi Barat Pulau tengah

Berdasarkan Coral Lifeform menunjukkan bahwa lokasi pengamatan ST1 didominasi


dengan bentuk pertumbuhan Coral Massive (CM) dan Acropora Branching (ACB)
masing-masing sebesar 6,30 %. Lokasi pengamatan ST2 dan ST4 didominasi dengan
bentuk pertumbuhan Coral Submassive (CS) masing-masing sebesar 29,28 % dan
17,32 %. Lokasi pengamatan ST3 dan ST5 didominasi dengan bentuk pertumbuhan
Coral Submassive (CS) sebesar 29,28 % dan 17,32 %. Sedangkan di lokasi
pengamatan ST6 didominasi dengan bentuk pertumbuhan Coral Massive (CM) dan
Coral Submassive (CS) sebesar 11,21 % dan 11,56 %.

Tabel 3.13. Tutupan karang di perairan Pulau Tengah


Kategori Lokasi pengamatan
ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6
Coral (HC) 25,62 38,81 31,90 48,39 4,92 33,19
Recent Dead Coral (DC) 15,96 0,97 0,00 0,14 0,00 0,00
Dead Coral With Algae (DCA) 6,37 5,66 38,75 24,09 9,14 31,77
Soft Coral (SC) 0,00 0,21 4,08 0,14 0,76 0,99
Sponge (Sp) 0,75 0,07 1,04 0,35 0,28 1,35
Fleshy Seaweed (FS) 3,15 0,07 2,35 0,07 2,15 4,11
Other Biota (OT) 1,51 6,08 1,45 3,49 18,07 3,26
Rubble (R) 27,47 32,94 4,01 22,63 42,38 15,96
Sand (S) 19,11 1,17 11,35 0,70 3,12 5,89
Silt (Si) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rock (Rk) 0,07 14,02 5,05 0,00 19,18 3,48
Tape, Wand, Shadow (TWS) 2,67 3,47 3,67 4,47 3,09 6,00

Rona Lingkungan Hidup Awal III- 9


Lokasi pengamatan
ST1 S. 05o 48’ 41,40” ; E 110 o 30’ 29,90”
ST2 S. 05 o 48’ 41,41” ; E 110 o 30’ 29,90”
ST3 S. 05 o 48’ 26,74”; E 110 o 30’ 40,05”
ST4 S. 05 o 48’ 27,27” ; E 110 o 30’ 23,64”
ST5 S. 05 o 48’ 38,20” ; E 110 o 30’ 34,80”
ST6 S. 05 o 48’ 43,85” ; E 110 o 30’ 34,80”

Tabel 3.14. Tutupan karang (%) berdasarkan lifeform di perairan Pulau Tengah
Coral Lifeform Stasiun pengamatan
ST 1A ST 1B ST 2A ST 3A ST 4A ST 5A ST 6A
Acropora Branching (ACB) 1,10 6,30 0,41 3,11 7,89 0,42 0,92
Acropora Digitate (ACD) 0,00 0,00 0,00 0,69 0,14 0,28 0,07
Acropora Encrusting (ACE) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Acropora Submassive (ACS) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Acropora Tabulate (ACT) 0,30 0,00 0,00 0,00 0,56 0,48 1,63
Coral Branching (CB) 0,00 2,26 0,69 0,76 0,00 0,00 0,00
Coral Encrusting (CE) 0,30 1,30 4,07 1,18 4,89 0,35 3,19
Coral Foliose (CF) 0,40 3,49 1,86 0,48 8,38 0,14 4,04
Coral Heliopora (CHL) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Coral Massive (CM) 0,00 6,30 2,35 14,05 7,05 1,87 11,21
Coral Millepora (CME) 0,00 3,15 0,00 1,45 2,16 0,00 0,07
Coral Mushroom (CMR) 0,00 1,10 0,14 0,42 0,00 0,42 0,50
Coral Submassive (CS) 0,00 1,71 29,28 9,76 17,32 0,97 11,56
Coral Tubipora (CTU) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 2,10 25,62 38,81 31,90 48,39 4,92 33,19
Gambar 3.15. Kondisi tutupan karang di Pulau Tengah

Gambar 3.16. Kondisi karang di sebagian area rencana floating bed

D. Ikan karang

Hasil pengamatan terhadap ikan yang berada pada ekosistem terumbu karang di 6
lokasi pengamatan menunjukkan terdapat 48 spesies dari 17 famili. Jenis ikan yang
ditemukan di seluruh lokasi pengamatan ada 4 yaitu Cheilinus fasciatus, Pomacentrus
alexanderae, Pomacentrus molluccensis dan Thalassoma lunare. Spesies yang hanya
ditemukan di satu lokasi pengamatan adalah Dasyllus aruanus, Gymnothorax
isingteena, Scolopsis temporalis hanya dijumpai di lokasi ST1, Amphiprion
ocellaris hanya ditemukan di lokasi ST2, Acanthurus blochii, Chaetodon
triangulum, Heniochus varius hanya ditemukan di lokasi ST3, Cromis viridis
hanya ditemukan di lokasi ST4, Amblyglyphidodon leucogaster, Balistapus
undulates
hanya ditemukan di lokasi ST5 dan Taeniura lymma hanya ditemukan di lokasi
ST6.

Kelimpahan ikan berkisar antara 1,37 - 3,50 ind/m2. Kelimpahan terendah terdapat di
lokasi ST1 dan terbanyak di lokasi ST4. Jumlah spesies ikan karang dijumpai antara
20-25 species. Jumlah spesies paling banyak dijumpai di lokasi ST1 dan paling sedikit
di lokasi ST2 dan ST3. Keragaman spesies ikan bervariasi dari indeks keragaman 1,53
- 2,79. Keragaman ikan paling rendah di lokasi ST5 dan tertinggi di lokasi ST1.
Berdasarkan nilai indeks keragaman ini tingkat keragaman jenis ikan di pulau Tengah
termasuk dalam kategori keragaman sedang, karena nilai H’ berada pada kisaran
antara 1-3. Indeks dominansi menunjukkan nilai 0,02 – 0,08. Nilai ini menggambarkan
tidak adanya dominansi spesies ikan tertentu di Pulau Tengah.

Tabel 3.15. Kelimpahan dan struktur komunitas ikan di perairan Pulau Tengah
No Spesies Famili Stasiun pengamatan
ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6
1 Abudefduf sexfasciatus Pomacentridae 9 43 29 35
2 Abudefduf vaigiensis Pomacentridae 18 28
3 Acanthurus blochii Acanthuridae 9
4 Amblyglyphidodon batunai Pomacentridae 28
5 Amblyglyphidodon curacao Pomacentridae 54 55 45 58 55 45
Amblyglyphidodon
6 leucogaster Pomacentridae 18
7 Amphiprion clarkii Pomacentridae 4 2 3
8 Amphiprion ocellaris Pomacentridae 3
9 Amphiprion sandara Pomacentridae 3 3
10 Apogon sp Apogonidae 20 53
11 Balistapus undulatus Balistidae 1
12 Caesio cunning Caesionidae 25
13 Caesio teres Caesionidae 18 10 30 30 18
14 Cephalopholis sp Serranidae 2
15 Chaetodon octofasciatus Chaetodontidae 13 7 3 10 7
16 Chaetodon triangulum Chaetodontidae 2
17 Chaetodonplus mesoleucus Pomacanthidae 3 1
18 Cheilinus fasciatus Labridae 6 5 4 5 5 7
19 Cheilinus undulatus Labridae 1
20 Chelmon rostratus Chaetodontidae 2 2 2 2
21 Chlororus sordidus Scaridae 9 25 25 5
22 Chrysiptera springeri Pomacentridae 23 13 48
23 Coradion chrysozonus Chaetodontidae 1
24 Cromis viridis Pomacentridae 38
25 Dasyllus aruanus Pomacentridae 6
No Spesies Famili Stasiun pengamatan
ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6
26 Gymnothorax isingteena Muraenidae 1
27 Halichoeres sp Labridae 15 10 24 19
28 Hemigymnus melapterus Labridae 9
29 Heniochus varius Chaetodontidae 2 2
30 Labroides bicolor Labridae 3 3 5 5 5
31 Lutjanus decussatus Lutjanidae 4 3 3
32 Lutjanus kasmira Lutjanidae 18 3
33 Myriprits sp Myripristinae 9
34 Neoglyphidodon melas Pomacentridae 10 25 13 18
35 Parapercis sp Mugiloididae 2 2 1
36 Platax teira Ephippidae 1 1
37 Pomacanthus imperator Pomacanthidae 1 1
38 Pomacentrus alexanderae Pomacanthidae 54 35 50 65 85 63
39 Pomacentrus molluccensis Pomacanthidae 32 28 28 33 45 48
40 Premnas biaculeatus Pomacanthidae 1
41 Pterocaesio tile Caesionidae 15 10 20 15
42 Scarus quoyi Scaridae 14 3 5 2 7
43 Scolopsis bilineatus Nemipteridae 7 5 3 5
44 Scolopsis temporalis Nemipteridae 5
45 siganus virgatus Siganidae 3 8 3
46 Siganus vulpinus Siganidae 3 3
47 Taeniura lymma Dasyatidae 1
48 Thalassoma lunare Labridae 7 5 5 2 5 5
Jumlah total 342 298 246 438 337 324
Kelimpahan (ind/m2) 1,37 2,38 1,97 3,50 2,69 2,59
Indeks keragaman 2,79 1,61 1,56 1,62 1,53 1,57
Indeks dominansi 0,08 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02

Hasil kajian status konservasi menunjukkan tidak ada spesies ikan di Pulau Tengah
yang masuk di dalam kategori dilindungi (P.92/2018). Status kelangkaan berdasarkan
daftar merah IUCN menunjukkan bahwa di perairan Pulau tengah terdapat 2 spesies
yang memiliki status kelangkaan EN (endangered, genting) yaitu Amphiprion
clarkia dan Cheilinus undulates, 1 spesies dengan status NT (near threatened,
hampir terancam) yaitu Taeniura lymma dan 1 spesies dengan status VU
(vulnerable, rentan) yaitu Amblyglyphidodon batunai dan 28 spesies dengan status
LC (least concern, resiko rendah).
Tabel 3.16. Status konservasi jenis-jenis ikan di perairan Pulau Tengah
No Spesies Status Konservasi
IUCN red List P.92/2018
1 Abudefduf sexfasciatus LC -
2 Abudefduf vaigiensis LC -
3 Acanthurus blochii LC -
4 Amblyglyphidodon batunai VU -
5 Amblyglyphidodon curacao LC -
6 Amblyglyphidodon leucogaster LC -
7 Amphiprion clarkii EN -
8 Amphiprion ocellaris LC -
9 Amphiprion sandara LC -
10 Apogon sp - -
11 Balistapus undulatus - -
12 Caesio cunning - -
13 Caesio teres LC -
14 Cephalopholis sp - -
15 Chaetodon octofasciatus LC -
16 Chaetodon triangulum LC -
17 Chaetodonplus mesoleucus LC -
18 Cheilinus fasciatus LC -
19 Cheilinus undulatus EN -
20 Chelmon rostratus LC -
21 Chlororus sordidus - -
22 Chrysiptera springeri - -
23 Coradion chrysozonus LC -
24 Cromis viridis - -
25 Dasyllus aruanus - -
26 Gymnothorax isingteena LC -
27 Halichoeres sp - -
28 Hemigymnus melapterus LC -
29 Heniochus varius LC -
30 Labroides bicolor LC -
31 Lutjanus decussatus LC -
32 Lutjanus kasmira LC -
33 Myriprits sp - -
34 Neoglyphidodon melas - -
35 Parapercis sp - -
36 Platax teira LC -
37 Pomacanthus imperator LC -
38 Pomacentrus alexanderae - -
39 Pomacentrus molluccensis - -
40 Premnas biaculeatus - -
41 Pterocaesio tile LC -
42 Scarus quoyi LC -
43 Scolopsis bilineatus - -
No Spesies Status Konservasi
IUCN red List P.92/2018
44 Scolopsis temporalis LC -
45 siganus virgatus LC -
46 Siganus vulpinus LC -
47 Taeniura lymma NT -
48 Thalassoma lunare LC -

Berdasarkan kajian entitas ekologi menunjukkan bahwa di perairan Pulau Tengah


terdapat 31 spesies ikan yang memiliki nilai ekonomi yaitu18 species ikan mayor dan
13 spesies ikan target. Ikan target adalah ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap
untuk konsumsi. Kelompok ikan-ikan target biasanya menjadikan terumbu karang
sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan mayor merupakan jenis
ikan berukuran kecil, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal
sebagai ikan hias. Kelompok ikan-ikan major umumnya ditemukan melimpah, baik
dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Kelompok
ikan-ikan major sepanjang hidupnya berada di terumbu karang. Ikan dengan nilai
ilmiah meliputi 5 spesies ikan indicator. Ikan indicator adalah jenis ikan karang yang
khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem
daerah tersebut.

Jenis-jenis ikan dengan ragam tipe mendapatkan makanannya memiliki peranan


penting masing-masing dalam menjaga dinamika ekosistem terumbu karang. Ikan
herbivora memiliki peran ekologi sebagai pengendali pertumbuhan makroalgae (top
down control) melalui aktivitas grazing. Makroalgae merupakan salah satu
competitor karang yang dalam inetraksinya berdampak negative terhadap karang.
Sehingga ikan herbivore memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan
ekosistem terumbu karang.

Tabel 3.17. Jenis-jenis ikan karang dan nilai penting dalam entitas ekologi
No Spesies Nilai ekologi Nilai ekonomi Nilai ilmiah
1 Abudefduf sexfasciatus Pemangsa zooplankton dan algae Ikan mayor -
2 Abudefduf vaigiensis Pemangsa zooplankton dan algae benthik Ikan mayor -
serta invertebrata
3 Acanthurus blochii Pemangsa lapisan algae Ikan target -
4 Amblyglyphidodon batunai Pemangsa zooplankton dan algae Ikan mayor -
5 Amblyglyphidodon curacao Pemangsa zooplankton dan filamentous Ikan mayor -
algae
6 Amblyglyphidodon Pemangsa kopepoda, amphipoda, mysid, Ikan mayor -
leucogaster telur ikan, larva krustasea dan
algae

7 Amphiprion clarkii Omnivora dan komensalisme dengan Ikan mayor -


anemon
8 Amphiprion ocellaris Omnivora dan komensalisme dengan Ikan mayor -
anemon
9 Amphiprion sandara Omnivora dan komensalisme dengan Ikan mayor -
anemon
10 Apogon sp Karnivora, pemangsa invertebrata dan Ikan mayor -
ikan kecil
11 Balistapus undulatus Pemangsa oranisme benthik: algae, -
echinodermata, ikan, moluska, tunikata,
sponge dan hidrozoa
12 Caesio cunning Pemangsa zooplankton Ikan target -
13 Caesio teres Pemangsa zooplankton Ikan target -
14 Cephalopholis sp Pemangsa ikan dan krustacea Ikan target -
15 Chaetodon octofasciatus Koralivora obligat - ikan indikator

16 Chaetodon triangulum Koralivora obligat - ikan indikator

17 Chaetodontoplus Pemangsa sponge, tunikata dan alga - -


mesoleucus filemanentous
18 Cheilinus fasciatus Pemangsa utama organisme benthik : Ikan mayor -
invertebrata bercangkang keras seperti
moluska, krustacea dan bulu
babi
19 Cheilinus undulatus Pemangsa utama moluska, ikan, bulu babi, Ikan mayor -
krustacea dan intebrata lain dan predator
hewan beracun seperti sea hares, boxfishes
dan crown- of-
thorns starfish
20 Chelmon rostratus Pemangsa benthic invertebrata - Ikan indikator

21 Chlororus sordidus Pemangsa algae and benthic organism Ikan target -

22 Chrysiptera springeri Pemangsa krustasea plantonik (kopepoda, - -


misis, larva udang), telur
ikan, dan algae.
23 Coradion chrysozonus Pemangsa sponge - ikan indikator

24 Cromis viridis Pemangsa fitoplankton Ikan mayor -


25 Dasyllus aruanus Pemangsa zooplankton, invertebrates - -
benthik, dan algae
26 Gymnothorax isingteena Pemangsa ikan kecil dan krustacea - -
27 Halichoeres sp Pemangsa bercangkang keras seperti Ikan mayor -
moluska, krustacea dan bulu babi
28 Hemigymnus melapterus Pemangsa utama invertebrata kecil, - -
terutama krustase, cacing polichaeta,
moluska dan brittle stars
29 Heniochus varius Pemangsa polyp karang dan bermacam - ikan indikator
macam invertebrata benthik.

30 Labroides bicolor Pemangsa ektoparasit dan mukus ikan - -


lain
31 Lutjanus decussatus Karnivora ikan kecil Ikan target -
32 Lutjanus kasmira Pemangsa ikan, udang, kepiting, Ikan target -
stomatopoda, cephalopoda dan
krustacea planktonik serta
bermacam-macam algae
33 Myriprits sp Planktivora -
34 Neoglyphidodon melas Pemangsa invertebrate benthik dan algae Ikan mayor -

35 Parapercis sp Pemangsa krustasea benthik - -


36 Platax teira pemangsa algae, zooplankton dan - -
invertebrate benthik
37 Pomacanthus imperator Pemangsa sponge dan tunicata - -
38 Pomacentrus alexanderae Pemangsa krustacea planktoni,k telur Ikan mayor -
ikan, algae dan invertebrata kecil
39 Pomacentrus molluccensis Pemangsa algae dan krustacea Ikan mayor -
planktonik
40 Premnas biaculeatus Pemangsa zooplankton dan benthic algae Ikan mayor -

41 Pterocaesio tile pemangsa zooplankton Ikan target -


42 Scarus quoyi Herbivore Ikan target -
43 Scolopsis bilineatus Pemangsa ikan kecil dan benthic Ikan target -
invertebrates
44 Scolopsis temporalis Pemangsa ikan kecil, crustacea, molluska Ikan target -
dan cacing polychaete.
45 siganus virgatus Pemangsa benthic seaweeds Ikan target -
46 Siganus vulpinus Omnivorous, tertuma memangsa Ikan target -
algae dan zooplankton
47 Taeniura lymma Pemangsa invertebrata - -
48 Thalassoma lunare Pemangsa benthic invertebrates dan telur Ikan mayor -
ikan
Gambar 3.17. Jenis-jenis ikan karang di perairan Pulau Tengah
Tabel 3.18. Informasi habitat dan ekologi, ancaman, pemanfaatan dan perdagangan serta
informasi tindakan konservasi jenis-jenis ikan karang yang
ditemukan di perairan pulau Tengah dengan status kelangkaan IUCN : EN
(Endangered ; Genting atau Terancam) dan VU (Vulnerable; Rentan)
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
1 Cheilinus undulatus EN Informasi Habitat Dan Ekologi
Dalam sebuah penelitian, wrasses humphead post-
settlement ditemukan pada spesies lamun (Enhalus
acoroides), empat spesies karang keras (tiga Acropora spp.
dan Porites cylindricus), dan di karang lunak Sarcophyton
sp. (berbentuk percabangan; M.A. Tupper, komunikasi
pribadi). Juvenil dan dewasa hidup terkait dengan habitat
terumbu atau dekat terumbu dari padang lamun dan daerah
bakau, juvenil biasanya di pantai dan individu lebih besar
ditemukan di perairan yang lebih dalam dari terumbu luar
atau laguna (Myers 1999).
Juvenil panjang 3-20 cm, dan lebih besar, terjadi di daerah
karang laguna yang kaya karang, khususnya di antara stagorn
hidup, Acropora spp., di padang lamun, daerah sungai luar
yang keruh dengan terumbu karang, daerah berpasir dangkal
yang berdekatan dengan laguna terumbu karang, dan daerah
hutan bakau dan lamun (Randall 1955, Randallet al. 1978,
Myers 1999, J.H. Choat, komunikasi pribadi). Pola rekrutmen
dapat sangat bervariasi (M.A. Tupper, data yang tidak
dipublikasikan). Individu dewasa lebih umum berada di lepas
pantai daripada di pantai, habitat yang lebih disukai adalah
lereng terumbu luar yang curam, penurunan karang, puncak
terumbu, lereng saluran, lintasan terumbu, dan terumbu laguna
hingga 100 m. Mereka biasanya ditemukan dalam hubungan
dengan terumbu karang yang berkembang dengan baik (Vivien
1973, Randall et all.
1978, Winterbottom et al. 1989, Allen dan Swainston 1992,
Sluka 2000). Biasanya mereka soliter atau berpasangan, tetapi
juga telah dicatat dalam kelompok 3 hingga 7 individu
(Donaldson 1995). Mereka tampak agak tidak bergerak karena
individu yang sama, yang dapat diidentifikasi dengan tanda
alami yang berbeda, dapat dilihat di sepanjang bentangan
karang yang sama untuk periode yang lama. Kepadatan alami
jelas tidak pernah tinggi, bahkan di habitat yang lebih disukai.
Sebagai contoh, di daerah yang tidak ditangkap atau ditangkap
dengan sedikit, kepadatan dapat berkisar dari dua hingga jarang
lebih dari 10-20 individu per 10.000 m² terumbu yang sesuai.
Namun, di daerah penangkapan ikan, kepadatan biasanya lebih
rendah sepuluh kali lipat atau lebih, dan di beberapa tempat,
ikan tampaknya tidak lagi hadir.
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
Ancaman meliputi:

1) Penangkapan secara intensif untuk


perdagangan ekspor ikan makanan hidup;
2) Mudah diakses oleh spearfishing di malam hari
dengan peralatan SCUBA atau hookah (mis., Udara
bertekanan), dan mudah ditangkap dengan sianida,
atau racun lain seperti Derris trifoliata, karena
habitat dewasa yang dapat diprediksi dan kisaran
kedalaman dangkal;
3) Kurangnya manajemen nasional dan regional yang
terkoordinasi, konsisten terutama karena kapasitas
manajemen yang terbatas dan sifat pedagang yang
terkadang bersifat rahasia - khususnya tidak ada
otoritas pengelolaan perikanan regional yang
relevan untuk mengatasi masalah dengan spesies
ini;
4) Penangkapan ikan secara selektif, khususnya
pengambilan remaja secara intensif untuk penjualan
ekspor langsung dan untuk pembesaran (juga
disebut sebagai 'budidaya' - spesies tidak dapat
dipelihara pembenihan; dan
5) Perikanan ilegal, tidak diatur, atau tidak
dilaporkan (IUU) (Donaldson dan Sadovy
2001).

Informasi Tindakan Konservasi Di Indonesia


Memancing diizinkan jika:
1) Dilakukan oleh peneliti (dengan izin penelitian)
untuk tujuan pengembangan ilmiah dan budidaya
laut, serta oleh nelayan artisanal (dengan izin
memancing khusus).
2) Bobot yang diijinkan adalah 1 hingga 3 kg. Ikan
dengan berat kurang dari 1 kg dan lebih dari 3 kg
harus digunakan untuk budidaya laut dan / atau
dibebaskan ke alam.
3) Metode penangkapan ikan yang diijinkan untuk
menangkap humphead wrasse adalah kail, jaring
ikan dan jaring insang.
4) Berkenaan dengan nelayan tradisional yang terlibat
dalam kemitraan bisnis perikanan, para nelayan
harus menjual ikan tersebut kepada mitra
pengumpulnya.
5) Kolektor dan eksportir harus mengembangkan
fasilitas pemeliharaan dan budidaya di lokasi
pengumpulan yang dilengkapi dengan staf yang
memiliki pengetahuan luas dalam budidaya ikan
karang.
6) Dinas Perikanan Provinsi banyak memantau,
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
mengendalikan, dan melaporkan izin dan volume
3-bulanan tetapi tidak ada data yang tersedia
meskipun ada beberapa pertanyaan dan
tampaknya tidak dikumpulkan.

2 Amphiprion clarkii EN Habitat Dan Ekologi


Amphiprion clarkii adalah spesies yang bergantung pada
karang. Spesies ini juga mendiami habitat pesisir, laguna dan
terumbu luar dengan kisaran kedalaman 1-60 m (Broad 2003).
Amphiprion clarkii adalah penghuni anemon laut komensal
(Cryptodendrum adhaesivum, Entricmaea quadricolor,
Heteractis aurora, H. crispa, H. magnifica, H. malu,
Macrodactyla doreensis, Stichodactyla gigantea, S.
haddoni, dan S. mertensii).
Jenis ikan ini juga diamati berbagi rumah anemon dengan jenis
A. sandaracinos (Bos 2011). Amphiprion clarkii adalah
spesies omnivora (Sano et al. 1984) dan diketahui hidup hingga
11 tahun di alam liar (Moyer 1986, Carey and Judge 2000). A.
clarkii juga telah dapat dipelihara di penangkaran (Miyagawa
1989, Moe 1992). Panjang standar maksimum yang tercatat
(SL) adalah 15 cm (Anderson dan Hafiz 1995). Amphiprion
clarkii memiliki siklus hidup yang ovipar, menunjukkan
pasangan yang berbeda saat berkembang biak, dan
menghasilkan telur demersal yang melekat pada substrat.
Individu jantan dari spesies ini menjaga telur (Breder dan
Rosen 1966).
Pembalikan jenis kelamin selesai dalam waktu kurang dari
5-6 bulan (Sadovy dan Shapiro 1987).

Informasi Ancaman
Di Teluk Persia, pengerukan dasar laut yang substansial,
mengakibatkan perubahan aliran air dan laju sedimentasi, untuk
pengembangan industri, berbasis infrastruktur, dan perumahan
dan pariwisata di sepanjang pantai telah menyebabkan
kerusakan pada sebagian besar habitat bentik (Sheppard et al.
2010). Tidak diketahui apakah A. clarkii secara langsung
dipengaruhi oleh pengembangan pantai, tetapi karena skala
besar pembangunan pantai di seluruh Teluk Persia dan
mengingat preferensi habitat spesies, kemungkinan ada dampak
negatif di beberapa bagian dari wilayah tersebut. Sebagai hasil
dari peningkatan suhu permukaan laut, peristiwa pemutihan
karang juga meningkat dalam frekuensi selama beberapa
dekade terakhir (Burt et al. 2014), penyusutan karang di Teluk
Persia, terutama yang ditemukan di dekat pantai di Teluk Persia
selatan. Ini kemungkinan juga memiliki dampak negatif pada
spesies ini dan inangnya
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan

Amphiprion clarkii tidak digunakan di Teluk Persia.

Informasi Tindakan Konservasi


Tidak ada langkah-langkah konservasi spesifik spesies yang
dikenal untuk A. clarkii. Namun, A. clarkii diketahui terjadi
di beberapa kawasan lindung laut di Teluk Persia (J. Burt
komunikasi pribadi 2013), termasuk Suaka Margasatwa Laut
Jubail (Krupp dan Müller 1994, Krupp
dan Almarri 1996)
3 Taeniura lymma NT Informasi Habitat Dan Ekologi
Karakter pari kecil dari habitat terumbu karang. Ditemukan
mencari makan di dekat lamun (Yahya dan Jiddawi komunikasi
pribadi). Bergerak mengikuti pasang naik ke daerah dangkal,
berpasir untuk memakan moluska, dan berlindung di gua-gua
dan di bawah langkan ketika air pasang turun (Last and Stevens
1994). Meskipun jumlahnya relatif melimpah di beberapa
daerah, hampir tidak ada informasi yang tersedia tentang
parameter riwayat kehidupannya (usia, umur panjang, usia
reproduksi rata-rata, waktu generasi dan kesuburan tahunan
tidak diketahui).

Informasi Ancaman
Biasanya ditangkap oleh perikanan komersial skala kecil dan
artisanal terjadi di atau sekitar habitat terumbu karang. Selain
itu, mungkin dapat dieksploitasi secara lokal untuk
penangkapan untuk perdagangan akuarium laut. Ini berisiko di
banyak daerah karena ketergantungannya pada habitat
terumbu karang. Ikan jenis ini berada di bawah ancaman yang
besar dari perikanan jaring, dinamit dan sianida untuk teleost
di banyak tempat di mana spesies ini muncul. Di Afrika
Timur, nelayan artisanal menangkap T. lymna dengan
menggunakan pijakan dasar, longline dan selam dengan
tombak, dan juga sebagai tangkapan sampingan dalam
perangkap pagar (S. Yahya dan N. Jiddawi pers. Obs.).
Kehilangan dan degradasi habitat memberikan dampak yang
signifikan terhadap populasi.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Penggunaan akuarium

Informasi Tindakan Konservasi


Tidak ada inisiatif konservasi atau pengelolaan yang telah
diidentifikasi.
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
4 Amblyglyphidodon VU Informasi Habitat Dan Ekologi
batunai Amblyglyphidodon batunai saat ini umum di antara daerah
yang kaya akan terumbu karang terlindung (Lieske dan Myers
1994) dengan alga dan karang staghorn dengan kedalaman
sekitar 15 m, tetapi lebih umum dari 1-5 m.
Individu bertelur dalam kelompok dan masing-masing
pasangan mengklaim sebagian kecil terumbu. Telur
diletakkan di atas bagian karang yang dibersihkan dan
dijaga oleh orang tua (Kuiter dan Tonozuka 2001).
Spesies ini terkait erat dengan karang Acropora bercabang
(Allen 1991), dan tidak ditemukan di daerah tanpa karang
Acropora yang bercabang.

Informasi Ancaman
Spesies ini terkait erat dengan Acropora bercabang yang telah
mengalami penurunan yang signifikan karena perkembangan
pantai, metode penangkapan ikan yang merusak, dan
peningkatan kejadian pemutihan mungkin karena perubahan
iklim di sebagian besar rentang spesies ini. Karena itu,
habitatnya terancam.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Tidak ada informasi penggunaan / perdagangan untuk
spesies ini.

Informasi Tindakan Konservasi


Spesies ini ditemukan di banyak kawasan lindung laut
sepanjang jangkauannya. Namun, penurunan populasi masih
terjadi di setidaknya beberapa kawasan lindung ini (A. Jenkins
komunikasi pribadi 2010).

Sumber : https://www.iucnredlist.org/
Tabel 3.19. Informasi habitat dan ekologi, ancaman, pemanfaatan dan perdagangan serta
informasi tindakan konservasi jenis-jenis ikan karang yang
ditemukan di perairan pulau Tengah dengan status kelangkaan IUCN : LC
(Least Concern ; Berisiko Rendah)

No Spesies IUCN Deskripsi


red List
1 Abudefduf LC Habitat dan Ekologi
sexfasciatus Ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang dan non- migrasi,
mendiami karang hingga lepas pantai atau
karang berbatu di kedalaman antara 1-15 m, dijumpai di tempat
yang terdapat banyak karang lunak atau koloni hidroid yang
tinggi (Kuiter dan Tonozuka 2001).Memakan zooplankton,
invertebrata bentik, dan alga dan agregat di kolom air (Lieske
dan Myers 1994)

Informasi Ancaman
Berpotensi terancam oleh eksploitasi untuk perdagangan
akuarium.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini adalah bagian dari perdagangan akuarium
2 Abudefduf LC Habitat dan Ekologi
vaigiensis Mendiami tepi atas lereng terumbu luar dan terumbu karang
pantai pada kedalaman 1-15 m, sedangkan juvenile dari spesies
ini berasosiasi dengan rumput laut. memakan zooplankton, alga
bentik, dan invertebrata kecil. Hal ini sering ditemukan dalam
agregasi dalam jumlah besar di tempat pemijahan untuk
perdagangan akuarium dan juga ada di perikanan subsisten

Informasi Ancaman
Spesies ini berpotensi terancam oleh eksploitasi untuk
perdagangan akuarium.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini adalah bagian dari perdagangan akuarium

3 Acanthurus blochii LC Habitat dan Ekologi


Ditemukan di terumbu karang dangkal kadang-kadang djumpai
di padang lamun. Ikan ini memakan detritus dan material
sedimen, sebagai grazer / detritivore.

Informasi Ancaman
Acanthurus blochii adalah ikan makanan yang
ditargetkan di beberapa daerah

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Ini juga merupakan komponen dari perdagangan
akuarium (juveniles )
4 Amblyglyphidodon LC Habitat dan Ekologi
curacao Curacao Amblyglyphidodon mendiami laguna, tanggul pantai,
jalur terumbu dan terumbu luar dengan kedalaman antara 1-15
m.
Agregasi makan sering diamati pada pertumbuhan Acropora
karang staghorn. Hal ini juga umum terjadi di daerah dengan
tutupan karang rendah dan habitat yang
terganggu.
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
Spesies ini memakan zooplankton dan ganggang
filamentous. Analisis isi perut spesimen ditemukan
kepiting dan udang larva, telur ikan, dan ganggang.

Informasi Ancaman
Ditangkap untuk perdagangan akuarium. Hilangnya habitat
terumbu karang, karena perkembangan pantai, metode
penangkapan ikan yang merusak, dan meningkatnya
kejadian pemutihan mungkin karena perubahan iklim, ini
merupakan ancaman utama bagi spesies ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini kadang-kadang ditangkap untuk perdagangan
akuarium.

5 Amblyglyphidodon LC Habitat dan Ekologi


leucogaster Amblyglyphidodon Leucogaster mendiami laguna, bagian
terumbu, dan lereng terumbu luar pada kedalaman 2-45 m
sebagai individu soliter atau dalam kelompok kecil. ini
memakan copepoda, amphipoda, mysids, telur ikan, larva
krustasea, dan sebagian kecil ganggang. spesies ini dapat
beradaptasi dengan habitat yang terganggu.

Informasi Ancaman
Di Indonesia, Malaysia dan Filipina, spesies ini ditemukan di
daerah yang mengalami peledakan dinamit.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Tidak ada informasi penggunaan / perdagangan untuk spesies
ini.
6 Amphiprion sandara LC Habitat dan Ekologi
Amphiprion sandaracinos hidup pada kedalaman 3 - 20 m dan
ditemukan di laguna dan terumbu karang luar. ini paling sering
dikaitkan dengan spesies anemon inang 'stichodactyla
mertensii. Spesies ini adalah hermafrodit protandrous. Spesies
ini bersifat monogami.

Informasi Ancaman
Amphiprion sandaracinos ditangkap secara komersial untuk
perdagangan akuarium, dan ditangkap dengan jala tangan (fao
2001). Anemon tempat tinggal spesies ini, juga dipanen secara
komersial untuk perdagangan akuarium.
Spesies ini juga terancam oleh degradasi habitat karena
eutrofikasi, praktik penangkapan ikan yang merusak, pariwisata,
pemutihan karang, pengembangan pantai dan polusi air.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Amphiprion sandaracinos dibiakkan di penangkaran, tetapi
kadang-kadang dapat dipanen dari alam untuk perdagangan
akuarium.

7 Caesio teres LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Caesio teres merupakan schooling species yang terjadi di
atas terumbu, padang lamun dan habitat dasar berbatu. Spesies
ini lebih suka laguna coralline daripada habitat
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
lain yang tersedia. Caesio teres menunjukkan perilaku
pemijahan massal yang terkait dengan pola pasang surut

Informasi Ancaman
Caesio teres rentan terhadap degradasi habitat sebagai
akibat dari perubahan iklim dan dampak antropogenik
lainnya.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini dieksploitasi dalam perikanan. Ini sering
tertangkap dengan drive-in nets.
8 Chaetodon LC Informasi Habitat Dan Ekologi
octofasciatus Spesies ini paling sering ditemukan di daerah laguna dangkal
yang dilindungi (seringkali keruh dan berlumpur) dan terumbu
dalam dengan pertumbuhan karang yang luas. Individu dewasa
biasanya ditemukan sendirian atau berpasangan, dan kadang-
kadang dalam kelompok kecil. Juvenile berlindung di antara
karang bercabang (genus Acropora). Ikan ini adalah
corallivore.

Informasi Ancaman
Spesies ini bergantung pada karang hidup untuk makanan dan /
atau perekrutan, dan karena itu dapat menurun dalam
kelimpahan setelah penipisan karang yang disebabkan oleh
iklim (Pratchett et al. 2008). Telah ada degradasi terumbu
karang yang luas di seluruh jajaran spesies ini, tetapi tidak ada
data yang tersedia tentang tren populasi. Tidak ada ancaman
besar yang jelas selain kehilangan karang.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Terkadang diekspor melalui perdagangan akuarium. Karena
makanan koral, spesies ini sering kelaparan ketika disimpan di
penangkaran (Pyle 2001).

9 Chaetodon LC Informasi Habitat Dan Ekologi


triangulum Spesies ini ditemukan di perairan jernih terumbu tepi di
mana karang pembentuk lempeng dari genus Acropora
berlimpah (Allen 1980). Spesies ini adalah spesies teritorial
yang terjadi sendiri atau berpasangan.
Chaetodon triangulum adalah pada karang Acropora dan
secara aktif mengusir ikan kupu-kupu lain yang melanggar
pasokan makanannya (Allen 1980, G.R. Allen pers.
Comm. 2006).

Informasi Ancaman
Spesies ini bergantung pada karang hidup untuk makanan dan /
atau perekrutan (Pratchett et al. 2008).

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini kadang-kadang dikumpulkan untuk perdagangan
akuarium (G.R. Allen pers. Comm. 2006).

13 Chaetodonplus LC Informasi Habitat Dan Ekologi


mesoleucus Chaetodonplus mesoleucus ditemukan di daerah yang
kaya pertumbuhan karang di terumbu pantai bagian
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
dalam dan laguna. Ikan dewasa terjadi sendiri atau
berpasangan. Memakan spons, tunikata dan alga (G.R. Allen
pers. Comm. 2006).

Informasi Ancaman
Tampaknya tidak ada ancaman besar bagi spesies ini.
Mengumpulkan tidak dianggap berdampak pada populasi
global.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini sering diekspor melalui perdagangan
akuarium (Pyle 2001).

15 Cheilinus fasciatus LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Spesies ini ditemukan di pesisir (Kuiter 2002, 2006), laguna,
terumbu ke arah laut, dan biasanya di daerah dengan
campuran karang, pasir dan puing-puing (Lieske dan Myers
1994, Allen 2000) pada kedalaman empat hingga 40 m (Myers
1991).

Informasi Ancaman
Juvenil dari spesies ini sering dikaitkan dengan rumput laut
dan bakau yang berdekatan dengan terumbu karang
(Dorenbosch et al. 2006). Ikan ini memakan terutama
invertebrata kecil bercangkang keras, seperti moluska,
krustasea dan landak laut (Myers 1991, Westneat 2001)

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini tercatat sebagai ikan konsumsi dan ikan hias di
Taiwan (Shao 2008). Secara global, dipasarkan dalam jumlah
kecil dan kadang-kadang terlihat dalam
perdagangan akuarium (Westneat 2001).
16 Chelmon rostratus LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Spesies ini menghuni pesisir dan terumbu dalam, seringkali di
air keruh, ditemukan baik sendiri-sendiri atau berpasangan.
Moncong memanjang beradaptasi untuk makanv invertebrata
bentik dari celah kecil (G.R. Allen pers. Comm. 2006).

Informasi Ancaman
Spesies ini dikumpulkan untuk perdagangan akuarium,
namun. Tampaknya tidak ada ancaman besar lainnya
terhadap spesies ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


ikan kupu-kupu yang paling sering diperdagangkan
(Global Marine Aquarium Database).

17 Coradion LC Informasi Habitat Dan Ekologi


chrysozonus Spesies ini biasanya ditemukan di terumbu pantai, kadang-
kadang di antara bebatuan atau di atas puing- puing di mana
pertumbuhan karang relatif jarang (Pyle 2001, G.R. Allen
pers. Comm 2006). Ikan ini merupakan hewan soliter atau
berpasangan dan paling berlimpah di perairan yang relatif
dalam dan daerah dingin yang terkena upwelling. Ikan ini
adalah omnivora, terutama
memakan spons dan invertebrata kecil yang hidup di
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
permukaan spons (G.R. Allen pers. Comm. 2006).

Informasi Ancaman
Tampaknya tidak ada ancaman besar bagi spesies ini.
Pengumpulan terbatas dan tidak dianggap berdampak pada
populasi global.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini jarang diekspor melalui perdagangan
akuarium (Pyle 2001). Telah dicatat sebagai ikan
konsumsi di pasar ikan Manila (Steene 1978).
18 Gymnothorax LC Informasi Habitat Dan Ekologi
isingteena Gymnothorax isingteena ditemukan di antara sistem karang
dan batu karang dan lereng luar dari kedalaman 3- 30 m.
Spesies ini sering menyendiri dan cenderung terlihat dengan
kepalanya menonjol dari tempat berlindung di dalam karang.

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui oleh
Gymnothorax isingteena.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini tidak dimanfaatkan

19 Hemigymnus LC Informasi Habitat Dan Ekologi


melapterus Spesies ini ditemukan di terumbu karang (Allen 2000,
Westneat 2001), rataan terumbu subtidal, laguna, lereng
terluar dan drop-off pada kedalaman setidaknya 40 m.
Ikan soliter (Richard dan Field 1998, Kuiter 2002) atau
terjadi dalam kelompok kecil (Kuiter 2006).
Juvenil ditemukan di pantai (Kuiter 2002) dan menetap di
antara duri panjang landak laut atau dekat dengan substrat di
antara invertebrata penyengat lainnya untuk perlindungan
(Kuiter 2006). Sementara di Mikronesia, diamati terjadi di
antara karang bercabang (Myers 1991).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui untuk spesies ini,
meskipun ditargetkan oleh spearfishers dan dikumpulkan
untuk perdagangan akuarium dan perikanan multispesies.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini dipasarkan untuk ikan konsumsi dan sebagai ikan
akuarium di Taiwan (Shao 2008).

20 Heniochus varius LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Spesies ini biasanya ditemukan di daerah pertumbuhan karang
di laguna dan di lereng terumbu ke arah laut. Ikan ini lebih
menyukai tempat berlindung gua daripada daerah terbuka
(Steene 1978). Dapat ditemukan sebagai individu tunggal,
berpasangan, atau dalam agregasi yang berjumlah hingga 30
individu. Spesies ini memakan karang hidup, meskipun tidak
diketahui apakah spesies ini bergantung pada karang hidup
untuk makanan.
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
Informasi Ancaman
Tampaknya tidak ada ancaman besar bagi spesies ini.
Pengumpulan terbatas dan tidak dianggap berdampak pada
populasi global.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Ini sering diekspor melalui perdagangan akuarium (Pyle
2001).
23 Labroides bicolor LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Spesies ini mendiami daerah yang kaya terumbu karang mulai
dari dataran sub-pasang surut hingga laguna yang lebih dalam
dan terumbu ke arah laut, hingga kedalaman setidaknya 40 m
(Lieske dan Myers 1994, Letourner dkk. 2004, Nguyen dan
Nguyen 2006).
Ikan ini memakan ektoparasit krustasea dari ikan lain,
mungkin termasuk gnathiid isopoda (Grutter 1997), dan juga
pada lendir ikan (Masuda dan Allen 1993).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui terhadap spesies ini.
Namun, dulu ditargetkan dalam perdagangan ikan akuarium
laut tetapi tidak umum diperdagangkan.
Juga, degradasi habitat karang mungkin memiliki
beberapa dampak lokal pada spesies ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini dikumpulkan untuk perdagangan akuarium.
26 Lutjanus LC Informasi Habitat Dan Ekologi
decussatus Kakap, Lutjanus decussatus, ditemukan di permukaan
karang pantai dan lereng berpasir dengan hamparan karang
yang tersebar di kisaran kedalaman 2 - 30 m. Spesies ini juga
jarang ditemukan di terumbu lepas pantai. Ikan ini biasanya
ditemukan terjadi secara individual, tetapi kadang-kadang
membentuk schooling. Makananannya termasuk ikan kecil
dan krustasea.
Spesies ini dapat mencapai panjang 35 cm, tetapi
umumnya sekitar 20 cm.

Informasi Ancaman
Lutjanus decussatus memiliki kepentingan komersial kecil,
karena ukurannya yang kecil.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini sebagian besar dipasarkan segar (FAO 2002). Ikan
ini juga diambil untuk perdagangan akuarium, tetapi dalam
jumlah yang sangat rendah.
28 Lutjanus kasmira LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Spesies ini mendiami terumbu karang, yang terjadi di kedua
laguna dangkal dan di lereng terluar hingga kedalaman
setidaknya 60 m (Allen 1985), tetapi terjadi pada kedalaman
180 dan 265 m di Kepulauan Marquesas dan Laut Merah.
Mereka sering ditemukan dalam agregasi besar di sekitar
formasi karang, scave atau bangkai kapal sepanjang hari.
Lutjanus kasmira yang lebih besar dilaporkan terjadi pada
lereng terumbu
dangkal sementara individu yang lebih kecil menghuni
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
lereng yang lebih dalam dan habitat lidah dan alur
(Friedlander et al. 2002). Mereka memakan ikan, udang,
kepiting, stomatopoda, sefalopoda, dan krustasea planktonik.
Spesies ini juga memakan berbagai alga (Bagnis et al. 1972).

Informasi Ancaman
Spesies ini ditangkap sebagai salah satu spesies utama dalam
perikanan lepas pantai handline Hawaii, tetapi harga yang
relatif rendah (Anderson dan Allen 2001).

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini merupakan salah satu spesies utama dalam
perikanan lepas pantai handline Hawaii tetapi memiliki harga
yang relatif rendah. Itu terutama ditangkap dengan handline,
jebakan dan jaring insang. Itu biasanya ditawarkan segar
(Anderson dan Allen 2001).

29 Platax teira LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Spesies ini mendiami teluk yang terlindung, terumbu lagoonal
dan seaward, dan daerah di sekitar terumbu karang lepas pantai
dan bangkai kapal. Ikan ini terjadi sendirian atau dalam
kelompok kecil, dan kadang-kadang membentuk schooling
besar (Myers 1991, Heemstra 2001). Juvenil sering dikaitkan
dengan puing-puing mengambang dan membentuk agregasi di
bawah rakit Sargassum besar (Heemstra 2001, Kuiter dan
Tonozuka 2001). Juveni juga mendiami terumbu dalam yang
dangkal dan terlindungi (Myers 1991). Panjang total
maksimum adalah sekitar 65 cm (Heemstra 2001).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui. Penangkapan ikan
diperkirakan tidak akan menyebabkan penurunan populasi
saat ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini memiliki kepentingan komersial yang sangat kecil
(Myers 1991), dan memiliki signifikansi kecil sebagai ikan
buruan (van der Elst 1993, Heemstra 2001). Juveni
bersirip panjang dicari untuk perdagangan ikan akuarium
(Heemstra 2001).

30 Pomacanthus LC Informasi Habitat Dan Ekologi


imperator Spesies ini menghuni berbagai habitat dari pantai dan
terumbu luar, laguna yang dalam, sering di jumpai di daerah
pertumbuhan karang yang kaya (Steene 1978, Pyle 2001,
G.R. Allen pers. Comm. 2006). Biasanya terlihat di dekat
tepian dan gua. Juveni biasanya ditemukan di bawah tepian
atau lubang di terumbu dangkal. Ikan ini memakan terutama
spons dan tunikata (Pyle 2001, G.R. Allen pers. Comm.
2006).

Informasi Ancaman
Tampaknya tidak ada ancaman besar bagi spesies ini.
Koleksi untuk perdagangan akuarium terlokalisasi dan
tampaknya tidak mempengaruhi populasi global.
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan
Spesies ini sering diekspor melalui perdagangan
akuarium (Pyle 2001).
31 Pterocaesio tile LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Pterocaesio tile tersebar luas di sekitar terumbu karang dan
juvenile kadang-kadang terjadi dalam jumlah besar di laguna
dangkal dan di dataran terumbu (Lieske dan Myers 1994).
Spesies ini memakan plankton dalam agregasi di tengah air
(Carpenter 1987). Pterocaesio tile adalah ikan schooling dan
kadang-kadang terlihat dalam kelompok dengan caesionid lain
(Carpenter 2001). Ukuran maksimum yang dicatat untuk spesies
ini adalah panjang 30 cm (Carpenter 1988).

Informasi Ancaman
Pterocaesio tile banyak dieksploitasi (K. Carpenter
komunikasi pribadi, 2015).

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Pterocaesio tile ditangkap oleh drive-in net, jaring insang,
perangkap dan peledak; ikan ini juga digunakan untuk umpan
dalam industri perikanan tuna (Carpenter 1987).
Ikan ini sangat dieksploitasi, termasuk Filipina (K.
Carpenter komunikasi pribadi. 2015).

32 Scarus quoyi LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Spesies ini mendiami wilayah yang kaya terumbu termasuk
dataran terumbu saat air pasang. Ditemukan di kedalaman 1
hingga 18 m. Ikan ini dijumpai secara tunggal atau dalam
kelompok kecil.

Informasi Ancaman
Spesies ini ditangkap di banyak tempat di mana praktik
penangkapan ikan yang merusak dan perusakan habitat
banyak terjadi.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini digunakan sebagai ikan konsumsi, terutama
subsisten, tetapi juga komersial (lokal dan regional) di
Mikronesia di mana mungkin diekspor dari Negara Federal
Mikronesia ke Guam
36 Scolopsis LC Informasi Habitat Dan Ekologi
temporalis Scolopsis temporalis mendiami pasir reruntuhan karang
pantai dan laguna (Allen dan Erdmann 2012). Spesies ini
biasanya soliter atau dalam kelompok kecil (Allen dan
Erdmann 2012). Ukuran maksimum yang dilaporkan adalah
sekitar 40 cm panjang total, tetapi lebih umum mencapai
panjang standar 20-28 cm (Russell 1990).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui terhadap
spesies ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


S. temporalis bukan ikan mayor(Russell 2001), tetapi
kadang-kadang muncul di pasar ikan lokal di Papua
Nugini (B. Russell pers. Comm. 2015).
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
37 siganus virgatus LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Siganus virgatus mendiami padang lamun pesisir dan dataran
terumbu dangkal dan laguna di kedalaman 0 - 12 m (Erftemeijer
dan Allen 1993, Aziz et al. 2006, Allen dan Erdmann 2012).
Spesies herbivora ini telah ditemukan untuk mengendalikan
rasio mikro dan makroalga terhadap karang, sehingga
memungkinkan terumbu karang untuk tetap dominan di karang
(Plass-Johnson et al. 2015).
Siganids adalah lunar-spawners dengan musim puncak terjadi
dari bulan April hingga Mei (Jaikumar 2012). Ikan ini sering
ditemukan dalam kelompok. Panjang maksimum untuk spesies
ini adalah 30 cm TL (Allen dan Erdmann 2012).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui terhadap
spesies ini.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Siganus virgatus adalah salah satu spesies Siganidae paling
umum ditemukan di pasar Teluk Lagonoy dan
Dumanguete, Filipina (Soliman dan Yamaoka 2010, Padin et al.
2011)

41 Siganus vulpinus LC Informasi Habitat Dan Ekologi


Spesies ini muncul di daerah karang dan laguna yang kaya akan
karang, seringkali di antara karang staghorn (Allen dan
Erdmann 2012). Biasanya terjadi secara tunggal atau
berpasangan, tetapi juvenile dan subadult kadang-kadang
terjadi dalam scholing besar di antara Acropora di mana
mereka memakan alga yang tumbuh di pangkalan cabang-
cabang karang mati. Ikan ini mencapai ukuran panjang
maksimum sekitar 25 cm, tetapi leumumnya hingga 20 cm
(Woodland 2001).

Informasi Ancaman
Spesies ini kadang-kadang termasuk dalam perikanan spesies
campuran dan perdagangan akuarium, tetapi saat ini tampaknya
tidak menjadi ancaman utama.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini kadang-kadang mungkin termasuk dalam perikanan
spesies campuran dan perdagangan akuarium, tetapi tidak ada
data kuantitatif yang tersedia. Seringkali ditangkap dengan
tombak dan muncul secara teratur di pasar dalam jumlah kecil
di antara tangkapan campuran spesies terumbu (Woodland
2001).
42 Thalassoma lunare LC Informasi Habitat Dan Ekologi
Spesies ini aktif diurnal (Pawlik et al. 1988), dan mendiami
terumbu karang, pantai, karang berbatu, dan terlindung pada
kedalaman mulai dari satu hingga 30 m (Allen 2000, Westneat
2001). Diamati secara terpisah atau berkelompok (Sadovy dan
Cornish 2000).
Ikan ini makan terutama invertebrata bentik kecil dan telur
ikan (Pawlik et al. 1988, Westneat 2001, Ackerman 2004),
Randall et al. (1990) juga mencatat bahwa kadang-
kadang mengkonsumsi ikan. Juvenil lebih berlimpah di
No Spesies IUCN Deskripsi
red List
daerah karang terutama karang Acropora yang bercabang
(Sadovy dan Cornish 2000).

Informasi Ancaman
Tidak ada ancaman besar yang diketahui untuk spesies ini,
meskipun diambil oleh perangkap ikan, perangkap hook and
line dan monofilamen dan dijual untuk makanan dan juga
dikumpulkan untuk perdagangan akuarium.

Pemanfaatan Dan Informasi Perdagangan


Spesies ini diambil oleh perangkap ikan, kail dan garis,
perangkap monofilamen (Sadovy dan Cornish 2000, Westneat
2001). Kadang-kadang ditemukan di pasar untuk konsumsi
makanan. Lebih dari 30 individu tercatat di pasar ikan Hong
Kong dalam survei berbasis tahun (Situ dan Sadovy 2004). Ini
biasa terjadi dalam
perdagangan akuarium laut (Westneat 2001).
Sumber : https://www.iucnredlist.org/

E. Mega Benthos

Hasil pengamatan organisme mega benthos di lokasi pengamatan Pulau Tengah


diperoleh ada 5 jenis mega benthos yaitu bulu babi hitam pendek, bulu babi duri
panjang, kelinci laut (nudribranch), lobster dan kima. Bulu babi adalah salah satu
spesies kunci bagi komunitas terumbu karang. Ini karena bulu babi adalah salah satu
hewan yang mengendalikan populasi mikroalga. Pemangsaan makroalgae oleh bulu
babi membuka akan membuka ruang yang dapat digunakan untuk kolonisasi karang.
Akan tetapi kelimpahan bulu babi yang tinggi memberikan tekanan terhadap karang
maupun proses rekuitmennya. Tekanan terjadi karena friksi antara bulu babi dengan
karang yang menyebabkan terjadinya erosi pada permukaan karang. Bulu babi juga
tidak selektif dalam grazing algae pada substrat sehingga akan menyebabkan karang
yang baru menempel akan mengalami erosi. Kelimpahan bulu bbai yang tinggi juga
menciptakan kompetisi terhadap ikan herbivore.

Nudribanch termasuk corallivorous invertebrates. Sehingga kelimpahannya akan


berpengaruh terhadap kehidupan karang. Di lokasi pengamatan nudibranch dijumpai
dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu hanya 1 individu dalam satu luasan transek
sepanjang 50 m.

Panulirus versicolor (Lobster bambu) memiliki habitat di terumbu karang sebagai


omnivorous mesopredators.
Kima Mantelnya yang memiliki sistem sirkulasi khusus, menjadi tempat tinggal bagi
zooxanthellae dari genus Symbidinium sehingga Kima bertindak sebagai reservoir
zooxanthellae (Symbiodinium spp). Kima juga memiliki peran penting dalam
ekosistem melalui aktivitas filter alami air laut dan cangkangnya menjadi tempat
hidup berbagai biota terumbu karang. Keberadaan Kima juga menjadi indicator
kualitas air laut. Populasi kima juga menghasilkan sejumlah besar material cangkang
kalsium karbonat.

Tabel 3.20. Jenis-jenis megabenthos di perairan Pulau Tengah


Jenis mega benthos Lokasi pengamatan
ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6
Bulu babi hitam pendek 9 1 2
Diadema situosum (Bulu babi duri panjang) 1 19 10
Nudibranch hitam kuning putih 1 1 1
Panulirus versicolor (Lobster bambu) 1
Tridacna maxima (Kima) 1 1

Tabel 3.21. Status entitas ekologi mega benthos di ekosistem karang Pulau Tengah
Jenis mega benthos Nilai ekologi Nilai ekonomi Nilai ilmiah

Pemangsaan Gonad dapat Sumber bahan


makroalgae dijadikan sebagai obat
sumber pangan
Bulu babi hitam pendek alternatif
Pemangsaan Gonad dapat Sumber bahan
makroalgae dijadikan sebagai obat
Diadema situosum (Bulu babi duri sumber pangan
panjang) alternatif
corallivorous - Sumber bahan
Nudibranch hitam kuning putih invertebrates. obat
omnivorous Bahan makanan -
Panulirus versicolor (Lobster bambu) mesopredator.
Tridacna maxima (Kima) Filter feeder Bahan makanan -
Gambar 3.18. Jenis-jenis megabenthos di Perairan Pulau Tengah

3.3. RONA LINGKUNGAN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

Area studi komponen sosial ekonomi dan sosial budaya AMDAL Pengembangan
Resort dan Fasilitasnya Grand Mega Resort Di Pulau Tengah adalah di wilayah
administrasi Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi
Jawa Tengah.

Uraian tentang kondisi rona lingkungan awal untuk komponen sosio-ekonomi- budaya,
akan difokuskan pada beberapa komponen sosio-ekonomi-budaya yang potensial
terkena dampak dari rencana kegiatan,yaitu :

3.3.1. Kependudukan

3.3.1.1. Jumlah Penduduk

Penduduk Kecamatan Karimunjawa sebesar 9.514 orang terdiri dari 4.795 laki-laki
dan 4.719 perempuan. Dari 4 Desa di Kecamatan Karimunjawa, Desa Karimunjawa
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi yakni sebesar 4.810 jiwa,
sedangkan Desa Nyamuk mempunyai jumlah penduduk terendah yaitu 580 jiwa.

Dengan luas wilayah kecamatan Karimunjawa sekitar 71,20 km2, maka rata- rata
kepadatan penduduknya sebesar + 134 jiwa/km2. Desa Nyamuk merupakan wilayah
dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 417 jiwa/km 2 dan Desa Karimunjawa
merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan terendah yaitu sekitar 104 jiwa/km2.

Anda mungkin juga menyukai