Anda di halaman 1dari 29

PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

BAB 2
HOMEOSTATIS

HOMEOSTATIS 11
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Menjelaskan mekanisme homeostasis dalam tubuh
manusia.
 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
homeostasis.
 Menunjukkan letak terjadinya homeostasis dalam
tubuh.

S el penyusun tubuh mampu bertahan dan berfungsi


hanya karena sel-sel tersebut mampu berinteraksi
dan bekerjasama untuk memelihara kondisi
lingkungan internal tubuh yang sangat esensial untuk
kehi-dupan sel yang selanjutnya kehidupan tubuh sebagai
keseluruhan. Ling-kungan internal tubuh, yaitu cairan
ekstraselular yang membasahi dan mengadakan
pertukaran zat dengan sel-sel tubuh, perlu dijaga relative
konstan komposisi kimia dan keadaan fisiknya.
Pemeliharaan lingkungan internal relative konstan
disebut homeostasis (homeo=sama; statis= tetap). Setiap
sel memerlukan homeostasis untuk kelangsungan
hidupnya sendiri, yang selanjutnya setiap sel akan
menyumbang kepada homeostasis untuk kelangsungan
hidup tubuh secara menyeluruh.
Semua sel melakukan fungsi dasar seluler dan
fungsi khusus untuk menyumbang homeostasis. Sel-sel
dengan struktur dan fungsi yang sama diorganisasi
menjadi jaringan, yang dibedakan menjadi: jaringan
epithe-lium, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan
syaraf. Jaringan kemudian terorganisasi menjadi organ-
organ, yang selanjutnya organ terorganisasi menjadi
system suatu system tubuh adalah kumpulan dari organ
yang melakukan fungsi-fungsi yang berhubungan untuk

12 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

menciptakan suatu aktivitas esensial umum untuk


kelangsungan hidup tubuh secara kese-luruhan. Ada
sebelas system utama yang secara bersama menyusun
tubuh.
Untuk memelihara homeostasis digunakan
mekanisme “umpan balik
negative”, yaitu suatu Setiap sel memerlukan
mekanisme regulasi yang
sangat umum, dimana homeostasis untuk
perubahan pada variable kelangsungan hidupnya
yang diregulasi memicu sendiri, yang
suatu respon yang selanjutnya setiap sel
melawan perubahan tadi akan menyumbang
untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Bila kepada homeostasis
mekanisme ini tidak ber- untuk kelangsungan
jalan dengan baik, maka hidup tubuh secara
homeostasis akan menyeluruh.
tergang-gu dan semua sel
tidak berfungsi dengan
baik.

memelihara
SISTEM TUBUH
HOMEOSTASI

menunjang
diperlukan oleh
SEL - SEL

A. PENGERTIAN HOMEOSTASIS

HOMEOSTATIS 13
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Homeostasis adalah semua proses yang terjadi


dalam organisme hidup untuk mempertahankan
lingkungan interna didalam kondisi agar optimal bagi
kehidupan organisme yang bersang-kutan (Guyton,
1996).
Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis:
1. pH
Untuk mencapai homeostasis, harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen
dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Konsentrasi
ion hidrogen dinyatakan dengan satuan pH. Di dalam
tubuh, pH normal dapat bervariasi besarnya. Tergantung
letak dan fungsinya (Guyton, 1996 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH darah:
a. Ginjal yang mengoreksi beban ion H
b. Ion H dan K saling terkait dalam homeostasis asam-
basa
c. Pertahanan pertama terhadap perubahan pH darah
diberikan oleh buffer darah, tetapi paru-paru dan
ginjal yang mengoreksi beban ion H
d. Produksi asam-asam tertentu mengharuskan ginjal
membuang ion H dan menyimpan ion HCO3-

2. Suhu 37oC - 39oC


Dalam mengatur suhu tubuh, sistem termoregulasi
bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas dengan
pelepasan panas melalui ginjal dengan mengeluarkan
urin. Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresi-kan
daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari cairan ekstrasesuler. Sebaliknya,
bila lebih banyak ion bikarbonat yang disaring daripada
hydrogen yang disekresikan, akan terdapat kehilangan
basa (Guyton, 1996).

14 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

B. MEKANISME HOMEOSTASIS
Mekanisme ini diatur oleh otak terutama
hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang
koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus
hingga lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada
pada jumlah yang normal (Guyton, 1996).
1. Sekresi Ion
Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral,
dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal
mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4
melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil.
Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam
pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium
dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang
melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan
ion natrium pada tubulus konvulasi. Kenaikan atau
penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau
kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipo-talamus
yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan
umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi
hormon antidiuretik vasopre-sin, untuk menekan sekresi
air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada
tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan jaringan
akan kembali menjadi 98 persen (Taslim, 2008).
Fungsi pemindahan ini terdapat dalam tubulus
proksimal yaitu mengambil dan memindahkan ion
organic dan disekresikan ke cairan tubulus. Ion organic
ini termasuk endogenous produk sisa dan exogenous
drugs dan racun. Ion organic seperti garam, oxalate,
urate, creatinine, prostaglandin, epinephrine dan
hipurates merupakan sisa produk endogen yang
disekresi-kan ke cairan tubulus proksimal (Guyton,
1996).

HOMEOSTATIS 15
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Urine terbentuk dalam ginjal dan membuangnya


dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan
yang lainnya terdiri dari pembentu-kan metabolismee
nitrogen (urea, uric acis, creatinin dan juga produk lain
dari metabolismee protein (Bykov, 1960)). Urine
biasanya bersifat kurang asam dengan pH antara 5-7
(Kimber, 1949). Urine yang sehat gaya berat-nya berkisar
1.010-1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari
1.200-1.500 cc (40-50 oz). (Ganong, 2001).

2. Umpan Balik Penyeimbangan Cairan dalam Tubuh


Diantara kemungkinannya ialah:
1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air
Apabila kadar garam lebih dari jumlah normal dan
kurang air dalam badan, tekanan osmosis darah akan
meningkat, osmoreseptor pada hipo-talamus akan
terangsang kemudian kelenjar hipofisis akan dirangsang
lebih aktif untuk mensekresikan hormon ADH
(antidiuretik) untuk meningkatkan permeabilitas tubulus
ginjal terhadap air, kelenjar (hormon aldosteron) akan
kurang dirangsang, maka lebih banyak air diserap dan
kurang ion natrium dan ion kalsium diserap kembali
masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan turun,
proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah
pada jumlah normal (Wikipedia, 2008).
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal
dalam tubuh dan lebih banyak air dalam tubuh, tekanan
osmosis darah akan me-nurun, osmoreseptor pada
hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar
pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan
hormon ADH (antidiuresis) untuk mengurangi
permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar adrenal

16 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

(hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif,


maka lebih sedikit air diserap dan lebih sedikit juga
natrium dan kalsium diserap kembali masuk dalam
tubuh, tekanan osmosis darah akan naik, proses ini akan
berulang sehingga tekanan osmosis darah berada pada
jumlah normal (Wikipedia, 2008).
3. Mekanisme Keseimbangan Asam-Basa
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
diperlukan:
1. Sistem penyangga (Buffer) asam basa kimiawi dalam
cairan tubuh.
2. Sistem Respirasi.
3. Sistem Renal (Guyton, 1996).
Tubuh menggunakan 2 mekanisme untuk
mengendalikan keseim-bangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian
besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki
kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa
yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama
beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam
darah sebagai pelin-dung terhadap perubahan yang
terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah
adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan
lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

HOMEOSTATIS 17
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa di dalam


Tubuh
Keseimbangan asam-basa terkait dengan
pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh.
Jika pH darah <7,35 dikatakan asidosis (darah terlalu
banyak mengandung asam atau terlalu sedikit
mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya
pH darah.) dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis
(darah terlalu banyak mengandung basa atau terlalu
sedikit mengandung asam dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah). Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal
dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3
sumber, yaitu:
1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan
berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2. Katabolisme zat organic.
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia,
misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam
lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan
berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan
mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot, pada asidosis
terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada
alkalosis terjadi hiperek-sitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K (Guyton, 1996).

Mekanisme Pembentukan Urine

18 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

a. Penyaringan
(Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di
glomerulus, dimana jaringan
ka-piler dengan struktur
spesifik dibuat untuk
menahan kompo-nen selular
dan medium-mole-kular-
protein besar kedalam vas-
cular system, menekan
cairan yang identik dengan
plasma di elektrolitnya dan
komposisi air.

b. Penyerapan (Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap
reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan
dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal
tiak sama. Pada umumnya pada tubulus prok-simal
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih
luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan
yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksi-mal.

c. Penyerapan Kembali (Reabsorbsi)


Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat
glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan
direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea
pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan

HOMEOSTATIS 19
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini


direabsorbsi beberapa kali (Sherwood.2001).

d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa
dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.
Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm
dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).

4. Keseimbangan Asam Basa dalam Darah


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia
yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
a. pH 7,0 adalah netral.
b. pH diatas 7,0 adalah basa (alkali).
c. pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah
(hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH
yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph
antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan
secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil
pun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk
mengendalikan keseim-bangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian
besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki

20 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa


yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama
beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam
darah sebagai pelin-dung terhadap perubahan yang
terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah
adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah
hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah
membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-
paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat per-nafasan di otak mengatur
jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika per-nafasan meningkat, kadar karbon dioksida
darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah
meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan
mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH
darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme
pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu
dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis.

HOMEOSTATIS 21
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

B. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH


Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas
bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60%
total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan
tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis
kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa,
cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada
bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan
ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam
sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel
(cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler
atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari
total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai
80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua
kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun
volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi,
cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion
Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel,
sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak
tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling
sedikit dibanding-kan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai
kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan
intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding
kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan
dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi
perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu

22 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau


ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan
kembali.

1. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau
membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan
pindah harus dapat menembus barier atau membran
tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui
membran, maka membran tersebut permeabel terhadap
zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka
membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel
selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi
partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang
secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan
energi.

a. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang
terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari
daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel
tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut
difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of
diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

HOMEOSTATIS 23
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

b. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi
air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan
konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume
yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah
ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi
air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh
suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut,
maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.

c. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan
akan keluar dari daerah yang ber-tekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran.
Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan
hidrostatik.

d. Transport Aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan
partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang
konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya
lebih tinggi. Perpindahan seperti ini mem-butuhkan
energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.

2. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

24 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Pengaturan keseimbangan cairan perlu


memperhatikan dua para-meter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstra-sel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseim-
bangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air
dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.

a. Pengaturan Volume Cairan Ekstrasel


Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan
penurunan tekan-an darah arteri dengan menurunkan
volume plasma. Sebaliknya, pening-katan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk
pengaturan tekanan darah jangka panjang.
1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran
(intake dan output) air. Untuk mempertahankan
volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus
ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang
masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi
dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara
tubuh dengan lingkungan luar; dan 2.Internal fluid
exchange, pertukaran cairan antar pelbagai
kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di
kapiler ginjal.
2) Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya
keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu

HOMEOSTATIS 25
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan


keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang
hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam
yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang meng-konsumsi
garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih
dari kebutuhan. Kelebih-an garam yang dikonsumsi
harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan


cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi
dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG)/Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus
ginjal.

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada


sistem yang ber-peran mengontrol tekanan darah. Sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi
Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.
Retensi Na+meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron,  Atrial Natriuretic
Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan
reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel
atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan
volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di
tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga
mengembalikan volume darah kembali normal. 

b. Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstrasel

26 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi


partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin
tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah
(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan
konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran
plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan
solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion
utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas
osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan
intrasel, ion kalium bertang-gung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini
menyebabkan per-ubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di
kedua kompartmen ini. Pengaturan osmolaritas cairan
ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
1) Perubahan Osmolaritas di Nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal,
terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya
akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan
cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen.
Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di
tubulus proksimal (300 mm). Dinding tubulus ansa
Henle pars decending sangat per-meable terhadap air,
sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke
kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini
menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak


permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan

HOMEOSTATIS 27
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebab-kan reabsobsi


garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai
ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan
duktus koligen bervariasi bergantung pada ada
tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang
dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan
ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).

2) Mekanisme Haus dan Peranan Vasopresin


(Antidiuretic Hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280
mOsm) akan merang-sang osmoreseptor di
hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke
neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin.
Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. Ikatan vasopresin dengan reseptornya
di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin,
yaitu kanal air di membran bagian apeks duktus
koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen
menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga
cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di
hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan
ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di
hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk
membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.

28 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

3. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan


Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume
reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam
sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat
tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin
II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone
atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume
natrium dan air.
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat
terjadi pada beberapa keadaan. Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan
penyakit.

a. Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan
pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh.
pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan
jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama
diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H
secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan
tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan
berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2. Katabolisme zat organik

HOMEOSTATIS 29
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia,


misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam
lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan
berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan
mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis
terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada
alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka
tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai
semula dengan cara:
1. Mengaktifkan sistem dapar kimia.
2. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan.
3. Mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem
perkemihan.
Ada 4 sistem dapar:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan
ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan
oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan
ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam
eritrosit untuk perubahan asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem
perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi
ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidak-
seimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan
oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap
perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan

30 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian


mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan
ketidakseimbang-an tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru
ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

b. Ketidakseimbangan Asam-Basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi
CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan
meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan
CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi.
Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pem-
bentukkan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan
oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes
melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis
uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan
penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H
dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat.
Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini
terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-
muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H
akan menye-babkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat
plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan
asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat
penting.

HOMEOSTATIS 31
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

C. KELAINAN PADA HOMEOSTATIS


Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah
terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya
pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah
terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit
mengandung asam) dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu
penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis
merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis
dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis
metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan
asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernafasan.
1. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah
yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida
dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam.

32 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah


merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab:
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal
ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
1. Enfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma 
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme per-nafasan. Selain itu,
seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan.

2. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-
benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh
untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air
kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui

HOMEOSTATIS 33
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

jika tubuh terus menerus meng-hasilkan terlalu banyak


asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.

Penyebab:
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan
kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang
diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu)
dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabo-lisme. Tubuh dapat menghasilkan
asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah
diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali
dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk mem-buang asam dalam jumlah yang
semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi
secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal
tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang
asam.

34 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Penyebab utama dari asidosis metabolik:


a. Gagal ginjal.
b. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal).
c. Ketoasidosis diabetikum.
d. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat).
e. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paral-dehid, asetazolamid atau amonium
klorida.
f. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui
saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau
kolostomi.

3. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan
dimana darah men-jadi basa karena pernafasan yang
cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab:
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menye-babkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
a. Rasa nyeri.
b. Strosis hati.
c. Kadar oksigen darah yang rendah.
d. Overdosis aspirin. 

HOMEOSTATIS 35
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Pengobatan:
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan
adalah memper-lambat pernafasan. Jika penyebabnya
adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa
nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan
nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita
untuk menahan nafas-nya selama mungkin, kemudian
menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan mem-baik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan
alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan
dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat.

Penyebab:
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan
sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan
di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

36 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi


pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa
dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila
kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:


1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam
etakrinat).
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan
lambung.
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing
atau akibat peng-gunaan kortikosteroid).
Keseimbangan Air dan elektrolit
Dewasa : air ± 60% BB
Bayi : air ± 80% BB rawan dehidrasi
rentan keseimbangan air
dan elektrolit

RANGKUMAN
Pemeliharaan lingkungan
in-ternal relative konstan disebut
homeostasis (homeo=sama; statis=
tetap). Semua sel melakukan fungsi
dasar seluler dan fungsi khusus
untuk menyumbang homeostasis.
Sel-sel dengan struktur dan fungsi
yang sama di organisasi menjadi
jaringan.
Jaringan kemudian terorgani-sasi menjadi organ-
organ, yang selanjutnya organ terorganisasi menjadi
system suatu system tubuh adalah kumpulan dari organ

HOMEOSTATIS 37
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

yang melakukan fungsi-fungsi yang berhubungan untuk


menciptakan suatu aktivitas esensial umum untuk
kelangsungan hidup tubuh secara keseluruhan.
Untuk memelihara homeostasis digunakan
mekanisme “umpan balik negative”, yaitu suatu
mekanisme regulasi yang sangat umum, dimana
perubahan pada variable yang diregulasi memicu suatu
respon yang melawan perubahan tadi untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Bila mekanisme ini
tidak berjalan dengan baik, maka homeostatsis akan
terganggu dan semua sel tidak berfungsi dengan baik.
Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus,
yang bila terangsang akan merangsang koordinasi tubuh.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan 2 para-meter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan memper-
tahankan keseimbangan garan dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel deng-an mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan
air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
ber-peran dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-
paru dengan meng-eksresikan ion hidrogen dan CO2 dan
sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

PERTANYAAN

38 HOMEOSTATIS
PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

1. Jelaskan dan berikan contoh mengapa kalau


homeostasis terganggu, maka sel-sel tidak dapat
berfungsi dengan baik !
2. Beri contoh, untuk memelihara homeostasis
diperlukan aktivitas berbagai system tubuh!
3. Beri batasan apa yang dimaksud dengan homeostasis
sesuai dengan yang anda pahami?
4. Jelaskan kaitan antara lingkungan internal yang statis
dan tidak berubah dengan Homeostatis!

~oOo~

HOMEOSTATIS 39

Anda mungkin juga menyukai