Anda di halaman 1dari 3

BERHARAP HUSNUL KHOTIMAH DAN MANNFAATNYA

Muara Delang, 15 Oktober 2022

Husnul Khotimahharapan terakhir setiap hamba yang beriman dalam hidupnya. Karena doa Hunul
Khotimah sering dipanjatkan sebagai motifasi dan kesungguhan meraihnya.

Secara bahasa, husnul khotimah artinya akhir yang baik, sebuah anugerah Allah Subhanahu


Wata’ala yang agung untuk mengakhiri kehidupan dengan sebaik-baiknya. Namun seperti
juga karunia Allah yang lain, husnul khotimah tidak diraih dengan berpangku tangan, tanpa usaha,
perencanaan, dan persiapan yang memadai.

Persiapan itu setidaknya diingatkan oleh ayat Al-Qur’an,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Hasyr: 18)

Husnul khotimah merupakan penilaian akhir yang sangat menentukan. Karena boleh jadi, di awal
kehidupan seseorang kental dengan kemaksiatan dan dosa, lantas ia bertaubat dan menjadilebih
baik di akhir waktu. Namun yang paling aman, tetap istiqamah dengan keimanan dan ketakwaan
dari awal hingga akhir usia.

Dalam konteks ini, Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan tentang sunnatullah yang berlaku


dalam kematian seseorang. Ada yang diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah, dan
sebaliknya ada yang diwafatkan dalam keadaan su’ul khotimah. Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan
berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami
sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun”. (Malaikat menjawab): “Ada,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Ar-Ra’d: 28). “(yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan
(kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam Surga itu disebabkan apa yang
telah kamu kerjakan”. (QS. Ar-Ra’d: 32)

Seorang nabi yang sudah mendapat jaminan akhiratnya, tetap selalu berusaha dan berdo’a agar
meraih husnul khotimah. Nabi Yusuf as sebagai contoh, di puncak keberhasilannya menjadi salah
seorang pembesar istana, ia justru bermohon husnul khotimah: “wafatkanlah aku dalam keadaan
Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih.” (QS. Yusuf: 101)

Tentu husnul khotimah yang terakhir adalah akhir yang baik saat kematian, namun untuk
menghantarkan ke tujuan mulia tersebut, harus diawali dengan evaluasi amal yang bersifat harian,
pekanan, bulanan, dan tahunan. Karena tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan kematian
akan menjemputnya. Justru jelang akhir tahun ini, setiap diri melakukan intropeksi perjalanan
kebaikan dan keburukan selama satu tahun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬malah mengingatkan bahwa seseorang akan diwafatkan sesuai dengan kebiasaan
atau keadaan yang dijalankannya, “Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi
meninggalnya.” (HR Muslim)

Imam Al-Munaawi menjelaskan hadits tersebut dalam Kitab At-Taysir Syarh Al-Jami’ Ash-Shagir,
‘Seseorang meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu
juga’. Jika kita masih berharap husnul khotimah, maka kebiasaan dan keadaan harus mulai
ditata ke arah yang lebih baik. Semua hal yang kontra atau menjauhkan dari predikat  husnul
khotimah harus dicegah dan dihindari. Sedang hal-hal yang mendekatkan dan mengarah
kepada husnul khotimah diperbanyak dan diperkuat.

MANFAAT / KEUTAMAAN HUSNUL KHATIMAH

Pimpinan Quantum Akhyar Institut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan tentang beberapa kemuliaan


yang akan diperoleh orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah sebagaimana
terdapat dalam Alquran Al Karim surat Al Fajr dari ayat 27-30. 

ۙ ْ ْ
ْ‫ِي ا ِٰلى َربِّكِ َراضِ َي ًة مَّرْ ضِ ي ًَّة ۚ َف ْاد ُخلِيْ فِيْ عِ ٰبد ِۙيْ َو ْاد ُخلِيْ َج َّنتِي‬ ‫ࣖࣖ ٰ ٓيا َ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ الم‬
ْٓ ‫ُط َم ِٕى َّن ُة ارْ ِجع‬

Pertama, menurut UAH orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah  mendapat
kemuliaan dari segi panggilan dengan panggilan an nafsul muthmainnah. Orang yang meninggal
dalam keadaan husnul khatimah  jiwanya tenang (an nafsul muthmainnah).  

UAH menjelaskan dalam surat Al Fajr ayat 27, Allah SWT memanggil orang yang meninggal
dalam kondisi ini dengan lafaz

ۙ ْ ْ
‫ ٰ ٓيا َ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ الم‬ ya ayyatuhan nafsul muthmainnah (wahai jiwa yang tenang). 
 ‫ُط َم ِٕى َّن ُة‬

Bahkan saking tenangnya jiwa orang tersebut, dalam sejumlah riwayat digambarkan tentang
suasana kebahagiaan yang sangat tinggi, nyaman, tidak terasa ketika ruh keluar dari jasad,
hingga hadir senyuman di wajah orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah . 

"Cara pulangnya begitu indah, ada yang senyum mengajar meninggal, senyum membaca Quran
meninggal. Orang-orang yang mendapatkan status nafsul muthmainnah cara wafatnya itu luar
biasa. Dan peluang mendapatkan itu dibuka oleh Allah  SWT bagi setiap hamba yang memang
menginginkan status itu," kata UAH dalam program Kajian Spesial di Masjid Istiqomah

Kedua, kemuliaan orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah adalah akan
kembali kepada Allah SWT dengan hati yang puas dan diridhai Allah. UAH menjelaskan ketika
seorang hamba telah mendapatkan nafsul muthmainnah maka semua yang dikerjakan hamba
tersebut diridhai Allah SWT dan hamba tersebut juga ridho terhadap ketentuan Allah SWT.  

Ketiga, kemuliaan orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah  adalah akan
mendapat pengakuan sebagai hamba Allah SWT. Mereka dipanggil dengan sebagaimana pada
surat Al Fajr ayat 29, ْ‫ َف ْاد ُخلِيْ فِيْ عِ ٰبد ِۙي‬ fadkhuli fi 'ibadi (maka masuklah ke dalam jamaah hamba-
hamba-Ku).  
UAH menerangkan kata 'ibad dibagi dua dalam Alquran. Pertama disebut 'ibad adalah hamba
Allah SWT yang saleh dalam kehidupannya, biasanya disebut ibadurrahman (hamba-hamba Allah
Yang Mahapenyayang). Mereka terlihat dengan amalannya seperti rajin shalat, dzikir, fokus pada
kebaikan dan amal sosialnya tinggi. Kedua, disebut 'ibad adalah hamba Allah SWT yang
berusaha untuk memperbaiki kesalahannya untuk berubah menjadi saleh. 

"Jadi ternyata ketika ada pelaku maksiat tergerak untuk bertobat, prosesnya itu dinilai tinggi oleh
Allah SWT. Allah SWT itu sangat mencintai pelaku maksiat yang mau bertaubat dibandingkan
orang saleh yang tidak pernah merasa salah. Jadi kesempatan nafsul muthmainnah, husnul
khatimah  bukan hanya didapatkan oleh orang-orang yang terbiasa saleh. Mungkin ada orang
yang sedang taubat meninggal, dapat nafsul muthmainnah, bisa jadi," katanya.  

Keempat, kemuliaan orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah  adalah Allah
SWT mempersilakannya masuk ke dalam surga. Sebagaimana pada surat Al Fajr ayat 30 ْ‫َو ْاد ُخلِي‬
ْ‫ َج َّنتِي‬wadkhuli jannati (dan masuklah ke dalam surgaKu). Namun demikian surga yang mana yang
akan ditempati oleh orang-orang yang husnul khatimah , jiwanya tenang dan diridhai Allah SWT?
Dan bagaimana mencapainya? 

UAH menjelaskan kemuliaan yang diperoleh orang-orang yang meninggal husnul khatimah 
ditentukan amal kesehariannya semasa hidup di dunia. Sebagaimana disebutkan Alquran surat
An Nahl: 

َ ُ‫صالِحً ا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َث ٰى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة ۖ َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم َأجْ َر ُه ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
‫ون‬ َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl ayat 97).

Maka dari itu menurut UAH siapa saja yang mendapatkan kualitas kehidupan yang baik maka itu
yang akan mengantarkannya pada nafsul muthmainnah.  

Anda mungkin juga menyukai