Anda di halaman 1dari 10

ANALISA PSIKOLOGI SOSIAL

PERAN POLRI DALAM MENGHADAPI DUKUNGAN

SOSIAL BENCANA DI ERA PANDEMI COVID-19

(Sebuah tinjauan psikologis terhadap dukungan sosial bencana di era pandemi covid-19
dan peran polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat)

I. PERMASALAHAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam
maupun faktor non alam,maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi.
Jalur evakuasi adalah jalur yang ditunjukan untuk membuat orang agar dapat menyikapi
saat terjadi bencana dan tidak panic saat terjadi bencana melainkan dapat memposisikan
apa yang akan mereka lakukan dengan melihat arah maupun tanda lain demi menekan
jumlah korba yang disebabkan oleh kepanikan saat terjadi bencana, seperti gunung
meletus, banjir maupun gempa bumi.
Bencana dapat mengakibatkan kerusakan fisik (korban dan infrastruktur) dan
gangguan psikologis (trauma, stress, depresi, kecemasan, dan sebagainya). Seringkali
setelah terjadinya bencana, yang menjadi titik pusat perhatian hanya penanganan fisik
semata, namun penanganan psikis korban bencana yang selamat ( survivor) terabaikan.
Aspek kejiwaan atau mental psikologi yang mengarah pada gangguan stress pasca
trauma kurang diperhatikan, stress pasca trauma itu sendiri bila tidak ditangani dengan
sungguh-sunggu dan professional dapat berlanjut pada gangguan jiwa seperti kecemasan,
depresi psikosis bahkan sampai pada tindakan bunuh diri.
Salah satu bencana alam yang terjadi dalam kurun waktu terakhir ini ialah, erupsi
gunung semeru. Erupsi gunung semeru yang terletak di kabupaten lumajang jawa timur.
Gunung tertinggi di pulau Jawa ini terpantau erupsi pada 3 Maret 2020 dan
menyemburkan awan panas dari kawah utama dengan pergerakan mencapai 750 meter
kea rah besuk kembar dan besuk bang. Selain itu, aktivitas vulkanik gunung yang terletak
di kabupaten Lumajang, Jawa TImur ini juga menimbulkan letusan sebanyak 49 kali dan
mengeluarkan lava pijar sebanyak 14 kali di hari yang sama, tidak hanya sekali, gunung
setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu kembali terpantau aktif pada 17 april 2020
dengan aktivitas berupa luncuran awan panas sejauh 2000 meter dari kawah. Aktivitas
semacam ini masih terpantau hingga bulan desember ini, status semeru pun masih ada di
level II atau waspada.
Dari sekian banyaknya peristiwa yang penyintas alami pasca erupsi gunung semeru
dan nasib mereka yang terkatung-katung pasca erupsi gunung semeru memunculkan
gejala masalah psikologis seperti stress dan resah, sebagian besar survivor merasa
cemas dan stress karena rumah mereka rusak bahkan hancur yang merupakan hasil
tabungan mereka selama bertahun-tahun dari bekerja bahkan masih ada yang dari
pinjaman yang belum terlunasi, dan ternak sebagai investasi atau kehidupan mereka ada
yang mati dan cacat sehingga dijual murah.
Parkinson (2002) menjelaskan bahwa peristiwa traumatis dapat terjadi pada saat
bencana terjadi hingga bencana telah berlalu, dalam kondisi terakhir ini yang disebut
dengan PTSD, artinya bahwa peristiwa berkepanjangan yang dialami dari bencana erupsi
gunung Semeru dan dampak yang diakibatkan yang saat ini dirasakan para penyintas
tentu saja meninggalkan kesan yang mendalam pada ingatan para penyintas dan kesan
tersebut akan menimbulkan persoalan baru dengan munculnya berbagai gangguan
psikologis. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan masih banyak terdapat
penyintas bencana yang mengalami trauma berkepanjangan setelah peristiwa bencana
tersebut trauma yang ditinggalkan akan terus hidup dalam diri penyintaas yang mengalami
langsung peristiwa mengerikan tersebut, tanpa penanganan kejiwaan secara terpadu
maka akan muncul kecenderungan PTSD
PTSD merupakan suatu sindrom yang dialami oleh seseorang yang mengalami
kejadian traumatic. Kondisi demikian akan menimbulkan dampak psikologis berupa
gangguan perilaku mulai dari cemas yang berlebihan, mudah tersinggung, tidak bisa tidur,
tegang, dan berbagai reaksi lainnya. Gangguan stress pasca trauma (PTSD) kemungkinan
berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau sampai dekade dan mungkin baru
muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa
traumatic (Duran & Barlow,2006).
Kejadian munculnya pandemi virus corona atau covid-19 mampu melumpuhkan
aktivitas semua kalangan masyarakat yang dilakukan di luar rumah. Coronavirus
merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti
common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Penularannya
dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dari manusia ke manusia sangat
terbatas. Masa pandemic covid-19 tidak bisa dikendalikan secara cepat sehingga
membutuhkan penatalaksanaan yang begitu tepat baik dari pemerintah maupun
masyarakat. Salah satu pencegahan untuk memutus penularan covid-19 yang dihimbau
oleh pemerintah adalah tetap tinggal dirumah.
Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini mencoba untuk memaparkan tinjauan
psikologis terkait dukungan sosial bencana di era pandemi covid-19 dan peran polri dalam
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat :
1. Bagaimana tinjauan teori psikologi mengenai dukungan sosial bencana di era
pandemi covid-19?
2. Strategi apa yang dilakukan untuk dapat melakukan dukungan sosial bencana di era
pandemi covid-19?
3. Bagaimana peran Polri dalam menghadapi bencana di era pandemi yang berdampak
pada gangguan kamtibmas?
II. FAKTA-FAKTA

Fenomena kasus bencana yang terjadi di Indonesia yang memerlukan dukungan


sosial. Adapun fakta-fakta trakhir terkait bencana di era pandemi di sepanjang tahun
2020, diantaranya:

1. Gunung merapi kembali meletus untuk kedua kalinya pada hari sabtu (28/03/2020),
letusan terjadi pada sekitar 19.25 WIB balai penyeledikan dan pengembangan
teknologi kebencanaan Geologi menyebut, letusan ini tercata di seismogram dengan
amplitudo 75 milimeter dan berdurasi 243 detik. Tinggi kolom abu yang muncul akibat
letusan diperkirakan mencapai 3.000 meter dari kawah gunung saat letetusan terjadi
arah angin sedang mengarah ke barat.
https://regional.kompas.com/read/2020/03/28/19503001/gunung-merapi-meletus-
untuk-kedua-kalinya-pada-hari-ini

2. Gunung Ile Lewotolok yang ada di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus
pada minggu (29/11/2020) pagi pukul 09.45 WITA. Ahli Vulkanologi yang juga pernah
menjabat kepala pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), surono
membagikan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM),
badan Geologi, dan PVMBG, ia menyebutkan letusan menghasilkan kolom abu yang
setinggi kurang lebih 4.000 meter di atas puncak, atau kurang lebih 5.423 meter di
atas permukaan laut.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/29/103658865/gunung-ile-lewotolok-di-
ntt-meletus-ini-penjelasan-pvmbg?page=all

3. Banjir di Bandung akibat hujan deras sejak Kamis (24/12/2020) siang melanda RW 07
kelurahan cibadak, kecamatan Astaanyar, Bandung. Dilokasi ini sebanyak 150 rumah
empat RT, yakni RT 01,02,04, dan 05 terendam banjir. Mengutip pantauan Tribun
Jabar pada kamis malam, penghuni rumah yang terendam tak bisa menyelamatkan
perabotan rumah termasuk kulkas, televisi dan tempat tidur, banjir selama dua jam itu
juga merobohkan jembatan di RW 07
https://bandung.kompas.com/read/2020/12/25/09421231/dampak-banjir-di-bandung-
150-rumah-dan-puluhan-percetakan-di-cibadak

4. Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan awan panas selama hampir tiga jam,
selasa (01/12/2020) dini hari. Yadi yuliandi, pengamat gunung api Semeru di pos
pantau gunung api (PGA) Sawur, kabupaten Lumajang, menjelaskan luncuran awan
panas terjadi dua kali yaitu pukul 01.23 WIB dan 01.45 WIB. Yang pertama itu jam
01.23 WIB, yang kedua 01.45 WIB. Satu awan panas guguran yang satu awan panas
letusan. https://regional.kompas.com/read/2020/12/01/11310551/gunung-semeru-
meletus-keluarkan-awan-panas-selama-hampir-3-jam
5. Gunung Sinabung di kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kembali meletus pada senin
(10/08/2020) pukul 10.16 WIB. Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 5.000 meter
diatas puncak atau sekitar 7.460 meter di atas permukaan laut.
https://regional.kompas.com/read/2020/08/10/12190761/gunung-sinabung-kembali-
meletus-dengan-tinggi-kolom-abu-5-km

III. TINJAUAN TEORI

III.1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan Sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang
menunjukkan bahwa seseorang yang dicintai dan diperhatikan, di hargai, dan dihormati,
dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal bailk (King,2012).
Dukungan Sosial adalah suatu bentuk perhatian, kepedulian, penghargaan, rasa
nyaman, ketenangan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik secara
kelompok maupun individu. Selain itu, dukungan bisa juga menjadi metode pengobatan
bagi seseorang karena dari sebuah dukungan individu tersebut bisa termotivasi untuk
berubah

Menurut Cobb (2011), menyatakan setiap informasi apapun dari lingkungan sosial
yang menimbulkan persepsi individu bahwa individu menerima efek positif penegasan
atau bantuan yang menandakan suatu ungkapan dari adanya dukungan sosial. Cobb
juga mengatakan bahwa secara teoritis adanya dukungan sosial dapat menurunkan
kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress dan pemberian
dukungan ini diperoleh dari hubungan sosial yang akrab, yang membuat individu merasa
diperhatikan, bernilai dan dicintai. Sehingga dengan adanya dukungan tersebut, dapat
menguntungkan individu yang menerimanya.

Menurut Sarafino (2002) dukungan sosial merupakan suatu bentuk kenyamanan,


perhatian, penghargaan ataupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diperoleh individu
dari individu lain atau kelompok. Menurut Syme (2008) dukungan sosial merupakan
dukungan yang disediakan oleh individu terhadap individu yang mampu mempengaruhi
kesejahteraan dari individu tersebut. Sedangkan menurut House dan Khan (1985)
dukungan sosial adalah sebuah tindakan yang bertujuan membantu dengan melibatkan
emosi, informatif, bantuan instrument dan penilaian secara positif yang diberikan kepada
individu tersebut dalam menghadapi masalahnya.

III.1.1. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2007) terdapat beberapa bentuk dukungan sosial.

1. Dukungan Emosional
Dukungan ini dapat berupa ungkapan empati, simpati, kasih sayang, kepedulian
seseorang terhadap orang lain.
2. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang berupa ungkapan
yang diberikan oleh orang tua, guru bahkan orang-orang disekelilingnya dalam hal
membantu anak membangun kompetensi dan mengembangkan harga diri anak.
Pemberian dukungan ini dapat juga membantuk individu untuk melihat segi-segi
positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadan orang lain yang
berfungsi sebagai pembentukan rasa kepercayaan diri dan kemampuan serta
merasa dihargai dan bisa berguna saat individu tersebut dalam tekanan atau
masalah.
3. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang berupa material dan lebih
bersifat bantuan, sumbangan dana, uang dan lain sebagainya.
4. Dukungan Informasi
Suatu bentuk dukungan yang lebih bersifat nasihat, memberitahukan hal yang baik,
terhadap apa yang sudah dilakukan oleh individu tersebut.
5. Dukungan dalam hal persahabatan
Dukungan yang bersifat kepedulian, kesediaan, kebersamaan, mampu melakukan
aktivitas sosial secara bersama-sama.

III.1.2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger & Breznitz (2012), adalah


orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat rekan sekerja,
dan juga tetangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wentzel (2012) bahwa sumber-
sumber dukungan sosial adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi
individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan sekerja, saudara, dan
tetangga, teman-teman dan guru disekolah.

Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner, anggota keluarga,
kawan, kontak sosial, dan masyarakat, teman sekelompok, jamaah Ibadah, dan teman
kerja atau atasan di tempat kerja. Sedangkan menurut tarmidi & kambe (2010) dukungan
sosial dapat diaplikasikan ke dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua. Jadi dukungan
sosial orang tua adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik
secara emosional, penghargaan, informasi atau pun kelompok. Dukungan orang tua
berhubungan dengan kesuksean akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri,
percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat di bagi
menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif.
Dukungan positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh orangtua, dukungan yang
bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat mengarahkan pada perilaku
negatif anak.

Sikap adalah sekumpulan keyakinan atau pendapat pada suatu objek yang
memunculkan evaluasi atau penilaian terhadap objek tersebut dalam bentuk mendukung-
tidak mendukung, positif-negatif dan menjadi dasar mengarahkan perilaku subjek terhadap
objek tersebut.

III.1.3. Pengertian Umum Bencana

Bencana dapat di definisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun
pendapat para ahli. Menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/X/95 yaitu,


bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia,
dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Depertemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau


kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Sedangkan definisi bencana
(disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat
atau wilayah yang terkena.

III.2.1. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Menurut Weis (2008), menyatakan ada enam aspek dukungan sosial yang disebut
dengan ”The Social Provision Scale” yaitu:

1. Aspek kerekatan Emosional (emotional attachment)


Kerekatan emosional ini biasanya ditimbulkan dengan adanya perasaan nyaman
atau aman terhadap orang lain atau sumber yang mendapatkan dukungan sosial.
Dan hal semacam ini dialami dan diperoleh dari pasangan hidup, keluarga, teman
maupun guru yang memiliki hubungan yang harmonis.
2. Aspek Integrasi Sosial (Sosial integration)
Didalam aspek ini, individu dapat memperoleh perasaan bahwa dia memiliki suatu
kelompok dimana kelompok tersebut tempatnya untuk berbagi minat, perhatian
serta melakukan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Dan aspek
dukungan semacam ini memungkinkan individu tersebut bisa mendapatkan rasa
aman, dimiliki serta memiliki dalam kelompok.
3. Adanya pengakuan (reanssurance of worth)
Individu yang memiliki prestasi dan berhasil karena keahlian maupun
kemampuannya sendiri akan mendapatkan apreasiasi atau penghargaan dari orang
lain. Biasanya dukungan semacam ini berasal dari keluarga dan lingkungan tempat
individu tersebut tinggal.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan
Dukungan sosial ini ada sebuah jaminan buat seseorang yang lagi bermasalah dan
dia menganggap ada orang lain yang dapat diandalkan untuk membantunya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan seperti ini biasanya berasal dari
keluarga.
5. Bimbingan (guidance)
Aspek dukungan sosial jenis ini adalah suatu hubungan sosial yang terjalin antara
murid dengan guru. Dan memberikan dampak positif serta memungkinkan individu
itu mendapat informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
6. Kesempatan untuk mengasuh (opportunity of nurturance)
Pengertian dari aspek ini adalah suatu aspek yang penting daam hubungan
interpersonal individu dengan orang lain dan individu tersebut memiliki perasaan
dibutuhkan.

III.2.2. Faktor-faktor yang menghambat pemberian Dukungan Sosial

Faktor-faktor yang menghambat pemberian dukungan sosial adalah sebagai berikut


(Apollo & Cahyadi,2012) :

1. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri, yang rendah, ketakutan
untuk dikritik, penghargaan bahwa orang lain tidak akan menolong, seperti
menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau minta bantuan.
2. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik, dan
agresif.
3. Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus
menerus, mengganggu orang lain, berpakaian tidak pantas, dan tidak pernah
merasa puas.

III.2.3. Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualiats langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU24/2007).
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012) sebagai proses dinamis tentang
bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing, actuating,
dan controlling. Cara kerjanya meliputi pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap
darurat dan pemulihan.

Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut: 1)


mencegah dan membatasi jumlah korbna manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup; 2) menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban; 3) mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan atau
pengungsian ke daerah asal bila memungkinan atau merelokasi ke daerah baru yang
layak huni dan aman; 4) mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi
atau transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan
ekonomi dan sosial daerah yang terkene bencana; 5) mengurangi kerusakan dan
kerugian lebih lanjut; 6) meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

Dengan meliihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita


berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting
dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkret dalam mengendalikan
bencana sehingga korban yang tidak kita harapkan dapat terselamatkan dengan cepat
dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan
secepatnya.

III.3. Langkah-Langkah dalam Melakukan Dukungan Sosial di Era Covid-19

Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada bulan maret hingga saat ini
jumlahnya kian meningkat setiap hari nya, di sisi lain Indonesia terletak pada gugusan
cicin api yang mana dikelilingin oleh gunung api aktif yang siap erupsi kapan saja. Hal ini
membuat Indonesia tidak bisa terlepaskan dengan yang namanya bencana alam.
Dengan demikian disituasi pandemi Covid-19 saat ini dan dengan berbagai rintangan
bencana yang terjadi dihadapkan situasi yang baru untuk mencapai suatu perubahan
cepat dalam melakukan kegiatan dukungan sosial untuk para penyintas bencana.
Berbagai langkah dalam melakukan dukungan sosial di era covid-19, antara lain:

1. Memperkenalkan Pedoman Pengungsi di Masa Covid-19


Hal pertama yang dapat dilakukan dalam melakukan dukungan sosial di Era Covid-
19 ialah penerapan 3M. 3M yang dimaksud adalah menggunakan masker, menjaga
jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Tempat pengungsian harus bisa diatur
kapasitasnya agar tidak berdesakan untuk dapat menerapakan jaga jarak.
2. Memberikan pemahaman pentingnya dukungan Sosial
Hal kedua yang dapat dilakukan dalam melakukan dukungan sosial di era Covid-19
ialah memberikan pemahaman pentingnya dukungan sosial untuk para penyintas
agar untuk melihat bahwa dukungan sosial bukannya hanya sebatas pemberian
bahan makan, pakaian dan lainnya tetapi support dan motivasi juga sangat
berperan penting dalam rangka pemulihan psikis mereka yang sedang mengalami
guncangan.
3. Ikut aktif Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan sosial
Mensosialisasikn bukan berarti tidak berperan langsung dalam melakukan kegiatan
dukungan sosial, melainkan membantu dari pada orang lain yang tidak memiliki
kesempatan untuk melakukan kegiatan dukungan sosial dengan simpatinya, hal itu
membantu untuk memberikan suport dan motivasi agar mereka tetap kuat.

IV. KESIMPULAN

Bencana alam masih sering terjadi di Indonesia dan dapat menimbulkan


banyak dampak bagi korbannya, salah satu dampak jangka panjang yang masih
jarang menjadi perhatian adalah dampak psikologis. Munculnya dampak psikologis ini
melibatkan beberapa faktor, disisi lain munculnya pandemi menyebab penangan
psikologis terhadap para korban terhadap dikarenakan resiko dari covid-19 yang
membuat harus diterapkan protokol kesehatan yang displin dalam rangka kegiatan
dukungan sosial yang akan dilakukan terhadap para korban bencana.

penangan segera terhadap kelainan psikologis yang dialami korban perlu


untuk dilakukan, salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial yang
segera diberikan korban bencana alam dapat memberikan efek positif dalam
pemulihan psikologis pasca bencana dan menurunkan kemungkinan terjadinya
depresi

V. SARAN

Bagi Individu

1. Mendekatkan diri pada tuhan dengan menjalankan ibadah dan menghadiri


pertemuan-pertemuan keagamaan untuk mempertahankan aktivitas positif yang
telah terbangun dalam masyarakat.
2. Memelihara hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga dan masyarakat
3. Proaktif dan peka terhadap dukungan yang menunjang mereka.
4. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya mitigasi bencana

Bagi Polri

Dalam melakukan pelayanan bagi masyarakat

1. Biro Psikologi bekerjasama dengan Pusdokkes dan BNPD memberikan


penyuluhan mitigasi bencana ke daerah yang rawan dan rentan dengan bencana.
2. Biro Psikologi dapat memberikan psikoedukasi bagi para korban terdampak
bencana dalam rangka pemulihan dari bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Baron, R.A, & Byrne, D. 2005 . Psikoloi Sosial edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Cassady, Jerrel C & Johnson, Ronald E (2002). Cognitive test anxiety and academic
performance. Contemporary educational psyhology. 27.270-295

Dep.Kes.RI, (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia

Ghufron, M. Nur & Risnawita S, Rini. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jakarta: AR-RUZZ
MEDIA.

Kusumasari, Bevaola. 2014. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah lokal.


Yogyakarta: Gava Media.

Neil,Niven.2000.Psikologi Kesehatan (pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan


lain.EGC Jakarta

Nurjanah, dkk. 2012. Manajemen Bencana. Bandung. Alfabeta,cv

Rounds,J;Su, R.(2014). The Nature And Power Of Interests. Current Directions In


Psychological Science. Vol.1-6.

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta:


Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Anda mungkin juga menyukai