Anda di halaman 1dari 6

Pengertian aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran


dikenal dengan istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang
secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh
Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah
kesehatan” aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan
setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus),
sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu. Di Indonesia belum ada
batasan resmi mengenai pengguguran kandungan (aborsi). Aborsi
didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin, melakukan aborsi
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tidak
mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan
Sultan Mohamad Zair,1996).
Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya
kemukakan defenisi para ahli tentang aborsi (Rustam Mochtar,
1998) a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu
kehamilan dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar
uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak
antara 400 – 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu b.
Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law c. Holmer: Aborsi yaitu
terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasentasi
belum selesai.
*Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu
1. Pengguguran spontan (spontanueous aborsi) yaitu aborsi terjadi
secara alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea)
2. Pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus) yaitu
aborsi yang direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-
obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan
pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus)
meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam
aborsi, yang terdiri dari:
a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi
Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan
dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum
bayi hidup di luar kandungan (viabilty).
c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan
dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau
tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin
bisa hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain
therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk
meghindari kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai
penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk
mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
f. Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi
medis) yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang
ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah
suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi,
meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi
tujuan dalam tindakan itu.
g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin
yang dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini
banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis”
yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin
dengan menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan
mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat
perkembanganya.
i. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang
dalam istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction.
Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan
kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara
prematur. Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus,
dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu
adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya,
agar kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika
di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.
Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru
disedot keluar
*Aborsi spontan dibagi atas:
1) Aborsi komplitus Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
2) Aborsi habitualis Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi
spontan berturut-turut. Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika
kadangkala seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran
yang disebabkan oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali,
misalnya terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik
kuda, naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali
terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi
habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu kelima
sampai kelimabelas.
3) Aborsi inkomplitus Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh
hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
4) Aborsi diinduksi Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan
cara apa saja sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat
bersifat terapi atau non terapi.
5) Aborsi insipiens Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang
terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa
pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
6) Aborsi terinfeksi Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ
genital.
7) Missed Abortion Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya
meninggal. Dalam uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8
minggu atau lebih. 8) Aborsi septik Yaitu aborsi yang terinfeksi
dengan penyebaran mikroorganisme dari produknya ke dalam
sirkulasi sistematik ibu
*Aborsi provocatus terdiri dari (Ediwarman, 1996) :
1) Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis Yaitu aborsi yang
terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik karena di
dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil
menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus dapat juga dilakukan
pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu
diakhiri, umpamanya pada kehamilan di luar kandungan, sakit
jantung yang parah, penyakit TBC yang parah, tekanan darah
tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi untuk
melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus
ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli
kebidanan dan seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang
ahli penyakit jantung
2) Aborsi provokatus criminalis Inilah aborsi yang dilakukan
dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh orang lain dengan
persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-alasan
tertentu, misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah.
Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu
dari wanita yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang
melakukan aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan
oleh dukun beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi
saja
Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani dan Setiawan,
2005), aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron,
abortus atau keguguran adalah pengguguran atau pengenyahan
dengan paksa janin (embrio) dari rahim (uterus) selama tiga bulan.
Secara umum istilah aborsi diistilahkan sebagai pengguguran
kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih
berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan). Menurut
Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang
melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri
dari lingkungan keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi,
mencari obat penggugur kandungan, memakai pakaian yang lebih
longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat bulan,
makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat
ginekosid/ cytotec.
Faktor pendorong melakukan aborsi Menurut Sarlito (2000) adalah:
a. Faktor ekonomi, jika tidak aborsi
b. Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya
(khususnya ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan
kontrasepsi).
c. PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh.
d. Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)
Sarlito (2000), menyatakan bahwa kondisi psikologis
perempuan pra aborsi diantaranya adalah takut atau cemas,
kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan, membutuhkan
perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada umumnya tidak mau
dan tidak mampu bertanggungjawab, membutuhkan informasi tetapi
tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat mentabukan
seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah, khususnya
perempuan). Pada saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari
bantuan yang paling terjangkau (dekat, murah dan mudah)
Akibat Melakukan Aborsi yaitu Kondisi psikologis pasca
aborsi diantaranya adalah munculnya penyangkalan, perempuan tak
mau memikirkan atau membicarakan hal itu lagi, menjadikan
rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut didekati, munculnya
perasan tertekan. Wanita yang melakukan aborsi diam-diam, setelah
proses aborsi biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome
(PAS) atau sering juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome.
Gejala yang sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan
diri, merusak diri sendiri, mengalami gangguan fungsi seksual,
bermasalah dalam berhubungan dengan kawan, perubahan
kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan, perasaan bersalah
dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka juga sering menangis
berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit
konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan
untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang
lahir kemudian.
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang
dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian
Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta / ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali - kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat - obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Anda mungkin juga menyukai