BAGIAN 1
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
SEBAGAI FONDASI PRAKTIK PEMBELAJARAN
1
o Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam setting
pendidikan, yang kajiannya mencakup perilaku-perilaku yang mendasari pembelajaran
seperti motivasi belajar, konsentrasi, dan atribut psikologis lainnya yang terkait dengan
perilaku manusia dalam pembelajaran.
c. Manfaan Psikologi Pendidikan
o Memahami perkembangan peserta didik terutama perkembangan belajar dan perkembangan
aspek-aspek psikofisik yang terkait dengan pembelajaran
o Memahami cara belajar peserta didik
o Memahami hubungan antara belajar dan mengajar
o Mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan pembelajaran yang lebih tepat
2
b. hanya sebagian kecil perilaku atau proses mental organisme yang dapat dijelaskan oleh satu
perspektif
c. agar lebih memahami mekanisme perilaku atau proses mental organisme
a. Perspektif Psikoanalisis
Tokoh utama perspektif ini adalah Sigmund Freud. Salah satu pengikutnya adalah Gustav Jung.
Asumsi dasar teori Freud adalah bahwa sebagian besar perilaku manusia berasal dari proses
bawah sadar (unconscious). Mesti Jung sebagai murid dan pengikut Freud, tetapi dalam konsep
ini Jung berpendapat bahwa perilaku manusia pada prinsipnya merupakan collective unconscious
(ketidaksadaran kolektif).
Menurut Freud sifat manusia pada dasarnya negatif; ia yakin bahwa manusia nerperilaku
didorong oleh instink dasar yang sama seperti hewan (terutama seks dan agresi). Dinamika
perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego. Id merupakan instink atau naluri. Oleh sebab itu
jika manusia berkembang hanya instinknya saja tidak ada bedanya dengan hewan. Oleh sebab itu
id sering disebut dorongan hewani. Id tidak mengenal benar dan salah dan senantiasa bergerak
berdasarkan prinsip pleasure, yaitu kenikmatan atau kesenangan. Sementara itu, ego merupakan
unsur kepribadian yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran berdasarkan logika. Sedangkan
super ego merupakan unsur kepribadian yang bekerja berdasarkan moral. Jika perkembangan
manusia didominasi oleh perkembangan egonya saja ia akan seperti binatang tetapi jika yang
berkembang pada manusia hanya sisi super egonya saja ia akan seperti malaikat. Menurut
perspektif ini perkembangan yang ideal adalah perkembangan yang seimbang antara id, ego, dan
super ego.
Implikasi bagi Pendidikan
Proses pendidikan seyogianya mengembangkan semua unsur kepribadian manusia, mencakup
fasilitasi perkembangan id, ego, dan super ego. Pentingnya perkembangan ide agar manusia
dinamis, sedangkan pengembangan ego ditujukan agar manusia menjadi cerdas logika, dan
pengermbangan super ego dipandang penting agar manusia cerdas hati (jujur, bermoral, etis,
bertanggung jawab, dan berjiwa sosial).
b. Perspektif Biologis
Tokoh utama perspekltif ini adalah Hipokrates. Ia adalah Bapak ilmu kedokteran yang sangat
peduli terhadap perkembangan perilaku dan proses mental manusia dianalisis dari sisi biologis.
3
Perspektif biologis berupaya mengkaitkan perilaku atau proses mental organisme dengan
peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh terutama di dalam otak dan sistem
syaraf. Bagi Hipokrates yang mendasari perilaku dan proses mental organism adalah
neurobiology. Perilaku dan proses mental organisme sangat ditentukan oleh perkembangan
neurobioly pada kedua belahan otak organism.
Implikasi bagi pendidikan
Berdasarkan analisis perspektif biologi pendidikan terutama difokuskan pada upaya optimalisasi
kedua belahan otak organisme, yang dalam hal ini peserta didik.
c. Perspektif Behavioristik
Tokoh perspektif behavioristik yang paling terkenal diantyaranya Ivan P. Pavplop dan John. B.
Watson. Perspektif ini memandang perilaku sebagai aktivitas suatu organisme yang dapat
dideteksi, seperti berbicara, tertawa, dan menangis. Pada perspektif ini yang dilihat perilaku
organisme ketimbang pada otak dan sistem syaraftnya. Salah satu cabang perspektif ini adalah
analisis stimulus respons (S – R).
S – R mempelajari stimuli yang relevan di lingkungan, respons yang ditimbulkan stimuli
tersebut, dan hadiah atau hukuman yang terjadi setelah respons tersebut. Stimulus (S) yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang merangsang organisme berperilaku atau melakukan proses
mental. Respon (R) adalah perilaku atau proses mental yang ditunjukkan oleh organism.
Mekanisme perilaku menurut perkspektif ini sebagai berikut.
a. S – R
Pada mekanisme ini ketika stimulus atau rangsangan untuk berperilaku datang maka
organism langsung berperilaku sebagai respons atau jawaban terhadap stimulus tersebut. Para
ahli psikologi berpendapat bahwa mekanisme perilaku ini termasuk mekanisme perilaku tidak
sadar. Misalnya, pada saat seseorang yang sedang melamun dicubit dari bekalang ia langsung
tersentak sembari berkata “aw” atau “aduh” dan perilaku lainnya.
b. S – O – R
Pada mekanisme ini perilaku terjadi pada saat stimulus (S) datang lalu diterima organism (O)
dan organism memberi respons. Artinya, pada mekanisme ini stimulus tidak otomatis
direspon langsung oleh organisme, mungkin dirasakan dulu lalu direspon. Para ahli hampir
berkesimpulan bahwa perilaku ini termasuk perilaku sadar.
c. S – O – r – W – e – R
4
Pada mekanisme ini, stimulus (S) diterima oleh organisme (O) melalui reseptor (r) yang
diteruskan ke world (W) untuk diproses yang selanjutnya dimunculkan oleh efektor (e) dalam
bentuk perilaku atau respons (R). Pada dinamika ini yang dimaksud reseptor (r) adalah panca
indra, world (W) adalah proses kognitif termasuk perseptual, dan efektor (e) adalah fasilitas
atau perlengkapan pemunculan respons. Para ahli sepakan bahwa model perilaku inilah yang
disebut dengan perilaku sadar.
Implikasi bagi Pendidikan
Implikasinyua adalah bahwa berbagai proses pendidikan diharapkan mampu memfasilitasi
perkembangan perilaku sadar organism. Artinya model pengembangan mekanisme perilaku yang
ketiga seyogianya menjadi prioritas pengembangan perilaku peserta didik.
d. Perspektif Kognitif
Dalam perspektif kognitif sebagian kembali pada akar kognitif dari psikologi, yakni persepsi,
daya ingat, penalaran, dan pemutusan pilihan. Sebagian lagi sebagai reaksi terhadap
behaviorisme. Perspektif ini didasarkan pada penelitian tentang kognisi modern yang didasarkan
pada asumsi berikut.
a. Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang
dilakukan oleh suatu organisme
b. Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan pada perilaku
spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku, tetapi menginterpretasikannya dalam
kaitan proses mental dasar.
Pada perspektif ini interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan computer, yakni
informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara : dipilih, dibandingkan, dan
dikombinasikan dg informasi lain yang telah ada dalam memori, ditransformasikan, disusun
kembali dan seterusnya. Berikut ini contoh interpretasi perpsektif kognitif. Misalnya analisis
tentang respons jika seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, dan pernah
menyakitkan.
a. Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah/tidak diabaikan.
b. Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal cenderung lebih kuat/lebih agresif dari pada
respons kepada yang tidak dikenal.
c. Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih agresif dan
kuat dari pada respons kepada yang tidak dikenal atau dikenal saja.
5
Ini bisa terjadi karena pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif
menurut istilah Piaget (tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan) yang mengendalikan
perilaku organism.
Implikasi bagi Pendidikan
a. Pembelajaran semestinya dirangcang agar menumbuhkan kesan positif serta mengokohkan
struktur keilmuan dan ketepatan konsep yang tepa. Ini amat penting karena hasil pembelajaran
saat ini akan membentuk struktur kognitif tentang kesan pembelajaran tertentu dan
menumbuhkan struktur keilmuan yang keduanya akan menjadi dasar bagi pembelajaran
selanjutnya.
b. Pembelajaran sebaiknya diawali dengan apersepsi, yakni proses mengaitkan isi pembelajaran
yang akan disampaikan dengan struktur kognitif atau pengalaman pembelajaran yang sudah
ada pada diri peserta didik.
c. Pembelajaran semestinya mempertimbangkan entering behavior dan struktur kognitif peserta
didik.
e. Perspektif Fenomenologi
Perspektif fenomenologi sering disebut sebagai psikologi humanistik. Perspektif ini
menekankan kualitas yang membedakan manusia dari hewan, terutama dilihat dari sisi potensi.
Perspektif ini memandang kekuatan motif utama individual adalah kecenderungan ke arah
pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan dasar untuk
mengembangkan potensinya sampai penuh (aktualisasi diri).
Dinamika perilaku sangat ditentukan oleh proses dinamika motivasi yang sehat, yakni dinamika
motivasi yang ditandai dengan pencapaian tujuan (goal). Dinamika motiovasi seseorang yang
efektif adalah yang ditandai dengan pencapaian tujuan. Keberhasilan mencapai tujuan saat ini
cendeung membuat manusia bergerak untuk menempuh tujuan berikutnya. Ketidakpuasan
manusia dalam pencapaian tujuan dipandang positif sebagai dasar pencapaian aktualisasi diri.
Sementara itu manusia yang gagal mencapai tujuan dalam dinamika perilakunya ia akan
frustrasi, yang biasanya ditunjukkan dengan berbagai perilaku maladjustment seperti konvensasi,
sublimasi, rasionalisasi, proyeksi, regresi, represi, agresi, fiksasi, dan sebagainya.
Implikasi bagi Pendidikan
6
Membelajaran semestinya mampu memfasilitasi manusia untuk sukses, dalam arti mampu
mencapai tujuan dan terhidandar kondisi frustasi. Sekecil apapun keberhasilan peserta didik
dalam upayanya mencapai tujuan perlu diapresiasi oleh pendidik karena keberhasilan merupakan
motivator untuk bergerak kembali dalam mencapai tujuan berikutnya, yang pada gilirannya akan
membawa manusia pada tangga aktualisasi diri.
BAGIAN 2
7
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
8
1. Development is lifelong
Prinsip ini menyatakan bahwa perkembangan terjadi sepanjang hayat. Artinya,
perkembangan merupakan suatu proses perubahan sepanjang hayat sebagai kemampuan
beradaptasi terhadap siatuasi yang dipilih.
2. Development involves both gain and loss
Perkembangan melibatkan baik penambahan maupun penghilangan. Artinya, dalam
perkembangan ada hal yang baru ada juga yang hilang. Implikasi dari prinsip ini adalah
bahwa dalam perkembangan baik prinsip continous maupun discontinuous bisa terjadi.
3. Relative influences of biology and culture shift over the life-span
Prinsip ini menjelaskan bahwa proses perkembangan dipengaruhi baik oleh faktor bilogis
maupun oleh faktor budaya, dan keseimbangan antara pengaruh perubahan kedua faktor
tersebut selama sepanjang hayat.
4. Development involves a changing allocation of resources
Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan segalanya. Individu akan memanfaatkan
sumber-sumber perkembangan yang disebut resources seperti waktu, energi, talenta, uang,
dan dukungan sosial dengan cara yang begitu bervariasi. Resources munggkin digunakan
seseorang untuk pertumbuhan (growth), perawatan dan perbaikan (recovery), bertransaksi
dengan aspek yang menghilang pada saat perawatan dan perbaikan tidak memungkinkan.
Pada masa anak-anak dan remaja resources terutama digunakan untuk pertumbuhan, pada
masa tua digunakan untuk mengatur aspek-aspek yang menghilang, sedangkan pada masa
pertengahan (dewasa awal dan akhir) resources digunakan untuk keseimbangan ketiga
fungsi tersebut.
5. Development is modifiable
Beberapa kemampuan seperti memori, kekuatan, dan ketahanan dapat ditingkatkan secara
signifikan melalui latihan dan praktek selama rentang kehidupan.
6. Development is influenced by the historical and culture context
Perkembanan dipenaruhi oleh konteks history dan budaya. History adalah waktu kejadian-
kejadian yang terjadi di mana individu berada.Budaya yang dimaksud adalah totalitas cara
hidup masyarakat atau sekelompok orang, mencakup keyakinan, nilai, pakaian, tradisi,
bahasa dan produk-produk fisik.
2.3 FAKTOR NURTURE DAN NATURE DALAM PERKEMBANGAN
9
P E R T E NT ANGAN F AK T OR N A T UR E
D E NGAN N UR T UR E
B en t u k - b en t u k N a t u r e B en t u k -b en t u k
Nu rtu re
Innate (pembawaan
(pembawaan lahir)
lahir) Experiences (pengalaman
(pengalaman--
pengalaman)
pengalaman )
Preformed (sudah
(sudah dibentuk)
dibentuk) Environment (dibentuk
(dibentuk
lingkungan)
lingkungan)
Instinct (instink
(instink)) Acquired (diperoleh
(diperoleh))
Inborn (sejak
(sejak lahir)
lahir) Learning (proses
(proses belajar)
belajar)
Genetic (genetik
(genetik)) Socialization (sosialisasi
(sosialisasi))
Heredity (hereditas
(hereditas)) Education (pendidikan
(pendidikan))
10
Dalam penentuan masa remaja para ahli psikologi relatif berbeda dikarenakan cara pandang
dan ragam perbedaan dalam perkembangan yang begitu bervariasi.
5. Masa Dewasa (20,0-65,0)
Masa ini terdiri atas dua periode perkembangan, yakni periode dewasa awal (young
adulthood/ 20,0-40,0) dan periode dewasa tengah (middle adulthood/ 40,0-65,0).
6. Masa Tua (65,0 ke atas)
Masa ini sering disebut periode penurunan (decline).
11
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
d. Tugas Perkembangan Remaja
1. Kematangan hidup religius
2. Kematangan perilaku etis
3. Kematangan emosional
4. Kematangan intelektual
5. Kesadaran tanggung jawab
6. Peran sosial sebagai pria atau wanita
7. Penerimaan diri dan pengembangannya
8. Kemandirian perilaku ekonomis
9. Wawasan dan persiapan karir
10. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
11. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
12
BAGIAN 3
PENGEMBANGAN ATRIBUT PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK
13
Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :
TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 140
Sangat Super 120 - 140
Super 110 - 120
Normal 90 -110
Bodoh 80 - 90
Perbatasan 70 - 80
Moron / Dungu 50 - 70
Imbecile 25-50
Idiot 0 - 25
2. Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi
dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa
“kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 %
ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional.
Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi
pikiran, EI mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EI tinggi akan berupaya
menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam
dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif
dan bermanfaat.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara
fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh
dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa
kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan
intelektual.
14
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami
untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat
memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat
menangkap bahasa verbal dan non verbal.
Kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi,
kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri.
Oleh karena itu EI mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra
personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self
regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy,
kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang
dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .
3. Spiritual Intelligence (SI) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi
maknapada apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki
fleksibilitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat.
Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the
Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SI adalah
inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai
kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa
melihat apa potensi dalam dirinya.
Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan
dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Danah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Intelligence (SI) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EI secara efektif. Bahkan SI merupakan
kecerdasan tertinggi dalam diri kita.
15
Dari pernyataan tersebut, jelas SI saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan,
karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi
seharusnya IQ, EI dan SI pada diri setiap orang mampu secara proporsional
bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari
pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESI yang merupakan sebuah
keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SI the ultimate intelligence: 2001,
IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EI bekerja mengolah yang di
dalam (telinga perasaan), maka SI (spiritual intelligence) menunjuk pada kondisi
‘pusat-diri’
16
baru dalam hal ini hubungan antara dirinya dengan lingkungan, baik dalam hal materiil,
sosial maupun psikis.
Kriteria Kreativitas
Berdasarkan pendapat para ahli psikologi, (Danny and Davis, 1982) mengemukakan sejumlah
aspek yang berbeda termasuk dalam kriteria kreativitas, yaitu :
1. Sensitivity to problems, artinya kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang
muncul.
2. Originality, artinya pemecahan masalah dengan cara baru, bukan meniru pemecahan
masalah yang lain.
3. Ingenuity, artinya adanya kecerdikan dalam pemecahan masalah.
4. Breadth, artinya ketepatan dalam pemecahan masalah.
5. Recognity by peers, artinya ada pengakuan dari kelompok tentang penemuannya.
17
c. Bakat Skolastik: Kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan
dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan
hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya
umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan
pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.)
d. Bakat Abstrak: Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola,
rancangan, diagram, ukuran – ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya.
e. Bakat mekanik: Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas
dan alat – alat lainnya.
f. Bakat Relasi Ruang (spasial): Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua
dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap
detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau
membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam
ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan
insinyur mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.)
g. Bakat kecepatan ketelitian klerikal: Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu
untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
h. Bakat bahasa (linguistik): Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra)
misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan
lain – lainnya.
Definisi Minat;
1. Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada
sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas ( Hilgar & Slameto ;
1988 ; 59).
2. Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan
individu kepada suatu pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62).
Jenis – jenis minat (Guilford, 1956) :
1. Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang pekerjaan.
a. Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
18
b. Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan,
akuntansi, kesekretariatan dan lain – lain.
c. Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain – lain.
2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi. Misalnya
petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain – lain.
BAGIAN 4
MASALAH-MASALAH PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN
19
Perilaku bermasalah dalam pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan perilaku yang melahirkan masalah atau kesulitan sehingga efektivitas
pembelajaran siswa secara individual maupun kelompok. Kalangan psikolog membagi
masalah perilaku dalam pembelajaran menjadi dua yaitu conduct problems dan personality
problems (Lindgren,1976). Conduct problems merupakan perilaku menggangu orang lain
seperti kekerasan, destruktif, agresif dan ketidakpatuhan yang kadang-kadang melibatkan
delikuensi dan psikopatologi. Sedangkan personality problems adalah perilaku yang dapat
dikategorikan kurang lebih sebagai karakter neurotic seperti takut, cemas, dan penghindaran
diri. Khusus untuk remaja, Quay dan Quay (1965) mengemukakan tipe ketiga masalah
perilaku yaitu immature
Berdasarkan prevalensi dan dinamika setiap fase perkembangan, maka masalah perilaku
yang dibahas pada mata kuliah ini terbatas pada masalah terisolir, underachiever, agresif dan
stress akademik. Menurut Hurlock (1978:294) Isolasi atau isolate dibagi menjadi dua
macam, yaitu voluntary isolate dan involuntary isolate. Voluntary isolate adalah suatu
perbuatan yang menarik diri dari kelompok karena adanya rasa kurang memiliki minat
untuk menjadi anggota suatu kelompok. Sedangkan involuntary isolate adalah sikap atau
perbuatan menolak terhadap orang lain dalam kelompoknya meskipun dia ingin menjadi
anggota kelompok tersebut. Involuntary yang subyektif beranggapan bahwa dia tidak
dibutuhkan oleh kelompoknya dan menjauhkan diri dari kelompok,
sedangkan involuntary yang obyektif sebaliknya dia benar-benar ditolak oleh kelompoknya.
Inteligences Quotien (IQ memiliki korelasi signifikan dengan prestasi belajar. Barret dan
Depinet (Sunawan,2003) menjelaskan bahwa anak yang skor inteligensinya tinggi
mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi, lebih menikmati sekolah, lebih mampu
mengikuti pelajaran dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung memperoleh keberhasilan.
Oleh karena itu, siswa ber-IQ tinggi seharusnya mempunya prestasi tinggi sesuai dengan
potensinya. Jika yang terjadinya sebaliknya terjadi ketidaksesuaian antara prestasi belajar
dengan indeks potensi maka akan melahirkan gejala berprestasi kurang atau underachiever
(Munandar,2004) . Secara umum agresif dapat diartikan sebagai serangan yang dilakukan
oleh suatu organisem terhadap organism lain, objek lain, bahkan pada diri sendiri. Pada
20
manusia, masalah agresif sangat kompleks karena ada peranan perasaan dan proses-proses
simbolik. Menurut Rober Baron (2003) agresif adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakakan individu lain. Dalam pandangan behaviorisme, agresif
adalah suatu tindakan yang membawa rangsangan atau resiko berbahaya terhadap organism
lain.
Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta
didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan
menentukan kualitas kehidupan mereka dimasa depan. Tetapi sekolah juga dapat memicu
terjadinya stres dikalangan peserta didik. Tekanan akademik dan sosial dapat memicu
terjadinya stres (Blizzard,1996). Chapman, et al. (1992) mengungkapkan bahwa stres
akademik merupakan konsekuensi dari penilaian siswa terhadap tuntutan yang stressfull dan
persepsi mereka tentang kemampuan yang mereka miliki untukmengatasi tuntutan tersebut.
Stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor
yaitu stres siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar,
mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa,
keputusan menentukan jurusan dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen
waktu (Desmita,2011: 297).
BAGIAN 5
21
KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN
22
5.3 KOMPETENSI GURU
1. Kompetensi Profesonal
2. Kompetensi Personal
3. Kompetensi Peadagogis
4. Kompetensi Sosial
Menurut Cooper mengutip pendapat B.O. Smith guru perlu disiapkan dengan empat bidang
kompetensi agar ia menjadi guru yang efektif yaitu:
a. Command of theoretical knowledge about learning and human behavior.
b. Display of attitudes that fostter learning and genuine human realtionship.
c. Cammand of knowledge in the subject matter to be taught.
d. Control of technical skills of teaching that facilitate student learning.
Sedangkan Leo R. Sandy menguraikan beberapa dimensi kemampuan dan sikap yang
membentuk karakteristik guru efektif. Setidaknya ada 12 karakteristik guru efektif sebagai
berikut:
a. Menjadi a learner (pembelajar)
b. Menjadi a leader (pemimpin)
c. Menjadi a provocateur (provokator dalam arti positif).
d. Menjadi a stranger (pengelana)
e. Menjadi an innovator (inovator).
f. Menjadi a comedian/entertainment (pelawak/penghibur).
g. Menjadi a coach or guide (pelatih atau pembimbing).
h. Menjadi a genuine human being or humanist (manusia sejati atau seorang humanis).
i. Menjadi a sentinel
j. Menjadi optimist or idealist (orang yang optimis atau idealis).
k. Menjadi a collaborator (kolaborator atau orang yang suka bekerja sama)
l. Menjadi a revolusionar (berfikiran maju atau revolusioner).
23