Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FIRMAN S S

NIM : 1812311006
KELAS : AKUNTANSI F / SMT 5
MATA KULIAH : AKUNTANSI SYARIAH

Pengertian Bagi Hasil Dan Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil


 Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia
dana dan pengelola dana (Rofiq, 2004:153). Jika bank konvensional membayar bunga kepada
nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi hasil atas keuntungan sesuai dengan
kesepakatan. Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka tingkat rasio bagi
hasil atau nisbah.
Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu
ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada
hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi
hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah (Karim, 2004:191).

 Mekasnisme Perhitungan Bagi Hasil


Mekanisme perhitungan tingkat bagi hasil yang diterapkan pada bank syariah terdiri dari dua
sistem, yaitu:

1. Profit Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi
biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk
keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.
2. Revenue Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan
dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil
usaha lembaga keuangan syariah.

Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga


Menurut Antonio (2001), sistem bunga lebih mengoptimalkan pemenuhan kepentingan
pribadi namun kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan. Berbeda dengan
sistem bagi hasil yang berorientasikan pada pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia.
Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung,
sedangkan bagi hasil penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2. Pada sistem bunga besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan, sedangkan besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
3. Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, sedangkan bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung
bersama kedua belah pihak.
4. Pada sistem bunga, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi booming. Sedangkan pada sistem bagi
hasil, jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.

Karakteristik Bagi Hasil


Nisbah bagi hasil merupakan persentase keuntungan yang akan diperoleh pemodal (shahibul
mal) dan pengelola (mudharib) yang ditentukan berdasarkan kesepakatan di antara keduanya.
Karakteristik nisbah bagi hasil adalah sebagai berikut:

1. Persentase. Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam persentase (%), bukan dalam
nominal uang tertentu.
2. Bagi Untung dan Bagi Rugi. Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing
pihak.
3. Jaminan. Jaminan yang akan diminta terkait dengan Character risk yang dimiliki oleh
mudharib karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan karakter mudharib, maka
yang menanggung adalah mudharib. Akan tetapi jika kerugian diakibatkan oleh
business risk, maka shahibul mal tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada
mudharib.
4. Besaran Nisbah. Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawar-
menawar yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shahibul dan mudharib.
5. Cara Menyelesaikan Kerugian. Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih
dahulu karena keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi
keuntungan, maka diambil dari pokok modal.

Jenis Kontrak Bagi Hasil


Bentuk-bentuk kontrak kerja sama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum dapat
dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah dan Musaqah.
Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya
bank syariah menggunakan kontrak kerja sama pada akad Musyarakah dan Mudharabah.

a. Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss Sharing)

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.

Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu kerja sama antara bank
dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau proyek secara bersama-sama
dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau proyek
tersebut berdasarkan persentase bagi hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

b. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)

Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi modal
niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya
dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik
modal.

Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak


sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak mudharabah.
Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib
dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan
untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit).

Syarat dan Rukun Bagi Hasil


Sebagai sebuah akad, musyarakah dan mudlarabah mempunyai syarat dan rukun yang
mempengaruhi keabsahannya. Musyarakah akan menjadi akad sah apabila telah terpenuhi
syarat dan rukunnya (Dahlan,1997:195).

Rukun dan syarat Musyarakah adalah sebagai berikut:

a. Rukun Musyarakah

1. Macam harta modal.


2. Nisbah bagi hasil dari modal yang diserikatkan.
3. Kadar pekerjaan masing-masing pihak yang berserikat.

b. Syarat Musyarakah

1. Melafadzkan kata-kata yang menunjukkan izin yang akan mengendalikan harta.


2. Anggota syarikat percaya mempercayai.
3. Mencampurkan harta yang akan disyarikatkan.

Rukun dan syarat Mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Rukun Mudharabah

1. Malik atau shahibul maal ialah yang mempunyai modal.


2. Amil atau mudharib ialah yang akan menjalankan modal.
3. Amal, ialah harta pokok atau modal.
4. Shighat atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha.
b. Syarat Mudharabah

1. Barang yang diserahkan adalah mata uang. Tidak sah menyerahkan harta benda atau
emas perak yang masih dicampur atau masih berbentuk perhiasan.
2. Melafadzkan ijab dari yang punya modal, dan qobul dari yang menjalankannya.
3. Diterapkan dengan jelas, bagi hasil bagian pemilik modal dan mudharib.
4. Dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil yang akan dibagihasilkan dengan
kesepakatan.

Anda mungkin juga menyukai