Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arumbudi Prastianti

NIM : 043299558
Tugas 1 Perpajakan

1. Jelaskan pengertian Tax Amnesty dan sebutkan contoh Wajib Pajak yang tidak berhak
(dikecualikan) untuk memperoleh Tax Amnesty!
2. Dalam proses penyidikan pajak, jelaskan tentang:
a. siapa yang melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan?
b. bagaimana mekanisme penghentian penyidikan?
3. Berdasarkan Perpu Nomor 1 Tahun 2020, jelaskan tentang Kebijakan Perpajakan di Era
Pandemi COVID-19 terkait dengan: penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap!
Jawab :

1. Menurut UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak, Tax Amnesty adalah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini. Pelaksanaan program tax amnesty ini sendiri berlangsung selama
10 bulan mulai dari Juli 2016 hingga April 2017 serentak di seluruh Indonesia.

Subjek tax amnesty adalah Wajib Pajak (warga negara Indonesia baik yang sudah memiliki NPWP
maupun tidak), yang belum melaporkan harta kekayaan secara terperinci kepada Negara (dapat
berupa rumah, kendaraan, tabungan dan lain-lain) baik perorangan, perusahaan atau sebuah badan
usaha.
Setiap WP baik OP maupun Badan yang memiliki kewajiban penyampaian SPT Tahunan PPh dapat
mengikuti Amnesti Pajak, kecuali WP yang sedang dilakukan penyidikan dan telah P-21, dalam
proses peradilan, dan WP yang sedang menjalani hukuman atas pidana di bidang perpajakan.
Oleh karena itu, bagi WP yang hanya memiliki kewajiban pajak sebagai Pemotong/Pemungut saja,
tidak dapat mengikuti Amnesti Pajak, misalnya WP Bendahara atau WP yang tidak memiliki
kewajiban penyampaian SPT Tahunan PPh Badan seperti WP Joint Operation.

2. a. berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU KUP, penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya
dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan DJP yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.
b. Pasal 109 ayat (2) KUHAP yaitu:
a. tidak terdapat cukup bukti
yaitu apabila penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau
bukti yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka.
b. peristiwa yang disidik oleh penyidik ternyata bukan merupakan tindak pidana
c. penyidikan dihentikan demi hukum

Alasan ini dapat dipakai apabila ada alasan-alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya
hak menjalankan pidana, yaitu antara lain karena nebis in idem, tersangka meninggal dunia,
atau karena perkara pidana telah kedaluwarsa
3. Kebijakan penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap berdasarkan Perppu 1/2020, yaitu sebagai berikut.
a. penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
berupa penurunan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan
menjadi:
1) sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun Pajak 2020 dan Tahun Pajak
2021; dan
2) sebesar 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022.

b. Wajib Pajak dalam negeri:


1) berbentuk Perseroan Terbuka;
2) dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia
paling sedikit 40% (empat puluh persen); dan
3) memenuhi persyaratan tertentu, dapat memperoleh tarif sebesar 3% (tiga persen) lebih
rendah dari tarif sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) dan angka 2). Ketentuan lebih
lanjut mengenai persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 3) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai