0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan3 halaman
Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 22 tahun untuk beberapa alasan: (1) memperkuat iman Nabi Muhammad, (2) menantang kaum kafir yang mendustakan Al-Qur'an, (3) menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa dalam penetapan hukum. Turunnya secara bertahap juga bertujuan (4) memperkuat bukti bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah, dan (5) memper
Deskripsi Asli:
PENGERTIAN NUZUL AL-QURAN & HIKMAH DITURUNKANNYA ALQURAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
Judul Asli
PENGERTIAN NUZUL AL-QURAN & HIKMAH DITURUNKANNYA ALQURAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 22 tahun untuk beberapa alasan: (1) memperkuat iman Nabi Muhammad, (2) menantang kaum kafir yang mendustakan Al-Qur'an, (3) menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa dalam penetapan hukum. Turunnya secara bertahap juga bertujuan (4) memperkuat bukti bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah, dan (5) memper
Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 22 tahun untuk beberapa alasan: (1) memperkuat iman Nabi Muhammad, (2) menantang kaum kafir yang mendustakan Al-Qur'an, (3) menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa dalam penetapan hukum. Turunnya secara bertahap juga bertujuan (4) memperkuat bukti bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah, dan (5) memper
SECARA BERANGSUR-ANGSUR Kata “Nuzul” (bahasa Arab: berasal dari nazala) secara etimologis berarti turun, jatuh, keadaan turun, tinggal sementara, dan hal yang menimpa. Sedangkan arti terminologis nuzul ialah turunnya al-Qur’an kepada Nabi saw. yang dibawa oleh Malaikat Jibril ke bumi. Kata nazala dan derivasinya dipergunakan al-Qur’an sebanyak 293 kali dan sebagiannya berkaitan dengan kitab yang diturunkan Allah swt kepada para rasul. Kata anzala menunjukkan kepada makna bahwa al-Qur’an pernah diturunkan sekaligus dan terkait dengan ruang dan waktu, sedangkan nazzala memberi petunjuk bahwa al-Qur’an turun berangsur-angsur dan terkait dengan ruang dan waktu. Oleh karenanya, ulama klasik (salaf) hingga antara abad III H. enggan memberikan pengertian yang sebenarnya berkaitan dengan nuzul-nya al-Qur’an. Ulama sesudah abad III H. memahami arti “turun” dalam pengertian ditampakkan atau diperkenalkannya al-Qur’an ke pentas bumi ini pada waktu dan tempat tertentu. Memang benar bahwa al-Qur’an bersifat qadim, seperti yang dikatakan ulama klasik, yakni telah ada sebelum adanya waktu dan tempat, akan tetapi keberadaannya ketika itu belum diketahui atau hadir di pentas bumi.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
1. Menguatkan Hati Nabi Muhammad SAW dalam Menyampaikan Dakwah. Sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah yang artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. al-Furqan :32) Selain itu, dukungan agar semakin kukuh dan kuat atas kedzoliman orang kafir, Allah mencoba menenangkan hati Nabi Muhammad SAW dengan turunnya Surat Al-An’am ayat 34 yang artinya: Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. (QS. Al-An’am: 34) 2. Menantang Orang-orang Kafir yang Mendustakan Al-Qur’an Pada dasarnya tujuan kaum musyrik ingin sekali melemahkan Nabi Muhammad SAW dalam dorongan berdakwah, sehingga berbagai cara akan dilakukan oleh kaum Kafir. Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit dan tidak masuk akal, seperti hari kiamat yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi Muhammad SAW. Maka turunnya wahyu yang secara berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, namun bisa juga menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al- Qur-an. Kemudian ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka hal itu sekaligus merupakan salah satu mu`jizat Al-Qur-an yang datang dari Allah Subhanahu wa ta’ala 3. Menyesuaikan dengan Peristiwa-peristiwa dalam Penetapan Hukum Al-Qur’an diturunkan mengikuti setiap kejadian dan melakukan pentahapan dalam penetapan aqidah yang benar, hukum-hukum syari`at, dan akhlak mulia. Misalnya, dalam menentukan ke haraman khamar, ia tidak diharamkan secara mutlak namun melalui penahapan. Pertama, Alquran menyebut mudharatnya lebih besar dari manfaatnya, dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 219 menjelaskan: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (QS. 2 : 219) Kedua, Alquran melarang orang yang mabuk karena khamr dari salat, tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 43 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. 4 : 43) Ketiga, baru diharamkan secara tegas dalam Surat al-Maidah Ayat 90-91 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5 : 90-91) 4. Memperkuat Bukti dan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Benar Dari Allah SWT Walaupun Al-Qur-an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari dan dengan banyak sekali perselisihan serta ujian dari kaum kafir atau musyrik. Akan tetapi secara keseluruhan terdapat keserasian di antara satu bagian al-Qur-an dengan bagian lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang Maha Bijaksana. 5. Mempermudah dalam Menghafal Serta Memahami Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, tentu hal ini akan mempermudah umat muslim dalam membaca serta menghafal tulisan. Karena tidak semua masyarakat Arab saat itu pandai membaca dan menulis, sehingga pengetahuan mereka adalah daya hafalan dan ingatan. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk kepada para sahabatnya untuk mempelajari dan menghafalkan setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang turun agar tidak ada yang terlewatkan. Terlebih, ketika ayat itu turun dengan latar belakang peristiwa tertentu atau yang biasa disebut Asbabun Nuzul, maka semakin kuatlah pemahaman dan ingatan para sahabat.