Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK

Nama Anggota Kelompok :

Asiah

Andika Dwi Sakti

Abdi Mardinata

M. Arif Setiawan

Dosen Pengampuh :

Fauziah, S.Pd.,M.Pd.T

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik


alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah
bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan
teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.

Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari
literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih
sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak.

Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan,
percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah. Untuk berkomunikasi secara efektif perlu
memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diberikan sedini mungkin
agar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana
bersikap dan bertutur kata yang baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan
contoh yang konkret agar mudah dipahami anak.

Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya
dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi menjadi efektif. Anak-anak
lebih dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka
dengan kata-kata. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara
dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun
perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh lingkungan, terutama orang tua
atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi
bicaranya.
BAB II

PEMBAHASAN

Dari lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui pancaindera
mereka. Pengetahuan mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik, dan pemahaman mereka terbata
pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh dari waktu lampau. Hanya apabila akan-anak mengalami
transisi dari tahap sensorimotor ke tahap praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara
dan menggunakan pikiran-pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun
demikian, selama tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-
tindakan fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta didik tetap
berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun.

Normalnya anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum


masuk sekolah. Perkembangan bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi lisan dan tertulis. Kemampuan-
kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta didik sudah
menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat menggunakan dan
memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui
tentang bahasa tulisan.

Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik memperoleh kemampuan
berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh peserta didik. Pada sekitar usia 1 tahun, anak-anak
mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-kata seperti “da-da” dan “mama”. Kata-kata ini secara khusus
menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian yang penting bagi peserta didik tersebut. Sepanjang
perjalanan kehidupan tahun kedua, perbendaharaan kata anak bertambah, bersamaan dengan pengetahuan
mereka tentang aturan-aturan bahasa lisan. Menjelang waktu mereka mulai sekolah, anak-anak telah
menguasai hampir seluruh aturan-aturan tatabahasa, dan perbendaharaan kata mereka terdiri dari ribuan
kata-kata.

Belajar membaca pada kelas rendah SD merupakan salah satu yang paling penting dari seluruh
tugas pengembangan dan masyarakat sering memandang keberhasilan sekolah sebagai keberhasilan
membaca. Proses belajar membaca dapat mulai sejak dini apabila peserta didik-peserta didik telah
terbiasa dengan lingkungan membaca. Sebagai misal, anak-anak kecil sering telah belajar konsep bahwa
tulisan huruf cetak disusun dari kiri ke kanan, spasi antar kata-kata mempunyai maksud, dan buku dibaca
dari muka ke belakang, banyak anak-anak masa usia dini dapat “membaca” buku dari awal sampai akhir
dengan menginterpretasikan gambar-gambar pada tiap halaman. Mereka memahami alur cerita dan sering
dapat meramal apa yang akan terjadi selanjutnya pada cerita yang sederhana.
1.) Pengertian perkembangan bahasa

Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komukasi yang digunakan oleh seseorang dalam
pergaulannya atau hubunganya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu
penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlkan. Sejalan
dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi – anak) dimulai
dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suk kata,
menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang
kompleks sesuai dengan tingkat perilakku sosial.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor faktor
intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap pekembangan kemampuan bahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang
serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat
sederhana menuju bahasa yang komplek. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena
bahasa pada dasarnya merupakan hasil belaja dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya
beajar yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa
awal. Bayi bersuara “mmmmmmm”, ibunya tersenyum, mengulang menirukan dengan memperjelas
dengan memberi arti suara itu menjadi “maem-maem”. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru
bunyi-bunyi yang didengarkan. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan
memperjelas. Belajar bahasa yang sederhana baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak
masih sekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat
komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahamiorang lain.

2.) Karakteristik perkembangan bahasa remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Ia telah banyak belajar dari lingkungan,
dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya,dan lingkungan sekolah. Pola
bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.

Perkembangan bahasa remaja di lengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan
masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya
di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga
pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaedah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara
berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan
di dalam masyarakat ( teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahsa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu
berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah “baceman” di
kalangan pelajar yang maksudnya adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa “prokem” tercipta secara
khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangaan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini
ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga
dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang “kasar”. Masyarakat terdidik yang pada umumnya
memiliki status sosial lebih baik, akan menggunakan istillah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-
anak remaja juga berbahasa secara lebih baik.

3.) Faktor-faktor yang mempengaruhi pekembangan bahasa

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oeh sebab itu perkembangannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu adalah:

4.) Umur anak

Manusia bertambah umur akan semakin matng pertumbuhan fisiknya, bertambah pengamalan,
dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembag sejalan dengan pertambahan
pengamalan dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut memmpengaruhi sehubungan semakin
sempunanyaa pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.
Pda masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan
cara berkomunikasi dengan baik.

5.) Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembangmemberi andil yang cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan.
Begitu pula perkembangan bahasa di daeah pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil
menunjukkan perbedaan.

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa bahasa pada dasanya dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan yang berbentuk kelompok-kelompok, seperti kelompok
bemain, kelompok kerja dan kelompok sosial yang lain.

a. Kecerdasan anak

Untuk meniru lingkungn tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan
kemampuan intelektual atau tingkat berfikir. Ketepatan meniru, memproduksi pembendaharaan kata-kata
yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu
persyaratan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.

b. Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan bahasa anak-anak, anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak
dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarg yang berstatus ssial rendh. Hal
ini akan lebih tampak perbedan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terididik.
Dengan kata lain pendidikan keluarrga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.

c. Kondisi fisik

Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan enak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuii, gagap, organ suara tidak sempurna akan
mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

d. Pengaruh kemampuan berbahasa terhdap kemampuan berpikir

Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa
kemampuan berpikir berpengauh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya
berkomunikasi.

Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. Seseorang menyampaikaan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan
dan mengabil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan
menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekabuaran persepsi yang diperolehnya. Akibat
lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatanhasil pemrosesan
pikirini di akibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

e. Perbedaan individual dalam kemampuan dan perkembangan bahasa

Anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang
yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang
meeka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari, perkembangan bahasa anak terbentuk
oleh lingkungan yang berbeda-beda.

Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-beda, sedang berpikir dan
bahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi.
Sekarang nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan
mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.

Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan
merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses
meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula
kemampuan dan perkembangan bahasanya.
Perkembangan Bahasa

1.) Perkembangan bahasa di tingkat pemula (bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara.

a. Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap
sebagai pernyataan rasa tidak senang.

b. Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak
dinyatakannya.

c. Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi (suara-suara) yang banyak ragamnya. tetapi bunyi-bunyi itu
belum mempunyai arti, hanya untuk melatih pernapasan saja.

d. Menjelang usia pertengahan di tahu pertama, ia meniru suara-suara yang didengarkannya, kemudian
mengulangi suara tersebut, tetapi bukan karna dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya.

Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara: pertama, alat - alat bicaranya belum sempurna.
Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi.
Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara
timbal balik. Ditingkat pemula (bayi) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli
dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan tak senang dengan cara menangis.
sedangkan rasa senangnya dinyatakan dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan
bahasa yang selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara rabannya dan
suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.

Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:

1. Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan - kawannya ini
terlihat pada anak usia 2 setengah - 3 tahun.

2. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.

3. Pergaulan sosial dengan orang lain.

4. Menyatakan pendapat dan ide - idenya.

Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi
dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa
kalimat majemuk.

A. Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan

Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan
dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini
seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi
aslinya. Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti
“ibu” dan lainnya.
B. Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun

Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri
seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini?
apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu
yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna.

C. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d setengah tahun.

Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan
sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada
kata. Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya
sendiri.

D. Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya.

Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna,baik
berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.

Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan Bahasa Usia Bayi

Ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 10 sampai 6 bulan, ada juga bayi yang membutuhkan waktu
lebih lama dari itu. Sebelum mengucapkan kata-kata, mereka membuat celotehan atau ocehan dengan
ucapan: baa, maa, paa, dsb. Hal ini terjadi pada usia sekitar 3 sampai 6 bulan. Celotehan ini ditentukan
oleh kematangan biologis, bukan pengukuhan atau kemampuan mendengar. Kejadian inipun terjadi pada
anak tuna rungu.

Tujuan komunikasi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang berada
di lingkungan. Kata-kata pertama anak yang muncul diantaranya meliputi: nama orang penting (mama),
binatang, kendaraan, permainan, makanan, bagian tubuh, benda-benda di sekitarnya atau ucapan selamat.
Sulit menerjemahkan satu kata yang diucapkan seorang karena dapat timbul kemungkinan satu kata
mengandung arti satu kalimat karena keterampilan kognitif dan linguistic yang terbatas yang sering
dikenal dengan holophrase hypothese, yang artinya teori yang menganggap bahwa suatu kata tunggal
digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat sempurna. Anak mulai mengucapkan pernyataan dengan 2
kata pada usia 18-24 bulan. Pembicaraan telegrapik adalah penggunaan kata-kata yang pendek dan tepat
untuk berkomunikasi, yang di karakteristikan dengan ungkapan anak-anak.

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, perubahan bahasa pada anak usia dini, antara lain:

berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia pra sekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan
kelompok konsonan (misalnya, huruf S, T, R, seperti kata strika ).

berkenaan dengan morfologi, pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya
lebih dari dua kata setiap kalimatnya.
berkenaan dengan sintaksi, anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditemukan
pada tingkat sintaksis.

berkenaan dengan semantic, begitu sudah mampu menggunakan kalimat lebih dari kata, anak-anak sudah
mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepatnya.

Perkembangan Bahasa Usia Sekolah

Usia-usia sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Usia sekolah
dikarakteristikan dengan pertumbuhan dalam semua aspek bahasa. Perkembangan pragmatic dan
semantic nampak sangat lazim dalam perkembangan bahasa anak usia dini.

Ringkasan Perkembangan Pragmatik dan Semantik Usia Sekolah

1. Usia 5 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya:

Sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan

Mengulang untuk perbaikan

Mulai untuk menggunakan topik tentang gender

2. Usia 6 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya:

Mengulang dengan cara elaborasi untuk pembetulan

Menggunakan kata-kata keterangan

3. Usia 7 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya:

Menggunakan dan memahami sebagian besar istilah deintik

Membuat plot-plot naratif yang mempunyai pengantar, akhir persoalan dan resolusi.

Serta mengalami perkembangan semantik, diantaranya:

Menggunakan kiri atau kanan ,belakang atau depan.

Berubahdari kata tunggal ke jamak.

4. Usia 8 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, diantaranya:

Mengenal makna yang non literal dalam bentuk permintaan langsung.

Mulai dengan mempertimbangkan maksud-maksud lainnya.

5. Usia 9 tahun, anak mengalami perkembangan pragmatik, yaitu memelihara topic malalui beberapa
perubahan.
Secara keseluruhan perkembangan bahasa itu lambat, tetapi perbedaan individu sangat besar karena
pengalaman tiap individu.

Perkembangan Pragmatik, selama usia sekolah, prosese kognitif non egocentrisme dan
decentration maningkat dan terjadi kombinasi sehingga anak dimungkinkan menjadi komunikator yang
lebih efektif. Nonegocentrisme adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain, sedangkan
decentartion adalah proses bergerak dari diskripsi objek dan kejadian yang laku dan percakapan. Dua
aspek penting dalam penggunaan bahasa yaitu narasi dan percakapan. Contoh narasi antara lain: recounts,
eventcast, accounts dan cerita fiksi.

Perkembangan Semantik, selama masa sekolah individu meningkatkan jumlah perbendaharaan


dan spesifikasi defansi. Pada masa ini mereka ingin manifestasikan rasa ingin tahunya, keseluruhan
proses pertumbuhan semantic yang bermutu pada tahun awal sekolah itu dikaitkan dengan keseluruhan
perubahan kognitif.

Perkembangan Sintaksis dan Morpologik, perkembangan bahasa pada usia sekolah atas
pengembangan sintaksis yang ada dan pemerolehan bentuk-bentuk secra simultan. Secara berulang dan
berkelanjutan anak-anak mengembangkan kalimat dengan mengelaborasikan kata benda dan kata kerja.
Secara hipotitik, perkembangan morpologi pada anak kelas awal SD dapat ditandai dengan penggunaan
kata imbuhan, awalan berikutnya berkembang ke penggunaan akhiran dan yang terakhir penggunaan
sisipan.

Perkembangan Membaca dan Menulis, mwmbaca adalah sintesa jaringan tindakan perceptual dan
kognitif yang komplek. Umumnya, penulis yang baik adalah pembaca yag baik pula dan sebaliknya.
Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya
maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang
bahasa dengan mengfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.

Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan
dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat
melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.

Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru.
Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-lamgkah selanjutnya,
sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari
dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.

Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri,baik lisan


maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa
anak dan membentuk pola bahasa msing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak
memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan lain-lainnya hendaknya disediakan di
sekolah maupun di rumah.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa merupakan alat komukasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubunganya
dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor-faktor intelek/kognisi
sangat berpengaruh terhadap pekembangan kemampuan bahasa.

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Perkembangan bahasa remaja di lengkapi dan
diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam
perilaku berbahasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pekembangan bahasa:

a. Umur anak

b. Kondisi lingkungan

c. Kecerdasan anak

d. Status sosial ekonomi keluarga

e. Kondisi fisik

Kemampuan berpikir berpengauh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya
berkomunikasi.

Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri,baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan keampuan bahasa anak dan
membentuk pola bahasa msing-masing.

Motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:

1. Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan - kawannya ini

2. terlihat pada anak usia 2 setengah - 3 tahun.

3. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.

4. Pergaulan sosial dengan orang lain.


5.Menyatakan pendapat dan ide - idenya.

6. Tahap perkembangan bahasa anak dimulai dari :

7. Perkembangan bahasa usia bayi

8. Perkembangan anak usia dini

9. Usia sekolah

10. Implikasi bagi Kegiatan Belajar Mengajar

11. Ciptakan KBM yang efektif agar perkembangan bahasa anak dapat berjalan secara optimal.

12. Gunakan bahasa yang komunikatif agar semua pihak terlibat dalam interaksi belajar mengajar yang
dapat berperan secara aktif dan produktif.

13. Ciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini

Saran

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi bagi pembaca. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan yang membangun dari
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai