Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

(UMT)
JALAN; PERINTIS KEMERDEKAAN L/33 CIKOKOKL TANGAERANG 15118

MATERI : 2

DAKWAH PENCERAHAN
UNTUK KELUARGA
INDONESIA BERKEMAJUAN

Dosen Pengampu : Ir. H. Sugeng Purwanto.MT.MM

1
Muhammadiyah dan Konsep Dakwah Pencerahan
Pencerahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses, cara, atau perbuatan mencerahkan. Kata
pencerahan mengandung arti menjadikan atau menyebabkan cerah (tidak suram). Kata cerah semakna dengan
kata terang, sinar, dan jernih, sebagai lawan dari gelap, keruh, dan suram. (Nashir, 2018: 267). Dalam bahasa
Arab sepadan dengan kata “an-nuur (cahaya)” dan “at-tanwiir (mencerahkan)” yang merujuk pada surat al-
Baqarah ayat 257:

Secara konseptual, dakwah pencerahan terdapat dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil
Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta. Pada aline kedua disebutakan,”Gerakan pencerahan adalah
praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan
pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan,
kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bersifat structural dan kultural. Gerakan
pencerahan menampilkan Islam yang menjawab kekeringan rohani, krisis moral, kekerasan, terorisme,
konflik, korupsi, kerusakan ekologis dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan
berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan
martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun
pranata sosial yang utama.” (Nashir, 2018: 269).

2
Prof. Dr. Abdul Mu’thi, salah seorang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam sebuah pelatihan dai yang penulis
men jadi salah satu pesertanya pernah menyatakan bahwa dakwah pencerahan mempunyai tiga prinsip utama yang
disingkat menjadi 3E,yaitu: enlaighting(mencerahkan), empowering(memberdayakan),
dan entertaining (menggembirakan).
Maksud enlaighting (mencerahkan) adalah mengeluarkan manusia dari tahayul kepada iman yang diterangi ilmu
pengatahuan. Selanjutnya empowering (memberdayakan) maksudnya membuat manusia berdaya, dapat bangkit kemudian
mampu mengubah keadaan secara mandiri. Kemudian entertaining (menggembirakan) adalah menghadirkan solusi-solusi
hidup sehingga menyenangkan karena kompatibel dengan realitas kehidupan dan problematika yang dihadapi manusia.

Konsep Keluarga Ideal menurut Islam


Sasaran strategis dakwah pencerahan adalah keluarga, tepatnya keluarga dhuafa. Karena itulah kita harus memahami
terlebih dahulu apa itu keluarga. Sebelum membahas keluarga dhuafa, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu
bagaimana keluarga yang ideal atau keluarga harmonis menurut Islam.
Keluarga yang harmonis dalam Islam disebut dengan istilah keluarga sakinah. Inilah sasaran utama dibentuknya keluarga.
Atau lengkapnya adalah keluarga sakinah, mawaddah, warahmah (SAMARA). Konsep ini berdasarkan atas firman Allah
SWT:
َ ‫ت لِقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكر‬
‫ُون‬ َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً إِ َّن فِي َذل‬
ٍ ‫ك آليَا‬ َ َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن َخل‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
(QS Ar-Rum/30:21).

3
Sakinah artinya tenang. Mawaddah artinya cinta. Rahmah artinya kasih sayang. Dengan demikian keluarga sakinah
bisa diartikan sebagai keluarga yang tenang dan bahagi yang diliputi dengan rasa cinta dan kasih sayang.
Mawaddah dan rahmah sebenarnya satu paket yang artinya mirip yaitu cinta kasih. Seperti kasih-sayang, sopan santun.
Tapi kalau mau dibeda-bedakan, rahmah itu lebih dalam dari mawaddah.
Mawaddah cinta yang didasarkan atas naluri biologis, cinta yang punya pamrih. Kalau menurut Fromm disebut cinta
erotik. Orang sekarang menyebut jatuh cinta (falling in love).
Rahmah itu cinta sejati. Dia mencintai dengan segenap penghayatan. Bukan hanya karena tertarik secara fisik, bukan
hanya tuntutan biologis. Tapi ada rasa cinta yang melampaui semua itu. Dapat menerima satu paket antara kekuarangan
dan kelebihannya. Cinta yang mampu bertahan dalam derita dan ujian. Fromm menyebutnya cinta yang stabil (standing
in love).
Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan
material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya.
Definisi ini sudah selaras dengan ajaran Islam dan dapat diturunkan menjadi indikator yang dapat dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tapi untuk memudahkan, tanpa mengurangi esensi definis di atas, saya akan menyingkat kembali menjadi:
Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual,
material, dan sosial secara layak dan seimbang.
Definisi ini telah menggambarkan indikator yang mengarah pada terwujudnya keluarga sakinah yaitu meliputi
beberapa aspek: (1) aspek hukum/legalitas pernikahan, (2) aspek spiritual, (3) aspek material, (4) aspek sosial.

4
Keluarga Dhu’afa dan Cirinya
Sekarang sampailah kita pada keluarga dhu’afa. Keluarga yang akan menjadi sasaran utama dalam
mengamalkan surat al-Ma’un sebagai wujud dari dakwah pencerahan. Jika kita melihat pembahasan tentang
keluarga sakinah di situ ada bebarapa aspek yang menjadi syarat terwujudnya keluarga sakinah. Salah satu
aspeknya adalah ketercukupan ekonomi.
Nah, pada bagian ini kita akan membahas terutama pada aspek ini. Bicara keluarga dhu’afa dalam pembahasan
kita di sini adalah bicara tentang keluarga yang mengalami kekurangan dalam aspek ekonomi.
Dalam literatur Islam keluarga orang yang masuk kriteria du’afa terdiri dari dua jenis: fakir dan miskin (QS. At
Taubah: 60). Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah fakir itu lebih parah dari miskin. Alasan mereka karena
dalam ayat ini Allah menyebut fakir lebih dulu dahulu setelah itu menyebut miskin.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin memberikan gambaran perbedaan antara fakir dan miskin bahwa
ketika sesorang mempunyai pendapatan yang tidak mampu untuk memenuhi setidaknya setengah dari
kebutuhan pokoknya maka itu disebut fakir. Dalam hal ini termasuk orang yang tidak punya pekerjaan. Kalau
seseorang mempunyai pendapatan setidaknya mencukupi setengah dari kebutuhan pokoknya maka itu disebut
miskin. Keluarga dhu’afa adalah keluarga yang masuk kategori keluarga fakir atau keluarga miskin. Namun
dalam pengertian yang kita pakai sehari hari di negara kita biasanya hanya mengenal istilah miskin
yang dalam pengertiannya bisa mencakup keduanya.

5
Untuk mengukur suatu keluarga apakah termasuk keluarga miskin atau tidak, Badan Pusat Statistik (BPS)
menetapkan 14 kriteria keluarga miskin yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan,
buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti
sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.[]
6
Deskripsi Singkat

Gambaran tentang dimensi-dimensi dakwah pencerahan

konversi agama karena kemiskinan

konsep keluarga ideal

potret keluarga Indonesia

strategi dakwah pencerahan

pendekatan dakwah pencerahan untuk keluarga


dhuafa
7
8
9
Analisa Kasus
• Konversi Agama Karena MISKIN
Di Desa Tonasa Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan telah terjadi konversi agama secara
sistematis dari Islam ke Kristen dengan berbagai
modus. Awalnya tidak ada yang kristen, pada
tahun 2011 sudah puluhan yang masuk kristen,
berdiri 1 Gereja dengan jemaatnya 35,
mendatangkan misionaris dari Jawa Tengah
secara bergantian, memberi bantuan ekonomi
berupa pinjaman dengan bunga rendah, yang
bersedia dibaptis maka utang dianggap lunas,
mendirikan sekolah dan bahkan penyuluhan
pertanian

10
11
12
13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai