Anda di halaman 1dari 16

Accelerat ing t he world's research.

SISTEM SARAF
Astrid Junita

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 


SISTEM SARAF
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan
Manusia
Dosen pengampu:
Dr. Saefudin, M.Si.,
Dra. Soesy Asiah Koesbandiah, MS.

Oleh: Kelompok 3
Pendidikan Biologi A 2017
Ariyanti Viani 1703661
Astrid Junita 1702129
Della Frisca Damayanti 1700069
Pretty Nurwhite Tika 1702261
Siti Nurjanah 1701081
Tika Triwahyuni 1703681

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2020
A. Judul
Sistem Saraf

B. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 16 November 2020
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Gegerkalong, Bandung

C. Tujuan
1. Mempelajari refleks normal dan spinal pada katak
2. Mempelajari refleks tendon pada patella manusia.

D. Dasar Teori
Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls
(potensial aksi), impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat
menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi
sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi
(dengan bantuan neurotransmitter) (Ethel, 2003).
Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan
diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan
otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui
saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang
diinginkan. (Ethel, 2003).
Sistem saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi
jaringan lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel
neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf
sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem
saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf
tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar diseluruh bagian
tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron
sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann,
melakukan fungsi tambahan selain komunikasi. Sinapsis adalah tempat
hubungan anatomik dan fungsional antarneuron (Johnson, Kurt E. , 1994).
Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung
refleks. Apabila suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon
yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf
yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini
tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot. Saraf spinal timbul
dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral yang kemudian
bersatu membangun saraf spinal. Pada akar dorsal terdapat ganglion spinal
dan akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris. Tidak
jauh sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-
kurangnya akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai
otot epaksial dan kulit punggung. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang
biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan peristaltik dan
berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-
organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang
meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental
sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke
efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani, 2005).
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2
neuron, membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau
reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih
neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan
neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan
sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal.
Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan
dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga
menyebabkan otot lutut terentang. Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak
memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan,
misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong korda
spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut
hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu
pastilah hanya karena korda spinalisnya. Katak amatlah berguna untuk
mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang
menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh,
berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock
spinal, hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti
misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah (Frandson, 1992).
Gerak refleks baru akan terjadi bila didukung oleh lengkung refleks,
lengkung refleks pada umumnya terdiri dari reseptor, neuron sensorik pusat
saraf, neuron motorik dan efektor. Lengkung saraf yang sederhana hanya
melibatkan dua rangkaian sederhana dari neuron yaitu antara reseptor dan
efektor atau hanya dari neuron yaitu antara reseptor dan efektor atau hanya
mempunyai sebuah sinapsis antara neuron sensorik dengan neuron motorik
dan disebut lengkung refleks monosinaptik misalnya pada lutut. Jika lengkung
saraf melibatkan satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) antara
sensorik dan neuron motorik disebut lengkung refleks polisinaptik. Hal yang
perlu diketahui adalah bahwa sensorik yang berjalan ke arah sumsum tulang
belakang selalu masuk melalui akar dorsal, sedangkan neuron motorik yang
berjalan menuju efektor selalu keluar melalui akar ventral dari saraf spinal
(Zulkarnaim, 2007).

E. Alat dan Bahan


Tabel E.1. Alat-Alat yang Digunakan Pada Praktikum Refleks pada Katak
No. Nama Alat Jumlah
1. Akuarium 1 unit
2. Bak Bedah 1 unit
3. Statif 1 unit
4. Rantai Penggantung 2 unit
5. Sonde/Pengaduk Gelas 1 unit
6. Gunting Bedah 1 unit
7. Beaker Glass 1 unit

Tabel E.2. Bahan-Bahan yang Digunakan Pada Praktikum Refleks pada Katak
No. Nama Bahan Jumlah
1. Katak 3 ekor
2. Larutan HNO3 Encer 20 ml
3. Larutan H2SO4; 1%, 3%, 5% 10 ml
4. Larutan HNO3 pekat 10 ml
5. Larutan fisiologis (NaC1 0,6%) 10 ml

Tabel E.3. Alat-Alat yang Digunakan Pada Praktikum Refleks pada Tendon
Manusia
No. Nama Alat Jumlah
1. Palu 1 unit
2. Kursi 1 lembar

F. Langkah Kerja
1. Refleks pada Katak

Katak yang masih hidup Bagian nares


dipegang dengan tangan eksterna katak
Alat dan bahan disentuh dan
disiapkan kiri, kemudian gelas
pengaduk didekatkan diamati
pada daerah mata perubahannya

Gelas pengaduk
yang telah Bagian dorsal Bagian tenggorokan
dicelupkan HNO3 tubuh katak hingga perut diusap,
encer digoreskan disentuh dan kemudian gerakan
pada punggung diamati anggota badan
katak, kemudian perubahannya anterior diamati

Dilakukan sumasi
rangsang kimia pada
katak
Gambar F.1. Langkah kerja dalam Praktikum Refleks pada Katak Normal

Katak yang masih hidup Katak


di dekapitasi dan diterlentangkan
Alat dan bahan pada bak bedah dan
disiapkan dimasukkan ke dalam
akuarium untuk dilihat diamati
pergerakannya pergerakannya

Jari katak dicelupkan


pada beaker glass Katak digantung Katak diletakkan
1%, 3%, dan pada bagian pada bidang miring
5%.Ulangi sampai rahang bawahnya dan diperhatikan
terjadi respon. pergerakannya

Jari kaki belakang dan Bagian ventral/ perut


jan kaki depan disentuh dengan
disentuh dengan benda panas dan
benda panas dan diamati reaksinya
diamati reaksinya

Gambar F.2. Langkah kerja dalam Praktikum Refleks pada


Katak yang Telah di Dekapitasi

2. Refleks pada Tendon Manusia

Salah satu kakinya


Alat yang akan Praktikan diminta dibiarkan dalam
digunakan untuk duduk keadaan bebas atau
disiapkan di kursi santai

Gerakan kaki Bagian ligamentum


diperhatikan patella dipukul
dengan palu

Gambar F.3. Langkah kerja dalam Praktikum


Refleks pada Tendon Manusia
G. Hasil Pengamatan
Tabel G.1. Gerak Refleks pada Katak Normal

Jenis rangsang Tanggapan yang diberikan oleh katak Keterangan

Mengusap bagian Menggunakan air


Bergerak secara refleks dan cepat
tangan dingin dan panas
Menyentuh Menggunakan air
Bergerak secara refleks dan cepat
bagian kaki dingin dan panas
Mengusap bagian Menggunakan air
Bergerak secara refleks dan cepat
perut dingin dan panas
Mengusap bagian Menggunakan air
Bergerak secara refleks dan cepat
punggung dingin dan pnas

Tabel G.2. Gerak Refleks pada Katak yang Telah di Dekapitasi

Jenis rangsang Tanggapan yang diberikan oleh katak Keterangan

Mengusap bagian Menggunakan air


Bergerak secara refleks dan cepat
tangan dingin dan panas
Menyentuh Menggunakan air
Tidak ada respon yang diberikan
bagian kaki dingin dan panas
Mengusap bagian Menggunakan air
Tidak ada respon yang diberikan
perut dingin dan panas
Mengusap bagian Menggunakan air
Tidak ada respon yang diberikan
punggung dingin dan panas

Tabel G.3. Gerak Refleks pada Tendon Manusia

Nama anggota kelompok Respon gerakan kaki Keterangan


Ariyanti ++ Normal

Astrid ++ Normal

Della ++ Normal

Pretty ++ Normal

Siti ++ Normal

Tika ++ Normal

H. Pembahasan
a. Refleks pada Katak
Sistem saraf merupakan salah satu system pada tubuh yang
memiliki fungsi sebagai system koordinasi pada tubuh, dan biasa disebut
dengan system pengatur tubuh. Sistem saraf bekerja dengan cara
menghantarkan impuls saraf ke susunan saraf pusat, memproses impuls
saraf dan memberikan perintah untuk memberikan tanggapan terhadap
rangsangan yang masuk.
Sistem saraf sangat penting dalam tubuh, karena jika system saraf
pada tubuh organisme tidak berfungsi maka system tubuh yang lain pun
dapat terpengaruh dan bahkan tidak bisa bekerja. Misalnya saat seseorang
terkena gigitan serangga pada tangannya, maka secara langsung akan
menepuk bagian yang tergigit serangga tersebut, karena adanya rasa sakit
atau gatal yang dirasakan. Rasa sakit atau gatal yang dirasakan oleh tubuh
merupakan salah satu fungsi dari system saraf
Pada system saraf dikenal adanya gerak reflex, gerak refleks
merupakan gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan
respon segera setelah adanya rangsang mengenai tubuh. terdapat dua
macam gerak refleks, yaitu refleks normal dan refleks spinal.
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari
mengenai refleks normal dan spinal dengan menggunakan sampel katak.
Pengamatan awal dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan pada
katak normal dan masih hidup, seperti yang di tampilkan pada hasil
pengamatan. Katak yang normal tersebut diberikan beberapa perlakuan,
hal ini untuk menunjukan bahwa pada katak normal masih memiliki sistem
saraf yang bekerja dan masih normal.
Jenis rangsang yang diberikan seperti menyentuh dan mengusap
bagian tubuh katak, memperlihatkan respon yang terjadi secara langsung,
yaitu bergerak secara reflex dan cepat, hal tersebut merupakan respon
tubuh katak atas rangsangan yang diberikan. SEmua rangsang yang
diberikan pada katak normal direspon dengan dengan baik dan
menunjukan bahwa katak memiliki gerak respon normal, gerak respon
normal sendiri adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari.
Pengamatan selanjutnya adalah dengan melakukan perlakuan yang
sama dengan menggunakan katak yang di dekapitasi, katak yang di
dekapitasi adalah katak yang telah dihilangkan bagian otaknya (kepala
bagian atas), disebut dengan katak yang hanya memiliki spinal (Spinal
frog). Perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui apakah katak masih bisa
melakukan aktivitas atau merespon rangsangan yang diberikan walaupun
tanpa otak. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa otak sangat
berhubungan dengan system saraf. Jenis rangsang yang diberikan sama
seperti pada katak normal yaitu dengan menyentuh dan mengusan
beberapa bagian katak. Namun, dari 4 rangsang yang diberikan katak
hanya merespon 1 jenis rangsang saja.
Berdasarkan respon yang diberikan oleh katak yang di dekapitasi,
menunjukan bahwa katak melakukan gerak refleks spinal, gerak refleks
spinal adalah gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa
disadari terlebih dahulu. Gerak refleks spinal berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan. gerak reflex spinal
masih dapat terjadi karena saraf pusat yang mengatur gerak reflek terdapat
di medula spinalis juga. Sehingga setelah di dekapitasi pun saraf otot pada
katak masih menunjukkan gerak reflek walaupun tidak menanggapi semua
rangsangan dikarenakan susunan sarafnya tidak sempurna.
b. Refleks pada Tendon Manusia
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak
yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar
melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensoris (saraf aferen),
dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak besar (serebrum),
kemudian hasil olahan serebrum berupa tanggapan dibawa oleh saraf
motoris (saraf eferen) sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor. Namun, impuls pada gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terhadap rangsangan terjadi secara otomatis, tanpa memerlukan
kontrol dari otak besar. Gerak refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak
atau tanpa disadari terlebih dahulu. Pada praktikum kali ini kita akan lebih
fokus membahas mengenai gerak refleks pada manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan, dari perlakuan yang diberikan pada
setiap anggota kelompok memberikan respon atau gerakan yang positif.
Ketika kaki dipukul dengan benda tumpul di bagian ligamentum patella
dalam keadaan duduk, terdapat respon dari kaki yang seolah-olah
menendang balik. Gerakan ini merupakan gerak refleks atau gerak yang
tidak disadari. Gerak ini timbul ketika impuls yang datang tidak diteruskan
ke otak namun melalui jalur singkat yaitu sumsum tulang belakang dan
dilanjutkan ke saraf motorik dan efektor yang menghasilkan gerakan
seolah-olah menendang.
Refleks tendon patella atau knee-jerk reflex merupakan salah satu
bagian dari refleks regang. Tujuan utama refleks regang adalah untuk
menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot ekstensor yang
ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Otot - otot
ekstensor lutut adalah m. quadriseps femoris, yang membentuk anterior
paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui
tendon patella. Pengetukan tendon ini, menggunakan sebuah palu karet
akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan
reseptor-reseptor gelendongnya. Refleks regang yang terjadi menimbulkan
kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan
mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai pemeriksaan
pendahuluan pada fungsi sistem saraf. Pada pemeriksaan refleks ini, posisi
pasien dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pasien duduk dengan kedua
kaki digantung, pasien duduk dengan kedua kaki menapak pada lantai, dan
posisi pasien berbaring terlentang dengan tungkai difleksikan pada sendi
lutut. Refleks patella yang normal mengindikasikan bahwa sejumlah
komponen saraf dan gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik,
keluaran eferen neuromuskulus, dan otot itu sendiri dapat berfungsi
normal. Refleks ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat - pusat
yang lebih tinggi di otak (Ganong, 2002 dalam Lillah, 2012).
Dalam dunia kedokteran, sebelum melakukan pemeriksaan refleks
fisiologis, pemeriksa perlu melakukan anamnesis baik secara umum
maupun secara khusus yang akan mengarahkan kepada diagnosis.
Selanjutnya pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh, dan juga apabila ada kecenderungan yang mengarah pada
gangguan saraf perlu dilakukan pemeriksaan saraf. Secara umum
pemeriksaan saraf meliputi pemeriksaan saraf kranial, pemeriksaan sistem
motorik dan koordinasi (juga meliputi pemeriksaan refleks fisiologis dan
patologis), pemeriksaan sensasi, kemampuan kognitif dan memori, serta
pemeriksaan sistem saraf vegetatif (otonom) yang meliputi denyut nadi,
pernapasan dan regulasi suhu tubuh serta pencernaan (Cynthia, 2017).

I. Jawaban Pertanyaan
a. Refleks pada Katak
1. Apakah yang dimaksud dengan refleks? Jelaskan bagaimana
mekanismenya?
Jawab:
Gerak refleks merupakan gerak yang terjadi secara tidak disadari.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya bersifat
otomatis terhadap rangsang.
Gambar 1. Mekanisme Gerak Refleks
(Biomagz, 2015)
2. Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon
setiap rangsang yang diberikan? Jelaskan Jawaban anda!
Jawab:
Masih, namun akan ada pengurangan frekuensi respon pada katak
yang telah didekapitasi. Respon masih terlihat disebabkan karena
jantung katak masih berfungsi dan bersifat neurogenik sehingga
katak masih mampu memberikan respon. Jadi dapat dikatakan
bahwa selain dari pada otak, jantung katak juga dapat merespon
rangsangan.
3. Adakah perbedaan reflex pada katak normal dan yang di dekapitasi?
Jawab:
Pada katak normal ketika disentuh atau diusap dengan sendok yang
telah diberi air dingin dan dipanaskan memberikan respon gerak
refleks yang cepat, sedangkan pada katak yang telah didekapitasi
umumnya tidak memberikan respon, kecuali ketika disentuh pada
bagian tangan.
b. Refleks pada Tendon Manusia
1. Bagaimana reflex yang terjadi pada patella ? apakah sama pada
setiap kaki?
Jawab:
Berikut ini adalah mekanisme gerak refleks pada patella, yaitu saat
bagian bawah lutut dipukul, kaki secara otomatis akan berayun ke
depan. Saat lutut dipukul pelan, pukulan tersebut akan diserap oleh
reseptor sebagai stimuli yang perlu diproses. Reseptor kemudian
akan meneruskan pesan ini ke neuron sensori. Di dalam neuron
sensori, seperti biasa, pesan ini akan melalui pengolahan melalui tiga
bagian neuron, yaitu dendrit, akson, dan ujung saraf. Lalu, setelah
dari neuron sensori, pesan ini langsung melompat ke neuron motorik.
Dari neuoron motorik, pesan ini langsung diteruskan ke otot. Itulah
sebabnya, kaki Anda berayun ke depan.
2. Apakah reflex patella sama pada setiap orang ? jelaskan
Jawab:
Tergantung. Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan
bergerak ke depan seakan-akan sedang menendang. Perubahan
postur tubuh atau gerak pada kaki partisipan tersebut karena adanya
mekanisme pengatur postur atau gerak pada kaki tersebut. Terlebih
lagi tingkat sensitivitas setiap individu mungkin saja berbeda – beda.
3. Sebutkan komponen komponen penyusun lengkung refleks
Jawab:
a) Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu
rangsangan, misalnya: kulit.
b) Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls
menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis).
c) Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik
dan dianalisis kembali ke neuron eferen.
d) Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer
e) Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili
oleh suatu serat otot atau kelenjar.

J. Kesimpulan
1. Refleks pada katak
Gerak refleks merupakan gerak diluar kesadaran dari individu itu sendiri.
Pada katak, gerak refleks spinal terjadi jika katak tersebut mendapat
ransangan mekanis maupun kimia. Dan gerak refleks tersebut diatur oleh
sumsum tulang belakang dan bukan hanya otak.
2. Refleks pada tendon manusia
Dari perlakuan yang diberikan pada setiap anggota kelompok
memberikan respon atau gerakan yang positif. Gerakan ini merupakan
gerak refleks atau gerak yang tidak disadari. Gerak ini timbul ketika
impuls yang datang tidak diteruskan ke otak namun melalui jalur singkat
yaitu sumsum tulang belakang dilanjutkan ke saraf motorik dan efektor
yang menghasilkan gerakan seolah-olah menendang.
DAFTAR PUSTAKA

Cynthia, M. (2017). Teknik Pemeriksaan Refleks Fisiologis. [online]. Diakses


dari: https://www.alomedika.com/tindakan-
medis/neurologi/pemeriksaan-refleks-fisiologis/teknik (20 November
2020).
Ethel, S. Loane. (2003). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: ECG.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Johnson, Kurt E. 1994. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta: Binarupa Aksara.
Lillah, P. N. M. (2012). Rancangan Bangun Electrical Stimulator Berbasis
Mikrokontroler Sebagai Pengganti Palu Refleks (Hammer Reflex).
[online]. Diakses dari: http://repository.unair.ac.id/25565/ (20 November
2020).
Nurcahyani, Nuning. 2005. Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandar
Lampung: UNILA.
Zulkarnaim. (2007). Diktat Struktur Hewan. UIN Alauddin Makassar.

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme Gerak Refleks


Biomagz. (2015). Mekanisme Gerak Refleks. [Online]. Diakses dari:
http://www.biomagz.com/2015/11/mekanisme-urutan-gerak-refleks.html.
[20 November 2020].

Anda mungkin juga menyukai