DASAR TEORI
1. Survey
Mencari dampak training terhadap manajemen, kemudian
menghubungkannya dengan kegiatan di departemen lain sebagai fungsi
yang terintegrasi.
2. Analisa
Menyiapkan orientasi, teori dan latihan yang akan diajukan, memilih
instruktur yang tepat, membuat studi detail tentang operasi yang akan
dijalankan, menetapkan standar metode kerja, membuat beberapa usulan
perbaikan, menentukan standar produksi dari operator yang kualified.
3. Desain dan Organisasi
Menyusun jadwal dan waktu training, mempersiapkan seluruh material
training.
4
4. Introduction
Membuat pengaturan jalannya training yang baik dengan aktivitas yang
terintegrasi.
5. Pelatihan
Menjalankan seluruh tahapan training yang telah disiapkan.
6. Evaluasi
Melaporkan seluruh hasil training.
Learning Curve
Learning Curve adalah sebuah gejala yang universal. Selagi di situ ada
manusia yang terlibat dalam kegiatan, maka di situ pasti ada proses belajar
betapa pun kecil kadarnya. Belajar adalah produk pengalaman. Belajar hanya
dapat terjadi melalui usaha untuk menyelesaikan suatu persoalan dan oleh
karena itu hanya terjadi selama kegiatan. Bagaimanapun juga, pengalaman
sebelumnya adalah ‘a significant role’ yang mengubah persepsi seseorang.
5
Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah
sebuah kurva garis yang menunjukkan hubungan antara waktu yang
diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit yang diproduksi. Teori
pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia
bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya.
Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral dalam
perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya
operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga
diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi.
6
h. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan
Ws= i=1
7
N = jumlas siklus pengamatan
8
Setelah waktu siklus diketahui, selanjutnya diperlukan faktor
penyesuaian (P) terhadap konsistensi pekerja yang diukur (untuk
memperoleh waktu normal). Karena dalam melaksanakan pekerjaannya
konsistensi waktu pekerja dapat berubah-ubah akibat kurang bersungguh-
sungguh, terlalu cepat, terlalu buru-buru atau karena sebab lain. Salah
satu metode yang digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian
digunakan Objective.
Metode dengan menggunakan faktor penyesuaian “P”. Kemudian nilai P
ada 3 yaitu: P
˂1 ; pekerja bekerja lambat, P = 1 ; pekerja bekerja normal, P ˃ 1 ;
pekerja bekerja cepat. Sehingga Waktu normal adalah:
Wn = Ws x P
Ws = waktu siklus
P = faktor penyesuaian
Selain faktor penyesuaian P, yang perlu diperhatikan adalah faktor
kelonggaran. Faktor kelonggaran ini berkaitan erat dengan kebutuhan
operator secara personal. Biasanya diklasifikasikan ke dalam 3
kebutuhan, yaitu:
1) Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personel (personnel allowance)
2) Kelonggaran waktu untuk melepas lelah (fatique allowance)
3) Kelonggaran untuk keterlambatan (delay allowance)
Pada prinsipnya, allowance bertujuan untuk mengetahui berapa
Persen waktu tidak produktif pekerja dalam satuan waktu tertentu.
Sehingga dengan mempertimbangkan faktor penyesuaian dan
kelonggaran, maka waktu standar atau waktu baku dari suatu operasi
tertentu adalah:
Ws = Wn + (Wn x L)
Wn = waktu normal
L = kelonggaran
9
a. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Pada saat mengamati waktu siklus diperlukan adanya
pengulangan sampai memenuhi kriteria keseragaman dan kecukupan
data. Uji keseragaman dilakukan dengan mengaplikasikan Peta
Kontrol (control chart). Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat untuk
mengetes keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Uji
keseragaman data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Masukan data - data kedalam sub group dan menghitung rata-rata
dari setiap sub group dengan rumus:
𝒏
∑ 𝒙𝒊
Xj = 𝒏 𝒊=𝟏
σ = standar deviasi
Xi = data pengamatan ke-
10
N = jumlah pengamatan
11
4) Hitung deviasi dari distribusi sub group dengan rumus :
𝝈= 𝝈
√𝒏
σ = standar deviasi
n = ukuran sub group
5) Hitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dengan rumus
: BKA = X + 2σx
BKB = X - 2σX
Data yang keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol
bawah merupakan data extrim yang tidak dimasukkan kedalam
perhitungan (harus dibuang). Banyaknya data yang diperlukan
setelah dilakukan pengamatan pendahuluan sebanyak N adalah
sebagai berikut:
13
Line Balancing adalah untuk membentuk dan menyeimbangkan beban
kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap stasiun kerja. Jika tidak dilakukan
keseimbangan seperti ini maka akan mengakibatkan ketidakefisienan kerja di
beberapa stasiun kerja, dimana antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun
kerja yang lain memiliki beban kerja yang tidak seimbang. Dengan demikian,
masalah keseimbangan lintasan perakitan (Balancing Line) adalah bagaimana
agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan beban kerja yang sama pada
setiap stasiun kerja, sehingga menghasilkan keluaran produk yang
sama persatuan waktu. Tujuan dasar dari pada
penyeimbang lintasan yaitu untuk membantu meningkatkan jumlah produksi
yang dikeluarkan dengan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Megatasi permasalahan bottleneck yang terjadi pada tahapan proses agar
proses produksi dapat berjalan efektif dan effisien. Umumnya merencanakan
keseimbangan dalam sebuah lintasan meliputi usaha yang bertujuan untuk
mencapai suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi pemborosan
fasilitas (waktu, tenaga dan
14