Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

(UMT)
JALAN; PERINTIS KEMERDEKAAN L/33 CIKOKOKL TANGAERANG 15118

MATERI : 3

Dosen Pengampu : Ir. H. Sugeng Purwanto.MT.MM

1
Apa Itu Keluarga… ?
Orang Seisi rumah dalam satu
tanggungan

Keseluruhan orang yang berada


dalam Hubungan Kekeluargaan

2
3
4
5
Siapakah yang dimaksud dengan orang miskin itu? Apa parameter atau indikatornya? Di
Indonesia terdapat beberap kriteria kemiskinan yang dikembangkan oleh pemerintah dan
organisasi sosial kemasyarakatan yang bisa membantu melihat , mengukur kemiskinan.

6
Mengukur kemiskinan
1. Badan Pusat Statistik (BPSMenurut BPS, indikator kemiskinan
adalah sebagai berikut:
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 perorang
b. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/sungai/ air hujan.
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/ minyak tanah
h. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik
l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan,
buruh Bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/ tamat SD.
n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda
motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

7
2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
BKKBN menggunakan kriteria kesejahteraan keluarga untuk mengukur kemiskinan. Lima pengelompokkan
tahapan keluar –ga sejahtera menurut BKKBN adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang digunakan, yaitu:
(1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut.
(2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
(3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
(4) Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
(5) Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa ke sarana/ petugas kesehatan.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikator yang digunakan terdiri dari lima
indikator pada Keluarga Sejahtera I ditambah dengan sembilan indikator sebagai berikut:

8
Keluarga Sejahtera I ditambah dengan sembilan indikator sebagai berikut:
(1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.
(2) Sekurang-kurangnya sekali seminggu keluarga menyediakan daging atau ikan atau telur sebagai lauk pauk.
(3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru setahun terakhir.
(4) Luas lantai rumah paling kurang 8,0 m2 untuk tiap penghuni rumah.
(5) Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir berada dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing.
(6) Paling kurang satu orang anggota keluarga yang berumur
15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
(7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
(8) Seluruh anak berusia 6-15 tahun saat ini (waktu pendataan) bersekolah.
(9) Bila anak hidup dua orang atau lebih pada keluarga yang masih PUS, saat ini mereka memakai kontrasepsi
(kecuali bila sedang hamil).
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus
dapat meme -nuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di
lingkungan desa atau wilayahnya. Mereka harus memenuhi persyaratan indikator pada Keluarga
Sejahtera I dan II serta memenuhi syarat indikator sebagai berikut:

9
Keluarga Sejahtera I dan II serta memenuhi syarat indikator sebagai berikut:
(1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
(2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
(3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antar-anggota keluarga.
(4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
(5) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumahpaling kurang sekali dalam enam bulan.
(6) Memperoleh berita dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio atau menonton televisi.
(7) Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana transportasi.

e. Keluarga Sejahtera III Plus


Keluarga selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya,
dapat pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam
kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat. Keluarga-keluarga tersebut
memenuhi syarat-syarat indikator pada Keluarga Sejahtera I sampai III dan ditambah dua syarat berikut:
(1) Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat
dalam bentuk materi.
(2) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan, atau institusi
masyarakat lainnya.

10
Terlebih pada wilayah perkotaan, karena kemiskinan merupakan fenomena yang begitu kompleks, berikut
adalah ciri-ciri
tambahan yang sangat krusial dalam melihat kaum duafa.
1. Memelihara kesadaran fatalisme, sehingga bersikap pasrah menerima keadaan
2. Berhenti mencari kerja
3. Karena terlalu lama berhenti bekerja, ia kehilangan kontak dan jaringan
4. Dan sebagai implikasinya berharap pada program-program kesejahteraan dari pemerintah dan bantuan dari
organisasi-organisasi kemasyarakatan
5. Terkait dengan persepsi terhadap waktu. Ia memiliki banyak waktu luang, namun tidak mau memanfaatkan
waktunya untuk hal-hal yang produktif. Sebaliknya, ia akan menggunakan banyak waktunya bersama dengan
kerabat, keluarga serta orang-orang di sekitarnya
6. Mencari hutang sebagai jalan keluar untuk mencukupi kebutuhan hidup standar
7. Tidak memiliki gambaran terhadap masa depan.

11
12
Menemukan Keluarga Duafa
Ada banyak cara atau metode untuk menemukan keluarga duafa atau keluarga miskin. Salah satu metodenya
adalah meng –gunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yang diinisiasi dan dikembangkan oleh
Robert Chambers. PRA adalah teknik kajian masyarakat dengan cara mengembangkan partisipasi masyarakat itu
sendiri untuk meningkatkan dan menga -nalisa pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisinya agar
mereka dapat membuat rencana dan tindakan.
Prinsip-Prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan atau keberpihakan terhadap kelompok yang terabaikan, tersisihkan
2. Menguatkan atau memberdayakan masyarakat
3. Masyarakat sebagai pelaku, sementara orang luar hanya sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai
5. Santai dan informal, sehingga menimbulkan suasana akrab antara masyarakat dengan fasilitator, serta tidak
mengganggu kegiatan sehari-hari masyarakat
6. Terakhir, mengumpulkan dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya
Berikut adalah langkah-langkah umum pencarian keluarga duafa.
1. Menyepakati Indikator Keluarga Duafa
Dari sekian banyak indikator keluarga duafa yang dijelaskan di atas dan dari beberapa referensi lainnya, setiap
kelompok harus memutuskan dan menyepakati minimal 5 indikator keluarga duafa. Hal ini penting dilakukan,
karena indikator yang disepakati inilah yang akan dipergunakan sebagai instrumen untuk menemukan keluarga
duafa di lapangan.
13
2. Pencarian dan Penelusuran lokasi
Berdasarkan indikator keluarga duafa yang sudah disepakati (minimal 5 indikator), maka dalam kelompok yang
terdiri dari 3 orang; masing-masing anggota kelompok mencari 3 calon keluarga duafa di sekitar lingkungan
terdekatnya .
Pengamatan terhadap lokasi dilakukan sambil berjalan melalui pemukiman yang bersangkutan guna mengamati
dan men - kusikan berbagai keadaan seperti kondisi permukiman dan perumahan warga, ketersediaan sarana
umum seperti sekolah, puskesmas, masjid/musholla. Termasuk dalam tujuan dari tracking ini adalah untuk
mendapatkan pengetahuan tentang sumber daya alam yang tersedia, tata guna lahan, usaha yang berkembang
dan potensial, serta kajian terhadap mata penca harian masyarakat.
3. Observasi untuk Penjajagan atau Pengenalan Kebutuhan
Dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengamatan terhadap keluarga duafa yang sudah dipilih.
Pengamatan kelompok terhadap keluarga dilakukan dengan memperhatikan lingkungan tempat tinggal, kondisi
rumah, kondisi ruangan dalam rumah atau sesala sesuatu yang tekait dengan keluarga tersebut.
4. Pelaksanaan wawancara dan pengamatan
a. Pada awal wawancara, mahasiswa menjelaskan maksud kedatangannya dengan jelas dan sederhana
b. Mengamati keadaan sekitar seperti kondisi rumah untuk membantu kita memahami taraf kesejahteraannya
c. Melakukan obrolan tentang berbagai kegiatan keluarga
d. Lanjutkan wawancara dari satu topik kepada topik lain dengan menggunakan pedoman wawancara yang
telah disiapkan, sehingga pembahasan atau penggalian informasi tidak begitu terasa menonjol
dan keluarga yang diwawancarai tidak merasa sedang diselidiki
14
e. Pergunakan jawaban keluarga duafa untuk mengembangkan topik pembicaraan selanjutnya.
Biarkan keluarga duafa
melanjutkan penjelasan mengenai hal-hal yang dianggapnya penting mengenai kehidupan sehari-
harinya
f. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (bukan pertanyaan yang jawabannya hanya
berupa iya atau tidak), sehingga memancing pendapat mereka tentang berbagai hal. Dari sini bisa
mendapatkan gambaran tentang pandangan mereka apakah memiliki keinginan berubah, seberapa
besar optimismenya terhadap masa depan dan sebagainya.
g. Untuk pengamatan, lihat dan catat seluruh detail tempat kediaman keluarga dan lingkungannya.
5. Menyusun Profile keluarga Duafa Observasi yang dilakukan melalui wawancara
Observasi yang dilakukan melalui wawancara dan pengamatan di atas menjadi sangat penting agar
kelompok mampu menyusun profile keluarga duafa, sesuai dengan form yang telah disediakan.
6. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Hasil observasi, di samping dipergunakan untuk menyusun profile keluarga duafa, juga sangat
penting untuk mengidentifi –kasi masalah yang dialami serta kemudian membatasi permasalahan
yang akan diberdayakan. Identifikasi masalah dan pembatasan masalah ini meruapakan
salah satu bahan penting dalam menyusun Proposal pemberdayaan keluarga Duafa.

15
7. Persiapan Perencanaan Kegiatan
Adalah lanjutan dari kegiatan wawancara dan pengamatan diatas. Dalam rencana ini, yang diformulasikan dalam bentuk
proposal, dicantumkan dengan jelas kegiatan atau program apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukannya, serta
kapan pelaksanaannya. Semakin konkret dan jelas rencana yang dihasilkan, makin besar peluang bahwa kegiatan itu akan
sungguh-sungguh dilakukan. Termasuk dalam tahap perencanaan ini adalah fund rising atau pengumpulan dana. Dalam
masalah pengumpulan dana ini tidak boleh dilakukan dengan cara meminta-minta di jalan (mengamen).

16
17
18
Dengan terbentuknya keluarga sakinah, maka sebuah unit keluarga bisa mewujudkan, sebagai berikut:
1. Mewujudkan insan yang bertaqwa, yakni semua anggota keluarga dapat mengembangkan semua potensi
kemanusiaan nya secara optimal, menjadi muslim yang kaffah, yakni potensi tauhidiyyah, ubudiyyah,
kekhalifahan, jasadiyah serta aqliyahnya yang tercermin dalam sikap sehari-hari.
2. Mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, berdaya dan bahagia lahir maupun batin. Yakni masyarakat
yang anggota-anggotanya merasa aman dan tenteram dalam seluruh kehidupan baik perseorangan maupun
kelompok yang di dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah baldatun tayyibatun wa Rabbun ghofur, negeri yang
baik yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT sehingga, terjamin rasa persaudaraan, keadilan, ketertiban
dalam seluruh bidang kehidupan masyarakat.
Keluarga Duafa sebagai Sasaran Dakwah Lapangan
Kegiatan dakwah lapangan mata kuliah Kemuhammadiyahan menjadikan keluarga duafa sebagai sasaran
pemberdayaan. Tentu muncul pertanyaan, kenapa unit sosial ini yang dijadikan sasaran?
Kenapa bukan komunitas, lembaga sosial, atau kelompok-kelompok termarginalkan lainnya? Menetapkan
keluarga duafa sebagai sasaran pemberdayaan didasarkan pada beberapa pertimbangan:
1.Dalam ajaran Islam, unit sosial yang paling banyak mendapat perhatian adalah keluarga. Ayat-ayat Al-Qur’an
dan Hadits sangat banyak sekali membicarakan dan menuntun umatnya dalam kehidupan keluarga, mulai dari
bagaimana cara membentuknya, visi keluarga, mengelola keluarga, mengelola konflik dalam keluarga, mendidik
anak, hingga persoalan harta arisan. Kiranya tidak ada unit sosial yang lebih lengkap dibahas dalam
doktrin Islam seperti keluarga.

19
2. Pada dasarnya, keluarga sebagai unit sosial terkecil merupakan potret kehidupan sosial
yang lebih luas, hatta sekalipun itu sebuah Negara bangsa. Berbagai persoalan negara-
bangsa pada dasarnya bisa dilihat dan tercermin pada kehidupan keluarga, apalagi keluarga
duafa.
3. Dengan beberapa keterbatasan yang melekat pada disain kegiatan ini, seperti waktu,
pembekalan, resource dan jaringan yang dimiliki mahasiswa, maka pilihan keluarga duafa
sebagai sasaran pemberdayaan menjadi sesuai dengan keterbatasan kegiatan ini. Paling
tidak, keluarga tidak lebih rumit dibandingkan komunitas, lembaga sosial atau kelompok
termarginalkan lainnya.
4. Dalam waktu yang terbatas, kelompok mahasiswa bisa membangun hubungan yang cepat
dan mendalam dengan keluar -ga duafa. Hal ini memudahkan pemetaan masalah,
menemukan bentuk pemberdayaan yang tepat, serta memudahkan mahasiswa/kelompok
untuk membangun hubungan berkelanjutan pasca kegiatan.

20
Keluarga Duafa sebagai Sasaran Dakwah Lapangan Kegiatan dakwah lapangan mata kuliah Kemuhammadiyahan
menjadi -kan keluarga duafa sebagai sasaran pemberdayaan. Tentu muncul pertanyaan, kenapa unit sosial
yang dijadikan sasaran ? Kenapa bukan komunitas, lembaga sosial, atau kelompok-kelompok termarginalkan
lainnya? Menetapkan keluarga duafa sebagai sasaran pemberdayaan didasarkan pada beberapa pertimbangan:
1. Dalam ajaran Islam, unit sosial yang paling banyak mendapat perhatian adalah keluarga. Ayat-ayat Al-Qur’an
dan Hadits sangat banyak sekali membicarakan dan menuntun umatnya dalam kehidupan keluarga, mulai dari
bagaimana cara mem -bentuknya, visi keluarga, mengelola keluarga, mengelola konflik dalam keluarga,
mendidik anak, hingga persoalan harta warisan. Kiranya tidak ada unit sosial yang lebih lengkap dibahas dalam
doktrin Islam seperti keluarga.
2. Pada dasarnya, keluarga sebagai unit sosial terkecil merupakan potret kehidupan sosial yang lebih luas, hatta
sekalipun itu sebuah Negara bangsa. Berbagai persoalan negara-bangsa pada dasarnya bisa dilihat dan
tercermin pada kehidupan keluarga, apalagi keluarga duafa.
3. Dengan beberapa keterbatasan yang melekat pada disain kegiatan ini, seperti waktu, pembekalan, resource
dan jaringan yang dimiliki mahasiswa, maka pilihan keluarga duafa sebagai sasaran pemberdayaan menjadi
sesuai dengan keterbatasan kegiatan ini. Paling tidak, keluarga tidak lebih rumit dibandingkan komunitas,
lembaga sosial atau kelompok termarginalkan lainnya.
4. Dalam waktu yang terbatas, kelompok mahasiswa bisa membangun hubungan yang cepat dan mendalam
dengan keluar -ga duafa. Hal ini memudahkan pemetaan masalah, menemukan bentuk pemberdayaan yang
tepat, serta memudahkan mahasiswa/kelompok untuk membangun hubungan berkelanjutan
pasca kegiatan.
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai