Anda di halaman 1dari 31

Journal Reading

Review Article: Opportunities for improving hypertensive disorders


of pregnancy (HDP) management in primary care settings: A review
of international published guidelines in the context of pregnancy
care in Indonesia

Pembimbing:
dr. Dyah Retno Wulandari., Sp.PD

Oleh:
Pandu Bagas Ramadhan S.
200702110023

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RSU KARSA HUSADA BATU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
Daftar Isi

Halaman Judul.......................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................i

Daftar Tabel............................................................................................ii

Daftar Gambar........................................................................................iii

Abstrak....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

BAB II METODE PENELITIAN...............................................................3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................6

BAB IV PENUTUP...................................................................................17

BAB V CRITICAL APPRAISAL..............................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................21

i
Daftar Tabel

Tabel 1. Frase dan kata kunci untuk penelitian literatur...................................3

Tabel 2. Ringkasan dari tahun diterbitkan dan audiens yang diharapkan dari

pedoman yang ditinjau.....................................................................................7

Tabel 3. Pedoman AGREE II...........................................................................8

Tabel 4. Ringkasan rekomendasi internasional tentang gangguan hipertensi

dalam manajemen kehamilan..........................................................................9

ii
Daftar Gambar

Gambar 1. Flowchart identifikasi literatur...................................................6

iii
Abstrak

Hampir semua kematian dari wanita hamil disebabkan oleh gangguan


hipertensi pada masa kehamilan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah
hingga menengah. Namun, panduan yang tersedia terbatas untuk praktek dokter
umum setempat yang biasanya merupakan penyedia layanan pada kesehatan
utama. Tinjauan ini mengkaji pedoman praktik internasional yang ada untuk
mengidentifikasi praktik potensial untuk meningkatkan manajemen HDP di
rangkaian perawatan primer Indonesia. Kami melakukan strategi pencarian
literatur terstruktur dan pencarian dengan metode “Snowballing” di enam
database (MEDLINE, Web of Science, EMBASE, CINAHL, ulasan Cochrane dan
Google Scholar) untuk pedoman yang diterbitkan antara tahun 2007 dan 2018
menggunakan kata kunci dan frasa yang relevan dari 'pedoman', 'hipertensi
gangguan kehamilan' atau 'preeklamsia' dan 'perawatan primer'. Instrumen
AGREE II digunakan untuk menilai kualitas dan pelaporan pedoman yang
memenuhi syarat. Analisis tematik dilakukan pada semua pedoman dan hasilnya
didiskusikan di antara peneliti proyek. Enam belas pedoman praktik internasional
atau rekomendasi manajemen serupa telah ditinjau. Hampir dari semuanya,
sebagian dapat diterapkan dengan beberapa manajemen yang berpotensi dapat
diadopsi ke faskes primer di Indonesia. Tiga tema utama untuk meningkatkan
manajemen gangguan hipertensi pada kehamilan telah diidentifikasi, yaitu
manajemen klinis, perencanaan perawatan, dan komunikasi profesional.
Meningkatkan potensial dalam mengelola perempuan dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan di Indonesia mungkin juga relevan di negara
berpenghasilan rendah hingga menengah lainnya. Kontekstualisasi lebih lanjut
diperlukan untuk memfasilitasi adopsi mereka pada kondisi praktik.
Kata Kunci: Tekanan darah tinggi, Kehamilan, Preeklamsi, Dokter Umum,
Bidan, Pelayanan Utama

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan hipertensi pada kehamilan (HDP) mempengaruhi hingga
sepuluh persen dari semua kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu
tertinggi kedua [1]. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), hingga
14% kematian ibu secara global disebabkan oleh gangguan hipertensi pada
kehamilan dan hampir semuanya terjadi di negara berpenghasilan rendah hingga
menengah [2]. Di Indonesia, gangguan hipertensi pada kehamilan
menyumbangkan sekitar 30% kematian ibu atau sekitar seribu kasus setiap
tahunnya [3]. Selain itu, gangguan hipertensi pada kehamilan dikaitkan dengan
peningkatan jumlah morbiditas dan mortalitas bayi karena wanita dengan
gangguan hipertensi pada kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan
bayinya secara prematur.
Penyedia layanan primer, seperti dokter umum, bidan, dan perawat,
memainkan peran penting untuk manajemen gangguan hipertensi pada
kehamilan. Mereka menyediakan layanan perawatan antenatal dan skrining
untuk morbiditas di antara wanita hamil. Di Indonesia, penyedia layanan
persalinan umumnya hadir, terutama di masyarakat dengan akses yang buruk ke
rumah sakit [4]. Mereka juga memberikan perawatan berkelanjutan termasuk
perawatan postpartum dan konsultasi kontrasepsi untuk wanita, serta layanan
vaksinasi untuk bayi setelah melahirkan [5].
Sementara bukti untuk manajemen gangguan hipertensi pada kehamilan
telah dipublikasikan secara luas, panduan yang terbatas tersedia untuk
perawatan primer Indonesia di mana wanita biasanya datang terlambat dalam
kehamilan dan sering menerima perawatan yang tertunda termasuk rujukan ke
rumah sakit [6]. Dalam contoh pedoman di Indonesia, pada pedoman gangguan
hipertensi kehamilan terutama saat ini mencakup pengukuran tekanan darah, tes
proteinuria dipstick untuk diagnosis preeklamsia, dan injeksi magnesium sulfat
untuk wanita dengan eklampsia [7,8]. Praktek tersebut kurang memadai
dibandingkan dengan standar praktek klinis untuk gangguan hipertensi dalam
manajemen kehamilan di negara-negara berpenghasilan tinggi dengan
ketersediaan perawatan dan layanan spesialis; misalnya, pengujian biokimia
canggih dan ketersediaan perawatan segera dan rujukan ke rumah sakit jika
tekanan darah sistolik wanita lebih besar dari 160 mmHg [9].

1
2

Di sisi lain, perempuan di Indonesia juga memiliki kepercayaan tertentu


mengenai komplikasi kehamilan atau prosedur rujukan yang sering
mengakibatkan tertundanya transfer ke rumah sakit. Dengan mempertimbangkan
masalah pada budaya ini, penyedia layanan primer di Indonesia memerlukan
jalur perawatan eksklusif untuk gangguan hipertensi dalam kehamilan, terutama
jika manajemen rujukan ke layanan sekunder tidak dapat segera dilakukan.
Saat ini, penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan pedoman
gangguan hipertensi kehamilan yang mencerminkan standar internasional dan
cocok untuk faskes primer di Indonesia [11]. Tinjauan ini mengkaji rekomendasi
yang diterbitkan secara internasional dalam bentuk pedoman praktik klinis (PPK)
atau yang serupa, untuk mengidentifikasi rekomendasi yang berpotensi dapat
diadopsi oleh penyedia layanan primer di Indonesia termasuk skrining, intervensi
dini, dan tindak lanjut jangka panjang untuk wanita dengan gangguan hipertensi
pada kehamilan
BAB II
METODE PENELITIAN
Pada Juni 2018, pencarian literatur sistematis dilakukan di enam
database: EMBASE, CINAHL, Web of Science, Medline with Full Text, Google
Scholar, Cochrane Review database untuk pedoman atau pedoman praktik klinis
atau konsensus yang diterbitkan antara 17 Juli 2007 hingga 17 Juni 2018
termasuk pendekatan “Snowball” untuk pedoman lain yang disebutkan dalam
artikel. Istilah dan frasa MESH dari 'pedoman' dan 'perawatan primer' dan
'gangguan hipertensi kehamilan digunakan dalam pencarian literatur (Tabel 1).

Judul, abstrak, dan penyaringan teks lengkap dilakukan terhadap kriteria


inklusi dan eksklusi kami. Kriteria inklusi adalah (i) diterbitkan dalam 2007-2018,
(ii) termasuk manajemen farmakologis dan nonfarmakologis gangguan hipertensi
kehamilan, (iii) termasuk rekomendasi untuk gangguan hipertensi kehamilan
selama kehamilan atau periode postpartum atau keduanya, dan (iv) tertulis
dalam Bahasa Inggris. Kriteria eksklusi adalah (i) pedoman lama yang telah
direvisi dan edisi baru telah tersedia, (ii) makalah non-peer-review, (iii) artikel
opini, (iii) tinjauan sistematis pedoman.
 Perbandingan antara pedoman praktik internasional dan lokal Indonesia dan
dokumen peraturan
Isi pedoman internasional tentang gangguan hipertensi pada
kehamilan dalam tinjauan ini dibandingkan dengan sepuluh pedoman
gangguan hipertensi kehamilan di Indonesia dan peraturan perawatan
antenatal untuk mengidentifikasi persamaan, perbedaan dan kesenjangan
praktik. Pedoman Indonesia yang digunakan sebagai pembanding dalam
tinjauan ini adalah: (i) Pedoman berdasarkan provinsi Yogyakarta untuk
komplikasi kehamilan [8] yang menginformasikan pedoman serupa di
provinsi lain, seperti di (ii) Papua [12] dan (iii) Provinsi Kalimantan Timur dan
tersedia untuk digunakan dalam praktik faskes primer [13]; (iv) WHO-SEARO
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan Rujukan dan
pedoman Preeklamsia dari Perhimpunan Dokter Spesialis Obstetri Indonesia

3
4

(POGI) yang memberikan pedoman khusus untuk penanganan gangguan


Hipertensi dalam penanganan kehamilan di tingkat nasional.
Padahal, peraturan Indonesia yang digunakan untuk memberikan
konteks praktik adalah: (vi) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 97 tahun 2014 tentang program pelayanan antenatal di Puskesmas
[15], (vii) Rekam Medis Ibu dan Anak Indonesia [16] , (viii) Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 659 Tahun 2017 tentang Formularium
Obat Nasional [17], (ix) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2017 tentang Praktik Kebidanan [18], dan (x) Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2012 tentang
pemeriksaan laboratorium di Puskesmas [19].
 Penilaian kualitas
Kualitas pedoman dinilai menggunakan instrumen Appraisal of
Guidelines for Research & Evaluation (AGREE) II [20,21]. Penilaian
Pedoman Penelitian & Evaluasi II adalah alat yang mengevaluasi pedoman
terhadap enam domain: ruang lingkup dan tujuan, keterlibatan pemangku
kepentingan, ketelitian pengembangan, kejelasan presentasi, penerapan,
independensi editorial, dan penilaian pedoman secara keseluruhan. Penulis
pertama dan penilai independen lain yang akrab dengan konteks kesehatan
ibu Indonesia menilai pedoman yang ditinjau secara independen terhadap
enam domain Penilaian Pedoman Penelitian & Evaluasi. Setiap pedoman
juga dinilai pada penerapannya dalam pengaturan perawatan primer
Indonesia. Penilai akan menilai pedoman sebagai 'Ya' jika mungkin berlaku
untuk sesuai kondisi, 'Ya dengan modifikasi' jika kualitas dan ketelitian
pedoman dinilai dengan baik, tetapi penerapannya dalam pengaturan
Indonesia belum ditentukan. 'Tidak' jika kualitas pedoman dinilai rendah dan
kemungkinan tidak mungkin diterapkan di Indonesia. Setiap
ketidaksepakatan didiskusikan dan dikonsultasikan dengan semua rekan
penulis dalam serangkaian pertemuan untuk keputusan akhir. Penilaian akhir
pedoman penilaian juga dilakukan atas kesepakatan Bersama.
5

 Ekstraksi dan analisis data


Isi pedoman disintesis menggunakan analisis tematik dengan
langkah-langkah berikut [22]: (i) Rekomendasi dari pedoman diunggah ke
perangkat lunak Nvivo 11–12. (ii) Semua pedoman dibaca untuk isinya dan
dibandingkan dengan pedoman Indonesia. (iii) Pengkodean awal untuk
setiap prosedur yang berpotensi berlaku untuk LMIC kemudian dilakukan di
Nvivo. Prosedur lanjutan yang berpotensi sulit untuk diterapkan dalam
pengaturan (seperti tes alfa-fetoprotein dan tirosin kinase) tidak disertakan.
(iv) Kode-kode tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tema-tema
berdasarkan pola dan persamaannya. Tema-tema serupa kemudian
dikelompokkan menjadi tema-tema menyeluruh. (v) Kode-kode tersebut juga
secara kolektif ditinjau dan didiskusikan dengan semua rekan penulis sampai
konsensus tercapai.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Sebanyak 537 catatan diidentifikasi; 533 dari pencarian database dan
empat dari pencarian “Snowball”. Sebanyak 193 artikel dikeluarkan karena
bahasa (non-Inggris) dan makalah non-peer review. Sebanyak 537 catatan
diidentifikasi; 533 dari pencarian database dan empat dari pencarian
“Snowball”. Sebanyak 193 artikel dikeluarkan karena bahasa (non-Inggris)
dan makalah non-peer review. Tidak ada makalah dalam Bahasa Indonesia
yang teridentifikasi dari pencarian literatur kami. 326 judul dan abstrak
kemudian ditinjau, dan akhirnya, 16 makalah teks lengkap memenuhi kriteria
inklusi untuk tinjauan ini (lihat Gambar 1).

16 makalah menjelaskan 16 pedoman praktik yang berbeda atau


serangkaian rekomendasi atau konsensus praktik hipertensi pada
kehamilan. Kebanyakan dari mereka berasal dari pengaturan negara maju,
seperti Inggris (UK) [9,23,24], Australia dan Selandia Baru [25,26], Amerika
Serikat (AS) [27,28], Kanada [29 ,30] Belanda [31], Prancis [32], dan
konsensus Eropa [33]. Empat pedoman lainnya dianggap lebih dapat
diterapkan secara global, misalnya, rekomendasi Organisasi Kesehatan

6
7

Dunia (WHO) tentang preeklamsia dan eklampsia [34]; divisi preeklamsia


dari Panduan Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir WHO untuk
praktik penting [35]; divisi hipertensi dalam Pedoman WHO untuk mengelola
komplikasi pada kehamilan [36], dan Klasifikasi, diagnosis & rekomendasi
manajemen International Society for Study of Hypertensive Disorder of
Pregnancy (ISSHP), diagnosis & manajemen untuk praktik internasional [37].
Sebagian besar pedoman tidak menentukan audiens target mereka,
sebaliknya, mereka merujuk ke tim kesehatan ibu umum [9,25-
27,29,31,32,34,37-39]. Empat pedoman dirancang khusus untuk penyedia
layanan primer (dokter umum dan bidan) [24,30,35,38], dan bidan di
perawatan menengah di rumah sakit [24]. Peran penyedia perawatan primer
di negara berpenghasilan rendah hingga menengah disorot dalam
rekomendasi International Society for Study of Hypertensive Disorder of
Pregnancy [37]. Rincian asal-usul pedoman dan audiens yang diharapkan
disajikan pada Tabel 2.

3.1.1.Penilaian Pedoman Penelitian & Evaluasi


Skor kualitas pedoman bervariasi. Pedoman NICE dan WHO
untuk preeklamsia memiliki skor tertinggi untuk kelengkapannya
terhadap domain Appraisal of Guidelines for Research & Evaluation II.
Pedoman PRECOG I, ACOG, ESC, SOGC, dan AOM juga memiliki
skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedoman lainnya. Ada
pedoman yang berpotensi diadopsi di Indonesia, namun sebagian
besar dinilai dengan 'ya dengan modifikasi' untuk perawatan primer
Indonesia karena potensi perbedaan kontekstual, dalam hal
epidemiologi, fasilitas, kebijakan lokal, cakupan penyedia dan
penyedia layanan. praktek. Nilai Pedoman Penilaian Pedoman
Penelitian & Evaluasi II disajikan pada Tabel 3.
8

3.1.2.Hasil kualitatif
Hampir semua pedoman yang ditinjau memberikan rekomendasi
tentang pengelolaan gangguan hipertensi kehamilan pada kehamilan
dari deteksi dini hingga pemantauan postpartum [9,25-27,29,32,34,37-
39]. Beberapa pedoman berfokus pada aspek spesifik dari gangguan
hipertensi kehamilan, misalnya, pedoman PRECOG I berfokus pada
deteksi dini preeklamsia [38], PRECOG II berfokus pada perawatan
menengah oleh bidan di rumah sakit [24], dan Pedoman Dutch
Miltidisciplinary difokuskan pada tindak lanjut postpartum untuk wanita
dengan riwayat gangguan hipertensi kehamilan [31]. Padahal,
gangguan hipertensi dalam manajemen kehamilan hanya bagian dari
panduan komplikasi kehamilan dalam dua pedoman WHO [35,36].
9

Analisis kualitatif kami mengidentifikasi tiga tema menyeluruh


mengenai praktik potensial untuk gangguan Hipertensi dalam
manajemen kehamilan pada kondisi di faskes primer. Tema pertama
adalah tentang gangguan hipertensi dalam manajemen klinis
kehamilan, termasuk definisi, faktor risiko, pencegahan, pemantauan
antenatal dan postpartum. Tema kedua adalah tentang perencanaan
perawatan untuk wanita dengan gangguan hipertensi dalam
kehamilan, di mana fasilitas yang tersedia biasanya kurang canggih
daripada di negara maju, dan yang ketiga adalah komunikasi
profesional manajemen HDP di perawatan primer. Ekstraksi
rekomendasi rinci untuk setiap pedoman disajikan pada Tabel 4.

3.1.3.Manajemen Klinis
a. Definisi
Definisi adalah titik masuk standar pedoman untuk menyaring
ibu dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan dan/atau
preeklamsia. Definisi gangguan hipertensi dalam kehamilan relatif
tegas dan disebutkan dalam semua pedoman yang didasarkan
pada pengukuran tekanan darah SDP 140 dan atau DBP 90
mmHg pada suara Korotkoff kelima [30,32,38] atau ketika tekanan
darah wanita adalah meningkat secara signifikan (sistolik 30
mmHg atau diastolik 15 mmHg) dibandingkan dengan kunjungan
antenatal pertama atau pengukuran prakonsepsi [25]. Kategori
10

gangguan hipertensi dalam kehamilan juga disebutkan, umumnya


terdiri dari hipertensi gestasional, hipertensi kronis, preeklamsia,
dan hipertensi jas putih. Sementara dalam beberapa pedoman,
gangguan hipertensi klasifikasi kehamilan diperluas untuk
mencakup hipertensi bertopeng dan sementara karena
kontribusinya terhadap preeklamsia. Pengurangan penggunaan
preeklamsia 'ringan versus berat' juga direkomendasikan dalam
beberapa pedoman karena progresivitasnya yang cepat dan
potensi kebingungan pengobatan [29,37]. Hipertensi jas putih,
hipertensi bertopeng dan hipertensi transien tidak dibahas dalam
Buku WHO-SEARO Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Dasar dan Rujukan Indonesia [7] dan manual rujukan Yogyakarta
untuk komplikasi kehamilan [8].

b. Faktor Risiko
Faktor risiko dan deteksi dini juga tercakup dalam hampir
semua pedoman. Faktor risiko umum untuk preeklamsia
disebutkan dalam 13 dari 16 pedoman dan termasuk hipertensi
kronis, riwayat preeklamsia sebelumnya, obesitas, penyakit
autoimun, dan riwayat diabetes sebelumnya [9,25-27,29,30,32-38].
Berbeda dengan pedoman lain yang tidak mengelompokkan risiko
menjadi risiko tinggi dan risiko sedang, pada NICE, kehamilan
pertama, usia ibu >40 tahun, indeks massa tubuh >35, riwayat
keluarga preeklamsia, kehamilan ganda dan jarak kehamilan >10
tahun dimasukkan sebagai faktor risiko sedang untuk preeklamsia
[9]. Dalam pedoman SOMANZ dan Queensland, selain risiko di
atas, peningkatan tekanan darah sistolik >130 mmHg atau diastolik
>80 mmHg sebelum 20 minggu kehamilan juga dimasukkan
sebagai faktor risiko preeklamsia [25,26]. Sedangkan menurut
pedoman POGI Indonesia, hampir semua faktor risiko di atas
disebutkan dan telah distratifikasikan mirip dengan pedoman NICE
[14]

c. Pencegahan
11

Wanita di negara berpenghasilan rendah hingga menengah


seperti Indonesia juga rentan terhadap asupan kalsium makanan
yang rendah. Jadi, suplementasi kalsium dalam dosis 1,2-2,5
g/hari selain aspirin direkomendasikan [34,37]. Suplemen ini
tersedia dan dapat diakses di praktik perawatan primer Indonesia
tetapi untuk memaksimalkan penyerapannya, waktu suplementasi
kalsium harus terpisah dari suplementasi mineral lainnya.
Misalnya, suplementasi kalsium sebaiknya dikonsumsi pada
malam hari karena wanita biasanya juga mengonsumsi suplemen
zat besi pada pagi hari [35,37]. Ada bukti terbatas untuk
pencegahan preeklamsia selain dua perawatan di atas. Perubahan
gaya hidup sehat sebelum kehamilan lebih lanjut
direkomendasikan untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular
dan mengurangi risiko gangguan Hipertensi lain pada episode
kehamilan [32,33], tetapi pembatasan vitamin E dan garam tidak
terbukti bermanfaat bagi wanita dengan risiko gangguan hipertensi
dalam kehamilan. [29,40].

d. Pemantauan Antenatal
Hampir semua pedoman juga merekomendasikan pemeriksaan
fisik dan laboratorium yang komprehensif bagi ibu hamil untuk
mendeteksi preeklamsia sedini mungkin. Pengukuran tekanan
darah (BP) dan penilaian tanda dan gejala preeklamsia harus
dilakukan pada setiap kunjungan antenatal [38]. Pasien dengan
tekanan darah tinggi dan membawa bayi kecil untuk usia
kehamilan harus dipantau secara ketat untuk perkembangan
preeklamsia, karena penyakit ini dapat menyebabkan gangguan
aliran darah uteroplasenta yang mungkin menjadi penyebab
hambatan pertumbuhan janin [37]. Tes dipstik urin dapat dilakukan
sebagai skrining awal untuk preeklamsia. Namun, tes ini sendiri
memiliki sensitivitas yang rendah [25,29,41]. Oleh karena itu,
wanita dengan hipertensi kehamilan atau mereka yang berisiko
tinggi mengalami preeklamsia dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium tambahan secara berkala seperti ginjal,
fungsi hati, hitung darah lengkap, dan USG Doppler. Tes-tes ini
12

penting untuk memantau progresivitas preeklamsia karena


kemajuannya yang tidak terduga dan cepat pada wanita hamil
[9,25-27,29,32,34,38,39].
Fasilitas pemeriksaan laboratorium di faskes primer Indonesia
masih terbatas. Tes proteinuria dipstick adalah rutin selama
perawatan antenatal di perawatan primer dan tes fungsi ginjal dan
hati juga tersedia [15,19]. Namun, serum alfa fetoprotein atau USG
Doppler umbilikal tidak umum tersedia di luar rumah sakit tersier
[37].

e. Pemantauan Pascapersalinan
Sebelas pedoman merekomendasikan pemantauan setidaknya
enam minggu pascapersalinan untuk wanita dengan gangguan
hipertensi dalam riwayat kehamilan [9,25-27,29,32,35-37,39,42].
Jika hipertensi berlanjut, obat antihipertensi direkomendasikan
selama periode postnatal, termasuk untuk wanita menyusui
[29,30]. Beberapa pedoman juga mengakui bahwa, karena wanita
dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan memiliki
peningkatan risiko kecemasan dan/atau depresi pascapersalinan,
oleh karena itu, perawatan pascakelahiran harus mencakup tindak
lanjut psikologis yang sesuai [25,29]. Rekomendasi tentang gaya
hidup sehat dan kontrasepsi juga direkomendasikan
menggunakan strategi promosi kesehatan untuk meminimalkan
risiko penyakit kardiovaskular di masa depan [25,26,29]. Dalam
pedoman Indonesia, pemantauan pascapersalinan rutin terbatas
pada perawatan untuk gangguan hipertensi pada wanita hamil
[7,15].

3.1.4.Perencanaan Perawatan
Tema ini mengacu pada kolaborasi perawatan potensial dari
gangguan hipertensi manajemen kehamilan antara perawatan primer
dan sekunder di negara berpenghasilan rendah hingga menengah. Ini
berisi saran untuk waktu rujukan dan prosedur yang dapat dilakukan di
layanan primer jika rujukan tidak dapat dilakukan segera.
13

Dalam semua pedoman yang ditinjau, wanita harus dirujuk untuk


konsultasi dokter kandungan setelah didiagnosis dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan, dan persalinan bayi mereka juga harus
dibantu oleh dokter kandungan. Namun, hanya sedikit pedoman yang
membahas manajemen perawatan primer wanita dengan gangguan
hipertensi dalam kehamilan [9,26,37]. Pedoman PRECOG I
menyarankan seorang wanita untuk awalnya dirujuk untuk konsultasi
spesialis setelah diidentifikasi memiliki risiko preeklamsia. Dia nantinya
dapat dikelola oleh spesialis, dokter umum, bidan atau perawatan
bersama tergantung pada kebutuhan individu pasien [38]. Pedoman
NICE merekomendasikan wanita dengan hipertensi berat (>160/110
mmHg) untuk dirujuk ke rumah sakit dan segera meresepkan obat
antihipertensi. Ada peluang untuk merawat wanita di perawatan primer
jika tekanan darah mereka berkisar antara 140-159/ 90-109 mmHg.
Namun, mereka harus tetap ditindaklanjuti dengan pemantauan
tekanan darah berkala, termasuk proteinuria dan indikator darah
preeklamsia lainnya. Jika tekanan darah seorang wanita secara
konsisten di atas 140/90 mmHg, maka obat antihipertensi harus
dipertimbangkan [9]. Karena pemantauan ketat yang diperlukan,
wanita dengan gangguan hipertensi kehamilan idealnya harus diamati
di rumah sakit. Tetapi jika wanita tersebut stabil dan dapat diandalkan
untuk melaporkan masalah mereka, mereka dapat ditangani sebagai
pasien rawat jalan. Namun, mereka tetap memerlukan pemantauan
tekanan darah dua kali seminggu, pemeriksaan laboratorium, termasuk
pemantauan janin secara berkala menggunakan USG Doppler [26,37].
Pedoman International Society for Study of Hypertensive Disorder
of Pregnancy menyatakan bahwa USG Doppler mungkin tidak selalu
tersedia di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah
dan oleh karena itu, dalam kasus penurunan tinggi fundus simfisis
(yang dapat menjadi indikasi hambatan pertumbuhan janin karena
insufisiensi plasenta), rujukan spesialis untuk penyelidikan lebih lanjut
diindikasikan [37]. Pedoman tersebut juga merekomendasikan para
wanita untuk pindah lebih dekat ke rumah sakit jika perlu untuk
memungkinkan pemantauan (yaitu, pindah ke rumah kerabat atau
tinggal sementara di rumah tunggu) [37]. Kasus preeklamsia juga
14

harus dirujuk untuk perencanaan persalinan setidaknya pada minggu


ke-34 kehamilan atau berdasarkan diskusi dengan dokter kandungan
yang berpengalaman [27]. Juga direkomendasikan bahwa, dalam
situasi darurat, praktisi perawatan primer di negara berpenghasilan
rendah hingga menengah harus siap untuk memberikan magnesium
sulfat (MgSO4) intravena sebagai profilaksis untuk kejang eklampsia
untuk gangguan hipertensi pada wanita hamil yang memiliki hipertensi
berat dan proteinuri, atau hipertensi dengan ketidakstabilan neurologis
yang mungkin muncul secara tidak terduga atau dalam kasus rujukan
yang tertunda [37].
Mengenai prosedur perencanaan perawatan ini, nifedipine
sebagai obat antihipertensi, termasuk magnesium sulfat dan
penangkalnya (kalsium glukonat) tersedia di praktik perawatan primer
Indonesia sesuai dengan formularium nasional dan oleh karena itu,
manajemen tersebut berpotensi ditambahkan ke praktik perawatan
primer [17]. Pemeriksaan lain, seperti tes fungsi ginjal dan hati, jumlah
trombosit dan asam urat juga tersedia berdasarkan peraturan menteri
nomor 37 tahun 2012 [19].

3.1.5.Komunikasi Profesional
Komunikasi antara wanita dan semua profesional kesehatan sangat
penting untuk menjamin keberhasilan manajemen kehamilan
gangguan Hipertensi. Pedoman ACOG menekankan bahwa informasi
yang berkaitan dengan tanda, gejala, dan manajemen utama
preeklamsia harus diberitahukan kepada wanita. Disarankan untuk
berbicara perlahan dan hati-hati, dan menggunakan bahasa yang
sederhana untuk memastikan bahwa wanita memahami tentang
preeklamsia dan pentingnya mengunjungi penyedia layanan kesehatan
secara teratur [27]. Penting juga untuk menjelaskan keamanan
antihipertensi selama kehamilan, termasuk membahas alternatif
antihipertensi untuk wanita dengan hipertensi yang berencana untuk
hamil. Misalnya, ini termasuk risiko kelainan bawaan jika wanita
mengkonsumsi Angiotensin Converting Enzymes (ACE) inhibitor atau
Angiotensin II Receptor Blockers (ARB) selama kehamilan [9].
15

Beberapa pedoman menyarankan wanita untuk memiliki buku


perawatan yang di pegang oleh ibu untuk memfasilitasi komunikasi
dan pendidikan tentang kondisi wanita, tindak lanjut, rencana
perawatan dan perawatan pascapersalinan [9,32]. Selain itu,
disarankan bahwa pedoman gangguan hipertensi kehamilan untuk
perawat dan bidan harus tersedia di layanan faskes primer [37]. Di
Indonesia, buku 'pink' telah banyak digunakan sebagai data untuk ibu
hamil. 'Buku pink' memberikan peringatan gejala preeklamsia dan
ruang bagi penyedia layanan kesehatan untuk menulis informasi
pendidikan tambahan untuk ibu hamil [16].

3.2. Diskusi
Dokter umum dan bidan di layanan primer biasanya merupakan
penyedia layanan kesehatan pertama yang dikunjungi ibu hamil. Mereka
juga memberikan perawatan berkelanjutan untuk wanita dan keluarga
mereka selama kehamilan dan setelah kelahiran [32]. Oleh karena itu, dokter
umum dan bidan di Indonesia atau negara berpenghasilan rendah hingga
menengah lainnya memiliki peran penting dalam pencegahan, deteksi, dan
penanganan gangguan hipertensi pada kehamilan.
Skor pedoman yang dinilai dari tinjauan ini serupa dengan hasil tinjauan
pedoman oleh Bazzano, Green dan Gillon, Pels di mana rekomendasi NICE,
SOGC dan WHO untuk preeklamsia mendapat skor tertinggi di antara
pedoman lainnya. Namun, beberapa pedoman dalam tinjauan ini belum
dinilai oleh kedua tinjauan tersebut, seperti manajemen risiko kardiovaskular
setelah gangguan reproduksi dan terkait kehamilan: A Dutch
multidisciplinary evidence-based guideline; Kehamilan, persalinan, nifas dan
perawatan bayi baru lahir WHO: Panduan untuk praktik penting; WHO
Mengelola komplikasi pada kehamilan dan persalinan; dan edisi terbaru
klasifikasi, diagnosis & rekomendasi manajemen ISSHP untuk praktik
internasional yang melibatkan lebih banyak saran untuk negara-negara
berpenghasilan rendah hingga menengah daripada yang disertakan dalam
pedoman lain. Tinjauan ini juga telah diselesaikan dan dibandingkan dengan
peraturan saat ini yang terkait dengan perawatan ibu dalam praktik
perawatan primer Indonesia yang meningkatkan kredibilitas rekomendasi
dan potensi penerapan dalam kondisi praktik.
16

Tinjauan ini telah mengidentifikasi rekomendasi potensial untuk


gangguan hipertensi dalam manajemen kehamilan, termasuk perencanaan
perawatan, rujukan, komunikasi dan manajemen postpartum untuk penyedia
layanan kesehatan primer di Indonesia (Tabel 4). Pedoman Indonesia yang
ada dapat diperluas untuk mencakup lebih banyak prosedur dalam
perawatan primer, karena penyedia berada dalam posisi utama untuk
menerapkan langkah-langkah pencegahan, mendeteksi dan pada awalnya
mengelola wanita dengan gangguan hipertensi kehamilan, membuat rujukan
yang tepat ke perawatan spesialis dan memberikan tindak lanjut
pascapersalinan. Mereka juga dapat memantau hipertensi, meresepkan obat
dan suplemen untuk mencegah preeklamsia pada wanita berisiko tinggi,
melakukan tes preeklamsia dan meresepkan obat antihipertensi jika
diperlukan. Catatan genggam juga dapat digunakan dalam perawatan
primer, untuk meningkatkan komunikasi dan mendidik wanita tentang tanda-
tanda bahaya preeklamsia [45,46].
Ada implikasi untuk penelitian lebih lanjut yang timbul dari ulasan ini.
Identifikasi faktor risiko sebagai titik masuk untuk manajemen tambahan
untuk penyedia layanan primer telah dibahas dalam semua pedoman,
termasuk pedoman Indonesia seperti POGI dan buku pegangan WHO-
SEARO [7,14]. POGI pada bagian ini memiliki rekomendasi yang sama
dengan NICE untuk membedakan faktor risiko preeklamsia menjadi risiko
tinggi dan sedang. Namun, kesesuaian faktor risiko yang teridentifikasi
dibandingkan dengan epidemiologi Indonesia saat ini masih kurang jelas.
POGI sendiri mengekstrak risiko tersebut berdasarkan beberapa literatur
internasional seperti LeFevre [47], Milne, Redman [38] dan Perez-Cuevas,
Fraser [48]. Sementara itu, ada juga beberapa penelitian yang menyebutkan
anemia sebagai faktor risiko preeklamsia lain di negara berkembang dan
anemia di Indonesia juga lazim [50,50], namun hal ini tidak dibahas secara
rinci pada pedoman yang diidentifikasi dalam tinjauan ini.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Sebanyak 537 catatan diidentifikasi; 533 dari pencarian database dan
empat dari pencarian “Snowball”. Sebanyak 193 artikel dikeluarkan karena
bahasa (non-Inggris) dan makalah non-peer review. Sebanyak 537 catatan
diidentifikasi; 533 dari pencarian database dan empat dari pencarian “Snowball”.
Sebanyak 193 artikel dikeluarkan karena bahasa (non-Inggris) dan makalah non-
peer review. 326 judul dan abstrak kemudian ditinjau, dan akhirnya, 16 makalah
teks lengkap memenuhi kriteria inklusi untuk tinjauan ini. 16 makalah
menjelaskan 16 pedoman praktik yang berbeda atau serangkaian rekomendasi
atau konsensus praktik hipertensi pada kehamilan. Sebagian besar pedoman
tidak menentukan audiens target mereka, sebaliknya, mereka merujuk ke tim
kesehatan ibu umum.
Pedoman NICE dan WHO untuk preeklamsia memiliki skor tertinggi untuk
kelengkapannya terhadap domain Appraisal of Guidelines for Research &
Evaluation II. Pedoman PRECOG I, ACOG, ESC, SOGC, dan AOM juga memiliki
skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedoman lainnya. Hampir semua
pedoman yang ditinjau memberikan rekomendasi tentang pengelolaan gangguan
hipertensi kehamilan pada kehamilan dari deteksi dini hingga pemantauan
postpartum. Dalam semua pedoman yang ditinjau, wanita harus dirujuk untuk
konsultasi dokter kandungan setelah didiagnosis dengan gangguan hipertensi
pada kehamilan, dan persalinan bayi mereka juga harus dibantu oleh dokter
kandungan. Pedoman PRECOG I menyarankan seorang wanita untuk awalnya
dirujuk untuk konsultasi spesialis setelah diidentifikasi memiliki risiko
preeklamsia. Pedoman NICE merekomendasikan wanita dengan hipertensi berat
(>160/110 mmHg) untuk dirujuk ke rumah sakit dan segera meresepkan obat
antihipertensi. Pedoman International Society for Study of Hypertensive Disorder
of Pregnancy menyatakan bahwa USG Doppler mungkin tidak selalu tersedia di
negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah dan oleh karena itu,
dalam kasus penurunan tinggi fundus simfisis, rujukan spesialis untuk
penyelidikan lebih lanjut diindikasikan. Pedoman tersebut juga
merekomendasikan para wanita untuk pindah lebih dekat ke rumah sakit jika
perlu untuk memungkinkan pemantauan. Juga direkomendasikan bahwa, dalam
situasi darurat, praktisi perawatan primer di negara berpenghasilan rendah

17
18

hingga menengah harus siap untuk memberikan magnesium sulfat (MgSO4)


intravena sebagai profilaksis untuk kejang eklampsia untuk gangguan hipertensi
pada wanita hamil yang memiliki hipertensi berat dan proteinuri, atau hipertensi
dengan ketidakstabilan neurologis yang mungkin muncul secara tidak terduga
atau dalam kasus rujukan yang tertunda. Beberapa pedoman menyarankan
wanita untuk memiliki buku perawatan yang di pegang oleh ibu untuk
memfasilitasi komunikasi dan pendidikan tentang kondisi wanita, tindak lanjut,
rencana perawatan dan perawatan pascapersalinan

Keterbatasan pada penelitian


Tinjauan ini hanya memasukkan pedoman gangguan hipertensi kehamilan
yang diterbitkan dalam literatur akademis dalam bahasa Inggris dan
menggunakan beberapa pedoman dan peraturan Indonesia yang teridentifikasi
sebagai pembanding. Para penulis menyadari perbedaan praktik kontekstual
pada gangguan hipertensi dalam manajemen kehamilan di provinsi Indonesia,
atau pengaturan negara berpenghasilan rendah hingga menengah lainnya. Kami
juga menemukan bukti pendukung yang sangat terbatas mengenai gangguan
hipertensi pada faktor risiko kehamilan dan manajemen yang tepat, termasuk
prosedur pra-rujukan di perawatan primer Indonesia [54]. Oleh karena itu, kami
mengakui bahwa setiap rekomendasi dari tinjauan ini harus dipertimbangkan
dalam konteks yang sesuai.

Saran untuk penelitian selanjutnya


Rekomendasi dari pedoman gangguan hipertensi kehamilan dari negara
maju dalam bentuk yang ada mungkin tidak berlaku di negara berkembang
seperti Indonesia karena perbedaan fasilitas, kemampuan diagnostik atau
kebijakan yang terkait dengan praktik perawatan kesehatan. Ada kesenjangan
pengetahuan yang jelas mengenai kelayakan dan kelayakan penerapan
rekomendasi gangguan hipertensi kehamilan yang diidentifikasi dalam tinjauan
ini di perawatan primer Indonesia. Saat ini kami sedang melakukan studi metode
campuran untuk mengadaptasi dan mengkontekstualisasikan temuan dari
tinjauan ini untuk mengembangkan dan memandu pedoman untuk gangguan
hipertensi dalam manajemen kehamilan di Indonesia [11]. Studi epidemiologi
lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi etiologi preeklamsia, dan uji klinis
intervensi pengujian untuk mencegah, mendeteksi, memantau dan mengelola
19

gangguan hipertensi kehamilan diperlukan untuk mengurangi kematian ibu akibat


preeklamsia di Indonesia dan negara berpenghasilan rendah hingga menengah
lainnya.
BAB V

CRITICAL APPRAISAL

5.1 CASP (Critical Appraisal Skill Programme) Standard Checklist


Susunan dan kelengkapan jurnal: judul, desain studi, dan pembahasan
telah menggambarkan penelitian yang jelas dan terstruktur. Hasil berupa
tabel dan gambar juga ditampilkan sehingga lebih mempermudah pembaca
untuk memahami hasil dari penelitian tersebut.

Section A: Are the results of the study valid?


1. Did the study address a clearly focused issue? Ya. Dalam naskah ini,
penulis mampu menyajikan data yang cukup dan dapat membuat satu
kesimpulan yang mampu menjawab rumusan masalah.
2. Was the cohort recruited in an acceptable way? Ya, karena pengambilan
sampel sudah representatif dengan populasi dan sampel memenuhi
kriteria, dengan metode tinjauan pustaka, randomized, open-label.
3. Was the exposure accurately measured to minimise bias? Ya, karena
seluruh catatan di screening hingga sesuai dengan kriteria inklusi
4. Was the outcome accurately measured to minimise bias? Ya, karena data
dianalisis secara detail dan tidak ada imputasi untuk data yang hilang.
5. Confounding Factor
a. Have the authors identified all important confounding factors? yes
b. Have they taken account of the confounding factors in the design and/or
analysis? sudah
6. Follow Up
a. Was the follow up of subjects complete enough? Ya.
b. Was the follow up of subjects long enough? Ya. Follow up dilakukan
selama 1tahun sejak awal penelitian dimulai.

Section B: What are the results?


7. What are the results of this study? Hasil penelitian ini menunjukkan Hampir
dari semuanya, sebagian dapat diterapkan dengan beberapa manajemen
yang berpotensi dapat diadopsi ke faskes primer di Indonesia

20
21

8. How precise are the results? Sangat presisi, tapi peneliti mengharapkan
ada penelitian lebih lanjut karena perbedaan fasilitas, kemampuan
diagnostik atau kebijakan yang terkait dengan praktik perawatan kesehatan
9. Do you believe the results? Ya.

Section C: Will the results help locally?


10. Can the results be applied to the local population? Mungkin bisa, apabila
terdapat sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang menunjang
penelitian.
11. Do the results of this study fit with other available evidence? Ya, karena
bisa melengkapi penelitian sebelumnya dan bisa menjadi sumber referensi
untuk penelitian selanjutnya.
12. What are the implications of this study for practice?
POGI pada bagian ini memiliki rekomendasi yang sama dengan NICE
untuk membedakan faktor risiko preeklamsia menjadi risiko tinggi dan
sedang. Namun, kesesuaian faktor risiko yang teridentifikasi dibandingkan
dengan epidemiologi Indonesia saat ini masih kurang jelas. Sementara itu,
ada juga beberapa penelitian yang menyebutkan anemia sebagai faktor
risiko preeklamsia lain di negara berkembang dan anemia di Indonesia juga
lazim, namun hal ini tidak dibahas secara rinci pada pedoman yang
diidentifikasi dalam tinjauan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mammaro Alessia, Carrara Sabina, Cavaliere Alessandro, Ermito Santina,
Dinatale Angela, Pappalardo Elisa Maria, et al., Hypertensive disorders of
pregnancy, J. Prenatal Med. 3 (1) (2009) 1–5.
2. Say Lale, Chou Doris, Gemmill Alison, Tunçalp Özge, Moller Ann-Beth,
Daniels Jane, et al., Global causes of maternal death: a WHO systematic
analysis, The Lancet Global Health 2 (6) (2014) e323-e33.
3. Expanding. Maternal Mortality: a Restropective Chart-Review of 112 death in
12 Hospitals in Indonesia January-June 2015 2016.
http://emasindonesia.org/assets/up/2017/07/MaternalReportwithCover.pdf.
Accessed July 2017.
4. Koblinsky Marjorie A. Reducing maternal mortality: learning from Bolivia,
China, Egypt, Honduras, Indonesia, Jamaica, and Zimbabwe: Washington,
DC: World Bank, 2003.; 2003.
5. de Jonge Ank, Stuijt Rosan, Eijke Iva, J. Westerman Marjan, Continuity of
care: what matters to women when they are referred from primary to
secondary care during labour? a qualitative interview study in the
Netherlands, BMC Pregnancy Childbirth 14 (1) (2014) 1–11.
6. Thorsen Viva Combs, Sundby Johanne, piecing together the maternal death
puzzle through narratives: the three delays model revisited, PLoS ONE 7
(12) (2012) e52090.
7. SEARO-WHO, R.I. Kementerian Kesehatan, I.B.I. POGI, Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan, Rujukan 1
(2013) 368 http://www.searo.who.int/indonesia/documents/976-602-235-265-
5-bukusakupelayanankesehatan-ibu.pdf?ua=1 , Accessed date: 13 August
2017.
8. Kulonprogo Local Health Office. Referral Manual for Pregnancy, Labor,
Delivery and Newborn Care, according to the Technical Procedure of
Jampersal and Situation at Kulonprogo District Kulon Progo
Yogyakarta2012. p. 73. Available at
https://kebijakankesehatanindonesia.net/v13/images/manualrujuk/MANUAL
%20RUJUKAN20KEHAMILAN%20KULON%20RPOGO%20FINAL.pdf.
Accessed 20 August 2017.
9. National Institute for Health and Clinical Excellence. Hypertension in
pregnancy. 2013. P 1-46, https://www.nice.org.uk/guidance/cg107. Accessed
20 August 2017.
10. S. Belton, Myers Bronwyn, Ngana Frederika Rambu. Maternal deaths in
eastern Indonesia: 20 years and still walking: an ethnographic study, BMC
Pregnancy Childb. 14 (1) (2014) 39.
11. Ekawati Fitriana Murriya, Licqurish Sharon, Emilia Ova, Gunn Jane,
Brennecke Shaun, Lau Phyllis, Developing management pathways for
hypertensive disorders of pregnancy (HDP) in Indonesian primary care: a
study protocol, Reproductive Health 16 (1) (2019) 12.
12. Kelompok Kerja Pelayanan Rujukan Kesehatan Ibu dan Anak Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua. Manual Rujukan Maternal dan Neonatal
Kabupaten Jayapura Propinsi Papua (Referral Manual for Maternal and
Neonatal Cases in Jayapura District, Papua). Jayapura: Dinas Kesehatan
Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, 2015.

22
23

https://indonesia.unfpa.org/sites/default/files/pub-
pdf/Manual_Rujukan_Maternal_Neonatal_Kab_Jayapura_BIndo_2015.pdf.
Accessed 9 July 2019.
13. Kelompok kerja Pelayanan Rujukan Ibu dan Anak Kota Balikpapan Provinsi
Kalimantan Timur. Manual Rujukan Maternal Perinatal (Referral Manual
Maternal Perinatal Cases). In: Health, editor. Balikpapan: Dinas Kesehatan
Kota Balikpapan; 2015. p. 45. Available at
https://drive.google.com/file/d/0B85Ahc2Vdqcdbk1uSWc1QklyaEU/view.
Accessed 9 July 2019.
14. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Maternal Himpunan
Kedokteran Feto. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan
Tata Laksana Preeklamsia. Jakarta: POGI 2016.
https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-danppk/. Accessed 9 September
2019.
15. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor. 97 Tahun 2014, tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan mesa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan
seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia; 2014.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg
%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf. Accessed 9 September
2019.
16. Kementerian Kesehatan RI, in: Kesehatan (Ed.), Buku Kesehatan Ibu Dan
Anak, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/BUKU%20KIA
%2020_03%202016.pdf. Accessed 9 September 2019.
17. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 Tentang Formularium
Nasional. In: Health, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2017.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-
MENKES-659-2017_ttg_Formularium_Nasional_.pdf. Accessed 9
September 2019.
18. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. In:
Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2017.
http://www.ibi.or.id/media/PMK%20No.%2028%20ttg%20Izin%20dan
%20Penyelenggaraan%20Praktik%20Bidan.pdf. Accessed 4 September
2019.
19. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat In: Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
https://dpmpt.gunungkidulkab.go.id/upload/download/6818b91c11e54442553
1c9ddcbd6ff13_lab%20puskesmas.pdf. Accessed 19 September 2019.
20. M. Brouwers, M.E. Kho, G.P. Browman, F. Cluzeau, G. Feder, B. Fervers, S.
Hanna, J. Makarski, on behalf of the AGREE Next Steps Consortium.
AGREE II: Advancing guideline development, reporting and evaluation in
24

healthcare, Can. Med. Assoc. J. Dec. 182 (2010) E839–E842,


https://doi.org/10.1503/cmaj.090449.
21. C. Brouwers Melissa, E. Kho Michelle, P. Browman George, S. Burgers
Jako, Cluzeau Francoise, Feder Gene, et al. AGREE II: advancing guideline
development, reporting and evaluation in health care. Can. Med. Assoc. J.,
2010;182(18), E839-E42.
22. Patton Michael Quinn. Qualitative research & evaluation methods/Michael
Quinn Patton: Thousand Oaks, Calif.: Sage Publications, c2002. 3rd ed.,
2002.
23. Fiona Milne, Chris Redman, James Walker, Philip Baker, Julian Bradley,
Carol Cooper, et al., The pre-eclampsia community guideline (Precog): how
to screen for and detect onset of pre-eclampsia in the community, BMJ: Br.
Med. J. 7491 (2005) 576.
24. M. Fiona, R. Chris, W. James, B. Phil, B. Rebecca, B. Jill, et al.,
GUIDELINES, F.M. Ekawati, et al. Pregnancy Hypertension 19 (2020) 195–
204 203 Assessing the onset of pre-eclampsia in the hospital day unit:
summary of the preeclampsia guideline (PRECOG II), BMJ: Br. Med. J. 7721
(2009) 626.
25. Society of Obstetric Medicine of Australia and New Zealand. SOMANZ
guidelines for the management of hypertensive disorders of pregnancy 2014,
Aust. N. Z. J. Obstet. Gynaecol. 55 (5) (2015) e1–e29.
26. Queensland Clinical Guidelines. Hypertensive disorders of pregnancy. In:
Health Do, editor. Queensland2015. p. 1-37.
https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0034/139948/g-hdp.pdf.
Accessed 17 August 2017.
27. The American Congress of Obstetricians and Gynecologists. Hypertension in
Pregnancy. 2013. p. 1-100. https://www.acog.org/~/media/Task%20Force
%20and%20Work%20Group
%20Reports/public/HypertensioninPregnancy.pdf. Accessed 14 August
2017.
28. D. Lindheimer Marshall, J. Taler Sandra, F Gary Cunningham, ASH position
paper: hypertension in pregnancy, J. Clin. Hypertens. 11 (4) (2009) 214–225.
29. Magee Laura A., Pels Anouk, Helewa Michael, Rey Evelyne, von Dadelszen
Peter. Diagnosis, evaluation, and management of the hypertensive disorders
of pregnancy: executive summary. J. Obstetrics Gynaecol. Canada: JOGC =
Journal D'obstetrique Et Gynecologie Du Canada: JOGC. 2014, 36(5), 416–
441.
30. HDP CPG Working Group Clinical Practice Guideline Committee Insurance
and Risk Management Program. Clinical Practice Guideline No.15
Hypertensive Disorders of Pregnancy. 2012, 1–46.
http://www.ontariomidwives.ca/images/uploads/guidelines/No15_CPG_HDP_
062612.pdf. Accessed 14 August 2017.
31. Y. Heida Karst, L. Bots Michiel, J.M. de Groot Christianne, M. van Dunne
Frederique, M. Hammoud Nurah, Hoek Annemiek, et al., Cardiovascular risk
management after reproductive and pregnancy-related disorders: a Dutch
multidisciplinary evidence-based guideline, Eur. J. Preventive Cardiol. 23
(17) (2016) 1863–1879.
32. Mounier-Vehier Claire, Amar Jacques, Boivin Jean-Marc, Denolle Thierry,
Fauvel Jean-Pierre, Plu-Bureau Geneviève, et al., Hypertension and
25

pregnancy: expert consensus statement from the French Society of


Hypertension, an affiliate of the French Society of Cardiology, Fundam. Clin.
Pharmacol. 31 (1) (2017) 83–103.
33. Regitz-Zagrosek Vera, Lundqvist Carina Blomstrom, Borghi Claudio, Cifkova
Renata, Ferreira Rafael, Foidart Jean-Michel, et al., ESC Guidelines on the
management of cardiovascular diseases during pregnancy, Eur. Heart J.
(2011) ehr218.
34. WHO, WHO Recommendations for Prevention and Treatment of Pre-
Eclampsia and Eclampsia, WHO, Genewa, 2011, p. 48.
https://www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_healt
h/9789241548335/en/. Accessed 20 August 2017.
35. WHO. Pregnancy, Childbirth, Postpartum and Newborn Care: A Guide for
Essential Practice. 2015. WHO.
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/imca-essential-
practice-guide/en/. Accessed 20 August 2017.
36. WHO, UNICEF. Managing complications in pregnancy and childbirth: a guide
for midwives and doctors. 2017. WHO.
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/managing-
complications-pregnancy-childbirth/en/. Accessed 21 September 2019.
37. M.A. Brown, L.A. Magee, L.C. Kenny, S.A. Karumanchi, F.P. McCarthy, S.
Shigeru, et al., The hypertensive disorders of pregnancy: ISSHP
classification, diagnosis & management recommendations for international
practice, Pregnancy Hypertens 13 (2018) 291–310.
38. F. Milne, C. Redman, J. Walker, P. Baker, J. Bradley, C. Cooper, et al., The
preeclampsia community guideline (PRECOG): how to screen for and detect
onset of pre-eclampsia in the community, Br. Med. J. 330 (7491) (2005) 576–
580.
39. D. Lindheimer Marshall, J. Taler Sandra, F Gary Cunningham, ASH position
paper: hypertension in pregnancy, J. Clin. Hypertens. (Greenwich, Conn) 11
(4) (2009) 214–225.
40. R. Abu Zuhairah Ammar, M. Al-Dawood Kasim, H. Khamis Amar, Family
medicine training in Saudi Arabia: are there any variations among different
regions? J. Family Community Med. 22 (2) (2015) 106–110.
41. A. Magee Laura, Helewa Michael, Rey Evelyne, Cardew Savannah, Côté
AnneMarie, M. Joanne Douglas, et al., Diagnosis, evaluation, and
management of the hypertensive disorders of pregnancy, J. Obstetrics
Gynaecol. Canada 30 (3) (2008) S1–S2.
42. Heida Karst, Bots Michiel, Cohen Miram, Dunné Frederique Van, Groot
Christianne De, Hammoud Nurah, et al., Cardiovascular risk management
after reproductive and pregnancy related disorders: a Dutch multidisciplinary
evidencebased guideline, Pregnancy Hypertens. 5 (3) (2015) 235 O119.
43. N. Bazzano Alessandra, Green Erik, Madison Anita, Barton Andrew, Gillispie
Veronica, A.L. Bazzano Lydia, Assessment of the quality and content of
national and international guidelines on hypertensive disorders of pregnancy
using the AGREE II instrument, BMJ Open. 6 (1) (2016) e009189-e.
44. E.R. Gillon Tessa, Pels Anouk, Peter von Dadelszen, MacDonell Karen, A.
Magee Laura, Hypertensive disorders of pregnancy: a systematic review of
international clinical practice guidelines, PLoS ONE 9 (12) (2014) 1–20.
26

45. I. Kennedy, B. Stephens, A novel antenatal record to help midwives, The


Practitioner 223 (1333) (1979) 18–24.
46. C.E. Lennox, An action orientated antenatal card for Papua New Guinea,
Papua New Guinea Med. J. 24 (4) (1981) 280–285.
47. L. LeFevre Michael, Low-dose aspirin use for the prevention of morbidity and
mortality from preeclampsia: U.S. preventive services task force
recommendation statement, Ann. Internal Med. 161 (11) (2014) 819–826.
48. R. Perez-Cuevas, W. Fraser, H. Reyes, D. Reinharz, A. Daftari, C.S. Heinz,
et al., Critical pathways for the management of preeclampsia and severe
preeclampsia in institutionalised health care settings, BMC Pregnancy
Childb. 3 (1) (2003) 6.
49. Akbar Muhammad Ilham Aldika, Bachnas Muhammad Adrianes, Mose
Johannes Cornelius, Dachlan Erry Gumilar, Ernawati Ernawati, Dekker
Gustaaf Albert, et al. 28. The massive problem of preeclampsia in indonesia:
In need of a redesigned national health care system. Pregnancy
Hypertension. 2018, 13, S16.
50. Bilano Ver Luanni, Ota Erika, Ganchimeg Togoobaatar, Mori Rintaro, Souza
João Paulo. Risk factors of pre-eclampsia/eclampsia and its adverse
outcomes in lowand middle-income countries: a WHO secondary analysis.
PLOS ONE, 2014, 9(3), e91198.
51. A. Salam Rehana, K. Das Jai, Ali Anum, Bhaumik Soumyadeep, S. Lassi
Zohra, Diagnosis and management of preeclampsia in community settings in
low and middle-income countries, J. Family Med. Primary Care 4 (4) (2015)
501–506.
52. J. Hussein, K.H.M. Ahmed, N.M.E. Abu-Rmeileh, Barriers to pre-eclampsia
incidence reduction among women of somaliland-an implementation
imbedded qualitative research 2016, Indian J. Public Health Res.
Development 3 (2017) 252.
53. A. Kumar, N. Agrawal, Brought in dead: an avoidable delay in maternal
deaths, J.
Obstetrics Gynecol. India 66 (2016) 60–66.
54. Y. Mawarti, A. Utarini, M. Hakimi, Maternal care quality in near miss and
maternal mortality in an academic public tertiary hospital in Yogyakarta,
Indonesia: a retrospective cohort study, BMC Pregnancy Childb. 17 (2017)
149, https://doi.org/10.1186/s12884-017-1326-4

Anda mungkin juga menyukai