Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN KELUARGA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Cover Laporan
Preceptee

 Foto preceptee
ukuran 3X4
 Latar belakang
merah
 Berpakaian
dinas rapi
 Wajah terlihat
jelas

Nama Preceptee : Adelia Rimba Alamsyah


NPM : 20200940100108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

A. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang berlangsung kurang
dari 14 hari dan disebabkan oleh mikroorganisme yang berada pada saluran
pernapasan mulai dari hidung, telinga, laring, trachea, bronchus, bronchiolus sampai
dengan paru-paru (Gobel dkk, 2021).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari dan dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, dan pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat. ISPA merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas akibat penyakit menular di dunia. Hampir 4 juta orang meninggal
karena infeksi saluran pernapasan akut setiap tahun, dimana 98% kematian tersebut
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat kematian sangat tinggi
pada bayi, anak-anak, dan orang tua, terutama di negara berpendapatan rendah dan
menengah (World Health Organization, 2020).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah salah satu infeksi akut yang
menyerang saluran pernapasan baik salah satu bagian ataupun lebih, di mulai dari
bagian hidung sampai dengan kantong paru (alveoli) dan juga termasuk jaringan
adneksa seperti pleura, rongga telinga tengah dan sinus atau rongga disekitar hidung
(sinus paranasal) (Depkes RI, 2011, dalam Milawati Yusuf, 2016).

B. Faktor Resiko
Menurut Rumahorbo (2016) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan ISPA,
seperti :
1. Faktor Demografi
a. Jenis kelamin
ISPA cenderung lebih sering menyerang pria, karena mayoritas pria merupakan
perokok dan sering berkendara. Sehingga, mereka sering terkena polusi udara.
b. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA.
Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat.
2. Faktor Biologis
a. Status gizi
Menjaga status gizi bisa mencegah berbagai macam penyakit terutama ISPA.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, memperbanyak konsumsi air putih, olahraga teratur, dan istirahat
yang cukup.
b. Faktor rumah
1) Ventilasi udara
Ventilasi pada rumah berfungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2 yang diperlukan
oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 didalam rumah berkurang dan meningkatkan kelembaban
udara didalam ruangan.
2) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
lebih. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam rumah, terutama cahaya
matahari akan menimbulkan ketidaknyamanan dan menjadi media untuk
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika terlalu banyak cahaya
didalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakan mata.
3. Faktor Polusi
a. Cerobong asap
Cerobong asap yang sering kita jumpai pada pabrik-pabrik industri merupakan
salah satu penyebab terjadinya polusi. Namun, dalam rumah tangga terdapat
beberapa hal yang juga dapat menyebabkan polusi, seperti bahan bakar yang
digunakan untuk memasak.
b. Kebiasaan merokok
Satu batang rokok yang dibakar akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia,
seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida,
ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-
ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya. Bahan kimia tersebut beresiko
menyebabkan timbulnya ISPA.

C. Penyebab
World Health Organization (2008) menyampaikan bahwa ISPA dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur, dan lain-lainnya. ISPA
bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus
streptococcus, stapilococus, pneumococus, haemophyllus, bordetella dan
corynobacterium. Sedangkan, virus penyebab ISPA antara lain golongan
paramykovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus parainfluenza, dan virus
campak), adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan lain-lain. Di Negara-
negara berkembang umumnya kuman penyebab ISPA adalah streptococcus
pneumonia dan haemopylus influenza.

D. Tanda dan Gejala


ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernapasan
atas maupun bawah, yang meliputi infiltrate peradangan dan edema mukosa, kongestif
vaskuler, bertambahnya sekresi mucus, serta perubahan struktur fungsi siliare
(Muttaqin, 2008 dalam Nofitria, 2019). Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA
menjadi tiga yaitu :
1. Gejala ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala, seperti batuk, serak, pilek, atau demam.
2. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala, seperti takipnea, hipertermia (T > 39⁰C), tenggorokan berwarna
merah, timbul bercak-bercak merah pada kulit yang menyerupai bercak campak,
telinga sakit, bunyi nafas seperti mendengkur.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala, seperti bibir atau kulit membiru, kesadaran menurun, nafas seperti
ngorok, anak tampak gelisah, terdapat penggunaan otot bantu nafas, atau
takikardia.

E. Klasifikasi ISPA
Muttaqin (2008) dalam Amalia (2020) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut :
1. Pneumonia Berat
Dikatakan pneumonia berat bila terdapat keluhan sesak nafas yang disertai dengan
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (penggunaan otot bantu nafas).
2. Pneumonia Sedang
Dikatakan pneumonia sedang bila disertai nafas cepat. Batas nafas cepata ialah
untuk usia 2-12 bulan ≥ 50x/menit dan untuk usia 1-4 tahun ≥ 40x/menit.
3. Bukan Pneumonia
Dikatakan bukan pneumonia bila keadaannya batuk pilek biasa, tidak ditemukan
tarikan dinding dada, dan frekuensi pernfasan normal.

F. Cara Penularan
Menurut Harahap (2010) dalam Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2020) ISPA
dapat ditularkan melalui air liur, bersin, dan udara yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat. Berikut ini ada beberapa faktor tertentu yang dapat
memudahkan proses penularan, yaitu :
1. Kuman yang menyebabkan ISPA lebih mudah menular bila berada di dalam rumah
yang ventilasinya kurang dan banyak asap (baik asap rokok maupun asap api)
2. Orang yang saat bersin atau batuk tidak menutup mulut atau hidungnya
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nofitria (2019) pemeriksaan penunjang pada ISPA meliputi :
1. Foto Rontgen Leher AP
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari gambaran pembengkakan jaringan
subglotis (steeple sign).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran darah dapat normal, namun jika disertai infeksi sekunder maka leukosit
dapat meningkat.
3. Pemeriksaan kultur
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila terdapat eksudat di orofaring atau plica
vocalis. Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit.

H. Komplikasi
Menurut Nofitria (2019) penyakit ini merupakan self limited disease yang nantinya
akan sembuh sendiri dalam jangka waktu 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lainnya. Namun, ISPA dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti :
1. Sinusitis Paranasal
Komplikasi ini tidak terjadi pada bayi dan anak kecil, karena sinus paranasal belum
tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, dan nyeri tekan
biasanya dirasakan pada daerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah, dan sukar
berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri
kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat
unilateral ataupun bilateral. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
2. Penutupan Tuba Eustachii
Penutupan pada tuba eusthachii akan menimbulkan gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah, sehingga menyebabkan otitis media
akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang
tinggi (hiperpireksia) dan kadang menyebabkan kejang demam. Selain itu, tanda
gejala yang biasanya terlihat, yaitu anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala
digoyangkan, atau memegang telinganya yang nyeri. Kadang- kadang hanya
ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang
menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah yang dapat
menyebabkan terjadinya kejang demam, maka perlu dikonsultasikan ke bagian
THT. Biasanya bayi dilakukan parasentesis jika setelah 48-72 jam diberikan
antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan selaput telinga)
dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
3. Perluasan Infeksi
Perluasan infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,
trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi
jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.

I. Pencegahan
Menurut Puskesmas Banjar (2021) terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah ISPA, yaitu :
1. Mencuci tangan secara teratur
2. Menerapkan PHBS
3. Menghindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata agar
terhindar dari penyebaran virus dan bakteri
4. Mengindari rokok
5. Menjaga pola makan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
6. Imunisasi
7. Menerapkan etika batuk

J. Penatalaksanaan
Nofitria (2019) menyampaikan bahwa penatalaksanaan ISPA terbago menjadi :
1. Pengobatan
a. Pneumonia berat : dirawat di RS, mendapatkan terapi antibiotik, terapi oksigen,
dan sebagiannya.
b. Bukan pneumonia : pengobatan tanpa menggunakan antibiotik dan biasanya
diberikan perawatan dirumah. Bila demam bisa diberikan obat penurun panas
seperti paracetamol, bila batuk bisa diberikan obat batuk yang tidak
mengandung kodein, dekstrometorfan, dan histamin. Selain itu, bila ada keluhan
batuk pilek dan pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan adanya eksudat yang
disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang
tenggorokan akibat kuman streptococcuss dan harus diberikan antibiotik selama
10 hari.
2. Perawatan di Rumah
a. Mengatasi demam : untuk mengatasi demam dilakukan dengan memberikan
paracetamol dan kompres.
b. Mengatasi batuk : untuk mengatasi batuk dilakukan dengan memberikan obat
batuk yang aman dan ramuan tradisional, seperti ½ sdt jeruk nipis yang
dicampur dengan ½ sdt kecap atau madu. Selain itu, dapat juga diberikan madu
yang dicampur dengan irisan jahe.
c. Mengatur pola makan : berikan makanan cukup gizi dengan frekuensi sedikit
tapi sering.
d. Pemberian cairan : usahakan untuk memberikan cairan lebih banyak dari
biasanya, karena hal ini dapat membantu melegakan tenggorokan dan
mengencerkan dahak
3. Lain-Lain
a. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
terlebih jika ada keluhan demam.
b. Jika pilek, bersihkan hidung agar pernafasan terasa lebih nyaman dan
menghindari komplikasi yang lebih parah.
c. Usahakan untuk mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang sehat, yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
d. Apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan.
e. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
K. Pathway

Invasi kuman

Inflamasi Peradangan pada saluran pernafasan Perubahan status kesehatan

Merangsang pengeluaran Kuman melepas endotoksin Kurang pengetahuan


bradikinin, serotonin, tentang penyakit
histamine, prostaglandin
Merangsang tubuh untuk melepas
zat pirogen oleh leukosit Stressor bagi orang tua
Nocireseptor

Merangsang hipotalamus Koping tidak efektif


Spinal cord
Ansietas
Peningkatan suhu tubuh Hipetermia
Thalamus

Merangsang mekanisme
Korteks serebri pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme Sistem imun menurun

Nyeri Resiko infeksi


Meningkatkan produksi mukus
Pola nafas tidak
efektif Penumpukan sekret di jalan nafas

Obstruksi jalan nafas

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2020). Informasi Penyakit ISPA.


https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/PPID_DINKES_PROVJATIM_IS
PA.pdf

Gobel, Bella dkk. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada
Balita di Desa Ratatotok Timur. Jurnal Kesmas, 10(5).

Milawati, dkk. (2016). Hubungan Lingkungan rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Masyarakat Pesisir Kelurahan Lapulu Kecamatan
Abeli Tahun 2014.

Nurrijal. (2009). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Gorontalo: Gorontalo Review.

Nofitria, Ade. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S dengan Anggota Keluarga
Menderita ISPA di Desa Lanobake Kec. Batukara Kab. Muna. Jurnal
Keperawatan.

Puskesmas Banjar. (2021). ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). https://pkm-


banjar.sampangkab.go.id/ispa-infeksi-saluran-pernafasan-akut/

Rumahorbo, Adventy Tersania. (2016). Terapi Komplementer dalam Mengatasi ISPA


pada Keluarga yang Memiliki Balita di Desa Beganding Kabupaten Karo. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

World Health Organization. (2020). Pusat Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Berat. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/WHO_Guideline-
Pusat_Pengobatan_ISPA_Berat.pdf

World Health Organization. (2008). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi.
https://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8BahasaI.
pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai