Anda di halaman 1dari 12

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-

ISSN: 2614 – 1930.

DETERMINAN PENGUNGKAPAN EMISI KARBON SERTA


KOMPARASINYA PADA INDUSTRI INTENSIF KARBON DAN
INDUSTRI NON INTENSIF KARBON
[1]
I Gusti Ayu Ngurah Prasiska Dewi,
[2]
Putu Sukma Kurniawan

Jurusan Ekonomi dan Akuntansi


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {prasiskadewi@gmail.com, putusukma@undiksha.ac.id, }


Abstrak
Emisi karbon hasil aktivitas perusahaan berkontribusi pada kerusakan
lingkungan hidup seperti mencairnya es di Antartika, gelombang panas di Australia,
hingga suhu air laut yang memanas. Menimbang permasalahan tersebut, penelitian ini
dirancang untuk menginvestigasi determinan pengungkapan emisi karbon perusahaan
serta komparasinya pada industri intensif karbon dan industri non intensif karbon.
Populasi terdiri atas perusahaan pada Indeks KOMPAS 100 periode Agustus 2019-
Januari 2020 dan sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data diuji
dengan analisis regresi linear berganda dan teknik analisis konten untuk melakukan
komparasi sampel. Penelitian ini membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif
sedangkan ukuran perusahaan dan sistem manajemen lingkungan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan emisi karbon. Penelitian ini juga menemukan bahwa
pengungkapan emisi karbon oleh perusahaan pada industri intensif karbon lebih baik
daripada pengungkapan oleh perusahaan pada industri non intensif karbon.

Kata kunci : Leverage, Pengungkapan Emisi Karbon, Sistem Manajemen


Lingkungan, Ukuran Perusahaan

Abstract
Carbon emissions from the company's activities contribute to environmental
damage such as melting of ice in Antarctica, heat waves in Australia, until the
temperature of the sea water heats up. Considering these problems, this study is
designed to investigate the determinants of corporate carbon emissions disclosure and
their comparison in carbon intensive and non carbon intensive industries. The
population consists of companies in the KOMPAS 100 Index for the period August 2019-
January 2020 and the sample was selected using a purposive sampling technique. Data
were tested with multiple linear regression analysis and content analysis techniques to
compare samples. This study proves that leverage has a negative effect while company
size and environmental management systems have a positive effect on carbon
emissions disclosure. The study also found that disclosure of carbon emissions by
companies in carbon intensive industries is better than disclosure by companies in non
carbon intensive industries.

Keywords : Carbon Emission Disclosure, Environmental Management System,


Leverage, Firm Size

242
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

PENDAHULUAN terbaiknya dalam mengungkapkan informasi


emisi karbon untuk tetap mendapat
Kerusakan lingkungan hidup pengakuan dari para pemangku
menjadi perbincangan masyarakat dunia kepentingan, termasuk di dalamnya
yang seolah tidak pernah berakhir. Mulai organisasi non-profit, masyarakat,
dari fenomena mencairnya es di Antartika, pemerintah, dan kreditur.
gelombang panas di Australia, hingga suhu
air laut yang memanas. Peristiwa-peristiwa Penelitian oleh Kurniawan dkk (2019)
tersebut menjadi salah satu penanda bahwa menjadi acuan dalam penelitian ini. Variabel
telah terjadi perubahan iklim di bumi. independen yang direplikasi dari penelitian
Dilansir dari CNN Indonesia (2019b), para Kurniawan dkk (2019) adalah ukuran
peneliti berpendapat bahwa sekitar 93% perusahaan serta sistem manajemen
global warming adalah akibat dari emisi lingkungan. Variabel sistem manajemen
karbon yang terkumpul dan terserap oleh lingkungan dipilih karena terdapat
laut. inkonsistensi hasil penelitian dengan
Ningrum (2018), sedangkan variabel ukuran
Kadar emisi CO2 pada tahun 2019 perusahaan dinyatakan tidak berpengaruh
mencapai 37 miliar ton dan merupakan dalam penelitian Anisa dkk (2020) dan
rekor tertinggi sepanjang sejarah Pratiwi (2017). Keunikan penelitian ini
ditimbulkan oleh adanya peningkatan dibandingkan penelitian serupa sebelumnya
permintaan minyak bumi dan natural gas. adalah adanya penambahan variabel
Berdasarkan data ini dapat disimpulkan indenpenden baru yaitu leverage
bahwa dunia tidak bisa memenuhi target perusahaan serta komparasi kualitas
yang disepakati pada Perjanjian Paris pengungkapan emisi karbon antara industri
karena pertumbuhan emisi karbon yang intensif karbon dan non intensif karbon juga.
tinggi (CNN Indonesia, 2019a).
Berdasarkan teori stakeholder,
Indonesia adalah negara produsen untuk mendapatkan dukungan para
emisi karbon terbesar keempat di dunia pemangku kepentingan, perusahaan
pada 2015 dengan jumlah rata-rata emisi berada pada posisi penting dalam
tahunan sebesar 2,4 miliar ton, menurut pemberian manfaat bagi pemangku
data yang dihimpun oleh Potsdam Institute kepentingan (Anisa dkk, 2020). Kreditur
for Climate Impact Research (Dunne, 2019). sebagai salah satu pemangku kepentingan
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 perusahaan tentu mengharapakan
dan PSAK No. 1 Paragraf 9 memang telah perusahaan debitur untuk mampu
mengatur perihal tanggung jawab sosial dan membayar pokok hutang beserta bunga
lingkungan yang harus dilakukan pinjaman. Hal ini akan membuat
perusahaan, namun peraturan ini tidak perusahaan memprioritaskan pelunasan
mewajibkan adanya pengungkapan emisi kewajiban terlebih dulu. Perusahaan
karbon oleh perusahaan. Pengungkapan dengan tingkat leverage yang tinggi
yang kini dilakukan merupakan bagian dari cenderung melakukan pengungkapan emisi
voluntary disclosure yang memberi karbon yang rendah bahkan tidak sama
manajemen perusahaan pilihan untuk sekali mengingat pengungkapan ini bersifat
mengungkapkan informasi tersebut atau sukarela.
tidak sama sekali.
Asumsi ini konsisten dengan hasil
Situasi ini terlihat timpang ketika penelitian oleh Deantari dkk (2019) dan Luo
skema pelaporan sukarela atau wajib telah et al (2013). Di sisi lain, Anisa dkk (2020)
diperkenalkan oleh pemerintah beberapa dan Pratiwi (2017) menyatakan bahwa
negara seperti Amerika Serikat, Australia, tingkat leverage tidak memiliki hubungan
Kanada, Perancis, Jepang, Korea, dan signifikan dengan pengungkapan emisi
Inggris (Akbas dan Canikli, 2018). Untuk karbon perusahaan. Berdasarkan
merespon tekanan berupa kewajiban ini, pemaparan diatas, maka hipotesis
perusahaan akan menunjukkan kinerja dirumuskan sebagai berikut:

243
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

H1: Leverage berpengaruh negatif terhadap Penelitian dengan hasil serupa


pengungkapan emisi karbon pada industri ditemukan oleh Christi (2019) yang
intensif karbon menyatakan sistem manajemen lingkungan
memiliki hubungan positif dan signifikan
Sorotan yang lebih besar diberikan dengan pengungkapan emisi karbon. Di sisi
oleh masyarakat kepada perusahaan yang lain, Ningrum (2018) menemukan bahwa
memiliki ukuran lebih besar. Hal ini mungkin sistem ini tidak mempengaruhi
terjadi oleh sebab aktivitas operasi pengungkapan emisi karbon perusahaan.
perusahaan besar lebih terlihat. Fenomena Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
ini berkaitan erat dengan teori legitimasi pemaparan tersebut adalah:
yang menerangkan tentang social
responsibility perusahaan untuk H3: Sistem Manajemen Lingkungan
memperoleh legitimasi lingkungan sosial di berpengaruh positif terhadap
tempat kegiatan perusahaan beroperasi pengungkapan emisi karbon pada industri
(Afni dkk, 2018). intensif karbon

Asumsi ini sejalan dengan pendapat Meskipun perusahaan tergolong


yang dikemukakan Handayani (2018) yakni industri non intensif karbon, namun
perusahaan besar dapat menggunakan konsumsi energi, utamanya listrik, bahan
pengungkapan emisi karbon sebagai bakar, air, dan kertas tetap saja harus
alternatif untuk menjawab seluruh tekanan dipertanggungjawabkan. Majid dan Ghozali
dari masyarakat. Ukuran perusahaan (2015) menemukan bahwa leverage
memiliki pengaruh positif pada merupakan salah satu faktor pengungkapan
pengungkapan emisi karbon perusahaan, emisi karbon dan memiliki hubungan negatif.
didukung dengan hasil penelitian oleh Hasil yang sama juga ditemukan oleh
Jannah & Muid (2014), Choi et al (2013), Wiratno & Muaziz (2020) serta Christi
dan Nasih dkk (2019). (2019). Di sisi lain, penelitian oleh
Septriyawati & Anisah (2019), Suhardi &
Di sisi lain, penelitian oleh Purwanto (2015) tidak menemukan
Septriyawati & Anisah (2019) dan Anisa dkk hubungan yang signifikan antar kedua
(2020) menemukan bahwa ukuran variabel ini. Hipotesis yang dapat
perusahaan tidak memiliki hubungan dirumuskan berdasarkan penjelasan diatas
dengan pengungkapan emisi karbon adalah:
perusahaan. Hipotesis yang dirumuskan
atas dasar pemaparan tersebut adalah: H4: Leverage berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan emisi karbon pada industri
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif non intensif karbon
terhadap pengungkapan emisi karbon pada
industri intensif karbon Menurut penelitian oleh Luo (2017),
perusahaan yang lebih besar memiliki
Berdasarkan teori stakeholder, kecenderungan yang lebih besar pula untuk
dalam menanggapi tekanan dari para melakukan pengungkapan secara lebih
stakeholder, perusahaan dapat mengambil komprehensif terkait emisi karbon mereka.
tindakan untuk turut melakukan Selain itu, penelitian oleh Mujiani dkk (2019)
pertanggungjawaban lingkungan dan dan Tubay & Leon (2019) juga mendukung
menampilkannya melalui saluran temuan tersebut.
komunikasi (Kilic & Kuzey, 2019).
Penerapan sistem manajemen lingkungan Di sisi lain, Irwhantoko & Basuki
pada suatu perusahaan akan mendorong (2016) dan Wiratno & Muaziz (2020)
manajemen untuk melakukan menemukan bahwa ukuran perusahaan
pengungkapan lingkungan yang salah satu tidak memiliki pengaruh terhadap carbon
komponennya adalah pengungkapan emisi emission discosure perusahaan. Hipotesis
karbon. yang dapat dirumuskan berdasarkan
penjelasan diatas adalah:

244
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif H7: Kualitas pengungkapan informasi emisi
terhadap pengungkapan emisi karbon pada karbon pada industri intensif karbon lebih
industri non intensif karbon baik daripada kualitas pengungkapan
informasi emisi karbon pada industri non
Dalam memperjuangkan legitimasi intensif karbon.
masyarakat, perusahaan membangun citra
sebaik mungkin salah satunya melalui
penerapan sistem manajemen lingkungan.
Iswati & Setiawan (2020) menemukan METODE PENELITIAN
bahwa penerapan ISO 14001 sebagai salah
satu sertifikasi sistem manajemen Populasi terdiri atas seluruh
lingkungan perusahaan memiliki memiliki perusahaan pada Indeks KOMPAS 100
pengaruh pada pengungkapan emisi periode Agustus 2019-Januari 2020.
karbon. Rankin et al (2011) menemukan Sampel dipilih dengan teknik purposive
bahwa kredibilitas pengungkapan emisi sampling dengan kriteria perusahaan harus
karbon salah satunya dipengaruhi oleh secara rutin menyajikan laporan
sistem manajemen lingkungan. keberlanjutan dan/atau laporan tahunan
yang secara implisit maupun eksplisit
Penelitian Chariri dkk (2018) mengungkapkan setidaknya 1 item
menemukan hasil yang kontradiktif bahwa informasi emisi karbon selama kurun waktu
sistem manajemen lingkungan tidak 2014 hingga 2018 serta mengungkapkan
memiliki pengaruh pada pengungkapan informasi keuangan dalam mata uang
emisi karbon perusahaan. Maka dari itu rupiah. Sampel terkumpul sebanyak 36
perlu dilakukan kajian ulang dan perusahaan pada industri intensif karbon
dirumuskanlah hipotesis berikut: dan 14 perusahaan pada industri non
intensif karbon. Industri intensif karbon
H6: Sistem Manajemen Lingkungan terdiri atas perusahaan sektor I hingga
berpengaruh positif terhadap sektor VII yang tercatat di BEI. Industri non
pengungkapan emisi karbon pada industri intensif karbon terdiri atas perusahaan
non intensif karbon. sektor keuangan serta sektor perdagangan,
investasi, dan jasa.
Industri yang terkait dengan isu
lingkungan yang sering disoroti seperti Tingkat leverage diukur dengan
tumpahan minyak di laut, pencemaran membandingkan total hutang pada aset
tanah, dan global warming cenderung total (Choi et al, 2013). Variabel ukuran
mendapat perhatian yang lebih banyak dari perusahaan diukur menggunakan formula
publik dan para stakeholder. Hal ini dapat logaritma natural dari aset total (Brammer &
mengarah pada pengawasan publik yang Pavelin, 2006). Sistem manajemen
tertutup atau intervensi peraturan ketika lingkungan diukur menggunakan variabel
masalah lingkungan yang menonjol muncul dummy dimana perusahaan dengan sistem
(Choi et al,2013). manajemen lingkungan dinilai 1 dan untuk
perusahaan yang tidak menerapkan sistem
Tekanan ini tidak terjadi pada tersebut dinilai 0.
industri tidak intensif emisi, sehingga perlu
dilakukan perbandingan terhadap kedua Pengukuran variabel dependen
kategori ini untuk menemukan (pengungkapan emisi karbon) didasarkan
perbandingan kualitas informasi emisi yang pada checklist 18 item yang dikembangkan
diungkapkan keduanya. Dengan demikian, oleh Choi et al (2013). Skor yang diberikan
akan ditemukan sejauh mana perbedaan berkisar antara 0 sampai 1, di mana 0
tingkat kualitas pengungkapan kedua adalah pengungkapan terendah
industri beserta determinannya. Maka dari (pengungkapan 0 item), dan 1 adalah
itu perlu dilakukan perbandingan kualitas pengungkapan tertinggi (18 item).
pengungkapan informasi pada kedua
kelompok industri tersebut dan dirumuskan Data kemudian dianalisis
dalam hipotesis berikut: menggunakan model regresi berikut:

245
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

a. Industri intensif karbon SIZE menunjukkan ukuran perusahaan.


CED1= 0 + β1LEV + β2SIZE + β3EMS + ε EMS menunjukkan sistem manajemen
b. Industri non intensif karbon perusahaan, sedangkan α, β dan ε
CED2 = 0 + β4LEV+ β5SIZE+ β6EMS + ε menunjukkan masing-masing konstanta,
koefisien regresi, dan standar error.
CED menunjukkan pengungkapan
emisi karbon. LEV adalah tingkat leverage.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Analisis Statistik Deskriptif Industri Intensif Karbon
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEV 180 0,1492 0,9992 0,6650 0,1931
SIZE 180 12,0053 14,5374 13,2172 0,5086
EMS 180 0 1 0,71 0,457
CARBON 180 0,0000 0,8889 0,3491 0,2668
Valid N (listwise) 180

Tabel 1 menunjukkan bahwa Ini berarti rata-rata perusahaan dalam


pengungkapan emisi karbon perusahaan industri ini memiliki nilai hutang setengah
pada industri intensif karbon memiliki nilai daripada nilai aset yang dimiliki dan data
rata-rata 0,3491 dengan nilai minimum tidak terlalu menyebar. Sementara itu, nilai
0,000, nilai maksimum 0,8889, dan standar rata-rata ukuran perusahaan adalah
deviasi 0,2668. Data ini bermakna bahwa 13,2172 dengan nilai maksimum 14,5374,
rata-rata item pengungkapan berkisar 6 nilai minimum sebesar 12,0053, serta
item per tahun, sedangkan data tidak terlalu standar deviasi yang juga mengindikasikan
menyebar. data tidak terlalu tersebar. Nilai mean
Perusahaan memiliki rata-rata variabel sistem manajemen lingkungan
leverage sebesar 0,6650, nilai minimum (EMS) adalah 0,71 dengan standar deviasi
sebesar 0,1492, nilai maksimum 0,9992, sebesar 0,457.
sedangkan standar deviasi adalah 0,1931.

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Industri Non Intensif Karbon


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEV 70 0,20001 0,9921 0,8176 0,1729
SIZE 70 12,4944 15,1129 13,8870 0,8934
EMS 70 0 1 0,69 0,468
CARBON 70 0,0000 0,4444 0,2134 0,1282
Valid N (listwise) 70

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebesar 0,20001, nilai maksimum 0,9921.


pengungkapan emisi karbon perusahaan Ini berarti rata-rata perusahaan dalam
pada industri non intensif karbon memiliki industri ini memiliki nilai hutang lebih dari
nilai rata-rata 0,2134 dengan nilai minimum setengah nilai aset yang dimiliki. Sementara
0,000, nilai maksimum 0,4444, dan standar itu, nilai rata-rata ukuran perusahaan
deviasi 0,2134. Data ini bermakna bahwa adalah 13,8870 dengan nilai maksimum
rata-rata item pengungkapan oleh 15,1129, nilai minimum sebesar 12,4944.
perusahaan berkisar 3 hingga 4 item per Nilai rata-rata variabel sistem manajemen
tahun, sedangkan data tidak terlalu lingkungan (EMS) adalah 0,69. Ditinjau
menyebar karena nilai standar deviasi yang berdasarkan standar deviasi, ketiga
kurang dari nilai rata-rata. variabel independen memiliki nilai standar
Perusahaan memiliki rata-rata deviasi yang lebih rendah dari rata-rata,
leverage sebesar 0,8176, nilai minimum bermakna data tidak terlalu menyebar.
246
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik dan Uji Koefisien Determinasi


Daftar Uji Industri Intensif Industri Non
Karbon Intensif Karbon
Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov 0,872 0,856
Asymp. Sig (2-Tailed) 0,432 0,456
Uji Multikolinearitas (Nilai Tolerance)
Leverage (X1) 0,841 0,959
Ukuran Perusahaan (X2) 0,904 0,938
Sistem Manajemen Lingkungan (X3) 0,891 0,955
Uji Multikolinearitas (Nilai VIF)
Leverage (X1) 1,189 1,042
Ukuran Perusahaan (X2) 1,106 1,066
Sistem Manajemen Lingkungan (X3) 1,122 1,048
Uji Heteroskedastisitas
Leverage (X1) 0,072 0,380
Ukuran Perusahaan (X2) 0,681 0,472
Sistem Manajemen Lingkungan (X3) 0,094 0,822
Uji Autokorelasi (Nilai Durbin-Watson) 1,820 1,749
Uji Koefisien Determinasi 0,555 0,483

Uji normalitas dilakukan dengan Uji - 2,2099) sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kolmogorv-Smirnov. Berdasarkan Tabel 3, dalam model regresi ini tidak terjadi
nilai Asymp. Sig (2-Tailed) pada industri autokorelasi. Demikian pula dengan industri
intensif karbon dan non intensif karbon non intensif karbon menggunakan nilai
secara berturut-turut adalah 0,432 dan signifikansi 5%, k=3, serta banyaknya data
0,456, menunjukkan data normal karena adalah 70 (n = 70), nilai du yang sesuai
nilai tersebut lebih dari 0,05 ( = 0,05). dengan tabel Durbin-Watson adalah
sebesar 1,6889. Nilai 4-du = 4 – 1,7028 =
Berdasarkan uji multikolinearitas 2,2972. Nilai Durbin Watson industri non
untuk kedua kategori sampel dan tiga intensif karbon sebesar 1,749 berada
variabel independen diperoleh nilai diantara interval du dan 4-du (1,7028 <
tolerance kurang dari 1 (tolerance <1) dan 1,749 < 2,2972) sehingga dapat
VIF kurang dari 10 (VIF <10), maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini
dinyatakan bahwa tidak ditemukan gejala juga tidak terjadi autokorelasi.
multikolinieritas pada data penelitian ini.
Sementara itu, uji heteroskedastisitas Nilai hasil uji koefisien determinasi
dengan teknik Uji Glejser menunjukkan industri intensif karbon adalah 0,555 yang
data pada kedua industri tidak mengalami bermakna bahwa ketiga variabel
gejala heteroskedastisitas karena nilai independen berpengaruh terhadap
signifikansi>0,05. pengungkapan emisi karbon sebesar 55,5%.
Sisanya sebesar 44,5% merupakan
Uji Autokorelasi menggunakan pengaruh oleh faktor lain yang tidak diteliti
metode Durbin-Watson dengan nilai dalam penelitian ini. Sementara itu pada
signifikansi 5%, k=3, serta banyaknya data industri non intensif karbon, nilai adjusted r-
adalah 180 (n = 180), nilai du yang sesuai square sebesar 0,483 yang bermakna 48,3%
dengan tabel Durbin-Watson adalah pengungkapan emisi karbon ditentukan
sebesar 1,7901. Sementara itu, nilai 4-du = oleh ketiga variabel bebas sedangkan
2,2099. Nilai Durbin-Watson industri intensif sisanya sebesar 51,7% dipengaruhi oleh
karbon sebesar 1,820 berada diantara faktor lain yang tidak diteliti dalam
interval du dan 4-du (1,7901 < 1,820 < penelitian ini.

247
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

Tabel 4. Analisis Regresi Linear Berganda Industri Intensif Karbon

Coefficientsa
Industri Intensif Karbon Industri Non Intensif Karbon
Model Unstandardized t Sig. Unstandardized t Sig.
Coefficients (B) Coefficients (B)
(Constant) -0,970 -2.561 0,011 -0,209 -1,191 0,238
LEV -0,561 -7,466 0,000 -0,425 -6,473 0,000
SIZE 0,116 4,201 0,000 0,051 3,945 0,000
EMS 0,235 7,611 0,000 0,099 4,068 0,000
a. Dependent Variable: Y (CARBON)

Berdasarkan Tabel 4, maka diperoleh Bila ditinjau dari kedua kelompok


persamaan regresi untuk sampel industri industri, industri intensif karbon memiliki
intensif karbon sebagai berikut: rata-rata leverage yang lebih rendah
Y = (-0,970) - 0,561X1 + 0,116X2 + dibandingkan industri non intensif karbon
0,235X3 + ε yaitu 0,6650 berbanding 0,8176. Hasil ini
Persamaan regresi untuk sampel industri didukung oleh penemuan Ganapathy dan
non intensif, berdasarkan Tabel 4 diperoleh Kabra (2015) bahwa sebagian besar
sebagai berikut: perusahaan yang berpolusi dapat
Y = (-0,209) - 0,425X1 + 0,051X2 + membayar biaya pembuatan informasi
0,099X3 + ε lingkungan. Hasil penelitian ini konsisten
Y menunjukkan pengungkapan dengan penelitian Deantari dkk (2019) dan
emisi karbon. X1 adalah tingkat leverage. X2 Luo et al (2013). Sementara itu, hasil ini
menunjukkan ukuran perusahaan. X3 bertentangan dengan penelitian oleh Anisa
menunjukkan sistem manajemen dkk (2020) dan Pratiwi (2017).
perusahaan, sedangkan ε menunjukkan
standar error. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Variabel ukuran perusahaan


memiliki nilai t hitung < t tabel (4,201 > 1,65356),
Variabel leverage memiliki nilai dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil
thitung< ttabel (-7,466 < -1,65356), dapat pengujian H2 menunjukkan nilai sig.
disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil sebesar 0,000, yang bermakna kurang dari
pengujian H1 menunjukkan nilai sig. 0,05 dengan nilai beta unstandardized
sebesar 0,000, yang berarti kurang dari coefficients adalah 0,116. Ini bermakna
0,05 dengan nilai beta unstandardized bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
coefficients adalah -0,561. Ini bermakna positif terhadap pengungkapan emisi
bahwa leverage berpengaruh negatif karbon pada industri intensif karbon, maka
terhadap pengungkapan emisi karbon pada H2 diterima.
industri intensif karbon, maka H1 diterima.
Temuan ini selaras dengan teori
Hasil ini mendukung teori legitimasi bahwa perusahaan
stakeholder yang mana perusahaan memperjuangkan legitimasi masyarakat
mendapat tekanan dari salah satu yang mungkin didapatkan melalui
pemangku kepentingan yaitu kreditur. mengungkapkan informasi emisi karbon
Perusahaan lebih mengutamakan yang juga sebagai suatu pelaksanaan
pemenuhan kewajiban hutangnya corporate social responsibility (Akhiroh &
dibandingkan melakukan pengungkapan Kiswanto, 2016). Hasil ini menunjukkan
sukarela, karena pengungkapan ini konsistensi dengan hasil penelitian oleh
dianggap menambah beban perusahaan Jannah & Muid (2014), Choi et al (2013),
(Luo et al, 2013). serta Nasih dkk (2019). Sementara itu, hasil
ini bertentangan dengan hasil penelitian

248
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

oleh Septriyawati & Anisah (2019) dan industri intensif karbon lebih tinggi
Anisa dkk (2020). dibandingkan industri non intensif karbon
yaitu 0,71 > 0,69.
Bila dilakukan komparasi, industri
intensif karbon justru mengungkapkan emisi Pengujian Hipotesis Keempat (H4)
karbon yang lebih tinggi dibandingkan
industri non intensif karbon, padahal rata- Variabel leverage memiliki nilai t
rata ukuran perusahaan pada industri ini hitung < t tabel (-6,473 < -1,66827), dapat
lebih kecil dari rata-rata industri non intensif disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil
karbon. Hal ini mungkin terjadi karena pengujian H3 menunjukkan nilai sig.
tingkat hutang rata-rata industri ini juga sebesar 0,000, yang berarti kurang dari
lebih rendah sehingga perusahaan berada 0,05 dengan nilai beta unstandardized
pada kondisi yang lebih memungkinkan coefficients adalah -0,425. Ini bermakna
untuk membiayai pengungkapan bahwa leverage berpengaruh negatif
sukarelanya. terhadap pengungkapan emisi karbon pada
industri non intensif karbon, maka H4
Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) diterima.

Variabel sistem manajemen Utang memberikan perusahaan


lingkungan memiliki nilai t hitung < t tabel konsekuensi untuk membayar bunga dan
(7,611 > 1,65356), dapat disimpulkan pokok hutang pada saat jatuh tempo.
bahwa H0 ditolak. Hasil pengujian H3 Dalam kondisi laba perusahaan yang tidak
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000, yang mampu membayar kedua beban tersebut,
bermakna kurang dari 0,05 dengan nilai maka akan timbul risiko kegagalan usaha
beta unstandardized coefficients adalah (Fanani, 2010). Pada perusahaan dengan
0,235. Ini bermakna bahwa sistem tingkat hutang yang tinggi, mitigasi risiko
manajemen lingkungan berpengaruh positif kegagalan menjadi fokus terdepan sebelum
terhadap pengungkapan emisi karbon pada kebijakan perusahaan pada pengungkapan-
industri intensif karbon, maka H3 diterima. pengungkapan lain, terlebih bagi yang
bersifat tidak wajib.
Hasil ini didukung oleh pernyataan
Rankin et al (2011) bahwa perusahaan Hasil ini sejalan dengan pernyataan
dengan sistem manajemen lingkungan Majid dan Ghozali (2015), Wiratno dan
cenderung melakukan pengungkapan emisi Muaziz (2020), dan Deantari dkk (2019).
karbon pada tingkat dan kredibilitas Sementara itu, hasil ini bertentangan
informasi yang lebih tinggi. Sejalan dengan dengan hasil penelitian oleh Pratiwi (2017),
Rankin, Ganapathy & Kabra (2015) juga Septriyawati & Anisah (2019), dan Suhardi
menyatakan bahwa perusahaan dengan & Purwanto (2015) bahwa tidak ditemukan
sertifikasi lingkungan melakukan hubungan antara tingkat leverage pada
pengungkapan informasi lebih banyak pengungkapan emisi karbon perusahaan.
daripada perusahaan yang tidak
memilikinya. Serupa dengan hasil penelitian pada
kategori sampel industri intensif karbon,
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil penelitian ini menemukan semakin
konsistensi dengan penelitian yang tinggi proporsi hutang terhadap aset
dilakukan oleh Prafitri dan Zulaikha (2016), perusahaan berimplikasi pada semakin
Christi (2019), serta Kurniawan dkk (2019). rendahnya pengungkapan emisi karbon.
Sementara itu, hasil ini bertentangan Terbukti bahwa nilai rata-rata leverage
dengan hasil penelitian Ningrum (2018). industri ini memang lebih tinggi daripada
industri intensif karbon.
Bila dilakukan komparasi, industri ini
memiliki tingkat pengungkapan yang lebih Pengujian Hipotesis Kelima (H5)
tinggi dibandingkan industri non intensif
karbon. Hasil ini didukung oleh nilai rata- Variabel ukuran perusahaan
rata variabel sistem manajemen lingkungan memiliki nilai t hitung < t tabel (3,945 > 1,66827),

249
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil Bila dilakukan komparasi tingkat


pengujian H5 menunjukkan nilai sig. pengungkapan emisi karbon, industri ini
sebesar 0,000, yang bermakna kurang dari masih berada di bawah tingkat
0,05 dengan nilai beta unstandardized pengungkapan industri intensif karbon.
coefficients adalah 0,051. Ini bermakna Hasil ini didukung oleh nilai rata-rata
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh variabel sistem manajemen lingkungan
positif terhadap pengungkapan emisi industri non intensif karbon yang lebih kecil
karbon pada industri non intensif karbon, daripada industri intensif karbon yaitu 0,69
maka H5 diterima. < 0,71.

Hasil ini sejalan dengan pernyataan Pengujian Hipotesis Ketujuh (H7)


oleh Mujiani dkk (2019), Luo (2017), dan
Tubay & Leon (2019). Sementara itu, hasil Mengacu pada nilai rata-rata
ini bertentangan dengan penelitian oleh pengungkapan, industri intensif karbon
Irwhantoko & Basuki (2016) dan Wiratno & mengungkapkan emisi karbon dengan lebih
Muaziz (2020) yang menuman tidak baik daripada industri non intensif karbon
terdapat pengaruh ukuran pada (0,3491 > 0,2134). Maka dapat disimpulkan
pengungkapan emisi karbon perusahaan. bahwa H7 diterima.

Bila dikomparasikan, tingkat Perusahaan pada kategori industri


pengungkapan emisi karbon industri ini intensif karbon memiliki pengungkapan
masih berada di bawah tingkat karbon lebih luas dan kredibel jika
pengungkapan industri intensif karbon. Hal dikomparasikan dengan perusahaan pada
ini mungkin terjadi karena tingkat hutang industri non intensif karbon. Rentang
rata-rata industri ini juga lebih tinggi. perbedaan pengungkapan kedua industri
Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan cukup besar karena industri intensif karbon
Titman & Wessels (1988) bahwa semakin rata-rata mengungkapkan hampir dua kali
besar ukuran suatu perusahaan, terdapat lipat dibandingkan industri non intensif
kecondongan untuk meminjam dana yang karbon. Hal ini didukung pendapat oleh
juga meningkat oleh sebab kebutuhan dana Prasetya dan Yulianto (2018) bahwa
lebih tinggi. perusahaan dalam kategori berdampak
besar pada lingkungan cenderung
Pengujian Hipotesis Keenam (H6) melakukan pengungkapan lingkungan
secara lebih luas.
Variabel sistem manajemen
lingkungan memiliki nilai t hitung < t tabel Perusahaan dengan rata-rata item
(4,068 > 1,66827), dapat disimpulkan pengungkapan informasi emisi karbon
bahwa H0 ditolak. Hasil pengujian H6 tertinggi pada industri intensif karbon
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000, yang adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa
bermakna kurang dari 0,05 dengan nilai Tbk (Kode saham: INTP). Rata-rata selama
beta unstandardized coefficients adalah lima periode adalah 15,2 item. Sementara
0,099. Ini bermakna bahwa sistem itu, perusahaan dengan rata-rata item
manajemen lingkungan berpengaruh positif pengungkapan emisi karbon tertinggi pada
terhadap pengungkapan emisi karbon pada kategori sampel industri non intensif karbon
industri non intensif karbon, maka H6 adalah PT Bank Permata Tbk (Kode Saham:
diterima. BNLI). Rata-rata pengungkapan emisi
karbon PT Bank Permata Tbk selama lima
Hasil ini konsisten dengan periode adalah 7,8 item.
pernyataan oleh Deantari dkk (2019), Iswati
dan Setiawan (2020), dan Rankin et al
(2011). Sementara itu, hasil ini berbeda dari
penelitian oleh Chariri dkk (2018) bahwa SIMPULAN DAN SARAN
sistem ini tidak mempengaruhi carbon
emission disclosure perusahaan. Penelitian ini menemukan informasi
bahwa variabel leverage berpengaruh

250
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

negatif terhadap pengungkapan emisi Peneliti selanjutnya diharapkan


karbon baik itu pada industri intensif karbon mampu melengkapi kekurangan penelitian
maupun industri non intensif karbon. ini dengan menambahkan variabel bebas
Semakin tinggi tingkat hutang maka yang baru seperti media exposure dan
semakin rendah pengungkapan emisi struktur dewan komisaris. Selain itu, peneliti
karbon yang dilakukan perusahaan tersebut. selanjutnya diharapkan menambah tahun
Sementara itu, ukuran perusahaan dan sampel penelitian serta menambah kriteria
sistem manajemen lingkungan berkorelasi sampel, memperluas populasi penelitian,
positif terhadap pengungkapan emisi dan mengembangkan instrumen
karbon pada industri intensif karbon pengukuran tingkat pengungkapan emisi
maupun industri non intensif karbon. karbon dengan bobot item yang disesuikan.
Semakin diterapkannya sistem manajemen
lingkungan oleh perusahaan, maka
pengungkapan emisi karbon pun meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Kualitas pengungkapan informasi
emisi karbon pada industri intensif karbon Afni, Zalida, dkk. 2018. The Effect of Green
lebih baik dibandingkan dengan kualitas Strategy and Green Investment
pengungkapan informasi emisi karbon pada Toward Carbon Emission Disclosure.
industri non intensif karbon. Rentang The International Journal Of Business
perbedaan pengungkapan kedua industri Review (The Jobs Review), 1 (2),
cukup besar karena industri intensif karbon 2018, 93-108.
rata-rata mengungkapkan hampir dua kali Akhiroh, T., & Kiswanto. (2016). The
lipat dibandingkan industri non intensif Determinant of Carbon Emission
karbon. Disclosures. Accounting Analysis
Journal, 5(4), hlm.326-336.
Tekanan para pemangku Anisa, W., dkk. 2020. Determinan
kepentingan terkait isu lingkungan yang Pengungkapan Emisi Karbon di
sangat erat menerpa industri intensif karbon Indonesia. KORELASI I (Konferensi
serta variabel leverage, ukuran perusahaan, Riset Nasional Ekonomi, Manajemen,
dan sistem manajemen lingkungan menjadi dan Akuntansi)
penentu tingkat pengungkapan emisi kabon Akbas, H.E., dan S. Canikli. 2018.
perusahaan. Meskipun demikian, tingkat Determinants of Voluntary
rata-rata item pengungkapan emisi karbon Greenhouse Gas Emission Disclosure:
kedua kategori industri, yang beroperasi di An Empirical Investigation on Turkish
Indonesia, masih terbilang cukup rendah. Firms. Sustainability 2019, 11, 107
Brammer, S., Pavelin, S. 2006. Voluntary
Temuan dalam penelitian ini environmental disclosures by large UK
memberi beberapa kontribusi dan berikut companies. Journal of Business
adalah saran yang bisa diberikan penulis. Finance & Accounting. Vol. 33 No. 7,
Perusahaan diharapkan meningkatkan pp. 1168-1188.
kualitas dan kredibilitas pengungkapan Chariri, A., dkk. 2018. ISO Certification,
informasi emisi karbon baik perusahaan Type of Industry, Profitability, Firm
pada industri intensif karbon maupun Size and Carbon Emission Disclosure:
industri non intensif karbon. Bagi para Empirical Evidence Form Nordic
investor diharapkan untuk mengambil Countries. Conference proceedings:
keputusan investasi pada suatu Advances In Global Business
perusahaan dengan melibatkan Research Vol. 15, No. 1.
pertimbangan kualitas pengungkapan emisi Choi, B. B., et al. 2013. An analysis of
karbon perusahaan. Pemerintah disarankan Australian Company Carbon Emission
untuk segera menetapkan pengungkapan Disclosures. Pacific Accounting
emisi karbon sebagai kewajiban Review Vol. 25 No. 1, 2013 pp, 58-79.
perusahaan yang beroperasi di Indonesia Christi, Bourinta Uly. 2019. Profitabilitas,
untuk mengurangi dampak emisi karbon. Leverage , Ukuran Perusahaan,

251
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

Sertifikasi ISO 14001, dan Jannah, R. dan Muid D. 2014. Analisis


Pengungkapan Emisi Karbon. Skripsi: Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Universitas Diponegoro. Carbon Emission Disclosure pada
CNN Indonesia. 2019a. “Emisi Karbon Perusahaan di Indonesia (Studi
Dioksida Global Capai Rekor Tertinggi Empiris pada Perusahaan yang
Tahun 2019”. Tersedia pada Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/teknolo Periode 2010-2012). Diponegoro
gi/20191205191747-199- Journal of Accounting, 3 (2), 1-11.
454565/emisi-karbon-dioksida-global- Kilic, M., dan C. Kuzey. 2020. The effect of
capai-rekor-tertinggi-tahun-2019. corporate governance on carbon
Diakses pada 2 Februari 2020. emission disclosures: Evidence from
CNN Indonesia. 2019b. “Suhu Laut Turkey. International Journal of
Memanas Lebih Cepat Akibat Climate Change Strategies and
Pemanasan Global”. Tersedia pada: Management • January 2019.
https://www.cnnindonesia.com/teknolo Kurniawan, P.S., dkk. 2019. Carbon
gi/20190114123817-199- Information Disclosure Practice in
360612/suhu-laut-memanas-lebih- Indonesia: A Comprehensive Study
cepat-akibat-pemanasan-global. from Manufacturing and Mining
Diakses pada 3 Februari 2020. Industry. Advances in Economics,
Deantari, S.A.O, dkk. 2019. Faktor-Faktor Business and Management Research,
Yang Mempengaruhi Pengungkapan volume 103.
Emisi Gas Rumah Kaca Dari Luo, L., et al. 2013. “Comparison of
Perspektif Akuntansi Hijau. propensity for carbon disclosure
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi between developing and developed
Syariah Volume 7, Nomor 1, 2019, 88 countries: A resource constraint
– 111. perspective”. Accounting Research
Dunne, Daisy. 2019. Profil Carbon Brief: Journal Vol. 26 No. 1, 2013 pp. 6-34
Indonesia. Tersedia pada Luo, Le. 2017. “The influence of institutional
https://www.carbonbrief.org/profil- contexts on the relationship between
carbon-brief-indonesia. Diakses pada voluntary carbon disclosure and
2 Februari 2020. carbon emission performance”.
Fanani, Zaenal. 2010. Analisis Faktor- Accounting and Finance journal.
Faktor Penentu Persistensi Laba. Majid, R.A., Ghozali, I.. 2015. Analisis
Jumal Akuntansi dan Keuangan Faktor-Faktorr yang Mempengaruhi
Indonesia Volume 7 - No. 1, Juni 2010. Pengungkapan Emisi Gas Rumah
Ganapathy, E., dan K.C. Kabra. 2015. Kaca pada Perusahaan di Indonesia.
Determinants of Environmental Diponegoro Journal of Accounting.
Disclosures Practices by Most Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015,
Polluting Industries in India. 4th Halaman 1-11.
International Conference on Emerging Mujiani, S., Juardi, Fauziah F. 2019.
Trends in Finance & Accounting, Determinan Carbon Emission
August 21-22, 2015. Disclosure pada Perusahaan BUMN
Handayani, Azizah. 2018. Pengaruh Ukuran yang Terdaftar di Bursa Efek
Perusahaan Terhadap Carbon Indonesia Periode 2013-2017. JIAFE
Emission Disclosure Pada (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas
Perusahaan Pertambangan dan Ekonomi) Vol. 5 No. 1, Juni 2019, Hal.
Pertanian yang Terdaftar di BEI 53-64
Periode 2011-2016. Universitas Nasih, M., dkk. 2019. “Carbon Emissions,
Airlangga: Skripsi Firm Size, and Corporate Governance
Irwhantoko dan Basuki. 2016. Carbon Structure: Evidence from the Mining
Emission Disclosure: Studi pada and Agricultural Industries in
Perusahaan Manufaktur Indonesia. Indonesia”. Sustainability 2019, 11.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. Ningrum, Alfia Kusuma. 2018. Sertifikasi
18, No. 2, November 2016, 92-104. ISO, Jenis Industri, Profitabilitas,

252
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol : 11 No : 2 Tahun 2020 e-
ISSN: 2614 – 1930.

Ukuran Perusahaan, Dan Pengungkapan Emisi Karbon di


Pengungkapan Emisi Karbon. Skripsi: Indonesia. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan
Universitas Diponegoro. Akuntansi (JEBA) Volume 22 No 1
Prafitri, A., dan Zulaikha. 2016. Analisis Tahun 2020.
Pengungkapan Emisi Gas Rumah
Kaca. Jurnal Akuntansi & Auditing,
Volume 13/No. 2 Tahun 2016 : 155-
175.
Prasetya, R. A., & Yulianto, A. (2018).
Analysis of Factors Affecting the
Disclosure of Corporate Carbon
Emission In Indonesia. Jurnal
Dinamika Akuntansi, 10(1), hlm.71-81.
Pratiwi, Desy Nur. 2017. Pengaruh
Stakeholder terhadap Carbon
Emission Disclosure. Accounthink :
Journal of Accounting and Finance,
Vol 02, No 01 (2017).
Rankin, M., et al. 2011. “An investigation of
voluntary corporate greenhouse gas
emissions reporting in a market
governance system: Australian
evidence”. Accounting, Auditing &
Accountability Journal Vol. 24 No. 8,
2011 pp. 1037-1070.
Septriyawati, S, Anisah, N. 2019. Pengaruh
Media Exposure, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018. Seminar Nasional
Ekonomi & Bisnis Dewanatara. Call
For Peper 2019.
Suhardi, R. P., Purwanto, A. 2015. Analisis
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Emisi Karbon di
Indonesia. Diponegoro Journal Of
Accounting, Volume 4, Nomor 2,
Tahun 2015, Halaman 1-13.
Titman, S. dan R., Wessels. 1988. The
Determinants of Capital Structure
Choice. The Journal of Finance, 43, 1-
19.
Tubay, J.B., dan M.V.D. Leon. 2020.
Website Sustainability Disclosure
Analysis: A Case of Publicly-Listed
Mining Companies in the Philippines.
International Journal of Energy
Economics and Policy, 2020, 10(1),
23-30.
Wiratno, A., dan F. Muaziz. 2020.
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
dan Leverage Mempengaruhi

253

Anda mungkin juga menyukai