Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

METODE HYPNOBREASTFEEDING

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Asuhan

Kebidanan Fisiologi Nifas dan Menyusui Berpusat pada Perempuan di Program

Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Dosen pembimbing:

Siti Patimah, SST, M.Keb

Disusun Oleh:

Muza Baturrohmah

P2.06.24.8.21.066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

TASIKMALAYA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Usulan Laporan Kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk

dipresentasikan.

Pembimbing Praktik

Dede Gantini SST, M.Keb Tanggal : Desember 2021

NIP.

Pembimbing Lapangan/CI

Hj. Ade Markonah, S.ST Tanggal : Desember 2021

NIP.197504012001122002
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, karena

ridho dan kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan “Laporan

Pendahuluan Metode Hypnobreastfeeding”

Shalawat serta salam semoga tetap Allah SWT curah limpahkan kepada

junjungan kita, nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

sebagai umatnya dari zaman penuh kegelapan menuju zaman yang terang

benderang seperti saat ini.

Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Asuhan

Kebidanan Fisiologi Nifas dan Menyusui Berpusat pada Perempuan. Dalam

penyusunan laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan. Namun, berkat

dukungan dan dorongan serta semangat dari orang-orang terdekat, saya mampu

menyelesaikannya dengan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Ani Radiati, S. Pd, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Tasikmalaya.

2. Nunung Mulyani, APP, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Tasikmalaya.

3. Dr. Meti Widya Lestari, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi

Profesi Bidan Tasikmalaya.

4. Tim Penganggung Jawab Praktek Kebidanan Fisiologis Stase 4 Asuhan

Kebidanan Fisiologi Kehamilan.


5. Dede Gantini, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing praktik atas

arahan, memotivasi serta membimbing dengan penuh kesabaran dan

dedikasi selama praktik stase 5.

6. Drg. Hj. Retno Widowati selaku kepala Puskesmas Watubelah.

7. Hj. Ade Markonah, S.ST selaku pembimbing praktik lapangan di

Puskesmas Watubelah.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena

terbatasnya pengetahuan saya. Saya berharap semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi saya dan juga pembaca

sekalian.

Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Cirebon, Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................4

C. Manfaat........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas...........................................................5

B. Laktasi.........................................................................................11

C. Hypnobreastfeeding.....................................................................27

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................50

B. Saran............................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1 Persiapan Hypnobreastfeeding

Lampiran 2 Langkah-langkah Hypnobreastfeeding

Lampiran 3 Panduan Relaksasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Word Health Organization (WHO) pada tahun 2020 menyatakan di

Indonesia hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI

eksklusif dan hanya 5 persen anak mendapatkan ASI pada usia 23 bulan,

artinya hampir setengah dari seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi sesuai

dengan kebutuhan gizi pada dua tahun pertama kehidupan. Lebih dari 40

persen bayi diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI, yaitu

sebelum mereka mencapai usia 6 bulan, dan makanan yang diberikan sering

kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi. Capaian ASI eksklusif di wilayah

Provinsi Jawa Barat tahun 2020 sebesar 56,0%. Capaian ASI Provinsi Jawa

Barat masih dibawah target yang ditentukan Kemenkes RI yaitu sebesar 80%.(1)

Pentingnya proses menyusui perlu dipersiapkan sejak hamil. Beberapa

kebutuhan ibu hamil perlu dipenuhi sesuai dengan tahap perkembanganya.

Kebutuhan fisik ibu hamil menunjang proses menyusui diantaranya pemenuhan

nutrisi ibu hamil dan melakukan perawatan payudara. Selain itu, perlu

kebutuhan psikologis ibu seperti menghindari stres juga perlu dilakukan pada

saat hamil. Peran dan dukungan keluarga terutama suami dan peran tenaga

kesehatan khusunya bidan sangat membantu pemenuhan kebutuhan psikologis

ibu.(2) Selain menyebakan gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama

kehidupan, bayi tidak cukup ASI bisa mengalami diare dan pneumonia.(3)
Beberapa upaya yang dapat dilakukan ibu sendiri untuk mengurangi stres

laktasi adalah dengan melakukan olahraga teratur seperti yoga dan senam,

memperbaiki pola tidur ibu dan memenuhi asupan makanan yang baik bagi ibu

menyusui. Salah satu cara yang dapat membantu ibu meningkatkan produksi

ASI dan mengurangi stress laktasi ibu adalah dengan melakukan

hypnobreastfeeding.(4)

Hypnobreastfeeding adalah upaya alami menanamkan niat ke pikiran bawah

sadar kita, untuk menghasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi.

Relaksasi hypnobreastfeeding mampu menghadirkan rasa santai, nyaman dan

tenang selama menyusui dengan demikian maka seluruh sistem didalam tubuh

akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga proses menyusui pun menjadi

proses yang penuh arti dan menyenangkan baik bagi ibu maupun bagi bayi.(5)

Bimbingan dan panduan CD relaksasi 5x dalam seminggu, para Ibu

menyusui dapat meningkatkan produksi ASI sebesar 63%. Hasil penelitian

disampaikan Putriningrum, dkk (2015) bahwa pemberian terapi

hypnobreastfeeding berpengaruh pada proses menyusui dengan nilai signifikan

0,002. Hasil penelitian Rismahara Lubis (2020) juga menyebutkan

hypnobreastfeeding efektif meningkatkan kecukupan ASI pada bayi.(6)

Berdasarkan uraian di atas penulis sebagai calon bidan merasa perlu untuk

mempuat rencana asuhan kebidanan berlandaskan evidence based midwifery

dengan judul “Metode Hypnobreastfeeding”


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan dengan

evidence based midwifery.

2. Tujuan Khusus

Mampu menerapkan metode hypnobreastfeeding untuk

mengurangi stres pada ibu nifas dan menyusui sehingga lancar dalam

proses menyusui.

C. Manfaat

1. Bagi penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan bisa mengaplikasikan teori yang

didapatkan selama perkuliahan di masyarakat sehingga mampu

mengerti dan bisa melakukan penatalaksanaan asuhan nifas dan

menyusui dengan hypnobreastfeeding.

2. Bagi Lahan Praktik

Menjadi acuan untuk memberikan pelayanan kebidanan nifas

sesuai dengan masalah yang tepat dengan penatalaksanaan metode

hypnobreastfeeding dengan pada ibu bersalin dan dapat diterapkan di

lahan praktik atau klinik.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dimanfaatkan oleh Institusi pelayanan untuk dijadikan acuan

guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada kemajuan asuhan

kebidanan nifas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian

Periode masa nifas disebut juga peurpeurium, dan wanita yang

mengalami peupeurium disebut peurpeura. Periode masa nifas

(peurpeurium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.


(15)

Masa nifas (purperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu.(16)

2. Periode Nifas

Periode nifas terbagi atas :(16)

a. Puerperium dini. Puerperium dini merupakan masa kepulihan. Ibu

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam,

dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial. Puerperium intermedial merupakan masa

kepulihan secara menyeluruh alat-alat genitalia, lamanya masa ini

sekitar 6 sampai 8 minggu.

c. Remote puerperium. Remote puerperium merupakan masa yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama apabila selama

hamil atau pada saat persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk


sehat secara sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,

bulanan, bahkan sampai tahunan.

3. Perubahan Fisik Masa Nifas

Selama masa nifas terdapat perubahan fisik pada ibu :(16)

a. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus

merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-

ototnya. Setelah hamil fundus uteri  3 jari dibawah pusat .

b. Lochea

Lochea adalah cairan berasal dari kavum uteri dan vagina selama

masa nifas, lochea terbagi menjadi 4 jenis :(17)

1) Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel- sel

dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Lochea ini

akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa : berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning,

cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba : cairan berwarna putih yang keluar setelah 2 minggu,

terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

c. Endometrium

Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi


plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat

pelepasan desidua dan selaput janin.

d. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7

hari hanya dapat dilalui 1 jari.

e. Vagina

Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada

minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil,

yang dalam proses pembentukan berubah menjadi kurunkulae

mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

f. Payudara.

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis :

1) Produksi susu

2) Sekresi susu

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru

lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak

ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan


prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan,

efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.(17)

g. Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk

gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi

penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan

kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses

pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.(16)

4. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas(16)

a. Talking In period. Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih

pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu

lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.

b. Taking Hold Period . Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat

sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting Go Period. Dialami setelah tiba dirumah secara penuh

merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab

sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat

tergantung dari kesehatan sebagai ibu.


5. Tujuan Asuhan Nifas

Tujuan dari asuhan kebidanan pada masa nifas :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk apabila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi

sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB.(16)

Standar Pemberian Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Paling

sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu

dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-

masalah yang terjadi dalam masa nifas.

a. Kunjungan pertama dilakukan pada waktu 6-8 jam setelah persalinan.

Tujuannya :

1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.

2) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang

pencegahan masa nifas dari atonia uteri.

3) Pemberian ASI pada masa awal.

4) Menjaga kehangatan bayi.

b. Kunjungan kedua dilakukan 2-6 hari post partum. Tujuannya :

1) Memastikan involusi uteri berjalan normal.

2) Menilai tanda-tanda infeksi atau kelainan pasca persalinan.


3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit.

4) Memberikan konseling pada ibu menegenai asuhan pada bayi, cara

perawatan tali pusat, dan menjaga kehangatan bayi.


c. Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu post

partum. Tujuannya sama seperti yang dilakukan enam hari post partum.

d. Kunjungan keempat dilakukan pada 6 minggu post partum.

Tujuannya yaitu untuk menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang

dialami atau bahaya, dan memberikan konseling untuk KB dini.

6. Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan pervaginam.

b. Pengerluaran darah dan cairan yang berbau busuk.

c. Infeksi masa nifas.

d. Sakit kepala terus menerus.

e. Nyeri epigastrik.

f. Penglihatan kabur.

g. Demam.

h. Muntah.

i. Payudara yang berubah menajdi merah, panas, bengkak, terasa sakit.

j. Kehilangan nafsu makan pada waktu yang lama.

k. Rasa sakit, merah, bengkak pada kaki/betis.

l. Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan

diri sendiri.(17)
B. Laktasi

1. Manajemen Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang

dimaksud dengan manajemen laktasi ialah suatu upaya yang dilakukan oleh

ibu, ayah dan keluarga, untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang

lingkup pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,

setelah persalinan dan masa menyusui bayi.(7)

Berikut penjelasan ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi :(7)

a. Masa Kehamilan

1) Mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi

ibu dan bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula.

2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh, kehamilan, dan kondisi puting

payudara.

3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan

hingga siap menyusui. Tindakan ini dimaksudkan agar ibu mampu

memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makanan tambahan

sejak kehamilan trimester kedua. Makanan tambahan yang dibutuhkan

saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi

sebelum hamil.
5) Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga,

termasuk mendapatkan dukungan suami yang dapat memberikan rasa

nyaman kepada ibu.

b. Masa Persalinan

1) Bayi harus mendapat cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara

menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan

bayi pada payudara ibu.

2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24

jam pertama.

c. Masa Nifas

1) Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu

harus menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama setelah

bayi lahir.

2) Ibu mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusui

agar bayi tumbuh sehat. Ibu memerlukan makanan 1 ½ kali lebih

banyak dari biasanya.

3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatan. perlu ketenangan

pikiran, serta menghindari kelelahan yang terlebih agar produksi ASI

tidak terhambat.

4) Ibu mengikuti petunjuk petugas kesehatan bila ada permasalahan

yang terkait proses menyusui. (8)

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui

selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar
sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama menurut IDAI

(2013), antara lain:

a. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama

dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif

dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan

tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking refleks) sangat kuat

pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi caisar juga dapat

melakukan hal ini (bila kondisi ibu saar, atau bila ibu telah bebas dari

efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir

dengan membiarkan bayi diletakan didada ibu sehingga terjadi kontak

kulit dengan kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu

dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran

ASI, membantu ikatan bating (bounding)ibu dan bayi serta

perkembangan bayi.

b. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi

anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula)

yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui.

Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,

menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi.

c. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan puting dengan sendirinya.

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari


payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik

meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.(8)

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi

berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan

perlekatan yang tidak baik. Pisoso dasar menyusui terdiri dari posisi badan

ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu

(perlekatan/attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi

duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap

payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel

dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh

bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar

dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan

punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas,

lalu masukan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya.

Masukan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya

sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding areola bagian atas.

Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan

puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi. (8)

Persiapan laktasi yang dapat dilakukan seperti perawatan payudara,

persiapan mental dan fisik yang cukup membuat proses menyusui menjadi

mudah dan menyenangkan. Payudara adalah sumber ASI yang merupakan


makanan utama bagi bayi, yang perlu diperhatikan dalam persiapan laktasi

menurut Stoppard dan Miriam (2002) adalah :

a. Bra harus sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong

payudara dari bawah, bukan menekan dri depan.

b. Sebaliknya ibu hamil masuk dalam kelas “bimbingan persiapan

menyusui”.

c. Penyuluhan (audio-visual) tentang

1) Keunggulan ASI dan kerugian susu botol

2) Manfaat rawat gabung

3) Perawatan bayi

4) Gizi ibu hamil dan menyusui

5) Keluarga berencana, dll

d. Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan

keyakinan dalam keberhasilan menyusui

e. Pelayanan pemeriksaan payudara dan senam hamil

f. Persiapan psikologis untuk ibu menyusui berupa sikap ibu dipengaruhi

oleh faktor-faktor :

1) Adat istiadat/kebiasaan/kebiasaan menyusui didaerah masing-masing.

2) Pengalaman menyusui sebelum/pengalaman menyusui dalam

keluarga/tidak.

3) Pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan yang diinginkan atau

tidak

4) Dukungan dari tenaga kesehatan, teman atau kerabat dekat.


Langkah-langkah dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk

menyusui :

a. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses

dalam menyusui bayinya, menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan

menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil

menjalaninnya. Bila ada masalah, petugas kesehatan akan menolong

dengan senang hati.

b. Keyakinan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu botol/formula

c. Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai

pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga

lain.

d. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam

keluarga, ibu harus dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan

bayinya, sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga.

e. Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan tenaga kesehatan

harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu

ibu sehingga keraguan atau ketakutan untuk bertanya tantang masalah

yang dihadapinya.

f. Perawatan payudara sebelum melahirkan (Prenatal Breast Care)

bertujuan memelihara hygiene payudara, melenturkan atau menguatkan

puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk ke

dalam (retracte nipple).(9)


Selain mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani pola hidup sehat, ada

dua hal penting lain yang perlu dilakukan ibu agar sukses menyusui :

a. Tumbuhkan Niat. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI

eksklusif bagi sang buah hati. Niat ini harusnya sudah tertanam kuat jauh

hari sebelumnya, yakni sejak si kecil masih berada dalam kandungan ibu.

Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terbaik bagi

bayinya. Dengan niat bulat, ibu akan berpikir optimis. Dari situ terbentuk

energi positif yang akan memengaruhi kesiapan semua organ-organ

menyusui sehingga ASI pun mengalir lancar. Jika ibu yakin bisa

menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.

b. Hilangkan Stres. Buang jauh-jauh semua pikiran negatif tentang ASI dan

menyusui. Yakinlah, setiap ibu pasti bisa menyusui dan bayi tidk akan

pernah kekurangan ASI. Di sisi lain, ibu juga tak boleh terlalu

bersemangat untuk memberikan ASI, karena sikap berlebihan ini

(euforia) akan mengganggu sistem metabolisme produksi susu sehingga

ASI yang keluar justru jadi seikit. Bila ada masalah, ibu dianjurkan

berkonsultasi ke klinik laktasi.(9)

2. Anatomi Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,

diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk

nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang

beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui

800 gram.(10) Pada payudara terdapat tiga bagian utama :


a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

b. Areola, yaitu bagian yang kehitamam di tengahh.

c. Papila atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. (10)

3. Proses Terbentukya ASI

Pengeluaran ASI merupakan interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan

hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Produksi air susu ibu (prolaktin).

b. Pengeluaran air susu ibu (oksitosin).

c. Pemeliharaan air susu ibu.

Produksi air susu ibu/prolaktin. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin

merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini

memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini

dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada

akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progeteron beransur-

angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya

prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi, dan

dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi. Namun, ibu perlu

memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-

benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari. Hal ini

cukup efektif digunakan sebagai metode kontrasepsi yang lebihreliabel

untuk diterapkan apabila ingin menghindari kehamilan.(11)


Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing-masing

berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu: refleks

prolaktin dan refleks let down.

a. Refleks Prolaktin. Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir

kehamilan hormon prolaktin memegang peran penting dalam proses

pembuatan kolostrumnya masih terbatas, karena aktivitas prolaktin

dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggu.

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang fungsinya untuk membuat

air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan normal kembali

tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Setelah anak

selesai disapih, maka tidak akan ada peningkatan prolaktin. Walaupun

ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu

yang menyusui, prolaktin akan meningkar dalam keadaan-keadaan

seperti:

1) Stres atau pengaruh psikis.

2) Anastesi.

3) Operasi.

4) Rangsangan puting susu.

5) Obat-obatan trangulizer hipotalamus seperti klorampromazim dan

fenotiazid.

b. Refleks Let Down

Bersamaan dengan pembetukan prolaktin oleh hipofisis, rangsangan

yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan neurohipofisis yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Oksitosin yang sampai pada alveoli

akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras

air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus

yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke

mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:

1) Melihat bayi

2) Mendengarkan suara bayi

3) Mencium bayi

4) Memikirkan untuk menyusui bayi.

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernam oksitosin

membuat ASI mengalir dalam alveoli, memalui saluran susu (ducts/milk

canals) menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu

kedalam mulut bayi. Hormon yang berhubungan dengan laktasi atau

menyusui disebut laktogen. Laktogen berfungsi untuk merangsang

kelenjar susu memproduksi air susu pada ibu sesudah melahirkan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI :(12)

a. Faktor Menyusui

1) Awal yang tertunda. Bila bayi tidak dimulai menyusu pada hari

pertama, ASI ibu mungkin lebih lama keluarnya, dan bayi lebih lama

untuk memulai pertambahan berat badan.


2) Menyusui Tidak Sering. Menyusui kurang dari 8 kali sehari dalam 4

minggu pertama, atau kurang dari 5-6 sehari untuk bayi yang lebih

tua, adalah sebab umum mengapa bayi tidak mendapat cukup ASI.

Kadang ibu tidak merespon bayinya menangis, atau melewatkan

waktu menyusui, karena terlalu sibuk bekerja. Beberapa bayi sangat

tenang dan tidak menunjukan bahwa ia lapar. Dalam kondisi seperti

ini, ibu sebaiknya tidak menunggu bayi meminta, tapi sebaiknya

membangunkan bayi setiap 3-4 jam.

3) Tidak Menyusui di Malam Hari. Bila ibu berhenti menyusui di malam

hari sebelum bayinya siap, pasokan ASI mungkin menurun.

4) Menyusui dalam Waktu Singkat. Menyusui terlalu singkat atau

terburu-buru, sehingga bayi tidak mendapat cukup susu akhir yang

kaya zat lemak. Kadang ibu melepaskan bayi dari payudaranya setelah

hanya satu atau dua menit.

5) Pelekatan Tidak Baik. Bayi menyusui secara tidak efektif, bisa

menyebabkan bayi tidak cukup ASI.

6) Botol dan Empeng. Bayi yang diberi botol atau empeng mungkin

lebih sedikit menyusu kepayudara, sehingga pasokan ASI menurun.

7) Makanan Pendamping. Bayi yang mendapatkan makanan pendamping

seperti, susu formula, makanan padat, atau minuman termasuk air

putih sebelum usia 6 bulan akan lebih seikit menyusu payudara,

karena itu produksi ASI menurun. (12)

b. Faktor Ibu
1) Faktor Psikologis

a) Kurang Percaya Diri. Ibu yang sangat muda, atau yang kurang

mendapat dukungan dari keluarga, teman sering kurang percaya

diri.

b) Khawatir atau Stres. Bila ibu khawatir atau stress atau sedang sakit,

refleks oksitosinnya mungkin untuk sementara tidak bekerja

dengan baik.

c) Tidak Senang Menyusui. Dalam situasi ini, ibu kesulitan merespon

bayinya. Ibu tidak memluk bayinya cukup dekat untuk melekat

dengan baik, mungkin tidak sering menyusu atau waktunya

sebentar.

2) Kondisi Fisik

a) Pil Kontrasepsi. Pil kontrasepsi yang mengandung estrogen

mengurangi produksi ASI. Pil yang hanya mengandung

progesteron dan deponya tidak akan mengurangi pasokan ASI.

b) Kehamilan.

c) Malnutrisi Berat. Ibu dengan malnutrisi berat menghasilkan lebih

sedikit ASI. Akan tetapi, ibu yang kekurangan gizi tingkat ringan

atau sedang tetap menghasilkan ASI walaupun kecukupan untuk

gizinya kurang, asal bayi cukup sering menghisap.

d) Alkohol dan Rokok. Alkohol dan rokok dapat mengurangi jumlah

ASI yang diperoleh bayi.


e) Potongan plasenta yang tertinggal. Ini jarang terjadi. Sebagian kecil

plasenta tertinggal didalam rahim, dan memicu hormon yang

menghambat produksi ASI. Ibu mengalami perdarahan pascasalin

yang lebih dari biasanya, rahimnya tidak mengecil, dan ASI tidak

keluar.

f) Perkembangan payudara tidak bagus. Kadangkala payudara ibu

tidak berkembang dan bertambah ukurannya selama kehamilan,

dan payudara tidak menghasilkan cukup ASI. Namun, hal ini

sangat jarang terjadi.

c. Faktor Bayi

1) Penyakit. Bayi yang sakit dan tak mampu menyusui dengan kuat

tidak bisa mendapat ASI yang cukup. Jika keadaan ini berlanjut,

pasokan ASI ibu akan menurun.

2) Cacat Bawaan. Bayi yang mengalami kelainan bawaan, seperti

kelainan jantung, mungkin gagal menambah berat badan. Hal ini

disebabkan bayi hanya mampu mengambil seikit ASI, dan sebagian

karena efek lain dari kondisinya tersebut. (12)

5. Upaya Memperbanyak ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat

dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk

tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian,

tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya

takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan sebagainya. Dilain pihak, ada
juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya

ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.(10)

Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan

pengeluaran ASI dippengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan

oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan

dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang

dihasilkan juga banyak.(10)

Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin

yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting

susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI.

Hotmon pksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Sebab,

kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai,

rasa aman, ketenangan, dan rileks. Hal-hal yang mempengaruhi produksi

ASI :

1. Makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan

gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan

dengan lancar.

2. Ketenangan Jiwa dan Pikiran. Untuk memproduksi ASI yang baik,

maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis

ibu yang tertekan, sedih, dan tegang akan menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan Alat Kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu

menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI.

Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil

khusus menyusui, dan suntik hormonal 3 bulanan.

4. Perawatan Payudara. Perawatan payudara bermanfaat merangsang

payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon

prolaktin dan oksitosin.

5. Anatomi Payudara. Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi

produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis

papila atau puting susu ibu.

6. Faktor Fisiologi. ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin

yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

7. Pola Istirahat. Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran

ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.

8. Faktor Isapan Bayi. Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu,

maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,

frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda.

Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan

optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan

pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi

prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan

frekuensi menyusu 3-10 kali per hari selama 2 mminggu pertama


setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari

pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini

berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar

payudara.

9. Berat Lahir Bayi. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai

kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan bayi yang

berat lahir normal. Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini

meliputi frekuensi dan lama penyusun yang lebih rendah daripada bayi

yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi

prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

10. Umur Kehamilan Saat Melahirkan. Umur kehamilan dan berat lahir

mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir

prematur sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup

bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat

disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi

organ.

11. Konsumsi Alkohol dan Rokok. Merokok dapat mengurangi volue ASI

karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk

produksi ASI. Merokok menstimulasi pelepasan adrenalin dimana


adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Konsumsi alkohol

juga dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin.(10)

C. Hypnobreastfeeding

1. Pengertian Hypnobreastfeeding

Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata yaitu hypno = hipnosis yang

artinya adalah suatu kondisi nirsadar yang terjadi secara alami , dimana

seseorang menjadi mampu menghayati pikiran dan sugesti tertentu untuk

mencapai perubahan psikologis, fisik maupun spiritual yang diinginkan,

untuk diketahui, pikiran bawah sadar (subconsius mind)berperan 82%

terhadap fungsi diri. Sedangkan breastfeeding artinya menyusui. Jadi,

proses menyusui dapat berlangsung nyaman karena ibu merekam pikiran

bawah sadar bahwa menyusui adalah proses alamiah dan nyaman. Dasar

hypnobreastfeeding adalah relaksasi yang dicapai bila jiwa raga berada

dalam kondisi tenang. Adapun timbulnya suasana relaksasi dapat didukung

oleh ruangan/suasana tenang, menggunakan musik untuk relaksasi,

ditambah aromaterapi, panduan relaksasi otot, napas dan pikiran.(18)

2. Keuntungan dan Manfaat Hypnobreastfeeding

Keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan

hipnosis dalam hypnobreastfeeding adalah sebagai sarana relaksasi,

biayanya relatif rendah karena tanpa penggunaan obat-obatan, metode

yang digunakan relatif sederhana sehingga mudah dipahami dan

dipraktekkan oleh orang banyak, termasuk subjek, dapat dilakukan sendiri


oleh subjek (ibu menyusui) dan cukup dibantu oleh satu terapis (bidan),

dapat menyehatkan unsur tindakan, prilaku, hasrat, semangat, motivasi,

inisiatif, kebiasaan buruk, dan lain-lain, serta mempersiapkan ibu agar

berhasil pada masa menyusui dan mempersiapkan bayi menjadi generasi

yang sehat, cerdas dan kreatif.(5)

3. Syarat Melakukan Hypnobreastfeeding

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melakukan

hypnobreastfeding adalah mempersiapkan secara menyeluruh tubuh,

pikiran dan jiwa agar proses pemberian ASI sukses. Meniatkan yang tulus

dari batin untuk memberi ASI eksklusif pada bayi yang kita sayangi dan

yakin bahwa semua ibu, bekerja atau dirumah, memiliki kemampuan

untuk menyusui/memberi ASI pada bayinya. Kegiatan dimulai dngan

memberi sugesti positif. Contoh kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya

“ASI saya cukup untuk bayi saya sesuai dengan kebutuhanya” atau “Saya

selalu merasa tenang dan rileks saat mulai memerah”. Kalimat sugesti juga

dapat diberikan oleh suami. Tujuan afirmasi positif tersebut adalah untuk

menjadikan aktivitas menyusui sebagai kegiatan yang mudah, sederhana

dan menyenangkan. Kita harus menyiapkan suasana yang benar-benar

nyaman. Hypnobreastfeeding juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk

mempersiapkan ASI eksklusif buat sang buah hati.(14)

4. Tahapan Relaksasi

Teknik hypnobreasfeeding sama dengan teknik hypnobreastfeeding

karena juga melibatkan pikiran bawah sadar dengan cara mengistirahatkan


alam sadar melalui teknik relaksasi. Tekik relaksasi dalam

hypnobreastfeeding terdiri atas tiga tahap yaitu:

a. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai telapak

kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada,

perut, pinggul, sampai kedua kaki. Caranya bisa dengan

membayangkan otot-otot menjadi relaksasi.

b. Relaksasi nafas. Zaman sekarang orang-orang rentan mengalami stress.

Stress karena dituntut untuk melakukan segala sesuatu serba cepat dan

terburu-buru. Apalagi, perempuan yang memiliki peran ganda sebagai

seorang ibu sekaligus wanita karier. Untuk mencapai kondisi relaks

adalah dengan cara tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan

keluar pelan-pelan melalui hidung dan hembuskan keluar pelan-pelan

melalui hidung atau mulut (fokuskan pernafasan di perut). Lakukan

selama beberapa kali sampai ketehangan mengendur dan berangsur

hilang.

c. Relaksasi pikiran. Seringkali pikiran seorang berkelana jauh dari

raganya. Untuk itu, belajarlah memuaskan pikiran agar berada ditempat

yang sama dengan raga. Salah satu cara dengan berdiam diri atau

meditasi dengan mengosongkan pikiran dan memejamkan mata dengan

napas yang lambat, mendalam dan teratur selama beberapa saat.setelsh

otot-otot rileks, nafas teratur, serta pikiran tenang, baru dilakukan sesi

hypnobreastfeeding.(14)
Ibu-ibu menyusui juga bisa melakukan hypnobreasfeeding dirumah,

caranya mudah, masuklah ke dalam ruangan yang tenang, nyalakan musik

khusus untuk relaksasi, sediakan aromaterapi, dan ikuti panduan relaksasi

otot, napas, dan pikiran yang telah dipelajari sebelumnya, baru melakukan

afirmasi yang positif. Pikiran bawah sadar secara otomatis akan

membimbing untuk melakukan atau memikirkan hal-hal tertentu, misalnya

yakin bahwa kita bisa menyusui dan ASI akan mengalir deras. Cara lain

yang sederhana adalah dngan mendengarkan suara bayi serta perhatian

alur napasnya. Juka hal tersebut dilakukan secara teratur, akan

menimbulkan bonding dan selanjutnya memicu tubuh untuk menghasilkan

hormon endorfin (hormon pembawa rasa senang dan tenang) sehingga

tubuh merasa rileks.(14)

5. Pikiran, Tubuh dan ASI

Produksi ASI tergantung pada dua faktor yaitu faktor fisiologi dan

psikologis. Kondisi stres dan kesibukan sehari-sehari dapat

mempengaruhi produksi ASI. Jadi pikiran bisa mempengaruhi sistem

didalam tubuh. Hypnobreastfeeding merupakan cara yang bagus untuk

mendorong pola pikir dalam menyusui yang tepat. Beberapa studi

penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI terlindungi dari

sebagian besar penyakit anak-anak dan memiliki perkembangan otak

lebih baik. Selain itu wanita yang menyusui memiliki resiko lebih

rendah dari kanker payudara, kanker ovarium dan bahkan patah tulang

panggul (akibat osteoporosis) di kemudian hari. Jadi menyusui


merupakan simbiosis mutualisme antara bayi dan ibu dimana bisa

saling menguntungkan. Penelitian Kusmiyati dan Heni (2014) di

Yogyakarta menemukan bahwa hypnobreastfeeding menurunkan

tingkat kecemasan pada ibu menyusui yaitu dengan skor pre

eksperimen 8,44 menjadi 1,41 pada saat post eksperimen. Dalam

penelitian tersebut juga ditemukain bahwa pengeluaran ASI terjadi pada

13,07 jam pada pasien yang dilakukan hypnobreastfeeding, sedangkan

yang non hypnobreastfeeding pengeluaran ASI terjadi 18,43 jam.(14)

6. Menyusui dan Relaksasi

Relaksasi yang dalam dan teratur menbuat sistem endokrin, aliran

darah, persyarafan dan sistem lain di dalam tubuh anda akan berfungsi

lebih baik. Sikap positif sangatlah penting untuk seperti merasa tenang

dan rilcks selama menyusui. Pada saat ibu rileks dikala menyusui maka

hormon endorphine yang diproduksi ibu pun akan mengalir ke bayi

melalui ASI, dan ini membuat bayi akan merasakan kenyamanan,

ketenangan yang ibu rasakan. Relaksasi hypnobreastfeeding mampu

menghadirkan rasa santai, nyaman dan tenang selama menyusui dengan

demikian maka seluruh sistem di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih

sempurna sehingga proses menyusui pun menjadi proses yang penuh


(13)
arti dan menyenangkan baik bagi ibu dan bayi. Bahkan

hypnobreastfeeding mampu membantu ibu yang mengalami kesulitan

kesulitan saat menyusui juga dapat membuat ibu mampu untuk

relaksasi. Dengan demikian produksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi


sampai usia 6 bulan. Kemudian bayi tetap menyusui hingga beruur dua

tahun karena otak bayi mengalami perkembangan paling pesar di usia

tersebut.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

PADA NY.D 24 TAHUN P1A0 POSTPARTUM 4 HARI FISIOLOGIS

Hari, tanggal Pengkajian : Selasa, 21 Desember 2021

Waktu Pengkajian : 11.10 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Watubelah

Pengkaji : Muza Baturrohmah

DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Istri Suami

Nama Ny. D Tn. A

Umur 24 Tahun 30 Tahun

Pendidikan Perguruan Tinggi SMA

Pekerjaan Tidak Bekerja Wiraswasta

Agama Islam Islam

Golongan Darah O+ O+

Alamat Watubelah
2. Riwayat

Ibu datang bersama keluarga ke puskesmas untuk pemeriksaan setelah

melahirkan, mengeluhkan masih merasa nyeri saat BAK dan BAB dibagian

jahitan lukanya serta mengeluh hanya mengeluarkan ASI sedikit. Ibu

menarche pada usia 12 tahun, siklusnya teratur dengan ganti pembalut dua

sampai tiga kali perharinya, mengeluhkan sakit pada hari pertama sampai

ketiga saat menstruasi.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Ibu memiliki satu orang anak, lahir pada 17 Desember 2021, berjenis

kelamin perempuan, berat badan lahir 3900 gram, panjang badan 50 cm,

lingkar kepala 34 cm, lahir spontan normal di Poned. Tidak ada penyulit

ataupun komplikasi saat hamil, bersalin dan nifas sebelumnya. Ibu tidak

pernah keguguran. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin setelah melahirkan

pada 17 Desember 2021 adalah 9,3 gr/dl.

4. Riwayat Kesehatan

Saat ini maupun sebelumnya ibu dan keluarga tidak memiliki penyakit

jantung, penyakit diabetes mellitus, penyakit hipertensi, penyakit ginjal,

penyakit malaria, penyakit kelamin/AIDS maupun penyakit asma, alergi

serta tidak pernah gatal berlebih maupun keputihan berbau di area

selangkangan.

5. Status Sosial Ekonomi


Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan bapak, lamanya kurang

lebih satu tahun. Ibu senang dengan kelahiran bayinya. Namun, merasa
khawatir bagaimana cara merawat diri dan bayi selanjutnya. Ibu dan

keluarga merespon baik serta mendukung kehamilan ini. Ibu belum pernah

menggunakan alat kontrasepsi serta belum memiliki rencana untuk

menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan. Setiap hari ibu

berkegiatan mengurus keperluan rumah sendiri. Istirahat cukup dengan

mengikuti jadwal tidur bayi, makan sehari dua kali dengan menu bervariasi

tidak ada pantangan. Minum sehari kurang lebih sepuluh gelas. Sudah buang

air kecil sehari dua kali tetapi masih kesulitan BAK dengan posisi jongkok

lebih sering dengan berdiri. Sudah BAB sekali sehari. Selama nifas belum

pernah melakukan hubungan seksual. Ibu tidak merokok, dirumah tidak ada

perokok aktif. Ibu maupun orang dilingkungan ibu tidak ada yang

mengonsumsi alkohol ataupun obat terlarang, pengambilan keputusan

dipegang oleh ibu berdiskusi dengan suami.

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum = Baik.

2. Kesadaran = Cosposmentis.

3. Antropometri

a. Tinggi Badan = 168 cm

b. Berat Badan = 60,5 kg


4. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah = 120/80 mmHg c. Respirasi = 21 x/menit

b. Nadi = 81 x/menit d. Suhu = 36,6 oC

5. Kepala = Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan

abnormal.

6. Rambut = Hitam dan kulit kepala bersih.

7. Wajah = Simetris, bersih dan tidak ada oedema.

8. Mata = Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan jelas, refleks

pupil kanan dan pupil kiri positif.

9. Telinga = Simetris, bersih, tidak ada kelainan, tidak ada sekret abnormal, fungsi

pendengaran baik.

10. Hidung = Simetris, tidak ada polip atau peradangan serta tidak ada nyeri tekan.

11. Mulut = Simetris, bibir tidak pucat dan tidak kering, gusi merah muda, tidak ada

karies, gigi berlubang di geraham kedua bagian kanan.

12. Leher = Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembuluh limphe ataupun

vena jugularis, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri menelan.

13. Dada = Bentuk dan ukuran simetris, bunyi dan irama napas teratur, tidak ada bunyi

wheezing atau ronchi serta tidak ada retraksi dinding dada.

14. Payudara = Bentuk dan posisi simetris, tidak ada retraksi, puting menonjol,tidak ada

massa atau benjolan abnormal, tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada tanda dimpling, ASI sudah keluar serta tidak ada sekret

abnormal.

15. Abdomen = Simetris, bersih, tidak terdapat luka bekas operasi, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada benjolan abnormal, TFU pertengahan pusat dan

simpisis dan tidak ada diastasis rekti. Kandung kemih tidak penuh, kontraksi uterus

baik.
16. Ekstermitas

a. Atas = Simetris, bersih, jari lengkap, tidak ada nyeri tekan maupun odema,

gerakan lengan baik, kuku tidak pucat dan tidak cubing.

b. Bawah = Simetris, bersih, jari lengkap, tidak ada nyeri tekan maupun odema,

gerakan kaki baik, kuku tidak pucat dan tidak cubing, tidak ada varises, tidak ada

tanda homan pada kaki kanan dan kaki.

17. Vagina = Tidak ada pembengkakkan kelenjar bartolin atau skene, tidak ada varises,

cairan darah dari jalan lahir merah bercampur lendir (lokhea sanguinolenta), luka

jahitan bersih dan masih basah.

18. Anus = Tidak ada hemoroid.

19. Pemeriksaan Penunjang

Kadar Hemoglobin = 13,1 gr/dl.

ANALISA

Ny.D 24 Tahun P1A0 Postpartum 4 Hari Fisiologis

PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga

memahami atas hasil pemeriksaan.

2. Memotivasi ibu untuk terus makan tinggi serat dan minum 14 gelas sehri. Ibu akan

tetap melakukan sesuai anjuran.

3. Memotivasi ibu untuk tetap melanjutkan pemberian ASI saja sampai 6 bulan kepada

bayi. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

4. KIE alat kontrasepsi yang akan dipilih ibu. Ibu memilih menggunakan KB suntik.

5. Mengingatkan kembali cara menyusui yang benar. Ibu dapat melakukannya.

6. KIE mengenai senam kegel. Ibu mengerti dan dapat melakukannya.

7. KIE mengenai kapasitas lambung dan pengeluaran ASI. Ibu mengerti dan merasa lebih

tenang akan volume pengeluaran ASI nya.


8. KIE mengenai hypnobreastfeeding. Ibu mengetahui pengertian, manfaat dan cara

melakukan hypnobreastfeeding.

9. Meminta kesediaan ibu untuk diminta kunjungan rumah guna praktik

hypnobreastfeeding. Ibu menyetujui dilakukan pada 22 Desember 2021.

10. Memberitahu jadwal kunjungan nifas 7 hari kemudian atau kapan saja apabila ada

keluhan. Ibu memahami dan akan mengikuti sesuai dengan anjuran.

CATATAN PERKEMBANGAN I

Hari, tanggal Pengkajian : Rabu, 22 Desember 2021

Waktu Pengkajian : 09.30 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah Klien

Pengkaji : Muza Baturrohmah

DATA SUBJEKTIF

Ibu merasa masih linu dibagian luka jahitan, sudah BAB dan BAK. Ibu sudah

menyusui bayinya hanya dengan ASI. Ibu makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur,

lauk pauk. Ibu minum 14 gelas air putih sehari, istirahat malam mengikuti pola tidur

bayi. Ibu mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali

sehari. Dilingkungan tidak ada adat berbahaya bagi ibu nifas.

DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Emosional : Stabil

B. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Pernapasan : 19 x/menit

Suhu : 36,7 °C
A. Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,

2. Payudara : Payudara simetris, tidak ada dimpling, puting susu

menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri

tekan, pengeluaran ASI+.

3. Abdomen : Tidak ada luka parut bekas operasi, kontraksi

uterus kuat, TFU pertengahan pusat dan simpisis, kandung kemih tidak penuh..

4. Genitalia : Tidak ada pembengkakkan kelenjar bartolin atau skene,

tidak ada varises, cairan darah dari jalan lahir merah berlendir (lokhea

sanguinolenta), luka jahitan bersih dan masih basah.

ANALISA DATA

Ny.D 24 Tahun P2A0 Postpartum 5 Hari Fisiologis

PENATALAKSANAAN

11. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga

memahami atas hasil pemeriksaan.

12. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan hypnobreastfeeding. Ibu menyetujuinya.

13. Mempersiapkan kondisi ruangan. Ruangan sudah disiapkan.

14. Memandu ibu untuk hypnobreastfeeding selama 12 menit. Ibu merasa lebih tenang

dan nyaman serta merasa penuh pada bagian ASI.

15. Memotivasi ibu untuk melakukan hypnobreastfeeding menggunakan video yang

diberikan. Ibu akan tetap melakukan sesuai anjuran.

16. Mengingatkan jadwal kunjungan nifas minggu depan atau apabila ada keluhan. Ibu

memahami dan akan mengikuti sesuai dengan anjuran.


BAB IV

PEMBAHASAN

Anamnesa dilakukan penulis dilakukan pada tanggal 21

Desember 2021 di Puskesmas Watubelah, klien menyatakan bahwa usianya sekarang 24

tahun. Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita dengan usia 20-35 tahun.

Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah

komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan insiden preeklampsia dan usia diatas 35

tahun meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang

lama pada nulipara, seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan

kematian janin.(16) Jadi, jika melihat dari kasus Ny.D masuk kedalam kategori usia yang

aman untuk hamil.

Keluhan Utama dikaji untuk menegtahui alasan atau keluhan utama yang membuat

pasien datang berhubungan dengan kehamilannya.(16) Berdasarkan keluhan utama yang

dilanjutkan dengan pertanyaan lainnya, maka bidan dapat memperkirakan kearah mana

keluhan pasien, selanjutnya dokter akan menentukan pemeriksaan penunjang apa yang

diperlukan (pemeriksaan laboratorium apa yang diperlukan, apakah juga perlu

pemeriksaan radiologi dan lain sebagainya) untuk memastikan diagnosa yang pernah

diperkirakan. Ny.D mengeluhkan masih merasa nyeri saat BAK dan BAB dibagian jahitan

lukanya serta mengeluh hanya mengeluarkan ASI sedikit., masalah ini di tatalaksanai oleh

penulis dengan mengedukasi dan menuntun ibu melakukan metode hypnobreastfeeding

dan senam kegel. Salah satu pertimbangan pengkaji memberikan metode ini kepada ibu

didasarkan dari ibu berusia dalam batas aman, tidak memiliki komplikasi dan penyakit

serta tidak memiliki gangguan kognitif berat maupun psikotik.

Riwayat Menstruasi dikaji ntuk memperkirakan gambaran tentang keadaan dasar organ

reproduksi klien.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu dikaji untuk mengetahui kejadian

masa lalu ibu mengenai masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Komplikasi pada

kehamilan, persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah potensial yang

kemungkinan akan muncul pada nifas kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan

indikasi untuk memperkirakan tindakan pada masa nifas.(16) Ny.D memiliki riwayat

kelahiran satu anak, lahir pada 17 Desember 2021, berjenis kelamin perempuan, berat

badan lahir 3900 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lahir spontan normal

di Poned. Tidak ada penyulit ataupun komplikasi saat hamil, bersalin dan nifas

sebelumnya. Ibu tidak pernah keguguran. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin setelah

melahirkan pada 17 Desember 2021 adalah 9,3 gr/dl. Atas dasar kekurangan kadar

kemoglobin saat melahirkan maka dilakukanlah pemeriksaan kadar kemoglobin saat nifas.

Ny.D memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan Darah 120/80

mmHg, respirasi = 21 x/menit, nadi = 81 x/menit, suhu = 36,6 oC. Rentang tekanan

darah normal pada orang dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg, tetapi bervariasi

tergantung usia dan variable lainnya. WHO menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥

160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa sehat yang tidak hamil

memiliki kisaran denyut jantung 70 denyut per menit dengan rentang normal 60-100

denyut per menit. Nilai normal untuk suhu per aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3°

C. Pernapasan orang dewasa normal adalah antara 16-20 ×/menit.(16)

Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit.

Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan

merencanakan perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis,

mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi,

palpasi, auskultasi, dan perkusi). Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari

pemeriksaan tanda vital (suhu, denyut nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah),

pemeriksaan fisik head to toe, dan pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem

kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen, neurologi,


reproduksi, dan perkemihan). Pada pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan jelas. Hal ini menunjukkan ibu

tidak mengalami anemia dan preeklampsia sesuai dengan teori bahwa Pemeriksaan sklera

bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal berwarna putih. Sedangkan

pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia. Konjungtiva yang

normal berwarna merah muda.(16) Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap

pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya pre-eklampsia. Pemeriksaan payudara dimaksudkan selain mengecek ada

tidaknya penyakit juga untuk menilai kesiapan ASI pada ibu. Payudara menjadi lunak,

membesar, vena-vena di bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan

tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada permukaan kulit

payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan adanya

benjolan dan mengecek pengeluaran ASI. Puting payudara ibu menonjol dan bersih dari

hal ini dapat disimpulkan bahwa ibu akan lebih mudah memberikan ASI pada bayi.

Pada pemeriksaan tinggi fundus didapatkan TFU ibu berada diantara simpisis dan

pusat, kandung kemih tidak penuh, tidak ada diastasis rekti dan kontraksi uterus baik serta

pada pemeriksaan vagina didapatkan Tidak ada pembengkakkan kelenjar bartolin atau

skene, tidak ada varises, cairan darah dari jalan lahir merah bercampur lendir (lokhea

sanguinolenta), luka jahitan bersih dan masih basah. Hal ini sudah sesuai dengan teori

dimana

Involusi TFU Berat Uterus

Setinggi pusat, 2 jari dibawah


Bayi lahir 1.000 gr
pusat.

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gram


Perkembangan warna lochea tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

1) Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua,

verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Lochea ini akan keluar selama 2 sampai

3 hari postpartum.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke

3-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa : berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning, cairan tidak

berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba : cairan berwarna putih yang keluar setelah 2 minggu, terdiri atas

leukosit dan sel-sel desidua (2)

Tatalaksana menanggapi keluhan masih nyeri dalam BAB dan BAK dapat dilihat dari

sisi psikologis ibu dimana ini adalah pengalaman nifas pertama kali klien. Maka hal ini

dapat dibantu dengan meningkatkan kepercayaan bahwa nyeri tersebut tidak berbahaya

hanya sebuah proses dari penyembuhan luka serta dapat dibantu dengan latihan senam

kegel. Senam kegel adalah senam dasar panggul yang bertujuan untuk memperkuat otot-

otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal. Pada saat nifas senam kegel dapat

membantu atau mempercepat penyembuhan luka robekan perineum. Penyembuhan luka

jahitan perineum dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah suplai darah yang

mengandung O2 dan nutrien ke jaringan luka. Kontraksi dan relaksasi yang dihasilkan dari

senam kegel dapat meningkatkan suplai darah ke jaringan yang luka tersebut. (18) Hal ini

dibuktikan dengan hasil penelitian dari ke-24 sampel pada evaluasi ke-I, didapat kelompok

I sebanyak 10 orang sedangkan kelompok II hanya 4 orang yang menunjukkan tampilan

perineum normal. Dan pada evaluasi ke-II pada kelompok I seluruh sampel (12 orang)

sedangkan pada kelompok II hanya 8 orang yang menunjukan tampilan perineum normal.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi sebesar 0,742 dengan nilai p value

sebesar 0,006 dan nilai p value < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara senam kegel
dengan penyembuhan luka jahitan perineum. Analisis uji komparasi, berdasarkan hasil

perhitungan statistik diperoleh nilai Z Mann-Whitney sebesar -2,611 dengan nilai P

sebesar 0,020. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P (0,020) < 0.05, maka

hipotesis nol ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu postpartum normal yang melakukan senam

kegel dengan yang tidak melakukan senam kegel.(18)

Penatalaksanaan atas keluhan lain ibu dimana ibu mengeluh pengeluaran ASI nya

sedikit dengan memberikan KIE mengenai kapasitas lambung dan pengeluaran ASI.

Sesuai dengan teori pada hari pertama lambung bayi masih berukuran sangat kecil seperti

buah ceri. Bayi hanya mampu menampung setidaknya 5 – 7 mililiter ASI atau setara

dengan 1 sendok teh lebih. ASI pertama yang keluar dari payudara ibu disebut kolostrum.

Cairan tersebut banyak mengandung nutrisi, protein, gizi dan karbohidrat tinggi yang

sangat diperlukan bayi. Hari 3 – 6, produksi ASI sudah mulai banyak. Ukuran lambung

bayi juga telah membesar seperti kacang kapri. Ibu akan menghasilkan 22 – 27 mililiter

ASI atau setara dengan 3 sendok teh. Pemberian ASI juga lebih sering, karena kebutuhan

nutrisinya juga bertambah.(16)

Penatalaksanaan atas kurangnya produksi ASI juga dilakukan dengan

hypnobreastfeeding. Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi membantu

kelancaran proses menyusui secara holistik yang memperhatikan mind, body and soul ibu

menyusui. Hypnobreastfeeding membuat ibu lebih rileks, tenang, dan nyaman selama

menyusui sehingga muncul umpan balik positif yaitu peningkatan pelepasan oksitosin dan

prolaktin oleh hipofisis.(19) Pemberian hypnobreastfeeding guna memperlancar

pengeluaran ASI dilandasi dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh

hypnobreastfeeding terhadap kecukupan ASI pada bayi di Puskesmas Kahuripan

Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, terbukti dengan tingkat signifikansi (ρvalue)

0,020.(20) dilandasi juga oleh penelitian lain dimana responden selalu datang rutin untuk
mendapatkan teknik hypnobreastfeeding. Teknik ini jika dilakukan secara teratur, akan

menimbulkan bonding dan selanjutnya memicu tubuh untuk menghasilkan hormon

endorfin (hormon pembawa rasa senang dan tenang) sehingga tubuh merasa rileks.(21)

Penelitian lain juga mengatakan Rata-rata produksi ASI sebelum hypnobreast-feeding

setiap hari mengalami fluktuatif yang tidak menentu sedangkan setelah

hypnobreastfeeding terjadi peningkatan secara konstan.(22)

Pemberian hypnobreastfeeding juga dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat

kecemasan ibu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Araujo, et al (2016)

bahwa relaksasi efektif menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil dengan risiko

tinggi setelah diterapkan relaksasi salama 5 hari yang dinilai tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah dilakukan rileksasi.(23)

Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Toosi et al (2014) dengan hasil bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kecemasan ibu antara kelompok yang

diberikan intervensi relaksasi dengan yang tidak diberikan intervensi, dengan nilai p 0.017.
(24)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan nifas disertai metode komplementer

pada Ny.D 24 Tahun Di Puskesmas Watubelah dimulai dari tahap pengkajian,

menentukan diagnosa, melakukan penatalaksanaan sekaligus evaluasi tindakan yang

dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta mendokumentasikannya dalam bentuk

catatan SOAP, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny.D Pada pelaksanaan

pengambilan data subjektif penulis tidak mengalami hambatan, hal ini didukung

oleh respon positif dan kooperatif dari ibu dan keluarga serta tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktik.

2. Senam kegel dapat meningkatkan perasaan percaya diri ibu dalam pemulihan luka

jahitan perineum.

3. Metode hypnobreastfeeding mengurangi kecemasan dan memperlancar produksi

ASI pada Ny.D sesuai dengan teori.

B. Saran

1. Bagi Klien dan Keluarga

Agar dapat mengikuti arahan intervensi guna membantu proses menyusui

menjadi lebih nyaman dan lancar.

2. Bagi Bidan

Bagi bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan untuk menerapkan

metode hypnobreastfeeding guna membantu para klien nifas dalam membantu

proses menyusui serta mengganti intervensi farmakologis karena memiliki efek


samping dengan intervensi non farmakologis menggunakan metode

hypnobreastfeeding.

3. Bagi Institusi

Hendaknya lebih memfasilitasi pengadaan referensi metode hypnobreastfeeding.

Serta memberikan pelatihan bagi mahasiswa akan metode komplementer seperti

metode hypnobreastfeeding.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. info DATIN (Pusat Data dan Informasi Kementrian RI). Kementeri

Kesehat RI. 2018;1–7.

2. Cunningham FG, Bangdiwala S, Brown SS, Dean TM, Frederiksen M R, Al. E. NIH

consensus development conference statement: Vaginal birth after cesarean: New

insights. Obstetric & Gynecology. 2010. 115 (6): 1279-1295.

3. Kesehatan P, Provinsi BJ. Profil Kesehatan Provinsi Barat Jawa 2018. In 2018.

4. Aprillia Y. Hypnobreasfeeding.
5. Aprilia T dkk. Pembangunan Berbasis Masyarakat: Acuan bagi pratisi, akademis, dan

pemerhati pengembangan masyarakat. Bandung: Alfabeta; 2014.

6. Lubis R, Siregar Y, Irianti E. Efektifitas Hypnobreastfeeding Pada Ibu Menyusui

Terhadap Kecukupan Asi Pada Bayi Usia ≤ 3 Bulan Di Praktik Mandiri Bidan Risma

Dan Praktik Mandiri Bidan Sri Armila Deli Serdang Tahun 2018. Anat Med J | Amj.

2020;3(1):1.

7. Prasetyo S. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press; 2009.

8. Prasetyo Sunar Dwi. ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan kemanfaatan –

kemanfaatannya. Jakarta: DIVA Press; 2012.

9. Monawdya Wanda. Kebutuhan Ibu Hamil Sesuai dengan Tahap Perkembangannya.

2013;

10. Damai Y, Sundawati D. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Belajar Menjadi Bidan

Profesional. Bandung: PT. Refika Aditama.; 2011.

11. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 71–76

p.

12. RI, Depkes. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007. 2007.

13. Kuswandi L AY. Basic Hypnosis & Hypnobirthing. Dalam Basic Hypnosis. &

hypnobirting work book. Bali Pro V Clinic; 2009.

14. Armini NW. Hypnobreastfeeding awali suksesnya ASI Eksklusif, Denfasar. J Skala

Husada. 2016;13(1).

15. Varney.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

16. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan Ed.4 Cet.3. Jakarta : EGC.

17. Walyani, Elisabeth Siwi. 2014. Asuhan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Makassar:

Pustaka Baru Press

18. Annisa Ridlayanti, Nim010912070 (2011) Hubungan Antara Senam Kegel Dengan

Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Pada Ibu Postpartum Normal Di Rb Afiatun

Hasanah Kota Bandung. Skripsi Thesis, Universitas Airlangga.


19. Ida Sofiyanti, Fitria Primi Astuti, Hapsari Windayanti. Penerapan

Hypnobreastfeeding pada Ibu Menyusui [Internet]. 2 September 2019 [cited 6

Desember 2021];2 (2)84-89. Available from:

http://dx.doi.org/10.35473/ijm.v2i2.267

20. Napilah, I. S., Herliani, Y., & Astiriyani, E. (2018). Pengaruh Hypnobreastfeeding

Pada Ibu Hamil Trimester Iii Terhadap Kecukupan Asi Pada Bayi Di Puskesmas

Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Sehat

Masada, XII(2), 85–93. https://doi.org/10.48186/bidkes.v2i9.86

21. Armini, N. W. (2016). Hypnobreastfeeding Awali Suksesnya ASI Eksklusif. Jurnal

Skala Husada, 1, 21–29. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?

article=808447&val=13183&title=Hypnobreastfeeding, Starting Exclusive

Breastfeeding To Be Success.

22. Rahmawati, A., & Prayogi, B. (2017). Hypnobreastfeeding untuk Meningkatkan

Produksi ASI pada Ibu Menyusui yang Bekerja. Seminar Nasional Dan Gelar

Produk, 48–53.

23. Araujo WS , Walckiria GR, Eliana Z, Maria HCA (2016). Effects of relaxation on

depression levels in women with high-risk pregnancies : a randomized clinical

trial. Revista latino – Americana de Enfermagem. 2016; 24 :e2806

24. Toosi M, Marzieh A, Farkhondeh S, Najaf Z (2014). The reduction of anxiety and

improved maternal attachment to fetuses and neonates by relaxation training in

primigravida women. Women’s health bulletin. 2014; 1(1): e18968

Lampiran 1
PERSIAPAN MELAKUKAN HYPNOBREASTFEEDING

Alat yang digunakan :

a. Ruangan, dengan pencahayaan yang redup dan jauh dari keramaian.

b. Kursi/matras/kasur, untuk memposisikan diri pada saat dilakukan relaksasi

c. Musik khusu untuk relaksasi (jika ada)

d. Aromaterapi (jika ada)

e. Pendulum (hanya untuk terapis)

Persiapan yang harus dilakukan :

a. Menjalin hubungan baik antara klien dan terapis

b. Klien mengisi formulir yang sudah diberikan oleh terapis

c. Klien melakukan tes sugestibilitas dengan terapis menggunakan pendulum

d. Posisi klien pada saat akan melakukan relaksasi adalah sebagai berikut:

Berbaring dengan nyaman dan rileks, kedua telapak tangan terbuka dan

memjamkan mata. Jika klien memilih posisi duduk, maka posisinya adalah sebagai

berikut:

e. Berlatih pernafasan perut bersama sesuai dengan arahan video hypnobreastfeeding.

f. Jika sudah lakukan langkah-langkah hypnosis.


g. Selanjutnya klien bisa melakukan relaksasi dirumah dengan persiapan yang sudah

dilakukan. Penggunaan ruangan dan suasana yang tepat akan berpengaruh terhadap

proses relaksasi.

Lampiran 2

LANGKAH-LANGKAH HYPNOTHERAPY

1. PREPARASI

Preparasi merupakan tahap terpenting dalam sesi hypnotherapi. Ini disebut juga

tahap pretalk atau preparasi yang merupakan tahapan awal saat pertama kali klien

bertemu hypnotherapis. Dimulai dari pengumpulan data awal, apersepsi tentang

hypnotherapi dan prosesnya, anamnesa klien tentang masalah yang dihadapi.

2. RELAKSASI (INDUCTION)
Induksi adalah bagian dari sesi hypnotherapi yang menghantarkan klien masuk

kedalam kondisi trance hipnosis. Trance hipnosis adalah suatu kondisi kesadaran

dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga klien sangat reseptif

terhadap sugesti yang diberikan oleh hypnotis. Melalui induksi, terapis berperan

sebagai pemandu klien untuk memasuki kondisi trans, yang dimulai dengan

memusatkan perhatian klien pada objek tertentu yang mana tujuanya adalah

mengisolasi klien dari banyaknya rangsangan atau stimulus-stimulus dari

lingkungan sekitarnya.

3. ISOLASI

Yaitu cara melindungi klien atau dalam bahasa hipnosis disebut sujet dari pengaruh

luar yang dapat mengganggu proses hipnosis, seperti adanya suara bising disekitar,

tempat yang kurang nyaman, adanya cahaya yang terlalu terang atau gangguan

lain.

4. TEST

Melakukan tes kepada klien guna menilai sejauh mana klien memasuki alam

bawah sadar.

5. DEEPENING

Merupakan kelanjutnya dari induksi. Tujuan dari deepening adalah untuk membuat

klien semakin meningkatkan kemampuan untuk meneriman sugesti.

6. IMPLANTASI

Dalam sesi ini hypnoterapis mulai memberikan terapi sesuai dengan permasalahan

yang dihadapi klien. Pada sesi ini terapis menanamkan sugesti pasca hipnosis

sesuai dengan kesepakatan dalam kontak dengan klien. Berupa kalimat-kalimat

positif dan terapeutik.

7. TERMINASI

Tahap mengakhiri sesi hipnosis.


Lampiran 3

PANDUAN RELAKSASI

Pada saat melakukan relaksasi pertama-tama gunakan ruangan yang nyaman,

remang, musik yang tenang dan yang anda suka bisa ditambah dengan aroma terapi.

Penggunaan sarana tersebut bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada

masing-masing indera sehingga proses relaksasi cepat bisa dihayati.

Sebagian besar dari tubuh kita terdiri dari otot dan ini adalah alasan utama

mengapa kita melakukan relaksasi pada otot terlebih dahulu.

(Relaksasi Otot)

Persiapkan posisi berbaring atau duduk dengan nyaman, posisi lengan disamping kanan

dan kiri, posisi telapak tangan terbuka menghadap keatas. Pejamkan kedua kelopak mata

dengan lembut...

Sebelum mengendurkan otot kita akan meregangkan dahulu agar terasa perbedaan pada

saat otot dalam kondisi tegang dan otot dalam kondisi relaks..

Tegangkan otot ditelapak kaki (jari-jari kaki diarahkan ke langit-langit), ketegangan ini

merambat ke betis...paha...pinggul...perut...dada...bahu... sedikit ditarik ke atas

telinga...kedua telapak tangan dikepal...wajah ditegangkan...lidah menempel dilangit-

langit mulut...Rasakan ketegangan beberapa saat kemudian lepaskan sambil


menghembuskan nafas... Dan bersamaan dengan hembusan nafas anda , lepaskan segala

ketegangan... kecemasan... kesedihan... dan amarah... serta semua emosi negatif yang ada

dalam diri anda. Dan kemudian perlahan-lahan lepaskan ketegangan yang anda rasakan

tadi mulai dari otot-otot wajah...leher... bahu rilekskan... kedua tangan... dada...

perut...paha...betis sampai ke jari jemari kaki... Rilekskan seluruh bagian tubuh anda.

(Langkah ini bisa dilakukan 3-4 kali sampai klien benar-benar merasakan relaksnya otot

diseluruh tubuh)

Kini saatnya kembali anda merasakan rileksnya otot-otot didaerah wajah. Wajah yang

relaks selalu berseri-seri dan tersenyum. Rasakan rileksnya otot-oto didaerah leher..bahu

kiri dan kanan... lengan atas.. lengan bawah.. kedua telapak...dan seluruh jari jemari ...

tangan terasa semakin lama semakin rileks..

Selama proses latihan relaksasi, apabila ada pikiran-pikiran yang datang sementara biarakn

saja. Tetap arahkan kedua indera pendengaran anda ke suara musik dan suara panduan

yang terus menghantarkan anda memasuki alam rileksasi yang semakin dalam.. Bagus

sekali.

Kini rasakan rileksnya otot-otot didaerah dada depan sampai belakang... seiring dengan

tarikan dan hembusan nafas anda rasakan semakin lama semakin rileks... bagus sekali.

Kemudian sekarang rasakan rileksnya otot-otot didaerah perut terasa semakin rileks...

Rasakan rileksnya otot-otot dibagian panggul... Rasakan seluruh otot semakin mengendur

semakin rileks...

Dam tiba saatnya rasakan rileksnya otot-otot didaerah paha kiri... dan paha kanan...lutut

kiri..dan lutut kanan...telapak kaki...dan seluruh jari jemari...kaki terasa semakin rileks..

dan telapak kaki yang rileks perlahan-lahan terjatuh ke sisi kiri dan kanan...Bagus sekali.

Rasakan betapa nikmatnya dan dan betapa nyamannya seluruh oto mulai dari puncak

kepala...sampai jari jemari kaki... terasa semakin rileks seluruh sel.. seluruh pembuluh

darah...seluruh saraf...seluruh organ...bekerja dengan seimbang dan semakin sehat... Bagus

sekali...
(Relaksasi Nafas)

Dan kini tiba saatnya untuk melakukan relaksasi nafas...Nafas yang rileks adalah nafas

perut... Silahkan menghirup nafas yang panjang ... dari hidung ... tahan sejenak kemudian

hembuskan lewat mulut... sembari lepaskan semua ketegangan.

Tarik nafas yang panjang dari hidung ... tahan sejenak kemudian hembuskan lewat mulut...

sembari lepasan semua kecemasan... kesedihan... ketakutan... kemarahan... dan seluruh

kebencian... serta perasaan dendam... Bagus sekali.

Silahkan tarik nafas panjang dari hidung...tahan sejenak kemudian hembuskanlewat

mulut.. dengan perlahan-lahan teruslah bernafas dengan pernafasan perut... dan hayati

bahwa nafas adalah nafas kehidupan...Nafas adalah sarana yang penting dalam, bayangkan

saja tanpa nafas manusia hanya bertahan beberapa menit. Perhatikan nafas dan keluar dan

masuk lewat hidung, nafas yang relaks lambat dan teratur. Dalam keadaan baring saat kita

bernafas secar aotomatis udara akan terdorong ke rongga perut. Tarik nafas panjang

sambil hitung ± 10 kali hitungan, kemudian hembuskan perlahan-lahan. Setiap tarikan

nafas niatkan semakin santai dan terus semakin santai dan selalu niatkan dari dalam hati

bahwa setiap kali anda menghirup nafas dan menghembuskannya, masuki alam relaksasi

10 kali lipat dari sebelumnya... Bagus sekali

Dan teruslah pusatkan perhatian anda pada nafas yang keluar masuk yang terus

menghantarkandiri anda untuk masuk kedalam keadaan rileks yang paling dalam... jauh

lebih dalam dari sebelumnya ... jauh lebih rileks dari sebelumnya... Bagus sekali.

Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan dan pikiran ) dan ketiga unsur raga dalam

keadaan rileks, rasakan betapa nyamannya. Terukan dengan memusatkan perhatian pada

nafas keluar dan masuk yang terus menghantarkan kedalam ketenangan pikiran yang jauh

lebih dalam jauh lebih dalam.

Setelah itu, lakukan tes dengan cara: mengangkat tangan klien atau menjentrikan

jari. Jika klien sudah rileks dan memasuki alam bawah sadar maka tangan klien
saat diangkat akan terasa berat, dan jika kita menjentrikan jari klien tidak merspon

apapun.

Dalam keadaan yang rileks (setelah melakukan konsolidasi pada klien), saatnya

untuk menanamkan niat atau sugesti positif kedalam pikiran bawah sadar klien

sesuai dengan kasus yang dihadapi klien.

Sugesti yang diberikan kepada klien dalam metode Hypnobreastfeeding, diantaranya

adalah:

1. Saya percaya dan yakin bahwa saya bisa menyusui bayi saya

2. ASI saya akan mengalir cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi saya

3. Kebahagiaan dan ketenangan akan menyertai saya saat menyusui bayi saya

4. ASI saya keluar dengan lancar

5. ASI yang mengalir dari tubuh saya adalah anugerah dari Tuhan yang

sempurna untuk bayi saya

6. Bayi saya akan tumbuh sehat berkat ASI yang akan saya berikan

7. Kedua payudara saya mampu menghasilkan ASI yang cukup, baik kuantitas

maupun kualitas untuk memenuhi tumbuh kembang bayi saya.

8. Saya bisa memberikan ASI kepada anak saya hingga usia 2 tahun

9. Saya bangga bisa memberikan yang terbaik untuk bayi saya

10. Air susu saya adalah bukti cinta saya kepada bayi saya

Berikan kalimat sugesti positif yang berulang-ulang dan setelah dirasa cukup

lakukan terminasi.

Dan kini tiba saat untuk mengakhiri latihan relaksasi ini. Persiakan diri anda dan pada

hitungan kelima latihan selesai dan semua sugesti yang anda terima menjadi kenyataan

dalam kehidupan anda. Bagus sekali...


Saya akan menghitung dari angka satu sampai lima, pada hitungan kelima anda bangun

dalam keadaan sehat, tenang dan bugar.

Satu... sadari nafas alami anda

Dua... sadari saat ini anda berada diruangan bersama saya

Tiga... suara-suara disekitar selain suara musik dan suara saya semakin terdengar

Empat... persiapkan untuk membuka kedua kelopak mata

Lima... buka mata anda, dan anda terbangun dalam kedaan sehat, tenang, dan bugar.

Sebagai hasil dari relaksasi ini setiap klien berbeda-beda. Sehingga apa yang

dirasakan setelah melakukan relaksasi relaksasi terima saja apa adanya.

Anda mungkin juga menyukai