Anda di halaman 1dari 8

Menuju Industri Otomotif 4.

0, Penggunaan Robot di
Indonesia Masih Kurang
 29 Nov, 2020

Otomotif Indonesia melaju dengan arah industri 4.0. Titik dengan automasi proses
atau memanfaatkan robot membantu dalam produksi. Ini menjadi penting. Lantaran
banyak kelebihan yang bisa dihasilkan dari automasi pada proses produksi. Efektif
dan efisien, jadi basis keunggulan yang bisa didapat dengan automasi
memanfaatkan robot. Sedang Indonesia dinilai masih kurang banyak mengadopsi
robot, khususnya pada industri otomotif.
Memang sejumlah manufaktur industri otomotif sudah mulai melangkahkan kaki
pada automasi menggunakan robot. Namun masih belum jamak. Bahkan data tahun
lalu yang dipaparkan Universal Robots, Indonesia masih tertinggal soal pemanfaatan
robot dalam industri otomotif dibanding negara tetangga. Universal Robots sendiri,
pemain robot skala global asal Denmark yang tertarik menawarkan produknya pada
Indonesia.
Menurut UR, dibandingkan Singapura dan Thailand, Indonesia masih tertinggal soal
automasi produksi. Singapura mencatatkan rasio 658 robot per 10 ribu karyawan.
Sedang Malaysia dan Thailand berada di 40-50 robot per 10 ribu karyawan.
Sementara skala global, masih kata UR, rasionya 85 robot per 10 ribu karyawan.
Indonesia sendiri berada di level yang mirip dengan Filipina dan India, 3-4 robot per
10 ribu karyawan.
Paparan itu menggambarkan kurangnya jumlah robot yang digunakan. Padahal
dalam skala industri 4.0, pemanfaatan robot kemudian jadi salah satu kunci
mengoptimalkan produksi. 

Industri Otomotif Indonesia Pengguna Robot


Seperti disebut di awal, sejumlah manufaktur sudah memanfaatkan robot dalam
proses produksi. Menurut Kukuh Kumara, Sekjen Gaikindo, pabrikan otomotif di
Indonesia sudah mengadopsi teknologi robot. Digunakan untuk pengelasan
(welding), mengecat, pengerjaan bodi dan beragam aktivitas lain.
"Industri otomotif Indonesia makin kompetitif daya saingnya, karena sudah banyak
menggunakan teknologi robot. Namun, memang proses adopsinya dilakukan secara
bertahap. Karena tetap dihitung nilai keekonomiannya saat digunakan dalam satu
tahapan produksi kendaraan," ujar Kukuh.
Di antara sejumlah manufaktur otomotif, Astra Daihatsu Motor (ADM) yang punya
pabrik pembuatan mobil di Sunter, Jakarta Utara dan Karawang, Jawa Barat. Pabrik
Daihatsu di Sunter punya dua line produksi, sedang Karawang satu line. Masing-
masing sudah didukung robot. Dengan produksi total gabungan 530 ribu unit per
tahun. Per hari, pabrik Daihatsu bisa menelurkan 2.000-an unit.
Kemudian ada DFSK dengan pabriknya di Cikande, Serang, Banten. Sejak awal,
membangun pabrik yang diklaim sudah berstandar industri 4.0 dan hampir 80
persen proses produksi merupakan automasi oleh robot.

Universal Robots
Dengan alasan Indonesia masih sangat menjanjikan untuk peningkatan automasi.
Universal Robots kemudian jadi salah satu yang tertarik menawarkan produk
robotnya untuk menyokong industri manufaktur, khususnya otomotif. Selain tingkat
produksi bisa digenjot, penggunaan robot dalam manufaktur diyakini tak bakal
mengganti atau mengurangi peran manusia (tenaga kerja). Dikatakan malah justru
mendorong peningkatan kompetensi untuk kemudian lebih memahami penggunaan
teknologi terkini pada industri.
Universal Robots sendiri membanggakan salah satu produk mereka yang termasuk
kategori co-bot atau robot kolaboratif. Sesuai dengan sebutannya, robot kolaboratif
bisa beroperasi bersamaan dengan orang (operator) tanpa perlu pemahaman yang
rumit dari fungsi dan sistem robot itu sendiri. Selain itu, dimensinya diklaim ringkas
dan bisa menghemat tempat.
Produk kreasi UR Disebut dengan UR3, berbentuk seperti lengan dengan enam
sendi. Untuk memudahkan pengoperasian, UR menciptakan sebuah situs khusus
bernama Universal Robots+ (UR+). Platform ini berfungsi menyediakan informasi
cara mengoperasikan robot UR, tanpa panduan khusus seorang teknisi ahli mesin.
Sebagai informasi, Universal Robots memiliki fasilitas produksi di Denmark.
Sementara untuk fasilitas pengembangan dan riset (R&D) berada di Denmark dan
Boston, Amerika Serikat.
https://www.oto.com/berita-mobil/menuju-industri-otomotif-4-0-penggunaan-robot-di-
indonesia-masih-kurang
Tren Penggunaan Robot Industri Naik 20 Persen

Selasa, 17 September 2019 20:54 WIB

Humanoid robot, Sophia berperan sebagai juru bicara untuk masa depan inovasi
dan teknologi dalam penerbangan di Arabian Travel Market 2018, Dubai. TEMPO/
Aisha

TEMPO.CO, SURABAYA – Tren penggunaan teknologi robot di Indonesia


pada industri mengalami kenaikan. Mayoritas pengguna teknologi
robot adalah industri makanan dan minuman.  

"Ada kenaikan sekitar 20 persen penggunaan robot pada industri di Indonesia. Ini
menjadi pertanda bahwa implementasi robot di Indonesia sudah bisa dimulai," kata
Head of Robotics & Discrete Automation ABB Indonesia Mugi Harfianza di
Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa 17 September 2019.

Pada acara Indonesia's Leading of Industrial 4.0 (INDI 4.0), Mugi mengemukakan
serapan teknologi robot di Indonesia sekitar 950 unit di tahun 2017 dan melonjak
menjadi 1.200 unit robot pada tahun selanjutnya.
Kata dia, Indonesia memiliki potensi yang bagus untuk bidang robotika. "Hal ini
berbeda dengan di negara lain, di mana industri otomotif dan elektronika justru
menjadi pengguna terbesar teknologi ini," tuturnya.

Namun, total penyerapan teknologi robotika di Indonesia masih jauh dibandingkan


dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.

"Di Vietnam, tingkat penyerapan robot sudah mencapai 3.000 unit per tahun,
sementara Thailand mencapai 4.000 unit robot per tahun. Apalagi jika dibanding
dengan Korea Selatan, Singapura, Jerman, Amerika Serikat, dan China yang
penyerapannya jauh lebih besar," lanjutnya. 

Penerapan teknologi robot di dunia industri diperlukan untuk peningkatan produksi


dan daya saing produk.

https://bisnis.tempo.co/read/1249061/tren-penggunaan-robot-industri-naik-20-
persen/full&view=ok
Kemperin Dorong Implementasi 3D Printing
Kamis, 12 Desember 2019 | 16:50 WIB

Kiri ke kanan: Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementrian Perindustrian Gati
Wibawaningsih, dan Ketua Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia Chendy Jaya, dalam kegiatan Semarak Festival Industri Kecil, Menengah dan
Aneka (IKMA) 2019, di Jakarta, Rabu (11/12/2019). (Foto: Beritasatu.com)

Jakarta, Beritasatu.com - Perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini


membuat hingar bingar industri printing makin semarak. Terbukti, kehadiran mesin
cetak digital dengan teknologi mutakhir ini memacu bisnis di Tanah Air semakin
bertumbuh.

Teknologi cetak tiga dimensi atau 3D printing sekarang ini tengah menjadi perhatian
banyak pihak. Terlebih, ada banyak bidang bisnis yang bisa terbantu dari kehadiran
teknologi cetak digital di Indonesia.

Sayangnya, teknologi 3D printing sendiri belum banyak dikenal masyarakat.


Padahal, kalangan industri kecil dan menengah (IKM) dapat merasakan manfaat dari
teknologi cetak digital ini.

Mencermati kondisi tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian


(Kemperin) mendorong awareness implementasi 3D printing dengan mendukung
dibentuknya Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia (3D Print) dengan maksud
mengangkat daya saing produk serta sumber daya manusia pada sektor IKM.

"Hari ini Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia (3D Print) resmi dikukuhkan oleh
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita," kata Ketua Asosiasi Printer
Tridimensi Indonesia (3D Print), Chendy Jaya, dalam kegiatan Semarak Festival
Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) 2019, di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Founder & Ceo Imajin ini menerangkan, dukungan pemerintah terhadap industri 3D
printing diwujudkan melalui pemberian fasilitas seperti membuka suatu booth atau
seminar dan pelatihan–pelatihan lainnya.

Chendy menambahkan, Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia berawal dari


perkumpulan komunitas 3D Printer Indonesia yang terbentuk sejak tahun 2015.
Sampai saat ini, asosiasi telah mencatat lebih dari 6.000 anggota.

"Dari situlah 3D Print berinisiatif untuk membuat Asosiasi. Alasannya, 3D


Printing masih belum banyak dikenal oleh masyarakat, makanya diperlukan peran
pemerintah untuk lebih medorong sosialisasi tentang teknologi ini," jelas Chendy
Jaya.

https://www.beritasatu.com/ekonomi/590312/kemperin-dorong-implementasi-3d-
printing

Anda mungkin juga menyukai