Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PEMBAKARAN

( INCINERATOR MINI )
Oleh : Ir. Moch. Yasin Kurdi

ambatnya perkembangan dan pertumbuhan perekonomian,


diantaranya dikarenakan tidak meratanya pembangunan, khususnya
pembangunan infrastruktur yang, tidak dibarengi dengan sosialisasi
regulasi serta penerapan nya, sehingga sering terjadi arogansi aparat
maupun pengelola yang tidak mengakomodasi keberadaan masyarakat
sekitar, bahkan sering ditudingkan mengambil hak mereka. namun
ironisnya semakin membuat jarak antara masyarakat yang
berpenghasilan rendah dengan masyarakat yang berpenghasilan
menengah dan atas.

Pengelolaan persampahan umumnya tidak dilakukan secara


konsisten dan konsekuen sesuai dengan konsep awal, sehingga dalam
perjalanan nya sering melanggar dan berbenturan dengan berbagai
pelanggan antara lain aspek sosial budaya, hukum , lingkungan, hak
asasi, dan lain sebagainya. Pengaturan dan pengelolaan sampah saat ini
pada dasarnya hanya terpaku kepada teknis saja, padahal yang
terpenting adalah bagaimana caranya pihak pengelola dapat
mengedepankan kepentingan masyarakat melalui sosialisasi yang
transparan dalam penanganan sampah.

Saat ini cara paling banyak yang digunakan pemerintah Kabupaten /


Kota dalam pengelolaan sampah adalah dengan penimbunan sampah
yang dipusatkan ditempat tertentu dengan cara pengurugan dan
penimbunan (landfill) yang dianggap murah dan mudah, atau bahkan
terkadang kenyataan nya sering dilakukan dengan cara penumpukan
bebas (open dumping) karena tanah timbunan dan lahan yang tidak lagi
mencukupi. Dengan tidak terencana pembuangan sampah yang baik dan
penimbunan nya dilakukan sembarangan, kurang professional tidak
sesuai konsep sanitary landfill yang seharusnya sebagaimana
persyaratan mutlak sebuah TPA, maka tidak jarang dijumpai sampah di
TPA menjadi menggunung.

Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, serta


keterbatasan lahan yang tersedia, menyebabkan timbulnya permasalahan
sampah tidak dapat teratasi dengan baik, ketidak pedulian masyarakat
akan masalah sampah membuat sampah terus menumpuk diberbagai
sudut kota tanpa adanya sentuhan penanganan yang benar.

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 1


idak jarang pengelolaannya hanya mengandalkan seorang atau
beberapa orang operator saja yang mengaturnya, atau hanya
mengandalkan sopir-sopir pengangkut sampah, akibatnya sebuah lokasi
yang dijadikan landfill hanya dilakukan dengan cara open dumping saja,
ini diakibatkan kurang / lemahnya kontrol pengelola di TPA dan tidak
jarang TPA dijadikan tempat pembuangan limbah B-3 yang dikategorikan
infectious (menular).

Bagaimanapun pemerintah harus dapat memformulasikan


infrastruktur yang diperlukan dengan memperhatikan masalah sosial,
ekonomi dan lingkungan, termasuk didalamnya issu-issu penting dalam
strategi pembangunan yang berkelanjutan diantaranya :

• Bagimana kebutuhan dasar manusia terpenuhi


• Bagaimana dapat menggerakan sumber daya manusia dalam
pembangunan
• Bagaimana memenuhi infrastruktur perkotaan yang cukup mendasar
• Bagaimana membangun nilai tambah sector ekonomi yang tinggi
• Bagaimana meningkatkan kesempatan kerja formal yang lebih baik
• Bagaimana mengurangi polusi air, tanah dan udara
• Bagaimana mengelola sampah yang layak dan baik
• Bagaimana memperbaiki pengelolaan lingkungan

Hal penting yang biasa terdapat di negara-negara berkembang umumnya


termasuk di Indonesia, pengelolaan sampah perlu mempertimbangkan
beberapa hal diantaranya :

• Persentase material organic secara umum tinggi (50 -70 %)


• Umumnya ibu rumah tangga yang bertanggung jawab membuang
sampah
• Pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan sampah tidak cukup effisien,
karena hanya dikelola oleh seorang atau satu badan saja
• Tingkat sosial secara umum masih rendah, sehingga pelayanan umum
masih perlu ditingkatkan.
• Tidak dipenuhinya pengelolaan sampah yang baik sering
menyebabkan persediaan air bersih tercemar, sehingga
mengakibatkan penyebaran penyakit dan penurunan kesehatan tidak
dapat dihindarkan.
• Pemanfaatan sampah sering ditangani sendiri oleh sektor informal
(pemulung), oleh karenanya pemerintah agar berupaya untuk
meningkatkan cara pengumpulan yang kompetitif

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 2


Solusi Penanganan Sampah

Dari permasalahan yang timbul kita dapat me-minimalisir jumlah


timbulan sampah yang ada dengan berbagai cara dan upaya, dimulai dari
rumah tangga dengan memilah-milah jenis sampah organic (mudah
membusuk) dan sampah anorganik (sukar membusuk).

Salah satu metoda alternatif penanganan pengelolaan sampah


dengan skala kecil dapat diterapkan di tingkat RT/ RW, Kelurahan dan
Kecamatan dengan pola pembakaran berteknologi (Incinerator Mini).
Pada prinsipnya sampah dapat dikelola dengan pembakaran yang ramah
lingkungan, meskipun terkadang kita belum bisa menerima teknologi ini,
karena masih menganggap biaya mahal dan anggapan sementara masih
mempunyai dampak lingkungan. Penulis mengajak marilah kita mencoba
untuk “ Berfikir Global – namum Bertindak Lokal “ artinya kita dapat
melihat majunya teknologi tetapi kita dapat melakukan yang ada
dihadapkan kita ada, salah satu pilihannya yaitu dengan teknologi
pembakar sampah “ pilot project ” skala kecil atau sedang yang telah
diproduksi di Indonesia.

Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnah sampah


yang dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat
aman bagi lingkungan sehingga pengoperasian nya pun mudah dan
aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan
dapat memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai
dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995.

Keuntungan dari incinerator mini ini adalah :


a) tidak diperlukan lahan besar,
b) mudah dalam pengoperasian,
c) hemat energi (minyak tanah),
d) temperatur tidak terlalu tinggi ( 800/ 1.1000 C ),
e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang
akan mencemari lingkungan,
f) tidak bising dan kemasan kompak per unit,
g)tidak menimbulkan panas pada tabung
pembakar,
h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi
produksi batu bata/ bataco.

Sistem pengelolaan sampah yang terdapat di beberapa


Kabupaten/ Kota dapat menerapkan dan menggunakan baik dalam jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang dengan pola pengelolaan
pembakaran (Incinerator mini) yang penempatannya tidak memerlukan
lahan yang luas di perkotaan, penempatan incinerator ini dapat dilakukan

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 3


di ruang/ lahan yang relatif tidak luas (cukup 6 x 10) seperti di TPS – TPS,
lingkungan RW, Kelurahan dan Kecamatan atau disesuaikan dengan
kebutuhan sampah yang akan dibakar.

Spesifikasi :

Spesifikasi dari Incinerator dengan kapasitas kecil, sedang dan


besar dapat dibuat tergantung dari kebutuhan di Indonesia, dan timbulan
sampah yang dihasilkan selanjutnya dapat diproses/ dibakar pada tungku
bakar sesuai kapasitasnya.

Kapasitas Incinerator :

Sebagai contoh untuk dapat melaksanakan pembakaran sampah


per hari mencapai 32 ton (eqivalen 9 truk @ 3 – 4 ton), maka volume nya
sekitar 130 m3 dengan asumsi proses pembakaran dapat dilakuka 6 – 8
kali/ hari

Residu Abu, Panas dan Energi Listrik :

Abu pembakaran yang terjadi dalam tungku pembakar utama akan


terkumpul dalam ruang pengumpul abu, dimana abu tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pencampur pembuatan “ bataco “ sedangkan
panas yang dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua dapat
dimanfaatkan sebagai pemanas air mandi yang dialirkan ke rumah
tangga, dengan tambahan unit coverter energi pembangkit yang akan
menghasilkan listrik.

Proses Incinerator :

Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang


dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah
tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan
sistim pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga Emisi yang
melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan
sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan
pengaruh polusi pada lingkungan.

Pemilihan incinerator yang akan digunakan disesuaikan dengan


keadaan lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume sampah,
sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun
transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan
lebih efisien. Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat
untuk dapat dipilah masuk ke dalam tempat tersendiri.

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 4


Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan
mencegah kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan Logam
tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan diatas mungkin
tercecer (tumpah keluar) sehingga menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh
karenanya pada lokasi pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila
diperlukan diadakan pengaturan pemulung yang akan menangani
pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat memungkinkan terjadi
perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan menjadikan friksi-friksi
sosial ”.

Ruang Bakar Utama :

Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan


“ defisiensi udara “ dimana udara yang dimasukan didistribusikan dengan
merata kedasar ruang bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang
yang panas dari pembakaran, keluara dari sampah dan naik
memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian
membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini
yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran
normal dalam waktu pembakaran.

Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 8000 – 1.0000 C
dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara
terdiri dari sebuah Blower radial digerakan langsung dengan impeller,
dengan casing almunium dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa
udara utama didistribusikan ke koil.

Ruang Bakar Tingkat Kedua :

Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan
terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas
gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas
karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh
Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka
gas-gas karbonisasi akan terbakar habis.

Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari


gas karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika
karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after
burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian
membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai
habis, dimana suhunya mencapai 1.1000 C dengan sistem close loop
sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan
secara manual atau menggunakan lift conveyor.

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 5


Panel Kontrol Digital :

Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk


setting suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan
dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan sitem close loop. Pada panel
digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan
sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan
“blower” dengan terdapatnya lampu isarat yang memadai dan
memudahkan operasi.

Cerobong Cyclon :

Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian


dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus
yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas buang yang
keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas
sehingga terjadi aliran siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang
berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan gaya sentripetal,
sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon.

Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding,


maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air
yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak
penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama
berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan
disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk
dipompakan ke cerobong siklon kembali.

Burner dan Blower :

Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang


dikendalikan secara otomatis. Burner yang digunakan dapat
menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan blower untuk
mempercepat proses pembakaran hingga mampu menghasilkan panas
yang tinggi.

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 6


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INCINERATOR MINI :

No. KEUNTUNGAN KERUGIAN SOLUSI


1. - Instalasi sangat kompak - Memerlukan
- Pemasangan ditempatkan temperatur tinggi - diperlukan
pada tingkat Komplek 8000 – 1.1000 C, kesiapan
perumahan, pertokoan, diperlukan energi Pengelola DKP
Mal, pasar, pabrik/ awal (minyak/ listrik) yang
kawasan industri, Rumah - Kesiapan SDM (alih bertanggung
Sakit, taman rekreasi, teknologi jawab
GOR, dll.
2. - Ukuran alat/ unit relatif - Bahan terbuat dari plat - Perlu
kecil dan sedang, tidak baja (mudah karat) pemeliharaan
memerlukan lahan luas, - Perlu sosialisasi kepada rutin
- Mudah dalam pemasangan, (petugas, masyarakat), - Dilakukan
operasional dan merubah budaya. training
pemeliharaan. - Terbatas pada kapasitas kepada
- Mengurangi kebutuhan sampah yang dibakar petugas, dan
angkutan berat sosialisasi

3. - Volume dan berat sampah - Kontrol/ monitoring - oleh BPLHD/


berkurang hingga 95 % operasional Lingkungan
- Emisi gas buang terkendali - Terdapat gas monoksida Hidup
- Energi gas buang dapat di (CO) (berkala)
manfaatkan sebgai sumber - Perlu pengangkutan sisa - Kesiapan
panas pembakaran/ abu angkutan
- Residu abu dapat (kontinyu) - Pengaturan
dimanfaatkan sebagai batako - Diperlukan pemilahan pemulung
(nilai ekomonis) sampah
- Meminimalkan pencemaran
udara, tanah dan air

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 7


Arus Kas Investasi

800,000,000 Cash In Flow

Cash Out Flow


600,000,000
Kumulatif Net Cash
400,000,000 Flow
Net Cash Flow
Rupiah

200,000,000

-
2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013
(200,000,000)

(400,000,000)

(600,000,000)

(800,000,000)

Tahun
sumber : Hasil analisa investasi

Dari hasil analisa investasi pembiayaan didapat bahwa pada tahun


2005 awal pembangunan sebesar Rp.543.725.674,- dengan cash in flow
pada tahun 2006 sebesar Rp.52.332.432,- dan net cash flow sebesar
Rp.21.334.601,- dan komulatif / net cash in flow sebesar Rp.564.759.944,-
yang selanjutnya pada pertengahan tahun 2012 akan mencapai BEP, dan
mendapat keuntungan pada tahun - tahun selanjutnya.

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 8


Contoh penanganan :

PROSES PENGELOLAAN SAMPAH

PRODUKSI SAMPAH
RAW - Rumah Tangga
MATTERIAL - Pasar
- Pabrik
RT / RW - Kantor
- dll
CART
Container
- Plastik
T PS PEMULUNG - Aqua / AMDK
- Kardus
- dll
PEMDA / SWASTA

TRANSPORTASI

- Plastik
T PA PEMULUNG
- Logam

INVESTOR /
SWASTA

SAMPAH

INCINERATOR

- ENERGI PANAS
- BATU BATA / BATACO

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 9


Contoh Kemitraan :

ALUR KERJASAMA PENGELOLAAN


PEMERINTAH/ SWASTA / LKMD

- Masyarakat
Retribusi SUMBER - Industri & Perdagangan
SAMPAH

Operasional oleh RT/RW Setempat

Swasta
SHARING
vs T P S
RETRIBUSI
Pemda

Operasional oleh PD.Kebersihan / Swasta


AMDAL
IPTEK & SDM
INVESTOR INCINERATOR MINI Swast a/
Konstruksi LKMD

PRODUK Swas t a/
- Bangunan (Bataco) Masyarakat

Swast a/
Pemasaran
Masyarakat

Dengan demikian penulis mengajak marilah kita mulai tingkatkan


kebersihan, keindahan, kenyaman, dan kesehatan kota. Karena
kebersihan adalah bagian dari Iman.***

Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 10


Alternatif Solusi Pembakaran Sampah (Incinerator) Bandung, Mei 2005 11

Anda mungkin juga menyukai