KEPERAWATAN KELUARGA
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,
merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas
normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90
mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat
senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan
Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi
adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi
bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg,
sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah
diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan
160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita
(1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan
untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih
dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg
ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC
VI, 1997).
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali
kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau
lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan
nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
2. Klasifikasi hipertensi
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.
Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi
hipertensi adalah :
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),
Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm
Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap
1 (SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160
yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi
target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal
ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah
hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan
tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam
waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan
3. Etiologi
merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam
merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal,
disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat
tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga,
genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak
diketahui penyebabnya.
4. Patofisiologi
pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik
air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan
mengambil tempat pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil pada
organ – organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti
aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah perifer di
darah ke jantung menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga
5. Manifestasi Klinik
manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,
Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun
6. Penatalaksanaan
yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis
dengan menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam
dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol
tekanan darah secara teraut. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan
cara memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton,
Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,
sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan
terus dikembangkan.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit
8. Pemeriksaan Penunjang
organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan
dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH
dan ekordiografi.
mengidentifikasi hipertensi.
9. Pathways
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na
edema
B. Konsep Keluarga
1. Pegertian Keluarga
pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10
tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994)
perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu tempat karena pertalian
darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu sama lainnya saling tergantung
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Effendy (2005),
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
antara lain antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan
Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu keluarga tergabung karena adanya
dari Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan
aturan dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya, dan
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
keluarga.
b. Struktur keluarga
kawinan.
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri berbeda dengan patrilokal
suami. Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap anggota memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
masing.
d. Type-type keluarga :
non tradisional.
Family) yaitu keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed
Family) yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
bentukan kembali (Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya, orang tua tunggal
(Single Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa
laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single
adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The
non marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk oleh
Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga,
yaitu: Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian, jika suami meninggal maka yang ada
adalah keluarga janda dan bila istri meninggal maka yang terbentuk adalah
keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan
terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga
hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri
dan masih hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang
perkembangan sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain.
Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan keluarga, yaitu:
menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan terdiri dari :
baru melalui suatu perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia muda (anak
usia bayi sampai sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang
anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 tahun), keluarga dengan anak
prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5 tahun), keluarga dengan anak usia
sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai melepaskan anak sebagia
dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan
pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini
keluarga sosial.
lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan.
anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman,
membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang beru lahir,
sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,
sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak
diperoleh dari sekolah atau masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai
seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa
anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan
keakraban pasangan.
dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal,
yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
Sementara pada keluarga matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai
pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang
g. Peran Keluarga
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Effendy (1998: 34) membagi peranan keluarga dalam tiga peranan
yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan anak. Peranan ayah adalah
sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya,
ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
h. Fungsi keluarga
Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam menunjang
yaitu: Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif
perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar
kesehatan masyarakat.
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi
fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk
kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga,
identitas keluarga. Adapun fungsi sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada
tidak hanya sesaat, tetapi terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat
pendidikan. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk
dengan bakat dan minat yang dimiliki dan berguna untuk mempersiapkan anak
fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara mendidik
pokok keluarga terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah
dan kebutuhannya.
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah
Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10.
Hal ini dalam keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
norma dan budaya masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya
asing yang tidak sesuai, membina dalam pemecahan masalah dari pengaruh
negatif globalisasi, membina agar berperilaku positif dan membina budaya yang
melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam keluarga sebagai modal
positif.
penuh dengan sifat asah, asih dan asuh sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam
membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal
kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
yang tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004:18)
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa:
Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All, Edisi
ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.