Anda di halaman 1dari 4

Pertemanan Atas Nama Kaderisasi

Tulisan ini saya tulis atas keresahan yang melihat fenomena kecintaan yang salah
terhadap makna ideology pergerakan kader Muhammadiyah di tataran IPM SMK
Muhammadiyah Kajen dan para alumninya, keresahan yang timbul atas ketidak pastian
kaderisasi yang lebih mengutamakan kedekatan hanya pada teman angkatan atau penafsiran
kaderisasi yang masih ngambang dan tidak pasti. membuat kurangnya dalam membentuk
identitas personal maupun kolegtif (organisasi) sebagai kader muhammadiyah, maka dari itu
diperlukan sebuah paradigma gerakan yang menjelaskan dan menegaskan bahwa menjadi kader
muhammadiyah adalah identitas yang dibawa dan dimanifetasikan (wujudkan) dalam lini
kehidupan dimanapun dan kapanpun.

A, Romansa kenyamanan adalah kewajaran

Romansa kenyamanan pada teman angkatan memang menjadi sebuah hal yang wajar,
bagaimana tidak dikader secara bersama –sama, menikmati bentakan senior hingga disuruh push
up yang tiada hentinya pada malam perkaderan diitambah rintik hujan dan teman teman yang
memberi semangat disaat mental down atas permasalahan hidup ditambah perkaderan yang
menjengkelkan, menyisakan cerita rasa pertemanan yang membuat kentalnya tali pertemanan
pada angkatan, memang tidak bisa diragukan lagi kepedulian teman angakatan kepada masing
masing dari kita, menemukan teman seperti mereka pastinya sudah sangat langka dan hampir
tidak ada, teman angkatan memang bukan teman musiman yang ketika datang hanya saat butuh
bantuan, tetapi mereka benar benar peduli ketika kita memiliki segudang masalah, belum lagi
dihukum oleh komandan karena kelalaian salah satu personil memberikan kesan dan cerita yang
membuat kuatnya tali silatuhrami pada angkatan.

B. Lingkaran Pertemanan Kader

Menjadi Kader Muhammadiyah yang berada pada ortom Muhammadiyah yaitu IPM dan
IMM bagi yang sudah alumni, seharusnya menjadi refleksi bahwa lingkaran pertemanan kita
adalah untuk Amaar’maruf nahi mungkar yang memiliki semangat teologi Al-Maun, yaitu
memiliki makna penyadaran, pembebasan dan pembelaan pada kaum lemah atau dilemahkan,
secara kompleks hal itu mengacu pada semangat kaderisasi yang ada pada jati diri masing
masing kader karena hal inilah yang membedakan antara lingkaran pertemanan kader
muhammadiyah dengan pemuda lainya pada umumnya.

Penulis yang juga sama sama pernah mengenyam kaderisasi IPM SMK Muhammadiyah
Kajen dari Junior hingga Purna lalu menjadi alumni memiliki hipotesa (Semacam Pembagian
Teori) pada konteks fenomena jati diri kader dalam menanggapi realitas personal dalam
membangun identitas kader yang sebenar-benarnya.

A. Masa Junior
Masa kelas sepuluh adalah masa pembentukan awal pengenalan yang dimana
membentuk solidaritas persaudaraan antar angkatan, mengajak mereka mereka agar
masuk IPM dan berjuang bersama-sama, masa awal ini sangat diwajarkan jika belum
mengerti maksud dan tujuan menjadi IPM SMK Muhammadiyah Kajen, karena di masa
ini adalah proses dari siswa biasa menjadi siswa luar biasa yaitu menjadi Pimpinan
Ranting Sekolah IPM SMK Muhammadiyah Kajen.

B. Masa Senior Aktif


Dimasa inilah Persaudaran yang berawal atas nama angkatan sedikit demi sedikit
disalurkan kepada IPM dengan menjadi pengurus utama IPM SMK Muhamamdiyah
Kajen atau dikenal dengan istilah “KAKAK SENIOR” yang berarti memiliki pengaruh
kepada arah kemajuan IPM disekolah karena senior adalah Nahkoda dari Organisasi di
Sekolah Muhammadiyah ini yang nantinya bagaimana memberikan sumbangsih melalui
program kerja yang memiliki nilai dakwah dan kebermanfaatan bagi seluruh warga SMK
Muhammadiyah Kajen.
Dan masa inilah senior memiliki tanggung jawab kaderisasi bagaimana
membentuk kepribadian junior junior nya untuk tetap berkhdimat di IPM SMK
Muhammadiyah Kajen dan yang juga tidak boleh terlewatkan yaitu betah menginap
sebagai irmas Masjid Khuzaemah sebagai kawah candardimuka kader dalam menempa
dirinya sebagai kader Muhammadiyah.
Mau tidak mau dan suka tidak suka senior/kelas 11 memiliki tanggung jawab
penuh atas kualitas, kuantitas (Jumalh Personila) dan Mental yang kuat pada junior kelas
sepuluh agar menjadi penurus estafet kepemimpinan PR IPM SMK Muhammadiyah
Kajen nantinya.

C. Masa Purna
Sebagai Purna IPM/Kelas 12 berarti menjadi kelas yang tertua yang berarti
menjadi seorang yang paling bijak diantara Senior maupun junior dalam Pimpinan
Ranting IPM SMK Muhammadiyah Kajen, Walaupun sudah lepas jabatan bukan berarti
amanahnya hilang dan tidak memikirkan tentang IPM. Dengan kata lain malah membuat
gap/jarak antara senior junior dan dalam keseharianya hanya dekat pada teman
angkatanya tanpa pernah membaur kepada yang lainya, lebih buruknya lagi berasalan
focus UN tapi anehnya ketika ditanya setelah lulus mau kemana malah dengan
gampangnya menginkan beasiswa kader muhammadiyah, yang menurut saya pribadi
kejadian kejadian seperti ini perlu dilurskan dan dijadikan evaluasi bersama dalam tubuh
mereka yang kelas 12 atau purna
Karena sejatinya kelas 12 adalah mereka yang menjadi penengah ketika ada
konflik yang tidak berkesudahan antara junior dan senior atau bisa menjadi tempat curhat
kelas sepuluh tentang permasalahan yang menyangkut IPM atau hal lainya karena hal
semacam ini memiliki pengaruh kenyamanan dalam kaderisasi secara kedekatan
emosional yang lebih kalem, rendah diri dan memberikan penyejuk bagi kelas sepuluh
dalam berproses sebagai kader.
D. Masa Alumni

Alumni disini saya khusukan kepada mereka yang berkuliah karena yang juga
masih berkhidmat di Muhammadiyah melalui IMM, tentunya sebagai rasa terima kasih
dan tanggung jawab moral sebagai penerima Beasiswa Kader Muhammadiyah
selayaknya ketika pulang ke Pekalongan tentunya untuk memberikan masukan dan kisah
kisah hebat nya yang bisa dipetik bahkan menjadi motivasi bagi adik adik kelas IPM
yang masih berproses dalam menempa dirinya sebagai kader.

Atau jikas benar benar sibuk dalam perkuliahan dan kegiatan kampus maka
sempat sempatkan lah untuk menanyakan bagaimana kabar IPM hari ini, atau memotivasi
melalui social media, kaderisasi bukan tentang structural tapi moralitas yang nantinya
sebagai membangun khoriumah ditengah era post-truts yang mengakibatkan pragmatisasi
pemikiran manusia hari ini, terutama dalam era digital maka tidak ada yang tidak
mungkin dalam suatu perubahan kearah yang lebih baik, tidak bertemu buka berarti tidak
saling sapa dan memberhentikan kaderisasi.

Alumni juga harus menjadi kelompok intelektual yang sebagaimana dikatakan


Kuntowijoyo yaitu Intelektual adalah mereka yang hidup dimasyarakar dengan
meminjamkan pisau pisau analisis nya kepada masyarakat agar mereka bisa menghadapi
problematika dan merumsukan sendiri solusinya, jangan sampai alumni malah menjadi
seorang yang elite yang tinggal diatas mega, pemikiranya melangit dan keilmuanya hanya
dijadikan sebagai menara gading tanpa memiliki solusi dan aksi nyata terhadap realitas
social pada kehidupan IPM khusnya.

Pada akhir tulisan ini penulis menarik kesimpulan bahwa kita dalah kader yang
menjalankan pertemanan diatas tali kaderisasi dengan tujuan sebagai penerus tongkat estafet
kepempimpinan Muhammadiyah, dalam menciptakan Masyarakat Islam sebenar-benarnya
sebagai tujuan hidup dalam pembawa rahmatan lil alamin bagi seluruh alam semesta.

semoga tulisan ini menjadi tinta abadi dan selalui direfleksikan kepada setiap pembaca
dalam membentuk identitas dan kepribadian sebagai Kader Muhammadiyah yang berjuang pada
kawah candra dimuka yang sama, oleh guru yang sama walaupun dengan masa dan waktu yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai