Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era informasi information age merupakan tahapan selanjutnya setelah era pra
sejarah, era agraris dan era industri.2 Lahirnya teknologi digital telah
1
Thomas L. Friedman, The World is Flat, Penguni Books, London, 2006, hlm. 10.
2
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 27.
3
Ibid, hlm. 4.
4
Laela Dwi Cahyanni, Tanggungjawab Penyediaan Layanan Atas Kerahasiaan Data Pribadi
Terhadap Pengguna Layanan Google, 2019, hlm. 1.
1
berlangsung demikian cepat. Seseorang pasti memiliki berbagai motivasi
maupun untuk mengikuti salah satu yang menjadi trend saat ini yaitu
menggunakan media sosial sebagai bentuk eksistensi diri.5 Andreas Kaplan dan
aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi
content”.6
informasi dari dan ke industri ataupun masyarakat secara efektif dan cepat.
berkembang dengan sangat cepat dan semakin penting artinya bagi masyarakat.
(handphone) menjadi trend baru yang merubah pola kerja, pola pikir dan
tiket (tiket pesawat terbang, tiket kereta api, hotel), pembayaran tagihan
5
Arum Wahyuni, Efektivitas Media Sosial Sebagai Media Promosi, Jurnal Ekonomika,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol. 12, No. 2 Oktober 2017.
6
Alcianno G Gani, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak Remaja,
Universitas Suryadarma, Vol.7, No.2 Tahun 2015
7
M.Arsyad Sanusi, Hukum dan Teknologi Informasi, Tim Kemas Buku, Jakarta, 2005, hlm. 3.
2
telepon, listrik, transfer uang bahkan berbelanja pun dapat dilakukan secara on-
karena melalui media sosial dan internet seseorang dapat terhubung dengan
teman atau bahkan dengan orang asing yang sama sekali tidak dikenal dan
berdomisili di luar negeri, maka pengguna media sosial menjadi sangat banyak,
bukan hanya dari kalangan orang dewasa melainkan merambah remaja bahkan
anak-anak.
komunikasi menjadi dialog interaktif. Beberapa situs media sosial yang populer
sekarang ini antara lain : Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan
Wikipedia. Definisi lain dari sosial media juga di jelaskan oleh Van Dijk media
itu, media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan
paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia, seperti mata
8
Hendra Sitio, Pertanggungjawaban Pidana tindak Pidana Cyberporn Dalam Kebijakan
Formulasi Hukum Pidana di Indonesia, Semarang, 2017, hlm. 1.
9
Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2017, hlm. 11.
3
dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam
dilakukan seseorang dengan sebuah media yang dapat digunakan untuk berbagi
(telefon genggam).
berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif, karena di satu
prilaku dan pola hidup masyarakat secara global, dan menyebabkan dunia
4
terutamanya dibidang media sosial yang banyak digunakan orang-orang di
berbagai negara.
Era globalisasi yang kita lalui menjadi tanda perkembangan teknologi itu
teknologi Informasi.13 Dalam era globalisasi ini penggunaan media sosial Tidak
ada batas-batas maupun privasi di dalamnya, apapun yang kita bagikan akan
dapat dilihat oleh orang lain, begitu pula sebaliknya apapun yang dibagikan
internet di Indonesia mencapai 54 persen atau 143 juta jiwa dari 265 juta jiwa
penduduk indonesia”.14
oleh pengguna media sosial, Adapun Salah satu kasus yang di unggah oleh
pengguna media sosial berupa tayangan live seorang pria melakukan kekerasan
kepada istrinya, di sebuah akun facebook milik istrinya. Istri pria tersebut
mengalami luka bengkak di bagian mata dan luka memar di bagian tubuhnya.
siarkan secara live di akun media sosial istrinya dengan alasan agar semua
orang bisa melihat kejadian tersebut. Live aksi kekerasan ini dapat meresahkan
warga karena bisa menjadi contoh yang kurang baik. 15 Kasus yang kedua
13
Budi Suharyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi ( Cyber crime) : Urgensi
Pengaturan dan Celah Hukumnya, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 1.
14
https://kominfo.go.id/content/detail/15380/kementerian-kominfo-sebut-pengguna-internet-
indonesia-capai-54-persen/0/sorotan_media, di akses pada tanggal 11 Oktober 2019 pukul 6:10
Wib.
15
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01338113/viral-seorang-pria-secara-live-via-
facebook-lakukan-kekerasan-terhadap-istrinya
5
menganai pedofil yang menyebarkan 500 video dan 100 foto berkonten
Menurut data yang dipublikasi oleh Kominfo, terdapat satu juta lebih konten
yang telah diblokir dan diturunkan dari internet. Konten-konten tersebut terdiri
dari 16 kategori. Tiga katergori terbanyak yang diblokir kominfo selama ini
adalah konten pornografi (960 ribu), perjudian (114 ribu), dan penipuan (7
ribu). Sementara dalam data yang sama, konten bermuatan terorisme dan
16
https://kominfo.go.id/content/detail/12236/pemerintah-fokus-pada-literasi-dan pengendalian-
konten-internet/0/sorotan_media, di akses pada tanggal 20 Mei 2019 pukul 21:30 Wib.
17
https://www.nu.or.id/post/read/110323/menkominfo--perusahaan-media-sosial-harus-terliat-
dalam-penanganan-konten-negatif, di akses pada tanggal 11 Oktober 2019 pukul 06:12 Wib.
6
perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.18 Jika dilihat dalam ketentuan tersebut, badan
yang beragam terkait dengan badan usaha. Berikut dikutip dari pendapat ahli
perjanjian-perjanjian.19
Badan yang diciptakannya itu terdiri dari corpus, yaitu struktur fisiknya
dan ke dalamnya hukum memasukkan unsur animus yang membuat badan itu
kepribadian. Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum maka
7
mengenai tanggung jawab dan sanksi pidana yang diberikan kepada platform
saat ini hanya bisa menjerat pelaku atau oknum penyebar konten-konten
Berarti dalam hal ini, pemilik platform media sosial sebagai Penyelenggara
Bertanggung jawab artinya ada subjek hukum yang bertanggung jawab secara
perbuatannya secara mendetail. Semisal kasus pornografi, dalam hal ini siapa
yang mendistribusikan, siapa yang melakukan editing, siapa yang posting, dan
Badan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Platform media
sosial, dalam hal ini perusahaan seperti Facebook, Twitter, Google dan lainnya
yang mempunyai izin dari pemerintah. Subjek hukum adalah subjek yang dapat
8
ternyata melakukan pelanggaran ketentuan yang ada. Beberapa teori yang
platform media sosial dan juga mengenai penjatuhan pidana kepada Korporasi
Transaksi Elektronik. Dalam hal ini tentu akan menyebabkan kerugian baik
kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam hal ini hukum
Tuntutan terhadap hukum pada saat ini adalah menjadikan hukum yang
pembangunan yang menyeluruh atau dengan kata lain, hukum harus dapat
22
Evi Deliana HZ, Perlindungan Hukum terhadap Anak dari Konten Kekerasan dalam Media
Cetak dan Elektronik, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol. III, No. 1 2012,
hlm. 16.
23
Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Mahzab dan Refleksinya, Remadja
Karya, Bandung, 1989, hlm. 71.
9
permasalahan sehingga perubahan yang terjadi pada suatu bidang cenderung
yang dijadikan tersangka atau terdakwa ini tentunya menarik untuk dikaji dan
delik pidana yang dilanggar oleh korporasi tersebut, karena masih terpakunya
aparat penegak hukum pada asas tiada pidana tanpa kesalahan yang memang
B. Rumusan Masalah
1) Tujuan Penelitian
24
Lu sudirman dan Feronika dalam buku Eddie O.S Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana,
Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2015. hlm. 202.
10
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Indonesia.
2) Kegunaan Penelitian
pembaca.
D. Kerangka Teori
dari ruang lingkup masalah hukum. Dari hal tersebut, maka perlu dijelaskan
11
mengenai pengertian hukum, seorang dekan pertama Fakultas Hukum di
dari pada penegakan hukum yakni untuk mengatur masyarakat agar damai
25
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2011, hlm. 37.
26
RE. Baringbing, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi Hukum, Pusat Kajian
Informasi, Jakarta: 2001, hlm. 54.
27
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, hlm. 24.
28
Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 2006, hlm. 15.
12
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,
undang yang menjadi dasar hukum bagi gerak langkah serta tindakan dari
para penegak hukum kurang sesuai dengan dasar falsafah negara dan
pandangan hidup bangsa kita, maka sudah barang tentu penegakan hukum
pandangan-pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.
adalah kebebasan.31
29
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2012, hlm. 5.
30
Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek, Mandar Maju,
Bandung, 2001, hlm. 1.
31
Ibid., hlm. 6.
13
Menyerasikan pasangan nilai tersebut dibutuhkan faktor-faktor yang
berikut:32
menetapkan hukum
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
hukum. Dalam era globalisasi ini, kepastian, keadilan, dan efisiensi menjadi
sangat penting hal ini menjadi hanya bisa dijamin dengan hukum yang baik,
yang baik berarti kita berbicara tentang tatanan hukum. Tatanan hukum
32
Ibid., hlm. 8-9.
14
dalam bahasa Belanda, rech orde ialah susunan hukum, artinya memberikan
dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup hal itu
Tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum yaitu :34
a. Kepastian Hukum
b. Kemanfaatan
c. Keadilan
33
Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2010,
hlm. 5.
34
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005,
hlm. 145.
15
Hukum itu identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum,
putusan yang yang adil, tetapi dalam menghadapi kasus pidana disyaratkan
yang lebih luas (bukan hanya dalam ruang lingkup proses peradilan) tidak
Selain itu penegakan hukum yang gagal untuk menghormati aturan hukum.37
kelembagaan dan moralitas sipil warga Negara yang didasarkan pada nilai-
16
2. Teori Pertanggungjawaban Pidana
juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut
keadilan.39
bahwa orang yang telah melakukan suatu tindak pidana itu, belum berarti ia
padanya, karena suatu tindak pidana itu terdiri atas dua unsur, a criminal act
bahasa latin ajaran kesalahan tersebut dikenal dengan sebutan mens rea,
39
Hanafi Mahrus, Sisitem Pertanggung Jawaban Pidana, Rajawali Pers Cetakan pertama,
Jakarta, 2015, hlm. 16.
40
Hasbullah F. Sjawie, Pertanggungjawaban Pidana Koorporasi pada Tindak Pidana
Korupsi, Prenamedia Group, Jakarta, 2018, hlm. 10.
41
Ibid.
17
pikiran orang itu jahat.42 Prodjodikoro juga sepakat bahwa unsur kesalahan
adalah unsur mutlak yang harus ada untuk bisa menetapkan bahwa suatu
dengan dasar untuk menjatuhkan sanksi pidana. Dilihat dari sudut terjadinya
melawan hukum (dan tidak ada pemidanaan sifat melawan hukum atau
pidana yaitu dalam Pasal 1 angka (1) dan angka (2), pada Pasal 1 angka (1)
42
Erdianto, Pokok – Pokok Hukum Pidana, Alaf Riau, Pekanbaru, 2010 hlm. 61.
43
Hasbullah F. Sjawie, Op.cit, hlm. 15.
44
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. 2001, hlm. 12.
45
Ibid, hlm. 71.
18
Selanjutnya pada Pasal 1 angka (2) dinyatakan jika ada perubahan dalam
Pasal 1 berbunyi:
Pidana Indonesia tentang adanya asas tiada pidana tanpa kesalahan, namun
46
Erdianto Effendi, Op. cit, hlm. 63.
47
Imelda Ria, “Pertanggungjawaban Pidana pelaku Tindak Pidana Pembakaran Rumah dan
Orang yang di Duga Memelihara Ilmu Sihir pada Kepolisian Resor Tapanuli Utara”, Skripsi,
Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Riau, Pekanbaru, 2016, hlm. 14.
48
I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Fikahati Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 58.
19
maupun sebab yang berkaitan dengan pembuat delik. Tujuan dasar dari teori
(petugas, karyawan dan agen) dan itu harus dilakukan dengan mekanisme
satu bentuk korporasi, sebagai pelaku tindak pidana adalah salah suatu hal
ditentukan dalam Pasal ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40,
atau de jure corporation, yang status badan hukumnya telah sah, maka
konten kekerasan.
E. Kerangka Konseptual
49
Vinay Mishra and Siddharth Tatiya,” Corporate Criminal Liability: Lessons Learnt and to
be Learnt”, The Asian Business Lawyer. 2009. Di akses melalui https://1.next.westlaw.com/
Document / pada 30 Juli 2019 pukul 10:00 wib.
50
Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 65.
20
judul penelitian. Adapun batasan terhadap judul penelitian ini adalah sebagai
berikut :
dipidana serta alasan-alasan dan keadaan apa saja yang membuat seseorang
3. Pidana adalah Hukuman atau sanksi apa yang dapat dijatuhkan kepada
bertanggung jawab.53
Elektronik.54
21
7. Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang pada
saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan
Indonesia.57
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 59 Penelitian
Elektronik.
57
I. Gede Pantja Astawa, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-Undangan di Indonesia, PT.
Alumni, Bandung, 2008, hlm. 56.
58
Muhammad Fazlurrahman, Tinjauan Yuridis terhadap tanggung jawab penyedia jasa
layanan digital melalui internet yang bertindak sebagai internet intermediary di Indonesia,
Makassar, 2017, hlm.33.
59
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1995, hlm.
13.
22
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang diteliti.60 Dalam penelitian ini
2. Sumber Data
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dibedakan menjadi tiga (3)
bagian yaitu:
penelitian yaitu:
Transaksi Elektronik.
60
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 133.
61
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2009, hlm. 25.
23
Yaitu bahan-bahan yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus
4. Analisis Data
telah dikumpulkan dan diolah. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif,
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa
62
Suteki,Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali, Depok, 2018, hlm. 216.
63
Burhan Ashshofa, Op.cit, hlm. 103.
64
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 17.
24
yang dinyatakan tertulis.65 yakni pemaparan kembali dengan kalimat yang
menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang
65
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1983, hlm. 32.
25