Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ISLAM DISIPLIN ILMU


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester mata kuliah Islam Disiplin Ilmu

Dosen mata kuliah :


Drs. Tubagus Hidayatullah M.Ag.
Disusun oleh :
Aditia Pirmansah
185040080
Kelas : Biologi B

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kita junjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
Tauladan sejati sampai akhir zaman, sehingga penulis atau penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik tanpa adanya halangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan.
Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya terhadap penulis dan pembaca.

Bandung, 21 Juli 2020

Penulis

i|Page
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH ISLAM DISIPLIN ILMU

Makalah ini untuk memenuhi tugas ujia akhir semester mata kuliah Islam Disiplin Ilmu telah
diselesaikan oleh:
Nama : ADITIA PIRMANSAH
NPM : 185040080
Kelas :B
Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Makalah ini diajukan sebagai syarat memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Islam
Disiplin Ilmu. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan  

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii
Bab 1 (Pendidikan Dalam Presfektif Islam)....................................................................................1
Bab 2 ( Ilmu Pengetahuan Dalam Presfektif Islam ).......................................................................3
Bab 3 (Anak Didik Dalam Presfektif Islam)...................................................................................6
Bab 4 (Pembelajaran Dalam Presfektif Islam)................................................................................9
Bab 5 ( Pendidikan Agama Islam )................................................................................................13
Bab 6 ( Keluarga Prespektif Islam Dalam Islam)..........................................................................17
Bab 7 ( Pendidkan Karakter Dalam Presfektif Islam)...................................................................19
Bab 8 Biologi Dalam Ilmu-Ilmu Islam.........................................................................................22
Bab 9 ( Aplikasi Syukur dan Sabar Dalam Kehidupan )...............................................................24
Bab 10 ( Aplikasi Iklas dan Tawakal Dalam Kehidupan )............................................................25
Bab III PENUTUP.........................................................................................................................29
A. Kesimpulan.........................................................................................................................29
B. Saran...................................................................................................................................29

iii | P a g e
Bab 1 (Pendidikan Dalam Presfektif Islam)
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan
manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan
penelitian

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’lim dan
al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah
term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Berikut penulis akan
menjelaskan mengenai tiga kosa kata tersebut:

1.Al-Tarbiyah

Kata al-Tarbiyah dalam bahasa Arab, Rabba, yarbu, tarbiyah: memiliki makna “tumbuh” “berkembang”,
tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual. Qurtubi seperti yang dikutip oleh sahrodi mengatakan bahwa "Rabb" merupakan suatu
gambaran yang diberikan kepada suatu perbandingan antara Allah sebagai pendidik dan manusia sebagai
peserta didik

2.Al-Ta’lim

Al-Ta'lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata 'allama. Istilah tarbiyah
diterjemahkan dengan pendidikan, sedangkan ta'lim diterjemahkan dengan pengajaran.6 Dalam Alquran
dinyatakan, bahwa Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

3. Al-Ta’dib

Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti antara lain:
membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang
baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan
orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang

Ruang Lingkup Pendidikan Islam


A. Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran
kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)
Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak?

 Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan) Jalin hubungan
komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif. Hadits
Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan
kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)

1|Page
 Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin Seperti ketika kita bersin katakan
alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah
jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti.
 Memanfaatkan momen religious Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan
ramadhan, tadarus, buka shaum bareng.
 Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah Jangan
mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang
jujur disayang Allah”.
B. Pendidikan Akhlak
Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah
berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh
tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak :
Penuhilah kebutuhan emosinya
Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan
cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan
bahwa ia mendapatkan dukungan. Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah
mereka …:” (H.R Bukhari)
Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42) Seperti bahwa berbohong itu
tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik.
Tujuan Pendidikan Secara Umum
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh
pendidikan. Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan
yang hendak dicapai, hal ini dapat dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami
bangsa Indonesia.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

2|Page
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
Tujuan Pendidikan Menurut Islam
Tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup seorang Muslim. Tujuan pendidikan
di samping menekankan keimanan kepada Allah, juga menciptakan seorang Muslim yang benar.
Menurut Prof Naquib al Attas, tujuan pendidikan adalah mengembalikan manusia kepada fitrah
kemanusiaannya bukan pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga negara,
yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai dengan perannya dalam kehidupan
bernegara. Menurutnya, konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia
yang baik, manusia yang sempurna sesuai dengan fungsi utama diciptakannya. Manusia itu
membawa dua misi sekaligus, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai khalifah di
bumi (khalifah fi al-ardh).
Islam pada hakikatnya sangat menjunjung tinggi pendidikan dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dalam perspektif Islam memiliki banyak pendapat, yaitu ada yang mengistilahkan
Al-Tarbiyah, Al-Ta'lim dan Al-Ta'dib. Pendidikan Islam adalah upaya bimbingan
mengoptimalkan potensi siswa menjadi bertaqwa dan beriman. Pendidikan Islam memiliki
tujuan untuk menjadikan manusia menjadi sempurna yaitu taqwa

Bab 2 ( Ilmu Pengetahuan Dalam Presfektif Islam )


Kata Ilmu berasal dari bahasa Arab, A’lama yang berarti pengetahuan. Kata ini sering
disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris. Kata science itu sendiri memang bukan
asli inggris, tetapi ia merupakan serapan dari bahasa Latin, scio, scire yang arti dasarnya
pengetahuan. Ada juga yang menyebutkan bahwa science berasal dari bahasa Latin scire dan
scientia yang berarti pengetahuan dan aktivitas mengetahui.
Al– Ghozali mengartikan pengetahuan sebagai hasil aktifitas mengetahui, yakni : tersingkapnya
suatu kenyataan kedalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. Menurut Al-Ghozali,
jiwa yang tidak ragu terhadap yang diketahui menjadi syarat mutlak untuk diterimanya
pengetahuan. Hakikat ilmu bersifat koherensi sistemik. Artinya, ilmu harus terbuka kepada siapa
saja yang mencarinya.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan epistimologi, dalam epistimologi Islam,
pengetahuan dapat diperoleh dua cara yaitu Pertama melalui usaha manusia, kedua yang
diberikan oleh Allah SWT. Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha manusia ada 4 jenisnya,
yaitu:

 Pengetahuan empiris yang diperoleh melalui indera


 Pengetahuan sains yang diperoleh melalui indra dan akal
 Pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui akal

3|Page
 Pengetahuan intuisi yang diperoleh melalui qalb(hati)

Sedangkan pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT berupa:

 Wahyu yang disampaikan kepada para rasul


 Ilham yang diterima oleh akal manusia
 Hidayah yang diterima oleh qalb manusia.

Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Prspektif Islam


Pemahaman ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam dapat ditelusuri dan dikaji, ternyata Islam
sebagai ajaran Allah SWT dan sunah Rasulullah berkembang dalam sejarah bukan hanya sebagai
agama, melainkan juga sebagai kebudayaan dan peradaban manusia. Islam pada awalnya
memang lahir sebagai agama dimekah. Tetapi kemudian tumbuh dan berkembang di Madinah
menjadi Negara, selanjutnya membesar di Damsyik menjadi kekuasaan politik internasional
yang luas. Islam mengajarkan tentang kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkanya. Bagi umat
islam, Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran agama Islam mengandung perintah untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebutkan ilmu pengetahuan, seperti istilah ilmu,
pengetahuan, al-ilm dan sains. Dalam konteks Islam, sains tidak menghasilkan kebenaran
absolut. Istilah yang paling tepat untuk mendefinisikan pengetahuan adalah al-ilm, karena
memiliki dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau
Al-qur‟an yang mengandung kebenaran absolut. Kedua , bahwa metode mempelajari
pengetahuan yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama valid; semuanya menghasilkan
bagian dari satu kebenaran dan realitas bagian yang sangat bermanfaat untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi.
Karakteristik Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam
a. Bersandar Pada Kekuatan Spiritual
Dewasa ini, keprihatinan mulai muncul di kalangan pemikir muslim, terhadap watak sains
modern Barat dan akibatnya yang ditimbulkannya. Sains ini telah dirasakan membahayakan
umat Islam khususnya. Ilmu pengetahuan Islam senantiasa berupaya untuk menerapkan metode-
metode yang berlainan sesuai dengan watak subjek yang dipelajari dan cara-cara memahami
subjek tersebut. Para ilmuan muslim dalam mengembangkan beraneka ragam cabang
pengetahuan telah menggunakan setiap jalan pengetahuan yang terbuka bagi manusia dari
rasionalisasi dan interpretasi.
Hubungan yang Harmonis antara Wahyu dan Akal
Karakter ilmu dalam islam yang kedua adalah didasarkan hubungan yang harmonis antara wahyu
dan akal. Keduanya tidak bertentangan karena terdapat titik temu. Oleh karena itu, ilmu dalam
islam tidak hanya diformulasikan dan dibangun melalui akal semata, tetapi juga melalui wahyu.

4|Page
Akal berusaha bekerja maksimal untuk menemukan dan mengembangkan ilmu, sedang wahyu
datang memberikan bimbingan serta petunjuk yang harus dilalui akal. Maka ilmu dalam islam
memiliki sumber yang lengkap. Semua ilmu pada hakekatnya berasal dari Allah, sehingga tidak
terdapat dikotomi antara yang religius dan sekuler. Prinsip ini menjadi karakter ilmu
pengetahuan dalam islam.
Semua ilmu pada hakekatnya berasal dari Allah, sehingga tidak terdapat dikotomi antara yang
religius dan sekuler. Prinsip ini menjadi karakter ilmu pengetahuan dalam islam.
Interpendensi Akal dengan Intuisi.
Dalam tradisi pemikiran Islam, ilmu pengetahuan dibangun adakalanya atas kerjasama
pendekatan akal dan intuisi. Akal memiliki keterbatasan-keterbatasan penalaran yang kemudian
disempurnakan oleh intuisi yang sifatnya pemberian dari intuisi masih belum tersusun rapi,
sehingga dibutuhkan bantuan nalar untuk mensistematisasikan pengetahuan-pengetahuan yang
bersifat pemberian itu. Dengan pengertian lain, akal membutuhkan intuisi, dan begitu pula
sebaliknya, intuisi membutuhkan akal. Keduanya saling membutuhkan bantuan dari pihak
lainnya untuk menyempurnakan pengetahuan yang dicapai masing-masing.
Dalam proses pemahaman kebenaran, akal dan intuisi harus saling menunjang satu sama lain.
Pemberian prioritas pada salah satunya, akan menyesatkan. Untuk domain Yang Maha Gaib,
tanpa dukungan iman, penalaran manusia tidak punya akses sama sekali. Selanjutnya, bahkan
pascal melihat dengan jelas, bahwa perkembangan rasional tidak pernah akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang paling esensial. Bukan lantaran pikiranya, melainkan berkat rahmat
Tuhanlah, paradoks-paradoks eksistensi manusia bias teratasi.
Memiliki Orientasi Teosentris
Bertolak dari suatu pandangan, bahwa ilmu berasal dari Allah dan ini merupakan satu perbedaan
mendasar antara ilmu dan sains, maka implikasinya berbeda sama sekali dengan sains, ilmu
dalam islam memiliki perhatian yang sangat besar kepada Allah. Artinya ilmu tersebut
mengemban nilai-nilai ketuhanan, sebagai ilmu yang memberikan kesejahteraan dan kedamaian
bagi semua makhluk. Sebaliknya ilmu tersebut tidak boleh menyimpang dari ajaran-ajaran Allah.
Jika Sains Barat tidak memiliki kepedulian kepada Tuhan maka ilmu dalam Islam selalu
dioroentasikan kepada Allah untuk mencapai kebahagian Hakiki.16
Identitas keagamaan dalam realitasnya turut serta mempengaruhi rangkain proses pola-pola
berfikirnya dalam upaya mendapatkan pengetahuan, oleh karena itulah iman memainkan peranan
yang penting sekali.
Terikat nilai
Etika tidak diperhatikan dalam tradisi keilmuan Barat, sehingga Barat mampu mencapai sains
dan teknologi, namun kemajuan tersebut sesungguhnya semu dan mengalami kepincangan
mengingat dalam waktu yang bersamaan menimbulkan dekadensi moral yang sangat parah.

5|Page
Berbeda dengan tradisi Barat tersebut, tradisi keilmuan Islam sejak dini memiliki perhatian besar
pada etika. Pada prinsipnya etika diyakini memiliki peranan yang sangat besar dalam menuntun
perkembangan pengetahuan dan respons masyarakat, sehingga pertimbangan pertimbangan
aksiologis selalu ditempatkan menyertai pertimbangan-pertimbangan epistomologis, disamping
mampu mencapai kemajuan juga mampu mempertahankan keutuhan moralitas yang positif.
Ilmu dalam Islam merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh dari
para ilmuwan muslim atas persoalanpersoalan duniawī dan ukhrāwī dengan berlandaskan kepada
wahyu Allah. Pengetahuan ilmiah diperoleh melalui indra, akal, dan hati/intuitif yang bersumber
dari alam fisik dan alam metafisik. Hal ini berbeda dengan epistemologi ilmu di Barat yang
hanya bertumpu pada indra dan akal serta alam fisik.
Kemajuan ilmu di Barat memunculkan banyak ekses negatif seperti sekularisme, materialisme,
hedonisme, individualisme, konsumerisme, rusaknya tatanan keluarga, pergaulan bebas, dan
penyalahgunaan obat terlarang. Wa Allâh A’lam bi al-Shawâb.

 Dalam epistimologi Islam, pengetahui diperoleh dua cara yaitu Pertama melalui usaha
manusia, kedua yang diberikan oleh Allah SWT.
 Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah Al-Qur‟an. Al Hadis.
 Ilmu pengetahuan Islam senantiasa berupaya untuk menerapkan metode-metode yang
berlainan sesuai dengan watak subjek yang dipelajari dan cara-cara memahami subjek
tersebut.
 Semua ilmu pada hakekatnya berasal dari Allah, sehingga tidak terdapat dikotomi
antara yang religius dan sekuler. Prinsip ini menjadi karakter ilmu pengetahuan dalam
islam.
 Hakekat ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam memiliki perbedaan dengan yang
dianut dari Barat.

Bab 3 (Anak Didik Dalam Presfektif Islam)


Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi
lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh
proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal sekolah saja. Dalam sistem
pendidikan Islam, pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting. Pendidik adalah
orang yang memberi didikan kepada peserta didiknya, sedangkan peserta didik adalah orang
yang dididik oleh pendidik. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses belajar
mengajar untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang PendidikanIslam, yaitu:
a. Muta'allim

6|Page
Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta'allim erat
kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang mengajar, sedangkan muta'allim
adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman
Allah swt. yang artinya: "Dan bertanyalahkepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk
mengetahui." Dan Sabda Rasulullah Saw"Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan
perempuan.
b.Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yangdipelihara. Defenisi
Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan mutarabbi
adalah yang dididik dan diasuh.
c.Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yangdididik untuk
menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal darimuaddib yang artinya
mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddibadalah orang yang diberi
pendidikan tentang tingkah laku
B.Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik
Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harussenantiasa
dilakukan peserta didik adalah:

 Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu


membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-mengajar itu merupakan
ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati yang bersih.
 Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai keutamaan
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
 Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan keluarga dan tanah air.
 Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum menukar
guru
 Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya karena Allah serta
berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik
 Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk ditempat
duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.
 Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan rahasia, dan
jangan pula menipunya.
 Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
 Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik

7|Page
 Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik di waktu senjadan
menjelang subuh atau di antara waktu Isya' dan makan sahur.
 Bertekad untuk belajar seumur hidup

Etika peserta didik


Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan. Dalam etika
peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.
Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis , menurut Al-Ghozali ada sebelas kewajiban peserta
didik yaitu

 Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt, sehinga dalam
kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanyadari akhlak yang
rendah dan watak yang tercelah.
 Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
 Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk kepentingan
pendidikannya.
 Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran.
 Belajar dengan carabertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju
pelajaran yang sukar.
 Belajar ilmu sampai tuntas sam[ai pada kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehinga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam
 Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
 Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
 Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
 Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
 Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi

Aspek-aspek Peserta Didik


Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam,
diantaranya:Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:

 Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluriyang melekat dan
langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan dimuka bumi ini.
 Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai penyempurnaan
hidayah pertama.
 Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua hidayah di atas,
sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasimenemukan ilmu pengetahuan.
 Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal yang
menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulisdalam al-Quran dan Sunnah.

8|Page
 Hidayah Taufik yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah petunjuk yang
lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada dalam an Allah. (Ramayu
2004: 102).
Sifat-sifat Ideal Peserta Didik
Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki pesertadidik
kepada 10 macam sifat, yaitu:

 Belajar dengan niat ibadah dalam ran tagarrub ila Allah. Konsekuensi dari sikap ini,
peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan akhlaq alkarimahdalam
kehidupan sehari-harinya, serta berupaya meninggalkan watakdan akhlak yang rendah
(tercela) sebagai refleksi atas Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5 1:56.
 Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding ukhrawi atau
sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua dimensi kehidupan (dunia
akhirat sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanat- Nya, baik secara vertikal
maupun horizontal.
 Bersikap tawadhu (rendah hati).
 Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.Dengan
pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan dan perbedaan pendapat
sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk menumbuhkan wacana intelektual,
bukan sarana saling menuding danmengganggap diri paling benar.
 Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.
 Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran yangmudah
(konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yangfardhu ain menuju
ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19).
 Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yanglainnya.
Dengn cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara
mendalam.
 Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari rrubiali.
 Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
 Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, sertamemberi
keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun atasmanusia pada
umumnya.

Bab 4 (Pembelajaran Dalam Presfektif Islam)


istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk rnembelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif

9|Page
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada
dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan/merangsang seseorang agar bisa
belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan
pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok , yaitu:

 Bagaimana Orang Melakukan Tindakan Perubahan Tingkah Laku Melalui Kegiatan


Belajar.
 Bagaimana Orang Melakukan Tindakan Penyampaian Ilmu

Pengetahuan Melalui Kegiatan Mengajar.Dengan demikian, makna pembelajaran merupakan


kondisi eksternal kegiatan belajar, yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengondisikan
seseorang untuk belajar. Paparan di atas, mengilustlasikan bahwa belajar merupakan proses
internal siswa dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi guru, belajar
merupakan akibat tindakan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dalam perspektif agama islam
Tujuan pembelajaran dalam Islam ialah membina manusia agar mampu melakukah
penghambaan yang tulus kepada Allah semata. Allah Ta’ala berfirman, ”TidakIah Aku ciptakan
jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah.” (QS Adz-Dzériyat, 51 156). Penghambaan
ini dilakukan pada berbagai tingkatah kekhusyukan. Masing-masing tihgkatan itu berbeda selaras
dengah kondisi hatinya di hadapan Zat Yang Nlahakuasa. Penghambaah yang diridhal Allah
memiliki dua sisi, yaitu sisi peribadatan kepada Allah semata dan sisi penghambaah kepada
hamba Allah sebagaipelaksanaan atas perintah-Nya
Secara rinci, tujuan pembelajaran dalam Islam itu diuraikan oleh Al-Hazimi (2000:75- 212)
sebagai berikut.
1) Membina keilmuan
Ilmu yang paling utama dan mulia ialah ilmu agama, sebab dengan ilmu agama manusia beroleh
petunjuk. Jika tidak mengetahui dan memahami ilmu agama, dia akan tersesat dan merugi, baik
di dunia maupun akhirat. Ilmu yang perlu diprioritaskan manusia ialah ilmu yang mampu
mendekatkan diri kepada Allah Swt, yang menjauhkan dari kemaksiatan, dan yang bermanfaat
bagi umat manusia.
Upaya ta’lim perlu direspons dengan upaya ta'aum dari pihak siswa pembelajaran dan murid.
Dalam ilmu pendidikan lslam istilah yangdigunakan untuk mengungkapkan upaya apa saja
dalam mencari ilmu adalah thalabul ’iImi.
2) Membina Keyakinan
Pembinaan keilmuan menuntut adanya ilmu-ilmu yang dibinakan kepada pembelajar. Ilmu yang
pertama kali dibinakan ialah ilrnu agama Islam. Ilmu keislaman ini sangat beragam ditilikdari
sejenis, Urutan kepentingan, kedalaman kajian, dan fungsinya. Oleh karena itu, Salah satu tugas

10 | P a g e
ilmuwan ialah menyeleksi materi pertama yang perlu diberikan kepada pembelajar pada saat
manusia mulai belajar. Sehubungan dengan penentuan materi pembelajaran pertama, Allah Swt
telah memberikan isyarat dan petunjuk melalui ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali
diturunkan, yaitu ayat yang mengandung seruan untuk bertaunid. Urutan ini menunjukkan isyarat
yang jelas bahwa materi pembelajaran pertama adalah tentang ketauhidan. Setelah jiwa
mengenal Tuhan dan merasa tentram dengannya, barulah Tuhan menurunkan materi Iain yang
berhubungan dengan hukum syara’.

3) Membina Ibadah
Ibadah merupakan sebuah istilah yang dikenakan pada setiap perkara yang disukai dan diridhai
Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang Iahir maupun batin, selama perkara
itu dilakukan dengan ikhlash dan sesuai dengan ketentuan syari’ah. Dengan demikian, istilah
ibadah menjangkau hampir selurun aspek kehidupan manusia yang ditujukan untuk meraih
keridhaan-Nya. Berperilaku demikian merupakan tujuan kehadirannya di muka burni. Allah Swt
tidak menciptakan manusia dan jin melainkan supaya mereka beribadah.
4) Membina akhlak
Pembinaan akhlak bertujuan mengontrol perilaku manusia agar selaras dengan moral, etika, dan
nilai-nilai Islam. Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap akhlaK sebagaimana
hal itu terkandung dalam ayat-ayat AI-Quran dan hadis-hadis Nabi saw. Akhlak menegaskan
sejumlah kaidah, prinsip, dan nilai yang apabila dipegang teguh oleh individu, niscaya dia sukses
dan selamat dari berbagai fitnah, godaan, dan bisikan setan. Kesuksesan dan keberhasilan
seorang Muslim dalam me-Iaksanakan tugaskekhalifahan ini dikontrol oleh tiga piranti akhlak
berikut ini.
5) Membina profesi
Allah Ta’ala memuliakan hamba-Nya dengan agama yang lurus, Islam memuliakan kedud-ukan
profesi, kedudukan orang yang bekerja, dan pahala baginya sehingga dia terhindar dari meminta-
minta. Sebaliknya Islam mencela orang yang pemalas. Rasulullah saw bersabda, ”Makanan
terbaik yang disantap seseorang ialah hasil upaya tangannya. Nabi Dawud pun makan dari hasil
pekerjaan tangannya.” (HR Bukhari). Dalam hadis lain ditegaskan bahwa tangan yang di atas
lebih baik dari pada tangan yang di bawah; memberikan belanja kepada keluarga merupakan
perbuatan yang utama; uang terbaik seseorang ialah yang dibelanjakan kepada keluarganya;
pekerjaan sebagai sarana memberantas kemiskinan. Oleh karena itu, para nabi, sahabat, dan para
ulama pun memiliki profesi tertentu. Prinsip yang mereka anut dalambekerja ialah iknlas,
amanah, dan memilih pekerjaan yang halal.
6) Membina jasmani

11 | P a g e
Pendidikan jasmani merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Maka hukumnya tergantung pada
hukum tujuannya. Jika tujuannya wajib, sarana itu pun wajib. Hukum wasilah (sarana)tergantung
tujuan. Jika ditilik dari hukum syari’at, jenis permainan olahraga tergantung
padakarakteristiknya, misalhya olahraga itu tidak menimbulkan bahaya, tidak dimurkai Allah
dan Rasul-Nya, tidak menimbulkan perkara yang dibenci Allah dan Rasul-Nya, dan tidak
menimbulkan permusuhan, kebencian, dan tidak melupakan Allah dan shalat. Dengan demikian,
hukum jenis olahraga itu dapat dikategorikan mubah (boleh) atau haram.
7) Memelihara nilai
Sementara itu, Ibrahim (I999:67) menambahkan bahwa pendidikan diseleng-garakan untuk
memelihara nilai. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kekuatan, terutama kekuatan intelektual
dan pengetahuan, untuk memelihara nilai-nilai Islam. Dalam Islam, kekuatan itu tidak hadir
untuk melindungi bumi semata, tetapi untuk melindungi kemanusiaan, kehormatan, keyakinan,
harta, dan nilai. Pandangan demikian berlandaskan pada asumsi bahwa ruh bumi itu nilai. Jika
nilai sirna, bumi itu bagaikan debu belaka. Nilai itu melindungi manusia dan memberikan
kekebalan dari berbagai gangguan yang datang dari Iuar. Jadi, tujuan pendidikan ialah untuk
memahami nilai-nilai keislaman, memelihara, dan mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an

 Al-Qur’an Sebagai Solusi Terbaik

Al-Quran memiliki karakteristik yang sangat beda dan Iuar biasa, baik segi kandungan, bahasa
dan sisternatikanya, apabila dibandingkan dengan kitab suci ataubuku-bukulainbuatan
manusia.Kandungannya menyangkut seluruh masalah yang dibutuhkan oleh manusia tanpa batas
ruang dan waktus. Al-Quran telah menyiapkan diri untuk memberi solusi terbaik bagi segala
aspek kehidupan yang dapat dikembangkan oleh manusia. Kandungan Al-Quran sangat
komprehensif dan tidak menyisakan satu pun hal penting bagi kehidupan manusia. Semuanya
terhimpun dan dijelaskan di dalarnnya. Dengan demikian, Al-Quran memiliki kandungan dan
makna-makna yang tidak tersekat oleh batas-batas waktu dan ruang. la memiliki kemutlakan
makna yang dapat menernukan konteksnya pada seluruh alur perjalanan kehidupan manusia. Hal
ini menyiratkan suatu kehendak bahwa proses penafsiran Al~Quran tidak boleh berhenti.
2 Integrasi nilai-nilai Islami pada Pembelajaran
Pentingnya integrasi pendidikan nilai tersebut menjadi satu kerangka normatif dalam
merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Ali Asraf bahwa tujuan
pendidikan Islam :

 Mengambangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan mengembangkan


pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern.
 Membekali anak didik dengan berbagai kemampuan pengetahuan dan kebajikan, baik
pengetahuan praktis, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan pembangunan nasional.

12 | P a g e
 Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk.menghargai dan membenarkan
superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan lain.
 Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan
kreatif dapat berkembang dan berfungsi
 mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah. membantu anak yang sedang
tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan
berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep pengetahuan yang dituntut. Keenam
mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan komunikasi dalam
bahas tulis dan bahasa latin (asing)
Masih minimnya panduan Integrasi Nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran di sekolah baik
model, metode, ataupun pendekatan pembelajaran, dirasa perlu [kalau bukan harus] untuk
menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan muatan-muatan nilai yang
Islami. Tujuan kurikulum pendidikan Islami tidak semata-mata mendorong anak didik untuk
mampu berkomunikasi tanpa bimbingan orang lain dan sekaligus dapat memecahkan masalah
dengan baik, akan tetapi lebih sebagai jiwa atau ruh dari pendidikan itu. Sebagaimana pendidikan
yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw., yang lebih mengutamakan akhlak bagi ummatnya
“li utammima makarim al-akhlak“. Pemberian nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran
tentunya harus melalui etika dan pola pembelajaran yang sistematis mengikuti model, metoda,
pendekatan sebagai bentuk strategi belajar mengajar yang digunakan sehingga tujuan
dapattercapai secara maksimal.

Bab 5 ( Pendidikan Agama Islam )


Secara etimologi dalam konteks pendidikan islam, pendidik disebut juga dengan murabbi,
muallim, dan muaddib. Kata atau istilah “murabbi” misalnya sering dijumpai dalam kalimat
yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani.
Pemeliharaan seperti ini terlihat pada proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentu
berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan
kepribadian serta akhlak yang terpuji.
Sedangkan untuk istilah “mu’allim”, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang
lebih berfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu
kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah “muaddib” menurut al-Attas, lebih luas dari
istilah muallim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan islam.
Hakikat pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung
jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu
sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

13 | P a g e
Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban sebagai
pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap
pendidikan peserta didik. Pendidik juga diartikan sebagai orang yang betanggung jawab dalam
menginternalisasikan nilai -nilai religious dan berupaya menciptakan individu yang memiliki
pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna.
B.Siapa Saja Pendidik dalam Perspektif Agama Islam
Terdapat empat pembagian pendidik dalam Perspektif Islam, seperti berikut:

1.Allah
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah sebagai pendidik
dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Allah
memiliki pengetahuan yang amat luas. Ia adalah Maha pencipta. Firman Allah SWT. yang
artinya: “Dan (Allah) ‘allama (mengajarkan) segala macam nama kepada Adam.” (QS. al-
Baqarah: 31).
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT. sebagai pendidik bagi manusia.
Menurut Al-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah sebagai pendidik dengan manusia
sebagai pendidik sangatlah berbeda. Allah sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang
yang dididiknya. Sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap
sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.
2. Nabi Muhammad SAW.
Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai muallim (pendidik). Nabi sebagai penerima
wahyu Al-Qur’an yang bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat Islam
kemudian dilanjutkan dengan mengajarkan kepada manusia ajaran-ajaran tersebut. Hal ini pada
intinya menegaskan bahwa kedudukan Nabi sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah
SWT. Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada tuntunan Nabi
SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang waktu yang
begitu singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan yang ideal
(Nabi SAW). Keberhasilan Nabi SAW. sebagai pendidik didahului oleh bekal kepribadian
(personality) yang berkualitas unggul, kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial, serta
ketajamannya dalam Iqra’ bismirabbik (membaca, menganalisis, meneliti dan
mengeksperimentasi terhadap berbagai fenomena kehidupan dengan menyebut nama Tuhan),
kemudian beliau mampu mempertahankan iman, amal shaleh, berjuang dan menegakkan agama
Allah.
3. Orang tua

14 | P a g e
Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal ini disebabkan karena secara alami
anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari
merekalah anak mulai mengenal pendidikannya, dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah orang tuanya. Al-Qur’an
menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki orang tua sebagai guru, yaitu memiliki kesadaran tentang
kebenaran yang diperoleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, suka
menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Tuhan, memerintahkan anaknya agar menjalankan
perintah shalat, sabar dalam menghadapi penderitaan (QS. Luqman: 104). Itulah sebabnya orang
tua disebut “pendidik kodrati” yaitu pendidik yang telah diciptakan oleh Allah qodratnya
menjadi pendidik. Pendidik pertama dan utama orang tua sendiri. mereka berdua yang
bertanggungjawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses
tidaknya anak sangat tergantung pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak
merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah SWT.:
‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا قُوْ ا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا‬

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. at-Tahrim: 6) Sebagai pendidik
pertama dan utama terhadap anak-anaknya, orang tua tidak selamanya memiliki waktu yang
leluasa dalam mendidik anak-anaknya, sehingga anak lazimnya dimasukkan ke lembaga sekolah.
4. Guru
Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah
atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai dosen-dosen di
perguruan tinggi, kiai di pondok pesantren, dan lain sebagainya. Namun guru bukan hanya
menerima amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang
memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggungjawab
atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah menjelaskan: “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat.” (QS. an-Nisa’: 58)[7] Walaupun kewajiban mendidik adalah
milik orang tua, namun tidak sepenuhnya orang tua mampu untuk mendidik, maka dari itu
orangtua perlu bantuan dari lembaga pendidikan, dan dalam lembaga pendidikan pendidik itu
biasa disebut guru ataupun dosen.
C.Peran Pendidik dalam Pembinaan Akhlaq
Sikap-sikap ilmiah yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia antara lain:

 Sikap cinta akan kebenaran yang akan memberikan dorongan untuk terus-menerus
dengan segala ketelitian, ketekunan, keterbukaan, kerendahan hati, dan kejujuran mau
mencari jawaban yang lebih memuaskan dan sesuai dengan kenyataan.
 Sikap objektif yang berusaha menghindarkan diri dari pamrih, sikap apriori, dan
kecondongn-kecondongan subjektif (bisa) yang mengakibatkan distorsi atas hasil
penelitian.

15 | P a g e
 Sikap bertanggung jawab atas ilmunya baik pada komunitas ilmuwan maupun pada
masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung cepat atau lambat, akan terkena oleh
buah pemikiran dan penelitiannya.
 Sikap logis dan kritis yang tidak begitu saja menerima anggapan yang berlaku dalam
masyarakat, melainkan berusaha untuk mencari dan menemukan dasar penalaran di balik
anggapan tersebut, yang secara keseluruhan merupakan sikap-sikap yang relevan bagi
pembentukan pribadi yang beakhlak mulia.
Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap ilmiah yang
mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti sikap cinta, objektif,
bertanggung jawab, logis dan kritis. Keempat sifat ini sangat penting dimiliki. Karena sudah jelas
jika membuat peserta didik senang dengan pendidik harus dengan sikap cinta, seorang pendidik
harus memiliki sikap objektif dalam arti harus mendidik dengan menghilangkan rasa keinginan
mendapat imbalan atau pamrih, sikap bertanggung jawab juga harus dimiliki seorang pendidik
baik itu kepada ilmu yang dimiliki, kepada sesama ilmuan, kepada masyarakat dan kepada
peserta didiknya, sikap kritis dan logis juga sangat berperan penting bagaimana seorang pendidik
tidak boleh begitu saja menerima anggapan dari masyarakat, namun harus melalui pikirian yang
kritis dan logis.
1. Tugas pendidik
Tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:

 Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan


melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhir dengan pelaksanaan penilaian
setelah program dilakukan.
 Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
dan berkepribadian kami seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
 Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut
upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas
program pendidik yang dilakukan.

2. Tanggung Jawab Pendidik


Tangung jawab pendidik yaitu:

 Mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariatnya.


 Mendidik diri supaya beramal saleh.
 Mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksan akan kebenaran.
 Saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta
menegakkan kebenaran.

16 | P a g e
Menurut pendidikan Islam, macam-macam pendidik yaitu diawali oleh sang pencipta yang Maha
mengetahui yaitu Allah SWT, kemudian Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah dengan
mukjizat terbesarnya yaitu Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh manusia untuk menjalani
kehidupan agar bahagia di dunia dan akhirat. Kemudian pendidik dalam lingkungan keluarga
yaitu orang tua, karena orang tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anaknya dan itu memang sudah kewajiban bagi orang tua yang diberikan oleh Allah.
Pendidik berikutnya adalah Guru, orang yang mengarahkan, mendidik, mengajar, dan memimpin
peserta didik di lembaga pendidikan seperti sekolah.
Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap ilmiah yang
mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti sikap cinta, objektif,
bertanggung jawab, logis dan kritis. Seorang pendidik juga harus memiliki sifat-sifat yang
mendukung keprofesionalannya dalam mendidik, karena kedudukan pendidik dalam Islam
sangat penting dan tugas yang harus diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar,
pendidik, dan pemimpin, pendidikan akan lebih berkembang jika dilakukan dalam instansi atau
lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi

Bab 6 ( Keluarga Prespektif Islam Dalam Islam)


Keluarga merupakan bagian terkecil dalam suatu masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak. Meskipun demikian ada juga keluarga yang hanya terdiri dari ayah dan ibu dalam
sebuah rumah tangga. Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang merupakan produk
dari adanya ikatan-ikatan kekerabatan yang mengikat satu individu dengan yang lainnya. Dengan
pengertian ini keluarga berarti merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat.
Keluarga dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu keluarga luas atau keluarga besar
yang disebut dengan al-‘ailah, dan keluarga inti atau keluarga kecil yang disebut dengan istilah
al-usrah. Al-‘ailah dimaknai sebagai lembaga tempat hidup bersama dengan situasi yang
berbeda-beda, tapi di bawah satu formasi keluarga, yang di dalamnya terbentuk sebuah ikatan
bersama. Sedangkan al-usrah adalah kelompok sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang belum menikah.
Dalam Al-Qur’an istilah keluarga disebut dengan Ahlun. Keluarga menurut perspektif Islam merupakan
kumpulan kecil masyarakat yang mana masyarakat-masyarakat yang lebih besar terbentuk dari kumpulan
– kumpulan ini. Kumpulan yang kecil ini terdiri dari seorang perempuan dan laki-laki, dan dengan
melahirkan anak – anak menjadi luas. Diantara anggota keluarga terjalin hubungan yang sempurna dan
memiliki tujuan – tujuan dan manfaat. Kebahagiaan setiap anggota bergantung kepada kesejahteraan
semua anggota. Perempuan dan laki – laki setelah menikah harus memikirkan semua anggota dan tidak
boleh memikirkan diri sendiri.

Hubungan antara istri dan suami bukan seperti dua orang rekan atau dua orang tetangga atau dua orang
teman tetapi sangat lebih tinggi dan dalam batas penyatuan. Hal ini sebagaimana dalam surah ar-Rum
ayat 21 yang mempunyai arti “Dan diantara tanda – tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

17 | P a g e
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Tujuan Terbentuknya Keluarga Muslim


Tujuan terbentuknya sebuah keluarga muslim adalah menciptakan keluarga yang sakinah
(tentram), mawaddah (cinta dan gairah) dan rahmah (kasih sayang). Hal ini sebagaimana dalam
surah ar-Rum ayat 21 yang "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". Sementara menurut
undang-undang perkawinan Bab 1 pasal 1, menyatakan bahwa, “perkawinan adalah ikatan lahir
dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Di dalam hadis Rasulullah Saw, pernah bersabda yang artinya :” Janganlah seseorang
isteri sebagaimana binatang bersetubuh, dan hendaklahn ada perantara antara keduanya “. Beliau
ditanya:”apakah perantara itu?” Beliau menjawab: Ciuman dan rayuan”. (HR. Dailami)
Sementara itu menurut Nadhirah Mudjab, yang dikutip oleh Prof. Dr.H. Wahyu, menyatakan
bahwa tujuan terbentuknya suatu keluarga muslim adalah:
1. Mengatur potensi kelamin/kebutuhan sek yang sehat dan bersih
2. Melahirkan keturunan yang mulia
3. Merasakan kasih sayang dan penderitaan hidup
4. Mendidik generasi baru
5. Menjaga nasab
6. Menjaga harta pusaka.
Beberapa persyaratan yang perlu diketahui dan dilakukan oleh setiap pasangan suami isteri, agar
dapat tercapai kebahagiaan dan ketentraman dalam keluarga. Syarat-syarat itu antara lain,
hendaknya suami isteri itu :
1. Saling mengerti antara suami isteri

 Mengerti latar belakang pribadinya


 Mengerti diri sendiri

2. Saling menerima

 Terimalah dia sebagaimana adanya


 Terimalah hobbynya dan kesenangannya
 Terimalah keluarganya

3. Saling menghargai

 Menghargai perkataan dan perasaan

18 | P a g e
 Menghargai bakat dan keinginannya

4. Saling mempercayai

 Percaya akan pribadinya


 Percaya akan kemampuannya

5. Saling mencintai

 Lemah lembut dalam berbicara


 Tunjukkan perhatian kepadanya
 Bijaksana dalam pergaulan
 Jauhi sikap egoistis
 Jangan mudah tersinggung tentramkan batin sendiri tunjukkan rasa cinta.

Fungsi Keluarga
Secara singkat fungsi keluarga menurut Prof. Wahyu ada 9 yaitu :Biologis, Sosialisasi Anak,
Afeksi, Edukatif, Religus, Protektif, Rekreatif, Ekonomis, dan Penentuan Status. Selain itu
Keluarga juga mempunyai fungsi, yaitu:
1. Fungsi seksual yang membuat terjadinya ikatan di antara anggota keluarga, antara laki-
laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin ini secara alami berada pada posisi yang saling
membutuhkan.
2. Fungsi kooperatif untuk menjamin kontinuitas sebuah keluarga.
3. Fungsi regeneratif dalam menciptakan sebuah generasi penerus secara estafet.
4. Fungsi genetik untuk melahirkan seorang anak dalam rangka menjaga keberlangsungan
sebuah keturunan.
Islam merupakan agama yang pertama kali memberikan perhatikan terhadap keluarga sebagai
elemen social yang pertama. Sementara orangtua memberikan pendidikan, pemeliharaan dan
pengawasan yang terus menerus kepada anak-anaknya, yang akan mewarnai corak kepribadian
sang anak.
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang memberikan pengajaran, bimbingan
terhadap anak dalam ajaran agama Islam, sebagaimana yang di kemukakan : “Pendidikan agama
Islam adalah segala usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya, serta menjadikannya sebagi way of life ( jalan kehidupan) seharihari, baik dalam
kehidupan pribadi maupun social masyarakat”.
Menurut pengertian lain, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi tua mengalihkan
pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak
menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan

19 | P a g e
berkepribadian utuh yang memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupannya.

Orangtua dalam keluarga Muslim hendaknya menjadikan agama Islam sebagai landasan utama
dan pertama dalam mengajarkan, mendidik dan membimbing anak-anaknya agar menjadi
keluarga yang terpelihara dari api neraka. Orangtua mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada
anakanaknya untuk bekal di dunia dan di akherat. Dalam membina keluarga sakinah mawadah
warahmah keluarga muslim berpegang kepada pedoman yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Muhammad Saw

Bab 7 ( Pendidkan Karakter Dalam Presfektif Islam)


Pengertian Pendidikan Karakter Istilah nation and charakter building adalah istilah klasik dan
menjadi kosa kata hamper sepanjang sejarah modern Indonesia terutama sejak peristiwa Sumpah
Pemuda 1928. Istilah ini mencuat kembali sejak tahun 2010 ketika pendidikan karakter dijadikan
sebagai gerakan nasional pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 Mei 2010 yang
dicanangkan oleh presiden. Latar belakang munculnya pendidikan karakter ini dilatarbelakangi
oleh semakinterkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai upaya
pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia.
Menurut Suyanto, setidaknya terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai- nilai luhur
universal. Kesembilan karakter tersebut hendaknya menjadi dasar Pendidikan karakter sejak
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age).
Kesembilan pilar tersebut sebagai berikut:
1) Cinta kepada Allah dan segenap isi-Nya
2) Kemandirian dan tanggung jawab
3) Kejujuran/amanah
4) Hormat dan santun
5) Dermawan, suka menolong, dan santun
6) Percaya diri, pekerja keras, dan pantang menyerah
7) Kepemimpinan dan keadilan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah
SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Al- qur’an dalam
surat Al-ahzab ayat 21 mengatakan:
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”.

20 | P a g e
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai
fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di
dalam Al-qur’an surat An-nahl ayat 90
Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Dasar Pembentukan Karakter
Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik atau buruk. Nilai baik disimbolkan dengan nilai
Malaikat dan nilai buruk disimbolkan dengan nilai Setan. Karakter manusia  merupakan hasil
tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk dalam bentuk energi
negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai etis religius yang bersumber dari keyakinan kepada
Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang a-moral
yang bersumber dari taghut (Setan). Nilai-nilai etis moral itu berfungsi sebagai sarana
pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan yang sejati (hati nurani). Energi
positif itu berupa:

 kekuatan spiritual. Kekuatan spiritrual itu berupa îmân, islâm, ihsân dan taqwa, yang
berfungsi membimbing dan memberikan kekuatan kepada manusia untuk menggapai
keagungan dan kemuliaan (ahsani taqwîm);
 kekuatan potensi manusia positif, berupa âqlus salîm (akal yang sehat), qalbun salîm (hati
yang sehat), qalbun munîb (hati yang kembali, bersih, suci dari dosa) dan nafsul
mutmainnah (jiwa yang tenang), yang kesemuanya itu merupakan modal insani atau
sumber daya manusia yang memiliki kekuatan luar biasa.
 sikap dan perilaku etis. Sikap dan perilaku etis ini merupakan implementasi dari kekuatan
spiritual dan kekuatan kepribadian manusia yang kemudian melahirkan konsep-konsep
normatif tentang nilai-nilai budaya etis. Sikap dan perilaku etis itu meliputi: istiqâmah
(integritas), ihlâs, jihâd dan amal saleh.
Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil
ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia
memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter
baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak
ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang. Nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan berkarakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang
dikutip oleh Muhammad Kosim (t. th:89-90) meliputi delapan belas nilai sebagaimana berikut:
1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.

21 | P a g e
2) Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
4) pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
5) Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6) Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbegai
ketentuan dan peraturan.
7) Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
8) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
9) Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan
pembelajaran. Konsep-konsep itu antara lain: tilâwah, ta’lîm’, tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan
tadlrîb. Tilâwah menyangkut kemampuan membaca; Ta’lim terkait dengan pengembangan
kecerdasan intelektual (intellectual quotient); Tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih sayang
secara naluriah yang di dalamnya ada asah, asih dan asuh; Ta’dîb terkait dengan pengembangan
kecerdasan emosional (emotional quotient); Tazkiyah terkait dengan pengembangan kecerdasan
spiritual (spiritual quotient); Tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical
quotient atau adversity quotient)
Tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam di Indonesia itu adalah:
pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia
dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan
harmonis.

Bab 8 Biologi Dalam Ilmu-Ilmu Islam


Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm), yang berarti pengetahuan (al-
ma’rifah),1 kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami
secara mendalam.2 Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya diIndonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu
pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang
sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalanpersoalan
duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah.
Al-Qur’ān dan al-Hadīts merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai petunjuk (hudan) bagi
umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk tentang ilmu dan aktivitas ilmiah. Al-
Qur’ān memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat
yang pertama kali turun berbunyi ; “Bacalah, dengan menyebut] nama Tuhanmu yang telah
menciptakan”.Membaca, dalam artinya yang luas, merupakan aktivitas utama dalam kegiatan

22 | P a g e
ilmiah. Di samping itu, kata ilmu yang telah menjadi bahasa Indonesia bukan sekedar berasal
dari bahasa Arab, tetapi juga tercantum dalam al-Qur’ān. Kata ilmu disebut sebanyak 105 kali
dalam al-Qur’ān. Sedangkan kata jadiannya disebut sebanyak 744 kali. Kata jadian yang
dimaksud adalah; ‘alima (35 kali), ya’lamu (215 kali), i’lām (31 kali), yu’lamu (1 kali), ‘alīm (18
kali),ma’lūm (13 kali), ‘ālamīn (73 kali).
siapa menuntut ilmu untuk tujuan menjaga jarak dari orang-orang bodoh, atau untuk tujuan
menyombongkan diri dari para ilmuwan, atau agar dihargai oleh manusia, maka Allah akan
memasukkan orang tersebut ke dalam neraka” (HR. Turmudzi).
Terdapat banyak ayat di dalam al-Qur’an yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, dimana
belakangan manusia menemukan kesesuain dengan faktanya. Hal ini jelas menunjukkan al-
Qur’an sebagai wahyu dari Allah, karena disaat manusia belum ada yang mengungkapkan
ternyata al-Qur’an sejak 13 abad yang lalu telah mengungkapkannya. Fenomena yang ditemukan
di laut bahwa terdapat dua air tawar dan asin yang tidak dapat menyatu ternyata sudah di tulis
dalam al-Qur’an ribuan tahun yang lalu (QS.Adz Dzariyah ayat 47) “langit kami bangun dengan
kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya”. Ketika kita bandingkan
penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya
benar-benar bersesuian sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belum
terjadi sebelum abad ke 20
Anggapan yang kuno di dalam biologi ditemukan oleh Arestoteles dengan teorinya abiogenesis
atau generatio spontania yang menerangkan bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja dari benda
mati. Teori abeogesis tentang asal mula kehidupan tidak mendapat dukungan dari para ahli,
diantaranya Lazzaro Spallanzani dan Francesco redi yang berkebangsaaan Itali dan Louis
Pasterius yang berkebangsaan Prancis berhasil membuktikan kekeliruhan teori tersebut.
Kemudian muncullah teori baru Pmne vivum ex ovo dan Omne ovum ex vivo, artinya bahwa
makhluk hidup itu berasal dari telur dan semua telur berasal dari makhluk hidup. Tetapi dalam
Al-Quran menyatakan ;
Artinya: “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi, “ Datanglah kamu keduanya menurutim perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami dating dengan suka hati” “ Maka Dia
menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan
Kami hiasi langit yang dekat dengan bintangbintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya” (Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan
galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-
bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan. dalam Surat Al A’rafayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.

23 | P a g e
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Konsep biologi dalam al-Qur’an
Ilmu pengetahuan (sains) adalah teori-teori yang dikumpulkan manusia melalui suatu proses
pengajian dan dapat diterima oleh rasio. Dalam pengumpulan data dan berbagai observasi dan
pengukuran pada gejala alamiyah itu dianalisis, kemudian diambil kesimpulan. Inilah yang diberi
istilah intizhar suatu kajian yang ada hubungannya dengan nazhar, yang bunyi dan artinya dekat
dengan nalar. Ciri khas dan sains natural, ialah disusun atas dasar nalar terhadap gejala-gejala
alamiyah yang dapat di teliti ulang oleh orang lain, dan merupakan hasil konsensus masyarakat
ilmuan yang bersangkutan.
ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiyah yang tidak dikenal pada masa
turunnya, namun terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti:
Zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga
kimia melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi. Bahkan, istilah Al-Quran al-
syajar al-akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena
zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun, tetapi di semua bagian pohon, dan banyak lagi
yang lain tidak mungkin dikemukakan satu persatu, sehingga tepat sekali kesimpulan yang
dikemukakan Dr. Murice Bucaille, bahwa tidak satu ayat pun dalam al-Quran yang bertentangan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Rantai makanan, dalam surat al-Ambiya ayat 8. Yang artinya: “Dan tidaklah kami jadikan
mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang
yang kekal”. dari ayat ini dapat kita ambil  sebuah makna  bahwa Allah tidak menjadikan tubuh-
tubuh (sesuatu yang hidup) tidak memakan makanan. Oleh karena setiap makhluk hidup
dijadikan sebagai makhluk yang butuh pada makanan inilah, timbul adanya istilah  rantai
makanan dalam ilmu  biologi. Yang mana semuanya itu berjalan selaras untuk melangsungkan
kehidupan dunia. Misalkan bagaimana seandainya tidak ada mikrobia yang memakan dan
membusukkan bagai dan kotoran, bagai mana populasi tiikus  seandanya tidak ada ular dan
kucing, serta lain sebagainya. Dan masih banyak yang lainya.

Bab 9 ( Aplikasi Syukur dan Sabar Dalam Kehidupan )


Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran,danwa syukuran yang berarti
berterima kasih keapda-Nya.Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih,
syukranlaka artinya berterima kasih bagimu, asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih.
Pada Surat Al-Furqan ayat 62 “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
bergantung bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” Ayat

24 | P a g e
ini tergolong Makkiyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-nuzul), ayat ini ada
hubungannya dengan ayat sebelumnya bahwa Allah telah membeberkan beberapa dalil tauhid
dan menunjuk kepada beberapa tanda-tanda kebesaran dan bukti yang ada di dalam alam yang
membuktikan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Kemudian Allah kembali menjelaskan
perkataan dan perbuatan mereka yang keji. Karena, sekalipun mereka telah menyaksikan segala
bukti, namun mereka tidak meninggalkan perbuatan sesatnya malah berpaling dari mengingat
Tuhan, sehingga hanya kalau disembah dan tidak dapat mendatangkan azab kalau tidak
disembah.
Sabar merupakan akhlak Qur’ani yang paling utama dan ditekankan oleh al-Qur’an, baik pada
surat makiyah maupun madaniyah, juga merupakan sifat akhlak yang terbanyak sebutannya
dalam al-Qur’an. Secara umum sabar itu ditujukan kepada manusia dan secara khusus
sasarannya adalah orang yang beriman. Orang beriman akan selalu menghadapi tantangan,
gangguan, ujian dan cobaan dengan sabar, yang menuntut pengorbanan jiwa dan harta benda
yang berharga bagi mereka. Berbagai pengalaman dilalui oleh manusia dalam kehidupan
beragama. Ada orang yang sejak kecil taat beragama, sampai dewasa ketaatan beragamanya
tidak berubah, bahkan meningkat. Sebaliknya ada pula orang yang ketaatannya melaksanakan
ibadah berkurang setelah ia mengalami kemajuan di bidang jabatan dan materi. Ada orang yang
semakin tinggi pangkatnya, semakin rajin shalatnya, sebaliknya ada orang yang menghentikan
shalatnya karena mengalami kekecewaan dalam hidupnya.
Aplikasi Syukur
1) Ungkapan syukur yang keluar dari suara hati (Nurani) berupa kesadaran bahwa nikmat
yang diterima adalah atas kuasa Allah, sedikit atau banyak baik atau kurang baik, semua
itu bisa sampai kepada kita mesti kita syukuri karena  anugerah yang kita terima adalah
merupakan  jawaban Allah atas usaha dan upaya kita, dandibalik semua itu  pasti ada
pelajaran dan hikmahnya.
2) Ungkapan kegembiraan dengan lisan, diantaranya dengan ucapan Alhamdulillahirobbil
alamin
3) Memberdayakan Nikmat Allah untuk mencari ridho dan berkahNya.
Aplikasi Sabar
1) Sabar dalam beribadah artinya tekun menjaga dan melaksanakan syarat, rukun,tata tertib
yang telah ditentukan dalam ibadah.
2) Sabar di timpa mala petaka artinya tahan uji ketika mendapatkan cobaan.
3) Sabar terhadap kehidupan dunia artinya tahan uji terhadap tipu daya dan kenikmatan
hidup didunia ini.
4) Sabar terhadap maksiat artinya mengendalikan diri agar jangan sampai melakukan
maksiat
5) Sabar dalam medan perjuangan artinya mnyadari bahwa setiap perjuangan pasti
mengalami masa surut dan masa jaya.

25 | P a g e
6) Sabar dalam antrian, bukan apa-apa orang indonesia paling susah kalo disuruh ngantri

Bab 10 ( Aplikasi Iklas dan Tawakal Dalam Kehidupan )

Ikhlas
Dalam mendefinisikan ikhlas, para ulama berbeda redaksi dalam menggambarkanya. Ada yang
berpendapat, ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada pula
yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang
berpendapat, ikhlas adalah pembersihan dari pamrih kepada makhluk.
Al ‘Izz bin Abdis Salam berkata : “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan
semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan
tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”.
Al Harawi mengatakan : “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata :
“Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka
memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai
memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”.
Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala
individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah
dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan
kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang- terangan, atau
karena mencari harta rampasan perang, atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang,
karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak,
mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang terselubung, atau karena alasan-alasan
lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu; maka semua ini
merupakan noda yang mengotori keikhlasan. Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat
karena Allah semata.
Ciri-Ciri sifat Ikhlas
Ciri-ciri sifat ikhlas dalam jiwa seseorang dapat tampak dari sikap perilakunya sehari-hari,
diantaranya:

 Tidak mengharapkan imbalan apa pun dari manusia, selain rido Allah SWT. semata.
 Tidak merasa terpaksa atau terbebanni dalam emlakukan suatu pekerjaan.
 Tidak atas dasar perintah atau tugas dan kewajiban dari pihak lain.
 Mengerjakannya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
 Tidak karena ingin dipuji atau disanjung oleh pihak lain.
 Melakukannya dengan penuh pengabdian.

Klasifikasi Ikhlas

26 | P a g e
Ikhlas dan tulus atas apa yang dilakukan dan diucapkan merupakan sikap terpuji, dan
mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia. Nilai-nilai luhur berakhlak ikhlas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

 Tidak berharap imbalan apa pun kecuali rido Allah semata.


 Mengerjakan sesuatu atas kesadaran sendiri, tidak karena adanya paksaan atau tekanan
dari pihak lain.
 Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati, tanpa ada rasa sungkan dan malas apalagi
merendahkan ata spekerjaannya tersebut.
 Tidak girang ketika dipuji, dan tidak benci ketika dicela dan dicaci .
 Bersedia menerima masukan, saran dan kritik dari orang atau pihak lain dengan senang
hati.
Dalam upaya membiasakan diri berakhlak ikhlas, ada baiknya diperhatikan bebrapa hal berikut
ini :

 Tanamkan kesadaran dalam hati bahwa apa yang kita miliki hanya titipan Allah.
 Luruskan niat pada setiap melakukan suatu amal perbuatan, semata-mata hanya ingin
mendapatkan rida Allah SWT.
 Dalam beramal jangan pilih kasih, melainkan semua orang harus dipandang sama.
 Lupakan setiap amal kebaikan yang telah dilakukan, agar tidak memiliki rasa angkuh dan
sombong.
 Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam berakhlak ikhlas.

Ayat Al-Qur’an yang Menerangkan Tentang Ikhlas


QS. al-Bayyinah: 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
QS. Yunus : 105
“dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas
dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang musyrik”
QS. Al A’raaf : 29
“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada- Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada
permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)”
Tawakal

27 | P a g e
Tawakal (bahasa Arab: ‫ )تو ُكل‬atau tawakkul dari kata wakala dikatakan, artinya, ‘meyerah
kepadaNya’. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat
kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang
menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur
alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya
kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu
dan Maha Bijaksana.
Rukun-rukun Tawakal
Tawakal tidak didapati kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun
tawakal, diantaranya:

 Beriman bahwa Al Wakil Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh si
muwakkil (yang bertawakal).
 Beriman bahwa Al Wakil Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan muwakkil.
 Beriman bahwa Dia tidak kikir.
 Beriman bahwa Dia memiliki cinta dan rahmat kepada muwakkil.

Manfaat Tawakal

 Mewujudkan iman.
 Ketenangan jiwa dan rehat hati.
 Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal.
 Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat.
 Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
 Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh.
 Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
 Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari kekuasaan syetan.
 Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Macam-macam tawakal
a. Tawakal kepada Allah
Bertawakal kepada Allah merupakan bentuk ibadah yang sangat agung, sebagaimana telah
dijelaskan dalam ayat di atas. Tawakal kepada Allah baru akan sempurna jika disertai dengan
keadaan hati yang merasa butuh kepada Allah dan merendahkan diri kepadaNya serta
mengagungkanNya.
b. Tawakal kepada selain Allah

28 | P a g e
Bagian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu :

 Tawakal Bernuansa Syirik

Ini juga terbagi menjadi dua :


Pertama, tawakal kepada selain Allah Ta’ala dalam hal yang tidak mampu mensikapinya selain
Allah azza wa Jalla, “Seperti halnya orang-orang yang bertawakal kepada orang-orang yang
telah mati dan para thaghut dalam rangka menyampaikan harapan tuntutannya berupa
pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan syafaat.
Kedua, tawakal kepada selain Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui
sebagaimana yang ia kira oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.

 Perwakilan yang diperbolehkan

Yaitu ketika seseorang mewakilkan suatu pekerjaan yang dimampui kepada orang lain. Dengan
demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi tututannya.
Bentuk-Bentuk Tawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku tawakal, agar kelak dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut :

 Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT.


 Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah SWT.
 Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun hasilnya.
 Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapa pun dan pihak mana pun.
 Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun kegagalan.

Contoh Perilaku Tawakkal


Orang yang bertawakkal kepada Swt akan berprilaku antara lain :

 Selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai
apa yang diinginkannya.
 Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah.
 Tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu.
 Menyerahkan dirinya atas semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha
dan ikhtiar secara sempurna.
 Menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya.
 Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.

29 | P a g e
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

30 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai