Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI KH. AGUS SALIM (1884 M – 1954 M) Salim itu.

Salim itu. Lagipula pahlawan emansipasi wanita itu sudah akan menikah dan sudah
PAHLAWAN NASIONAL BERAGAMA ISLAM dipastikan calon suaminya tidak akan merestui untuk melanjutkan sekolah. Pihak pemerintah
Hindia Belanda sebenarnya sudah menyetujui rekomendasi dari RA Kartini. Namun, Haji
Agus Salim justru menolak usulan tersebut karena beranggapan kalo beasiswa itu bukanlah
Haji Agus Salim adalah pahlawan diplomasi yang menjadi perwakilan Indonesia
atas hasil jerih payahnya sendiri.
dalam beberapa perundingan. Berkat jasa-jasanya, kemerdekaan Indonesia dapat diakui oleh
negara-negara lain di Indonesia. Meskipun KH Agus Salim termasuk sosok penting dalam 3. Pekerjaan
Karena gagal melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, KH Agus Salim
proses pengakuan kemerdekaan Indonesia, sayangnya tidak banyak orang yang mengetahui
kemudian bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris di sebuah perusahaan
seperti apa perannya yang sesungguhnya. Kebanyakan orang mungkin hanya pernah pertambangan. Atas rekomendasi dari pamannya, ia pindah ke Jeddah dan bekerja di
mendengar namanya saja. Padahal, salah satu hal yang membuatnya disegani adalah Konsulat Belanda. Selama berada di Jeddah, ia memanfaatkan kesempatan untuk
kemampuannya berpidato dalam berbagai macam bahasa asing. Sehingga delegasi dari mempelajari cara berdiplomasi dan memperdalam agama Islam pada pamannya. Ia juga
negara-negara lain pun terkesan dan akhirnya memberikan pengakuan akan kemerdekaan beberapa kali menjalankan ibadah haji hingga akhirnya mulai dikenal sebagai Haji Agus
Indonesia. Salim. Lima tahun bekerja di Jeddah, ia kembali ke Indonesia dan mendirikan sekolah
Hollandsche Inlandsche School (HIS). Sekolah tersebut ditujukan untuk anak pribumi tetapi
mengajarnya menggunakan bahasa Belanda. Pada tahun 1915, KH Agus Salim mulai bekerja
KEHIDUPAN PRIBADI
di bidang jurnalistik dengan menjadi redaktur di Harian Neratja kemudian memimpin
1. Keluarga KH Agus Salim koran Hindia Baroe di Jakarta. Namun, setelah banyak artikel-artikel yang ditulisnya
Pria yang lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 ini sebenarnya memiliki nama asli dianggap terlalu menyerang pemerintah Hindia Belanda hingga akhirnya dikeluarkan dari
Masyhudal Haq, yang berarti pembela kebenaran. Nama tersebut terinspirasi dari seorang kantor-kantor tersebut, Haji Agus Salim memutuskan untuk mendirikan surat kabar Fadjar
tokoh di salah satu buku favorit sang ayah. Ketika masih kecil, Masyhudal Haq memiliki Asia. Ketika pindah ke Yogyakarta, ia kembali bekerja di bidang jurnalistik sebagai redaktur
seorang pengasuh yang berasal dari Jawa Timur dan suka memanggilnya “den bagus”. koran Moestika. Di Jogja, ia membuka kantor Adivies en Informatie Bureau Penerangan
Panggilan yang dipendekkan menjadi “gus” itu lama kelamaan menjadi panggilan Oemoem (AIPO).
dari sahabatnya juga. Karena terlalu terbiasa dengan dengan panggilan itu, lama-lama
Masyhudal Haq jauh lebih dikenal sebagai Agus. Setelah ditambahkan nama belakang KEHIDUPAN BERPOLITIK KH AGUS SALIM
ayahnya, namanya kemudian menjadi Agus Salim. Putra keempat dari pasangan Soetan
1. Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Mohamad Salim dan Siti Zainab ini cukup beruntung karena terlahir dari keluarga yang
Pada tahun 1915, Haji Agus Salim bergabung dengan Volksraad (Dewan Rakyat)
berkecukupan. Ayahnya merupakan Kepala Jaksa di Pengadilan Tinggi Riau dan pamannya
bersama HOS Tjokroaminoto. Kemudian mereka bergabung dengan Sarekat Islam (SI),
yang bernama Syaikh Ahmad Khatib Al-Minakabauwi adalah seorang ulama terkenal di
sebuah organisasi yang mengumpulkan para pedagang Islam dan baru saja barubah menjadi
Mekkah.
partai politik. Sebagai perwakilan Sarekat Islam, ia sering melakukan berbagai macam cara
2. Pendidikan untuk dapat memperjuangkan hak pedagang Islam dari pedagang asing yang masuk ke
Dengan kedudukan tinggi sang ayah di pemerintahan, KH Agus Salim beruntung Indonesia. Salah satunya adalah ketika ia mendirikan Persatuan Pergerakan Kaum Buruh
dapat bersekolah di sebuah sekolah dasar bergengsi bernama Europeesche Lagere School dengan tujuan menuntut pemerintah Belanda membuat Dewan Perwakilan Rakyat.
atau ELS. Pada tahun 1897, ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burger School (HBS) Kemudian, ia juga mengorganisasi aksi pemogokan buruh untuk menuntut kenaikan gaji.
di Batavia. Di antara kaum kolonial dan terpelajar di Hindia Belanda, nama KH Agus Salim Aksi tersebut tak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi juga Surabaya, Cirebon, dan Semarang.
cukup banyak dikenal juga disegani. Alasannya adalah karena ia menjadi siswa terbaik Pada tahun 1923, perpecahan terjadi di dalam Sarekat Islam. Saat itu Semaun dan Darsono
dengan nilai tertinggi. Tak hanya itu, saat lulus dari HBS ia juga sudah menguasai tujuh meminta agar SI lebih condong ke arah sosialisme dan komunisme, tetapi tidak disetujui oleh
bahasa asing. Setelah lulus, ia berniat melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran KH Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto. Perpecahan itu membuat SI terbelah menjadi dua,
terbaik di Belanda. Namun, cita-cita itu harus ia padamkan karena beasiswa pendidikan yang yaitu Sarekat Rakyat yang nantinya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
ia ajukan ditolak oleh pemerintah. Ketika RA Kartini mengetahui kabar bahwa ada seorang Sarekat Islam yang dipimpin oleh KH Agus Salim. Awalnya, masih ada beberapa anggota
siswa cerdas yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya, ia langsung merekomendasikan yang bergabung dengan Sarekat Islam sekaligus Sarekat Rakyat. KH Agus Salim yang tidak
beasiswa miliknya sebesar 4.800 gulden dialihkan untuk siswa yang bernama KH Agus menghendaki hal tersebut lalu membuat aturan kalau anggota SI dilarang memiliki
keanggotaan ganda. Selain mengurus SI, KH Agus Salim juga merupakan salah satu pendiri Asiah, dan Sidik Salim mengikuti saran dari sang ayah. Theodora menikah dengan seorang
Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam). Organisasi yang bertujuan untuk rektor Universitas Islam Jakarta dan pendiri Universitas Nasional yang bernama Soedjono
menyatukan para pemuda dan pelajar Islam di Hindia Belanda itu memiliki anggota yang Hardjodoediro, Jusuf menikah dengan Agustine Budiarti, seorang wanita dari Jawa. Islam
tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Madiun. Di awal tahun 1945, pemerintah Jepang Basari juga menikah dengan seorang wanita jawa yang bernama Arsyana, Siti Asiah
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), menikah dengan laki-laki Jawa bernama Soenharyo, sementara Sidik Salim menikah dengan
yang nantinya berganti menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). KH Agus Anak Agung Ayu Okka yang berasal dari Bali.
Salim pun bergabung menjadi salah satu anggota dan memiliki tugas mempersiapkan dan
merancang Undang Undang Dasar (UUD). AKHIR HAYAT KH AGUS SALIM
2. Setelah Kemerdekaan Indonesia KH Agus Salim mengundurkan diri dari dunia politik pada tahun 1953. Keputusan
Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno membentuk sebuah lembaga bernama itu diambil karena ia merasa usianya sudah terlalu lanjut dan akan lebih baik jika jabatannya
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang tugasnya adalah memberikan masukan atau sebagai penasihat Kementrian Luar Negeri digantikan oleh orang-orang yang lebih muda.
pertimbangan kepada presiden. Anggota DPA itu berjumlah sebelas orang, salah satunya Setelah pensiun, ia mengajak istrinya untuk menemui sahabat lamanya, Prof. Kahin di
adalah KH Agus Salim. Karena saat itu DPA tidak memiliki banyak tugas dan Haji Agus Universitas Cornell, Amerika Serikat. Selain itu, ia juga berusaha untuk menyelesaikan buku
Salim diketahui menguasai banyak bahasa asing, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai yang berjudul Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Tauchid Harus Dipahamkan? Sepulangnya
Menteri Luar Negeri. KH Agus Salim menjabat selama masa periode Kabinet Syahrir I, ke tanah air, Haji Agus Salim jatuh sakit. Awalnya, pihak keluarga mengira itu adalah
Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Hatta. Berkat kepiawaiannya dalam melakukan diplomasi, ia penyakit biasa yang akan segera sembuh. Namun, siapa sangka pada tanggal 8 November
dipercaya untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain, salah satunya adalah Mesir. 1954 ia menghembuskan napas terakhirnya di RSU Jakarta. KH Agus Salim kemudian
Tak hanya itu, bersama Sutan Syahrir, Soemitro Djojohadikusumo, Prof. Sudjatmoko, dan menjadi pahlawan pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada
Charles Tambu, ia menjadi perwakilan Indonesia untuk Persatuan Bangsa-Bangsa. Setelah tanggal 27 Desember 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden nomor
beberapa lama menunjukkan kemampuan diplomasi dengan negara-negara lain, Haji Agus 657 tahun 1961 untuk memberikan gelar pahlawan nasional pada KH Agus Salim. Sekarang,
Salim semakin disegani oleh banyak orang. Bahkan, banyak orang memberinya julukan The namanya diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota dan nama sebuah stadion di
Grand Old Man. Padang, Sumatra Barat.

KEHIDUPAN PERNIKAHAN KH AGUS SALIM FAKTA MENARIK SEPUTAR KH AGUS SALIM


Setelah kembali dari Jeddah, KH Agus Salim berkenalan dengan 1. Memahami dan Menguasai Sembilan Bahasa
seorang perempuan bernama Zaenatun Nahar. Pada tahun 1912, keduanya memutuskan Sejak masih sekolah, Haji Agus Salim selalu menunjukkan ketertarikan pada bahasa
untuk menikah. Mereka dikaruniai sepuluh anak, tetapi dua di antaranya meninggal dunia asing. Sehingga ketika lulus dari Hoogere Burger School (HBS) yang setara dengan SMA ,
saat masih bayi. Nama delapan anaknya adalah Theodora Atia (Dolly), Jusuf Taufik (Totok), ia menguasai tujuh bahasa asing, yaitu Perancis, Belanda, Inggris, Arab, Turki, Jerman,
Violet Hanifah (Jojet), Maria Zenobia (Adek), Ahmad Sjauket, Islam Basari, Abdul Hadi, dan  Jepang. Kalau ditambah dengan bahasa Indonesia dan Minang, bisa dibilang ia
Siti Asiah, Zuvhra Adiba, dan Sidik Salim. Pada anak-anaknya, KH Agus Salim selalu menguasai total sembilan bahasa. Kefasihan berbahasa itu rupanya tidak hanya bisa
mengajarkan komunikasi menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, ia juga mendidik anak- dilakukan dalam satu bahasa saja, tetapi ia bisa mengobrol bersama empat orang dengan
anaknya sendiri di rumah atau yang dikenal dengan istilah homeschooling. Ia sendiri yang empat bahasa yang berbeda dalam waktu bersamaan. Buktinya adalah pada tahun 1945
menyusun kurikulumnya dan menjadi guru untuk anaknya. Salah satu kakak KH Agus Salim ketika menghadiri sebuah acara, ia terlihat mengobrol menggunakan bahasa Minang
yang bernama Kutiniyati Mochtar sempat menentang keputusan homeschooling itu. Namun, dengan Buya Hamka, bahasa Inggris dengan Ismail Jamil, bahasa Arab dengan M. Zain
sang diplomat tetap bisa membuktikan kalau buah hatinya bisa sama cerdasnya dengan anak- Djambek, dan bahasa Belanda dengan M. Syah Syafi’i.
anak lain yang sekolah formal. Faktanya, banyak orang yang terkejut ketika mengetahui Tak hanya bisa mengobrol menggunakan empat bahasa sekaligus, diplomat yang memiliki
Theodora Atia dan adik-adiknya bisa mengobrol menggunakan bahasa Belanda dengan perawakan kecil ini juga bisa membuat candaan lucu dalam setiap bahasa yang dikuasainya.
lancar. Setelah anak-anaknya dewasa, Haji Agus Salim selalu memberitahu mereka untuk Mereka yang memahami candaan tersebut biasanya akan tertawa lepas.
tidak menikahi orang dari satu kampungnya. Saat itu, orang-orang Kota Gadang terbiasa Tak hanya menggunakan kemampuannya berbahasa dalam percakapan sehari-hari, KH Agus
menikah dengan anggota keluarganya sendiri. Kebiasaan tersebut bisa membuat terjadinya Salim juga sering kali berpidato menggunakan bahasa asing, seperti pidato berbahasa Inggris
degenerasi keturunan dan KH Agus Salim tak menginginkan hal itu terjadi pada di Konferensi Buruh Internasional pada tahun 1930, juga pidato berbahasa Inggris, Prancis,
keluarganya. Untungnya, lima anaknya, Theodora Atia, Jusuf Taufik, Islam Basari, Siti dan Arab di Mesir pada tahun 1947.
2. Hidupnya Sederhana hanya tersenyum kemudian memulai pidatonya. Selain Musso, Sutan Syahrir juga pernah
Ketika masih kecil, hidup KH Agus Salim dapat dibilang berkecukupan. Namun memberikan hinaan itu pada sang diplomat. Ketika Haji Agus Salim tengah melakukan
setelah dewasa, ia memutuskan untuk hidup dalam kesederhanaan. Hal tersebut ia dapatkan pidato, Syahrir dan beberapa pemuda lain berusaha mengacau dengan menirukan suara
setelah dekat dengan HOS Tjokroaminoto di Volksraad. Setelah menikah dan memiliki anak, kambing yang mengembik. Mendengar suara kambing itu, KH Agus Salim langsung
ia meneruskan ilmu kesederhanaan itu pada buah hatinya, bahkan ketika memiliki jabatan mengucapkan kalau beliau senang ada beberapa kambing yang turut serta datang untuk
dalam pemerintah sekalipun. Ketika beberapa pahlawan membeli rumah sendiri, Haji Agus mendengarkan pidatonya. Kemudian ia melanjutkan dengan permintaan agar para “kambing”
Salim tetap memilih untuk mengontrak rumah. Ia bahkan berpindah dari satu rumah keluar dari ruangan terlebih dahulu karena pidatonya itu ia tujukan pada para manusia.
kontrakan ke lainnya, mulai dari daerah Karet, Tanah Abang, Jatinegara, Petamburan, Menariknya, ia mengizinkan para “kambing” itu kembali ke ruangan ketika ia berpidato
Tuapekong, Kernolong, Gang Listrik, dan masih banyak lagi. Kesederhanaan itu tidak hanya menggunakan bahasa kambing. Ia seolah ingin menunjukkan kalau selain menguasai
berlaku pada rumah tinggal dan keluarganya saja, tetapi juga ke prinsip politiknya. Hal sembilan bahasa manusia, ia juga menguasai bahasa hewan. Ucapan itu langsung membuat
tersebut terbukti ketika ia menjadi delegasi Indonesia pada perundingan Linggarjati. Karena para pemuda yang melakukan hinaan langsung merasa malu tetapi tidak berani keluar dari
ia dikenal sebagai negosiator yang tangguh dan pandai berdebat, ketua delegasi Belanda ruangan.
yang bernama Willem Schermerhorn berusaha untuk memberinya uang demi memudahkan
negosiasi. Namun, dengan kesederhanaannya, Haji Agus Salim menolak sogokan itu.
3. Mudah Akrab dengan Semua Orang
KH Agus Salim termasuk orang yang sangat luwes dan tidak pernah canggung
dalam situasi apa pun. Bahkan, ia bisa mengobrol bersama orang-orang berjabatan tinggi
dengan santai. R. Brash, duta besar Inggris untuk Indonesia pada tahun 1982–1984 pernah
menjadi saksi atas keluwesan itu. Pada tahun 1953, Haji Agus Salim mendatangi acara
penobatan Ratu Elizabeth II sebagai Ratu Inggris dan didampingi oleh R. Brash. Awalnya,
sang diplomat yang memiliki kebiasaan merokok kretek diingatkan untuk tidak merokok di
dalam gedung Westminster Abbey. Permintaan itu dituruti dengan mudah dan ia hanya
merokok ketika berada di mobil saja. Namun, ketika pesta penobatan dimulai, ia melihat
suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Phillip terlihat sangat canggung bertemu dengan seluruh
hadirin yang ada di sana. Dengan santainya KH Agus Salim mendekati pangeran yang masih
berusia 32 tahun itu kemudian menunjukkan rokok kretek miliknya. Kemudian ia
menanyakan apakah sang pangeran mengenali aroma tersebut. Dengan polosnya, Pangeran
Phillip menyebutkan kalau ia tidak mengenali bau rokok itu sama sekali. Agus Salim
kemudian memberitahunya kalau rokok kretek itulah yang membuat bangsa Inggris datang
jauh hingga ke Indonesia. Mendengar hal tersebut, sang pangeran langsung tersenyum dan
menjadi lebih santai ketika menemui tamu-tamunya.
4. Mendapatkan Hinaan dengan Panggilan Kambing
Haji Agus Salim sering kali terlihat berkacamata, berkopiah, dan berjanggut panjang
berwarna putih. Ia sering sekali mendapatkan hinaan karena penampilannya itu. Salah satu
tokoh yang pernah memberikan hinaan itu adalah Musso, seorang tokoh SI yang menjadi
orang penting di Partai Komunis Indonesia. Ketika melakukan pidato di hadapan anggota-
anggota SI, Musso bertanya pada para hadirin tentang orang yang berkumis dan berjenggot
itu menyerupai hewan apa. Beberapa anggota SI memberikan jawaban “kambing”. Saat
gilirannya berpidato mulai, tanpa menunjukkan kekesalan sama sekali Haji Agus Salim
bertanya pada hadirin tentang orang yang tidak memiliki kumis atau jenggot itu menyerupai
hewan apa. Ketika beberapa anggota SI memberikan jawaban “anjing”, KH Agus Salim

Anda mungkin juga menyukai