Anda di halaman 1dari 38

UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA DI SMA


NEGERI 1 SAWERIGADI

Proposal Penelitian
Diajukan sebagai salah satu syarat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penelitian bahasa dan sastra Indonesia

WA ODE KARDIANA
A1M119119

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………

ABSTRAK ……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………..
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….......
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ………………………………………………………………..


B. Kerangka Pikir ………………………………………………………………...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ……...…………………………………………


B. Fokus Penelitian……………………...…………………………………………
C. Sumber Data …………………………………………………………………..
D. Penentuan Informan …………………………………………………………...
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………
F. Analisis Data ……………………………………………………………….….
G. Teks Pengecekan Keabsahan Data ……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berpikir, bagaimana menjalani kehidupan dunia dalam upaya
mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang
mengembangan.Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dengan
diberikannya akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Untuk mengolah akal pikiran yang dimiliki, manusia memerlukan suatu pola
pendidikan.Selain itu juga manusia adalah mahluk piskofisik netral yakni
makhluk yang memiliki kemandirian jasmaniah dan ruhaniah, (Baharudin &
Makin, 2007: 109).Dalam kondisi kemandirian itu, manusia memiliki potensi
untuk berkembang, dan karena itu diperlukan adanya pendidikan supaya
kebutuhan fisik dan fsikisnya dapat terpenuhi secara seimbang dan harmonis.
Pendidikan sebagai proses atas nama kemampuan manusia bakat dan
kemampuan yang diperoleh yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan dan
disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara
artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk tujuan yang ditetapkan, yaitu
kebiasaan yang baik, (Adler, 2007: 139). Dalam hal ini proses yang terjadi
merupakan suatu kegiatan yang disadari guna mencapai suatu tujuan. Berdasarkan
undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. 
Melalui pendidikan diharapkan tercipta manusia yangmampu menempatkan
diri dalam masyarakat yang dapat bergerak secara luasserta tidak terbawa arus
globalisasi, bahkan seharusnya mampu memegangkendali dalam bermasyarakat
untuk menghadapisegala macam bentuklingkungan yang ada.Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah sistem pendidikan yang dapatmemberikan kemampuan seorang
untuk mengatur kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat maupun dalam
pemerintahan dinegara kita guna mewujudkan Negara Indonesia yang makmur
dan terciptanyakeseimbangan hidup sesuai dengan cita-cita nenek moyang
danNegara kita.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai proses belajar yang
mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu badasa dan
humaniora siswa agar berlangsung secara optimal. Dan tujuan paling akhir dari
pembelajaran bahasa Indonesia adalah untukmenghasilkan orang yang dapat
belajar sepanjang hidup, mereka mencari informasidari yang mereka miliki,
secara kritis mengevaluasinya dan banyak membuatkeputusan yang didasarkan
atas rasional dari pada hanya didasarkan atas emosinya.
Dalam mempelajari pelajaran bahasa Indonesia ini dicoba untuk menyajikan
bahan-bahanyang akantetapi khusus ditingkat SMA Negeri 2 Sawerigadi
pengajaran bahasa Indonesia yang sudah dilakukan di sekolah-sekolahsaat ini
masih kurang menggembirakan.
SMA Negeri 2 Sawerigadi adalah salah satu SMA yang berada di wailayah
Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat, yang mana siswanya masih ada
yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa indonesia. Dimana
kesulitan yang dialami siswa SMA Negeri 2 Sawerigadi adalah kesulitan belum
lancarnya membaca, kesulitan belum lancarnya menulis, kesulitan terhadap
gangguan pendengaran, dan kesulitan kurangnya pemahaman terhadap materi.
Berdasarkan observasi awal dengan beberapa siswaSMA Negeri 2
Sawerigadi, mengungkapkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata
pelajaran yang membosankan, dan membingungkan karena gurunya mengajar
monoton, seperti ceramah dan menyalin isi buku”. Dan Selanjutnya kesulitan
yang kami dapatkan pada saat belajar Bahasa Indonesia adalah kami harus
dituntut memahami suatu topik permasalahan dalam pembelajaran, sementara
kami masih kurang dalam penguasaan bahasa, danbelum terlalu kuat untuk
memahami apa yang dijelaskan guru pada saat belajar. Faktor yang bisa
menimbulkan kesulitan belajar diantaranya juga karena pengaruh lingkungan
sekitar. Dimana kebanyakan siswa tidak antusias dalam mengikuti proses belajar-
mengajar. Lingkungan sekitar dalam hal ini teman bermain cenderung membuat
siswa kurang serius dalam mengkikuti proses belajar.
Kenyataan tersebut diatas, maka menyebabkan siswa kurangbegitu berminat
dan antusias pada saat pelajaran bahasa Indonesia berlangsung.
Agarpembelajaran bahasa Indonesia bisa berlangsung dengan baik, maka seorang
guru khususnyaguru bahasa Indonesia harus bisa mensiasati keadaan, dalam
artian guru itu harus biasmembuat lingkungan kelas menjadi kondusif dan efektif
agar siswa bisa aktif dankreatif.Harus disadari bahwa sangat sulit untuk
menentukan strategi mana yang baik karena suatu macam strategi mengajar
menjadi strategi yang baik bagi seorangpendidik, sebaliknya para pendidik lain
pemakaian strategi tersebut dianggap kurangbaik. Itu semua tidak terlepas dari
kemampuan guru untuk mengorganisir, dan menggiatkan seluruh kegiatan belajar
mengajar. Apakah siswa akan terangsangatau tertarik kemudian ikut serta aktif
dalam kegiatan belajar, hal ini tergantung pada metode yang dipakai dalam proses
belajar mengajar guru.Siswa tidak terlepas daripermasalahan yang dihadapi oleh
siswa itu sendiri, permasalahan tersebut dapatmendidik siswa untuk mencapai
perkembangannya tetapi juga dapat menghambatbelajar siswa, permasalahan
yang dihadapi oleh siswa dapat menghambat prosesbelajar pada siswa tidak cepat
tanggap terhadap masalah yang dihadapinya, sehinggasiswa tidak segera
menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu,
siswa yangmengalami kesulitan dalam belajarnya harus diperhatikan oleh guru
agar siswatersebut tidak mengalami keterlambatan dalam belajarnya.
Maka untuk mencapai keberhasilan dalamproses belajar mengajar kita perlu
memperhatikan masalah-masalah yangdihadapi siswadalam mengikuti dan
menerima pelajaran yang disampaikanoleh guru. Berdasarkan dengan uraian
dalam latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
pada Mata PelajaranBahasa Indonesia Di SMA Negeri 1 Sawerigadi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitianini adalah bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA Negeri 1
Sawerigadi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan pokok penelitian
ini adalahuntuk mengetahuiupaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa pada mata pelajaranBahasa Indonesia Di SMA Negeri 1 Sawerigadi.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitan ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi
pihaksekolah untuk mengetahui danmemecahkanpermasalahan yang
terjadi di kalangan pelajar.
b. Bagi siswa diharapkan bisa menambah wawasan danpengetahuan juga
bisa memecahkan masalah yang dialami oleh siswa yang mengalami
kesulitandalam belajarnya.
c. Bagi Universitas Halu Oleo (UHO) Sebagai bahan bacaan
diperpustakaan Universitas Halu Oleo atau diperpustakaan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), terutama bagiparamahasiswa
yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut untuk dijadikansebagai
bahan acuan, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih sempurna.
d. Bagi peneliti bermanfaat sebagai media untuk menerapkanteori-teori
yangdiperoleh selama kuliah dan menambah pengalaman di
bidangpenelitian.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Kesulitan Belajar

Hal ini sesuai dengan pendapat Fitria, (2005:7) adalah:“Kesulitan

sebenarnya adalah suatu kondisi tertentu yang ditandai adanya

hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga memerlukan

usaha yang lebih keras untuk mengatakannya”.

Menurut Irham (2013:253), kesulitan belajar yang dialami

siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi

akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai

oleh siswa pada kenyataannya (prestasi actual). Siswa akan dikatakan

mengalami kesulitan belajar apabila inteligensia yang dimilikinya

tergolong rata-rata atau normal. Akan tetapi, menunjukkan adanya

kekurangan dalam proses dan hasil belajar seperti prestasi belajar yang

diperolehnya rendah.

Kesulitan belajar menurut Abidin, (2006:10)

adalah :“Menunjuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan

dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan

kemampuan mendengarkan, mencakup-cakap, membaca, menulis,

menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu”.


Berbeda dengan pendapat di atas, Yamin (2013:223)

mengemukakan bahwa, kesulitan belajar merupakan kekurangan yang

tidak Nampak secar lahiriah.Ketidak mampuan dalam belajar tidak

dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang
7
tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak

selalu disebabkan karena faktor kecerdasan mental (kelainan mental),

akan tetapi dapat juga diebabkan karena faktor lain di luar kecerdasan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kesulitan belajar adalah

suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu

dalam mencapai hasil belajar.

Sejalan dengan itu, Ahmadi (2003:77) mengemukakan

bahwa,kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana anak didik atau

siswatidak dapat belajar sebagaimana mestinya, hal ini tidak

selaludisebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga

disebabkanoleh faktor non intelegensi.Sedangkan menurut Djamarah

(2003:201), kesulitan belajarmerupakan kondisi dimana anak didik

tidak dapat belajar dengan baik,disebabkan adanya ancaman dan

gangguan dalam proses belajar yangberasal dari faktor internal siswa

maupun dari faktor eksternal siswa.

Batasan-batasan tentang kesulitan belajar diatas memberikan

pemahaman bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan mencapai tujuan

yang sekaligus merupakan gejala kegagalan.Kondisi yang terjadi


dalam kesulitan belajar terpisah dari kondisi lainnya karena memiliki

gejala-gejala tersendiri.Apabila dikaitkan dengan pengertian belajar

secara umum, maka dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar

merupakan adanya kondisi penghambat untuk mengadakan perubahan

tingkah laku karena terjadi kesulitan dalam merespon setiap kondisi

yang terjadi dalam lingkungannya.Kaitannya dengan pengajaran di

sekolah, maka kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana

seseorang mengalami hambatan untuk mengetahui atau memahami

suatu materi atau pelajaran.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala

kesulitan belajar pada siswa antara lain : (a) Menunjukkan hasil belajar

yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok atau

potensi yang dimilikinya; (b) Hasil yang dicapai tidak seimbang

dengan usaha yang telah dilakukan; (c) Lambat dalam melakukan

tugas-tugas kegiatan belajar, dan yang bersangkutan selalu tertinggal

dari kawan-kawannya; (d) Menunjukkan sikap-sikap yang kurang

wajar, seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengajarkan

pekerjaan rumah, mengganggu didalam dan diluar kelas, tidak mau

mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan

diri terpisahkan serta tidak mau bekerja sama; dan (e) Menunjukkan

gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah

tersinggung, pemarah, tidak atau kurang


gembira,danmenghadapinilairendah,menunjukkan adanya perasaan

sedih ataumenyesaldansebagainya.

Kesulitan Belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak

dapatterlihat secara langsung.Setiap individu yang memiliki kesulitan

belajarsangatlah unik.Seperti misalnya, seorang anak yang

sulitmembaca, menulis dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam

matematika.Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar

memiliki intelegensi rata-rata bahkan diatas rata-rata. Seseorang

terlihat “normal” dan tampak sangatcerdas tetapi sebaliknya ia

mengalami hambatan dan menunjukkan tingkatkemampuan yang tidak

semestinya dicapai dibandingkan dengan yang sesuaidengannya.

Walaupun demikian, individu dengan kesulitan belajar bisa

sukses disekolah, di dunia kerja, dalam hubungan antar-individu, dan

di dalammasyarakat bila disertai dengan dukungan dan perhatian yang

tepat.Perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu pada prinsipnya

memangtidak sama, itulah yang menyebabkan perbedan tingkah laku

belajardikalangan anak didik, kesulitan dalam belajar dapat pula

diartikan sebagaikeadaan yang mana anak didik atau siswa tidak dapat

belajar sebagaimanamestinya dan akibatnya kesulitan dalam belajar ini

tidak selalu karena faktorintelegasi yang rendah akan tetapi juga

disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegasi.


Sementara itu, kesulitan belajar, Menurut Mulyono (2007:6)

adalah gangguan yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yang

dikarenakan oleh kurangnya pemahaman intelektual yang dimiliki oleh

seseorang pembelajar terhadap materi yang diberikan.Selain itu,

menurut Subini, (2011:14) kesulitan belajar adalah beragam bentuk

kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap,

membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat

diberikan kesimpulan bahwa pengertian kesulitan belajar yaitu sesuatu

kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan untuk mencapai

tujuan belajar. Dan kemudian kesulitan belajar adalah hambatan atau

gangguan belajar pada anak. Gangguan tersebut dapat bersifat

psikologis, sosiologis, fisiologis.

1) Macam-macam Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu

untuk mencapai hasil belajar.Hambatan tersebut dapat bersifat psikologis,

sosiologis maupun fisiologis.Hambatan tersebut menyebabkan prestasi belajar

siswa yang dicapai berada di bawah semestinya.

Macam kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang sangat luas,

diantaranya adalah (1)      Learning disorder atau kekacauan belajar adalah

keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons

yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,


potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau

terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil

belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya; (2)     

Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan

siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak

menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau

gangguan psikologis lainnya; (3)      Underachiever merupakan siswa yang

sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas

normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah; (4)      Slow learner atau

lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain

yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama; (5)      Learning

disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa

tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah

potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti

tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.

Banyak orang  menganggap bahwa kesulitan belajar hanya teridiri dari

disleksia. Padahal, ada banyak macam-macam kesulitan belajar yang dapat

dialami murid terdapat. Lantas, apa sajakah yang termasuk dalam kesulitan

belajar? Mulyono Abdurrahman dalam Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan

Belajar (2009) secara garis besar membagi kesulitan belajar ke dalam dua

kelompok; (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan


(developmental learning disabilities); (2) kelompok kesulitan belajar

akademik (academic learning disabilities).

Dua kelompok kesulitan belajar di atas dibagi lagi ke dalam kelompok

yang lebih spesifik.Kesulitan belajar yang berhubungan dengan

perkembangan meliputi; (1) kesulitan belajar bahasa; (2) kesulitan belajar

kognitif; dan (3) gangguan motorik dan persepsi.Dan, kesulitan belajar

akademik menunjuk kepada; (1) kesulitan belajar menulis; (2) kesulitan

belajar mambaca; dan (3) kesulitan belajar aritmatika dan matematika.

Pertama, kesulitan belajar bahasa.Menurut Lerner (1988: 311) bahasa

merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa

ujaran, membaca, dan menulis.Dengan demikian, kita simpulkan bahwa

kesulitan belajar bahasa adalah ketidakmampuan seseorang pada satu atau

lebih dari komponen bahasa yang menimbulkan kesulitan wicara.Akan tetapi,

orang yang miliki kesulitan bicara tidak selalu memiliki kesulitan bahasa.

Kedua, Kesulitan belajar kognitif.Singgih D. Gunarsa (1981: 234)

berpendapat, kognisi merupakan aspek-aspek struktur intelek yang

dipergunakan untuk mengetahui sesuatu.Sehingga, kognisi dapat juga

didefinisikan sebagai fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol,

penalaran, dan pemecahan masalah.

Ketiga, gangguan perkembangan motorik dan persepsi. Lerner (1981: 189)

mengemukakan gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam

bentuk adanya gerakan melimpah (misalnya ketika anak ingin menggerakkan


tangan kanan, tanpa disengaja tangan kiri ikut bergerak), kurangnya

koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik halus,

kurang mempunyai penghayatan tubuh (body image), kekurangan pemahaman

dalam hubungan keruangan dan arah, kebingungan literalitas.

Lerner juga pernah mengemukakan persepsi adalah batasan yang

digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensori,

atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima

oleh berbagai indera (Lerner, 1988: 282). Sehingga, anak kesulitan belajar

yang memiliki gangguan perkembangan persepsi memiliki kesulitan dalam

memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan

intelek untuk mengetahui makna dari informasi yang diterima oleh indera.

Lalu, kesulitan belajar membaca.Soedarso (1983: 4) mengemukakan

bahwa membaca adalah aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar

tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan,

pengamatan, dan ingatan.Kesulitan belajar membaca adalah kesulitan

mempelajari komponen-komponen bacaan (kata dan kalimat) juga kesulitan

dalam memahami bacaan yang dibacanya, seperti hubungan urutan bacaan,

tema, dan isi bacaan.

Kemudian, kesulitan belajar menulis.Lerner (1985: 413) menyatakan

bahwa menulis adalah menuangkan ide-ide dalam bentuk visual. Taringan

(1986: 21) mengemukakan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang


grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang

menggunakan bahasa yang sama dengan penulisnya.

Bertolak pada kedua pengertian di atas, kita simpulkan bahwa kesulitan

belajar menulis adalah kesulitan dalam mengekpresikan pikiran, perasaan, dan

ide ke dalam bentuk lambang-lambang grafis yang meliputi kesulitan menulis,

mengeja bacaan, dan mengarang (mengemukakan melalui tulisan).

Terakhir, kesulitan belajar aritmatika dan matematika.Banyak orang kerap

mempertukarkan pengertian antara aritmatika dan matematika.Padahal, kedua

hal ini berbeda.Johnson dan Myklebust (1967: 244) berpendapat bahwa

matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan

fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.Aritmatika itu sendiri

merupakan bagian dari matematika.Aritmatika lebih tepat didefinisikan

sebagai ilmu hitung dasar  dari matematika yang berupa penjumlahan,

pengulangan, perkalian, pembagian, dan aritmatika turunannya yang lebih

kompleks.

Berdasarkan pengertian di atas, kita ambil kesimpulan bahwa kesulitan

belajar matematika adalah gangguan dalam hubungan keruangan,

abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motorik, perseverasi, kesulitan

mengenal dan memahami simbol, dan gangguan penghayatan tubuh.

Menurut Subini (2011:14) kesulitan belajar adalah beragam bentuk

kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap,


membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Lebih jelasnya akan

diuraikan sebagai berikut:

a) Kesulitan dalam Aktivitas Mendengarkan

Menurut Mulyadi (2010:34) indera yang terpenting untuk belajar di

sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil

penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca

indera oleh individu menunjukkan persentase sebagai berikut:

(1)indera rasa 1%; (2) indera peraba 1%; (3) indera pencium 1%;

(4) indera rungu 11%; (5) indera penglihatan 83%.

Berdasarkan angka persentase di atas, indera penglihatan dan indera

rungu memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar.

Kondisi tubuh dan suasana lingkungan belajar memang harus

diperhatikan ketika akan melaksanakan proses pembelajaran.

b) Kesulitan Bercakap-Cakap (Bahasa)

Menurut Djamarah (2008:77) bahasa adalah alat terpenting dalam

berpikir. Karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia

dapat berfikir.Dalam hal ini Djamarah (2010:79) mengatakan

bahwa kemampuan anak dalam berbahasa mempengaruhi

kemampuan anak dalam belajar.Dalam realitas sosial sering

ditemukan anak yang mengalami kesulitan belajar karena

miskinnya penguasaan perbendaharaan kosakata.kurangnya

penguasaan kosakata menjadi penyebab sukarnya anak didik


memahami kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam berbagai

buku bacaan, koran, majalah, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya

penguasaan bahasa oleh anak didik merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan anak kesulitan dalam belajar.

c) Kesulitan Membaca (Dyleksia Learning)

Menurut Subini (2011:53) membaca merupakan dasar utama untuk

memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Seseorang

yang mengalami kesulitan membaca akan kesulitan untuk

memaknai simbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan

auditoris. Hal ini tentu akan berpengaruh pada saat anak membaca

pemahaman. Senada dengan pendapat di atas Santrock (2009:88)

menyatakan bahwa jika anak-anak tidak dapat mengenali kata-kata

secara otomatis, maka pemahaman mereka menjadi buruk. Jika

mereka tidak dapat memahami teks, mereka mungkin tidak akan

termotivasi membacanya.

d) Kesulitan Menulis (DysgraphiaLearning)

Definisi menulis,menurut Abdurrahman (2003:224) yaitu antara

lain: (1) menulis merupakan salah satu kompunen sistem

komunikasi; (2) menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan,

dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis; dan

(3)menulis dilakukan untuk keperluan komunikasi.


Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Kesulitan

menulis menunjuk pada ketidakmampuan mengingat cara membuat

huruf atau simbol-simbol matematika. Subini (2011:60)

mengatakan ciri utama yang paling menonjol dari seseorang yang

berkesulitan belajar menulis adalah ketidakmampuan anak untuk

membuat suatu komponen tulisan dalam bentuk teks.

e) Kesulitan Berhitung (DyscalculiaLearning)

Selain membaca dan menulis, berhitung juga tidak kalah penting

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Mulyadi

(2010:174) ganggauan matematika (dyscalculia learning) adalah

suatu ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika

yang dihadapkan untuk kapasistas intelektualdan tingkat

pendidikan seseorang.Selain itu, Subini (2011:64) mengatakan

kesulitan menghitung merupakan suatu gangguan perkembangan

kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika yang jelas

mempengaruhi pencapaian prestasi akademika atau mempengaruhi

kehidupan sehari-hari anak.

Dari pengertian di atas, kita simpulkan bahwa kognitif berkaitan

dengan kemampuan anak dalam memecahkan masalah.Anak

kesulitan belajar kognitif merupakan anak yang memiliki kesulitan

dalam mengembangkan kemampuannya memecahkan masalah,

terutama permasalahan dalam akademiknya.


a. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa

Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu

menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah

Allah di bumi.Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya

mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam

diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui

pembelajaran sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi

hidupnya.Dengan demikian pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk

memanusiawikan manusia memiliki arti penting bagi kehidupan anak. Hanya

pendidikan yang efektif yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan

mengantarkan anak survive dalam hidupnya.

Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi pandutan serta

menjadikan jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum

1995, pengertian guru mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995

ialah “Guru adalah perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Guru adalah pihak utama yang

langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran

guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum.

Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain

sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi

para murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan

ungkapan Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang


peranan sentral dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan

kepribadian masing-masing yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu

pelaksanaan proses pembelajaran. Pola tingkah laku guru dalam proses

pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam perjalanan hidup sehari-hari,

baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena setiap siswa

mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian.

Keragaman kecakapan dan kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi

yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Tetapi menurut Brenner (1990)

sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat

perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap

anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan

untuk anak. ( Solehuddin, 1997 : 55).

Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara

belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang

perlu mendapatkan perhatian cukup serius.Orang tua dan Guru Kelas kerap

kali memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin

adalah pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya

sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.

Menurut Abdurrahman (2003) berikut ini beberapa upaya dalam mengatasi

kesulitan belajar :

1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam

tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas

dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau

suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi

siswa untuk belajar lebih semangat lagi

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus

mengenai alat indera.Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah

melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena tingkat

kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula.Maka dari itu, betapa

pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke

diri individu.

3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana

seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di

sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya

mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.Selain itu

juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat

secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat

dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan


latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari

segi dasar, logika dan privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu.Seorang

pengajar harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator, dan

organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang

menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang

lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para

siswa.Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para pengajar sehingga tidak

ada lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu

tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan

dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan

belajar siswa.

Pada dasarnya banyak upaya atau alternatif yang diambil dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa, akan tetapi seperti yang dijelaskan Muhibbin Syah (2004),

sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu

melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut :

1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan

hubungan antara bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar

mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.


2. Mengidentifikasi dan menentukan bagian kecakapan tertentu yang memerlukan

perbaikan. Bidang-bidang bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam,

yaitu kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri, kecakapa

bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua, dan

kecakapan yang tidak dapat ditangani baik guru maupun orang tua.

3. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran

perbaikan). Dalam penyusunan perbaikan, sebelumnya guru perlu menetapkan

hal-hal sebagai berikut : tujuan pengajaran remedial; materi pengajaran remedial;

metode pengajaran remedial; alokasi waktu pengajaran remedial; dan evaluasi

kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.

4. Melaksanan program perbaikan, Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi

pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang konsevator,

transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat

peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena

dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan

dengan mudah didapat oleh para siswa.Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya

oleh para pengajar sehingga tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat

mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu tingkat kedisiplinan yang diterapkan di

suatu sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin dalam

belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.


Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002), langkah yang perlu ditempuh

dalam mengatasi kesultan belajar pada siswa dapat dilakukan melelui enam tahap

sebagai berikut :

1. Pengumpulan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui : kunjungan rumah, studi kasus, case

history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan siswa, meneliti tugas kelompok dan

melaksanakan tes IQ dan tes prestasi.

2. Pengolahan data

Pengeolah data dapat dilakukan melalui langkah-langkan: identifikasi kasus,

membanding antara kasus, membanding dengan hasil tes, dan menarik

kesimpulan.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat

berupa: keputusan mengenai faktor yang ikut menjadi penyebab kesulitan belajar

siswa, dan keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar siswa.

4. Prognosis

Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam

kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan penyusunan program bantuan

terhadap siswa yang berkesulitan belajar. Dalam penyusunan program tersebut

dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W + 1H.


Who, siapa yang memberi bantuan kepada siswa dan siapa yang mendapat

bantuan ? What, materi apa yang diprlukan? alat bantu apa yang harus

dipersiapkan? pendekatan dan metode apa yang digunakan? When, kapan

pemberian bantuan ini dilakukan? Where, dimana bantuan itu dilaksanaka?

Which, siswa yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dulu? How,

bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan.

5. Perlakuan

Bentuk-bentuk perlakuan yang mungkin dapat diberikan adalah : melalui

bimbingan belajar individu, melalui bimbingan kelompok, melalui remedial

teaching, melalui bimbingan orang tua dirumah, bimbingan pribadi untuk

masalah-masalah psikologis, bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara

umum, dan bimbingan mengenai cara belajar yang biak sesuai denga karakteristik

setiap mata pelajaran.

6. Evaluasi

Evalusi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah

diberikan itu berhasil dengan baik. Jika hasil perlakuan kurang baik, maka perlu

dilakukan pengecekan.

1. Konsep Pendidikan Bahasa Indonesia

a. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi.Pendidikan Bahasa


Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para
siswa di sekolah. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan sejak
usia dini karena dari situ diharapkan mampu menguasai,  memahami dan dapat
mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara. Memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional anak usia dini dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.  Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya, budayanya, danbudaya orang lain, mengemukakan
gagasandan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif
yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut
dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia. 

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah


diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai
peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di sekolah
dasar mempunyai karakteristik: 
a. Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif, dan
lintas kurikulum.
b. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.
c. Penggunaan metode
d. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber
 
b. karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan

perkembangan anak-anak Indonesia.Mata pelajaran Bahasa Indonesia membina dan

mengembangkan kepercayaan diri siswa sebagai komunikator, pemikir imajinatif dan

warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi.Pembelajaran Bahasa

Indonesia membina dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

berkomunikasi yang dibutuhkan siswa dalam menempuh pendidikan dan di dunia

kerja.

Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan

agar siswa mampu mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan

menulis.Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal yang saling


berhubungan dan saling mendukung pengetahuan siswa, memahami, dan memiliki

kompetensi mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis. Ketiga hal

tersebut adalah bahasa pengetahuan tentang Bahasa Indonesia; sastra memahami,

mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan menciptakan karya sastra; literasi

memperluas kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang

berkaitan dengan membaca dan menulis. Bahasa, pengetahuan Bahasa Indonesia

adalah pengetahuan tentang tata bahasa bahasa Indonesia dan cara penggunaannya

yang efektif. Siswa belajar bahasa Indonesia sehingga memungkinkan manusia saling

berinteraksi secara efektif; membangun dan membina hubungan; mengungkapkan

dan mempertukarkan pengetahuan, keterampilan, sikap, perasaan, dan pendapat.

Bahasa Indonesia bertujuan melibatkan siswa mengkaji nilai kepribadian, budaya,

sosial, dan estetik.Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang berpotensi

memperkaya kehidupan siswa, memperluas pengalaman kejiwaan, dan

mengembangkan kompetensi imajinatif.Siswa belajar mengapresiasi karya sastra dan

menciptakan karya sastra sehingga dapat memperkaya pemahaman siswa atas

kemanusiaan dan sekaligus memperkaya kompetensi berbahasa.Siswa menafsirkan,

mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti cerpen, novel,

puisi, prosa, drama, ilm, dan teks multimedia lisan, cetak, digital online.Karya sastra

untuk pembelajaran yang memiliki nilai artistik dan budaya diambil dari karya sastra

daerah, sastra Indonesia, dan sastra dunia.Karya sastra yang memiliki potensi

kekerasan, kekasaran, pornograi, konlik, dan memicu konlik SARA harus

dihindari.Karya sastra unggulan dapat dimodiikasi untuk kepentingan pembelajaran


dapat digunakan tanpa melanggar hak cipta karya sastra.Literasi, aspek literasi

bertujuan mengembangkan kemampuan siswa menafsirkan dan menciptakan teks

yang tepat, akurat, fasih, dan penuh percaya diri selama belajar di sekolah dan untuk

kehidupan di masyarakat.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan umum pembelajaran sebuah Bahasa adalah memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan

pembelajaran Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling

berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk  meningkatkan 

kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju

pemahaman tersebut.

Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan


peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia.
1) Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan
maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku.
2) Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan
bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
3) Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4) Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5) Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
6) Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta
menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual Indonesia.
7) Aspek kemampuan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa
maupun ragam sastra merupakan ruang lingkup standard kompetensi
pembelajaran Bahasa Indonesia.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian

ini adalah Meningkatkan kepedulian Guru Bahasa Indonesia dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena setiap

siswa mempunyai potensi yang sama untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

Namun kenyataannya bahwa tidak semuassiswadapatmemperolehprestasi

sebagaimana yangdiharapkan. Hal inidisebabkanmasing-

masingsiswamemilikiperbedaandalam hal

kemampuanintelegensi,kemampuanfisik,latarbelakangkeluarga,bakat dan minat,

tipe belajar yang terkadang sangatmencolok antara siswa yang satu dengan yang

lain.

Kemudian agar siswa dapat memahami begitu pentingnya ilmu yang

diajarkan oleh guru di sekolah, serta peran masyarakat dan orang tua siswa agar

dapat bekerja sama dalam mangatasi persoalan yang akan dihadapi pihak sekolah

agar dapat menciptakan lingkungan yang harmonis di SMA NEGERI 1

SAWERIGADI.

Sehingga kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


macam- Upaya guru
Kesulitan macam dalam
belajar kesulitan mengatasi
Bahasa kesulitan
belajar
Indonesia
belajar Bahasa
Indonesia

Gambar. 2.1. Kerangka Pikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Sawerigadi,

Kecamatan Sawerigadi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, Waktu

penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 November sampai tanggal 16 Desember


2014. Penelitan ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sawerigadi, guna untuk

mengetahui kesulitan apa yang dialami oleh siswa pada saat belajar Bahasa

Indonesia, dan sejauh mana upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hal

tersebut. Dan disamping itu juga dapat mempermudah peneliti dalam

memperoleh informasi terkait dengan masalah penelitian ini.

B. Fokus Penelitian

            Dalam rangka melakukan suatu penelitan kualitatif sangat penting adanya

fokus penelitian kerena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup

penelitian yang akan dilakukan dan memegang peranan yang sangat penting

dalam memandu serta menjalankan suatu penelitian. Pada penelitian ini fokus

penelitiannya adalah guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Sawerrigadi yaitu ibu

Sitti Sadaria, S.Pdyang berkaitan dengan upaya guru dalam mengatasi kesulitan

belajar siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

C. Sumber data

Data dalam penelitian ini bersumber dari :

a. Data primer diperoleh langsung dari siswa melalui kegiatan pengamatan dan

observasi tentang aktivitas siswa selama berlangsung disekolah, selain dari


42
siswa data primer juga diperoleh dari guru melalui wawancara.

b. data sekunder yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti

misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi

lainnya. Jadi kata skunder berasal dari tangan kedua,ketiga, dan seterusnya,

artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Data
skunder diperoleh penulis langsung dari pihak yang berkaitanseperti guru IPS

dan juga siswa-siswi di SMP Negeri 1 Lawa danberbagai literatur yang

relevan yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

D. Penentuan Informan

Informan dalam survey penelitian iniberdasarkan hasial yaitu guru

Bahasa Indonesia sebanyak 2 orang, siswa sebanyak 2 orang, dan kepala sekolah

SMP Negeri 1 Sawerigadi.Informan tersebut, ditentukan dan ditetapkan tidak

berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan

fungsi dan peran informan sesuai batas penelitian. Survei dalam informan

penelitian ini adalah mereka yang terlibat langsung dalam upaya mengatasi

kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1

Sawerigadi

E. Tehnik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu

penelitian, begitu pula dalam penelitian ini. Beberapa teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Observasi, yakni peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa

obyek pendukung Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi

partisipan, dimana dalam proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

dengan ikut serta dalam kegiatan para informan, baik itu kegiatan guru
maupun kegiatan siswa selama di sekolah. Hal ini peneliti lakukan agar tidak

tercipta jarak antara peneliti dan informan sehingga data yang diinginkan

mudah untuk diperoleh.

2. Wawancara

Wawancara yakni melakukan Tanya jawab dan diskusi langsung pada

beberapa informan mengenai obyek penelitian.Pada penelitian ini digunakan

teknik wawancara terstruktur artinya format instrumen wawancaranya telah

dibuat oleh peneliti, jadi semua informan akan mendapatkan pertanyaan yang

sama.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Jadi dokumentasi merupakan

teknik yang penting dalam penelitian ini sebab data-data tertulis sangat

menunjang dalam menganalisis data studi dokumen.

F. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang

berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteleti.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode dari asumsi tentang

realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks.


Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman dalam Sugiyono, (2012: 331) yakni pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang akan dilakukan secara bersamaan

dan berlangsung selama proses pengumpulan data dan setelah selesai

pengumpulan data.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2012: 335), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.

Aktivitas data tersebut yaitu:

a. Pengumpulan data

Peneliti mengambil semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi, wawancara, dan dokumen dilapangan.

b. Reduksi data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran

yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.

Reduksi data dalam penelitian ini yaitu mengambil segala bentuk data

baik data primer maupun data sekunder dari observasi, wawancara, dan

dokumen dan mengeliminasi data-data yang tidak mendukung penelitian.


c. Penyajian data atau interpretasi data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart atau

grafis, sehingga data dapat dikuasai. Dalam hal ini adalah pemaknaan data

dari reduksi data yang telah diperoleh dengan penjabaran secara detail.

d. Pengambilan keputusan dan verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penerikan kesimpulan dan

verifikasi data. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering muncul, dan sebagainya. Jadi dari data

tersebut berusaha diambil kesimpulan. Kesimpulan data penelitian mungkin

dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan dan

mungkin juga tidak, karena kesimpulan disini masih bersifat sementara dan

akan berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat yang akan mendukung tahap

pengumpulan data berikutnya.

Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut verifikasi

data. Jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh

bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan

saat peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan

kesimpulan yang kredibel.


Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling

mempengaruhi dan terkait. Komponen dalam analisis data menurut Miles dan

Huberman (dalam Sugiyono, 2012: 335 )

Data Collection
Data Display

Data Reduction

Conclusions: drawing/verifying

Gambar 3.1
Teknik Analisis Data Milles dan Huberman

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai

keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi data

Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek

yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data.Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak


Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil

pengumpulan data.

c. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori

telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data

tersebut.

d. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi.Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara

dilakukan.

DAFRAR PUSTAKA

Afrizal, 2015.Metode Penelitian Kualitatif. Sebuah Upaya Mendukung Penelitian

Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pedidikan bagi anak kesulitan belajar. Jakarta:

Abidin, Irham. 2006. Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Teorema


Pythagoras pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Sawerigadi
Ahmadi Abu, Strategi Belajar Mengajar (Bandung; Pustaka Setia, 1997).

Lexy J. Moleong. 1994 Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda


Karya)

Akib, Zainal. 2002. Guru dalam profesionalisme. Jakarta: Pustaka Pelajar.


Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda
Karya, Bandung, 2003,

Slameto.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi.2012 (Jakarta: PT Rineka


Cipta)

Wiji Suwarno, 2016. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.(Jogjakarta: Ar-Ruzz)

Anda mungkin juga menyukai