Anda di halaman 1dari 26

UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA DALAM RANGKA

MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL

UNTUK MEMENUHI TUGAS 1 MATA KULIAH:


Pendidikan Kewarganegaraan (MKDU4111)

OLEH :

NAMA : DYAH PUJI UTAMI


NIM : 042234203
UPBJJ-UT : JEMBER
PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

  

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyesaikan
laporan makalah kami tentang “UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA
DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL” untuk memenuhi Tugas 1
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MKDU4111) Universitas Terbuka.

Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Kami berharap, makalah tentang “UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA
DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL” yang kami susun bisa
memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.

Bondowoso, April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4

B. RUMUSAN MASALAH 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. Ketahanan Negara 6

1. Pengertian Ketahanan Negara 6

2. Tujuan Ketahanan Negara 7

3. Fungsi Ketahanan Negara 8

4. Perwujudan Ketahanan negara 9

5. Ciri dan Asas Ketahanan Negara 10

B. Bela Negara 12

1. Pengertian Bela Negara 12

2. Peraturan perundang-undangan tentang Bela Negara 14

3. Unsur dasar Bela negara 16

4. Tujuan Bela Negara 17

5. Fungsi Bela Negara 17

6. Manfaat Bela Negara 18

C. Upaya Bela Negara Bagi kalangan mahasiswa 18

BAB III PENUTUP 25

A. KESIMPULAN 25

B. DAFTAR PUSTAKA 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar dunia, posisi geografis Indonesia


membentang pada koordinat 6 LU – 11.08’ LS dan 95 BT – 141.45’ BT dan terletak di
antara dua benua, Asia di utara, Australia di Selatan, dan dua samudera yaitu
Hindia/Indonesia di barat dan Pasifik di timur. Dalam perspektif geopolitik,
bentangan posisi geografis ini tentu saja menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
memiliki bargaining power dan bargaining position strategis dalam percaturan dan
hubungan antar bangsa, baik dalam lingkup kawasan maupun global. Hal ini
berangkat dari pemikiran bahwa ruang merupakan inti dari geopolitik karena di
sana merupakan wadah dinamika politik dan militer. Penguasaan ruang secara de
facto dan de jure merupakan legitimasi dari kekuasaan politik. Bertambahnya ruang
negara atau berkurangnya ruang negara oleh berbagai jenis sebab, selalu dikaitkan
dengan kehormatan dan kedaulatan negara dan bangsa (Sunardi, 2000, 33 – 35).
Sementara itu, hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan
kerjasama. Dalam hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan
mengamankan kepentingan nasionalnya menggunakan semua instrumen kekuatan
nasional dimilikinya. Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia
tentu saja harus senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran ruang (space
consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) sebagai Negara
kepulauan. Hal ini logis dan sangat mendasar mengingat, di satu sisi, posisi geografis
yang strategis dan terbuka serta mengandung keragaman potensi sumber kekayaan
alam, tentu saja merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi geografis
yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini,
mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan
lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan
bangsa dan pertahanan Negara.

Berbagai pengaruh dan dampak negatif dari perkembangan lingkungan strategis


yang disertai berubahnya persepsi dan hakikat ancaman terhadap eksistensi

4
maupun kedaulatan bangsa, tentu saja harus dicermati dan disikapi oleh bangsa
Indonesia secara sungguh–sungguh. Hal ini penting mengingat kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi, informasi dan komunikasi (Information and Communication
Technologies – ICT) telah berimplikasi semakin berkembangnya peperangan modern
dalam bentuk Asymmetric Warfare dan Proxy War. Oleh karena itu, salah satu upaya
yang harus menjadi fokus perhatian segenap komponen bangsa adalah kemandirian
dalam penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang.
Dalam konteks membangun ketahanan nasional aspek pertahanan keamanan, maka
penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi merupakan cara cerdas
untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman militer maupun ancaman nir
militer.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Ketahanan Nasional?
2. Apa tujuan dan fungsi Ketahanan Nasional?
3. Bagaimana perwujudan Ketahanan Nasional?
4. Bagaimana Ciri dan Asas Ketahanan Nasional?
5. Apa pengertian bela Negara?
6. Bagaimana dasar hukum bela Negara?
7. Apa fungsi, tujuan dan manfaat bela Negara?
8. Apa upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan Ketahanan
Nasional?
9. Mengapa bela negara penting bagi kalangan mahasiswa?
10. Bagaimana upaya bela negara yang dapat dilakukan mahasiswa?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketahanan Nasional
1. Pengertian
Ketahanan Nasional (national resilence) adalah konsep tentang
kemampuan bangsa untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuannya dalam
menghadapi ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta mengusahakan
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Ketahanan
nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa dalam mengembangkan
kekuatan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan zaman, hambatan,
serta gangguan demi persatuan dan kelangsungan suatu bangsa menuju
kejayaan bangsa dan Negara.
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional merupakan kondisi sekaligus
konsepsi pembangunan nasional dalam pencapaian tujuan dan cita – cita bangsa.
Sebagai suatu kondisi, Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa
yang berisi ketangguhan serta keuletan dan kemampuan bangsa untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sebagai kondisi, Ketahanan
Nasional merupakan kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan dan
dibina secara dini, terus menerus, terpadu dan sinergis. Sebagai konsepsi,
Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional strategis yang sekaligus
merupakan pisau analisis untuk memecahkan berbagai permasalahan strategis
bangsa melalui pendekatan 8 (delapan) aspek kehidupan nasional (asta gatra)
yang terdiri dari 3 (tiga) aspek alamiah (tri gatra) yang bersifat statis dan 5
(lima) aspek kehidupan (panca gatra) yang bersifat dinamis. Peran dan
hubungan diantara kedelapan gatra saling terkait dan saling tergantung secara
utuh menyeluruh membentuk tata laku masyarakat dalam kehidupan nasional.
Dalam implementasinya, ketahanan nasional diselenggarakan dengan
mengutamakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan
pendekatan keamanan (security approach) yang serasi, selaras dan seimbang.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam

6
menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besar
kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah, dan jasmaniah. Sementara itu,
keamanan harus dipahami sebagai kemampuan bangsa dalam melindungi nilai-
nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar dan dari dalam, termasuk di
dalamnya melindungi pancasila sebagai dasar negara (philosophi gronslag).
Dalam perspektif Ketahanan Nasional, pertahanan negara Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh dan dinamika kondisi yang terkait dengan delapan aspek
kehidupan nasional di atas. Konsep keseimbangan dan saling keterkaitan antar
satu gatra dengan gatra lainnya serta sistem pertahanan negara yang bersifat
kesemestaan, mencerminkan adanya keterhubungan yang kuat antara kondisi
Ketahanan Nasional dengan Pertahanan Negara secara menyeluruh. Oleh karena
itu, pembinaan dan pengkondisian Ketahanan Nasional dalam berbagai
aspeknya, akan menentukan kualitas Pertahanan Negara, baik di masa damai
maupun dalam masa perang. Kualitas Pertahanan Negara akan berbanding lurus
dengan kondisi Ketahanan Nasional yang dimiliki, artinya setiap perubahan
kondisi Ketahanan Nasional bangsa, dengan sendirinya akan berpengaruh
terhadap kualitas pertahanan negara dalam implementasinya.
Indonesia telah lama melewati masa peperangan untuk mencapai
kemerdekaan sebagai bangsa yang utuh. Dalam perjuangan itu, telah banyak
pahlawan yang gugur demi mencapai cita-cita bangsa.
Belajar dari pengalaman tersebut, warga negara diharapkan dapat
mempertahankan kedaulatan negara dan keselamatan bangsa dari berbagai
ancaman yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan. Dengan demikian,
perlu ditanamkannya sikap bela negara demi menjaga persatuan bangsa.
2. Tujuan Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas
pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban terwujudnya
kesejahteraan dan kemakmuran terselenggaranya pertahanan dan keamanan,
terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan
rakyat untuk megaktualisasi diri dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara
serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini.
a) Ketangguhan

7
Adalah kekuatan yang meyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
b) Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
c) Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau Negara dilihat secara keseluruhan.
Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang
dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan
nasional serta dengan peran internasionalnya.
d) Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensial maupun fungsional.
e) Ancaman
Yaitu dimaksud disini adalah hal/ usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, criminal
dan politis.
f) Hambatan dan gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang bersifat
dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
3. Fungsi Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional mempunyai 3 fungsi :
a) Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan ketahanan
nasional Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integrtas, eksistensi
bangsa, dan Negara Indonesia dalam aspek : ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.
b) Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang
ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga
tercapai kesejahteraan rakyat.
c) Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja yang
dibuat pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam

8
setiap sector untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil
dan makmur.
4. Perwujudan Ketahanan Nasional
Perwujudan ketahanan nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia meliputi :
a) Ketahanan Ideologi
Adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berdasarkan keyakinan dan
kebenaran ideology pancasila yang mengandung kemampuan untuk
menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan Nasional dan
kekampuan untuk menangkal penetrasi ideology asing serta nilai-nilai yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
b) Ketahanan Politik
Adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indesia yang berlandaskan
demokrasi yang bertumpu pada perkembangan demokrasi pancasila dan UUD
1945 yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat
dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan
aktif.
c) Ketahanan Ekonomi
Adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang mengandung kemampuan
menerapkan stabilitas ekonomiyang sehat dan dinamis serta kemampuan
menciptakan kemandirian ekonomi rasional dengan daya saing yang tinggi
dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan makmur.
d) Ketahanan Sosial budaya
Adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang menjiwai
kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan
membentuk dan menegmbangkan kehidupan sosial budaya menusia dan
masyarakat yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
hidup rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,maju dan sejahtera dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta menangkal penetrasi
budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya nasional.
e) Ketahanan Pertahanan keamanan
Adalah Kondisi daya tangkal bangsa Indonesia yang dilandasi kesadaran
bela Negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara

9
stabilitas pertahanan keamanan Negara yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan
Negara dan menangkal semua bentuk ancaman.

5. Ciri dan Asas Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia bertumpu
pada budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sehingga berbagai ciri
ketahanan nasional yang dikembangkan tidak dapat dilepaskan dari tata
kehidupan bangsa Indonesia.
Ciri Ketahanan Nasional :
1) Ketahanan Nasional merupakan persyaratan utama bagi bangsa yang maju
dan mandiri dengan semangat tidak mengenal menyerah yang akan
memberikan dorongan dan rangsangan untuk berbuat dalam mengatasi
tantangan, hambatan, dan gangguan yang timbul.
2) Menuju mempertahankan kelangsungan hidup. Bangsa Indonesia yang baru
membangun dirinya tidak lepas dari pencapaian tujuan yang dicita-citakan.
3) Ketahanan Nasional diwujudkan sebagai kondisi dinamis bangsa Indonesia
yang berisi keuletan dan ketangguhan bangsa untuk mengembangkan
kekuatan dengan menjadikan ciri mengembangkan ketahanan nasional
berdasarkan rasa cinta tanah air, serta kepada perjuangan, ulet dalam usaha
yang didasarkan pada ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, keuletan dan ketangguhan sesuai dengan perubahan yang dihadapi
sebagai akibat dinamika perjuangan, baik dalam pergaulan antar bangsa
maupun dalam rangka pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang
terkandung dalam landasan dan asas-asas.
a. Mandiri
Ketahanan Nsional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan, yang megandung prinsip tidak mudah menyerah,
dengan tumpuan pada identitas, integritasdan kpribadian bangsa.
Kemandirian (indenpendency) ini merupakan persyaratan untuk menjalin
kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.

10
b. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun,
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan
strategsinya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini
senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu,
upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorentasikan
kemasa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi
kehidupan nasional yang lebih baik.
c. Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara berlanjut dan
berkeseimbangan akan meningkat kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin
tinggi tingkat ketahanan Nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai
kewibawaan, dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan Negara
Indenesia.
d. Konsultasi dan kerja sama
Konsepsi ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan
fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerja sama, serta
saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian
bangsa.

11
B. Bela Negara
1. Pengertian
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Istilah bela Negara dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 ayat 3
UUD NRI 1945. Pasal 27 ayat 3 menyatakan “Setiap warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.” Dalam buku “pemasyarakatan
UUD NRI 1945 oleh MPR (2012)” dijelaskan bahwa Pasal 27 ayat 3 ini
dimaksudkan untuk memperteguh konsep yang dianut bangsa dan Negara
Indonesia di bidang pembelaan Negara, yakni upaya bela Negara bukan hanya
monopoli TNI, tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap warga Negara.
Oleh karena itu, tidak benar jika ada anggapan bela Negara berkaitan dengan
militer atau militerisme dan seolah olah kewajiban dan tanggung jawab untuk
membela Negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Berdasarkan
pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal
ini berkonsekuensi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib untuk turut
serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-
lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang
berlaku termasuk pula aktivitas bela negara. Selain itu, setiap warga negara
dapat turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan
kemampuan dan profesi masing-masing.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah


pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga
negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini
terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari
penghidupan.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara
tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk

12
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui
pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang
menyusun bangsa tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya


baik secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya
dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara
asing terhadap kedaulatan bangsa.

Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua


usaha untuk menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses
peningkatan nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan
kesadaran dalam proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya
untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa
dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk
mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik
sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar
(wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura
memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan
dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan
keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan
krisis perekrutan selama masa perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris,


bela negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam
sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota
resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi
bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat
National Guard.

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan


Israel, wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas

13
nasional. Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan
cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan
kelompok atau unit personel militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh
komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak
terduga, memperkuat pertahanan negara.

2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara

Dasar hukum mengenai bela negara dapat ditemukan dalam perundang-


undangan, sebagai berikut:

a. Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945:


“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”
b. Pasal 30 UUD 1945
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan Negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hokum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha

14
pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.

Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata


laksana dari Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah;

a) Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang Kepolisisan


Negara Republik Indonesia
b) Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara
c) Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia

Pengaturan peran warga negara dalam bela negara disebutkan


dalam Pasal 9 UU No.3 Tahun 2002, sebagai berikut:

1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:

a. Pendidikan Kewarganegaraan;

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. Sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau


secara wajib;

d. Pengabdian sesuai dengan profesi

3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan


dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi
diatur dengan undang-undang.

Sebagai perbandingan pelaksanaan keikutsertaan warga negara


dalam upaya bela negara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 1982,
dinyatakan pada Pasal 18 sebagai berikut. Hak dan kewajiban warga

15
negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui:

a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak


terpisah dalam sistem pendidikan nasional;

b. Keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib;

c. Keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara


wajib;

d. Keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara


sukarela atau secara wajib

e. Keanggotaan Perlindungan masyarakat secara sukarela.

3. Beberapa unsur Dasar Bela Negara, diantarnya;

1. Cinta Tanah Air

Salah satu bentuk cinta tanah air adalah, rasa memiliki dengan cara menjaga dan
merawatnya setiap jengkal tanah air Indonesia, tidak mengekspliotasi untuk
kepentingan sendiri ataupun kelomoknya, juga menjaga diri tidak melakukan
perbuatan yang dapat merusak nama baik tanah airnya.

2. Kesadaran Berbangsa & bernegara

Sadar sebagai bagian dari bangsa dan negara, untuk senantiasa memajukan
kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan mendarma baktikan seluruh
potensi yang dimilikinya untuk berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan
negara.

3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara

Meyakini dan mengamalkan Pancasila sebagai idiologi negara, artinya menyadari


dengan sepenuh hati bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila, maka
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dasarnya Pancasila, tdak ada

16
cara lain sebagai bangsa yang majemuk maka hanya Pancasila lah yang dapat
mewadahi kemajemukan bangsa Indonesia, sehingga meskipun kita berbeda-
beda tetapi tetap satu yaitu Indonesia.

4. Rela berkorban untuk bangsa & negara

Rela berkorban mementingkan kepentingan umum (bangsa dan negara) diatas


kepentingan pribadi atau golongan.

5. Memiliki kemampuan awal Bela Negara

Setiap warga negara harusnya secara aktif berusaha untuk mempunayai


kemampuan dasar bela negara sebagai bukti akan kesiapannya kapan saja
Manajemen Pertahanan, Vol. 4 No. 2 Desember 2018 | 71 melaksanakan bela
negara saat negra membutuhkan.

4. Tujuan bela negara, diantaranya:

1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan Negara


2. Melestarikan budaya
3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
5. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ Negara

5. fungsi bela negara, diantaranya:

1. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman;


2. Menjaga keutuhan wilayah negara;
3. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
4. Merupakan panggilan sejarah;

17
6. Manfaat Bela Negara

1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.


2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
6. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

C. Upaya Bela Negara bagi Kalangan Mahasiswa

Di era globalisasi saat ini generasi muda harus mampu menghadapi dan
mewarnai dimana proses globalisasi memungkinkan tumbuhnya berbagai macam
kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang memiliki kompetensi tinggi
untuk bersaing. Akan tetapi tentu saja arus informasi global yang tanpa batas ditambah
dengan perubahan yang cepat alam masyarakat menuntut kesiapan setiap orang untuk
menghadapi berbagai persoalan yang timbul.

Disisi lain persoalan globalisasi juga menimbulkan ancaman berupa terkikisnya


identitas nasional. Pengaruh globalisasi itu secara intensif terjadi akibat
berkembangnya media dan teknologi komunikasi yang memudahkan setiap orang
mengakses informasi dan visualisasi praktek budaya asing. Karena derasnya arus
informasi global saat ini, rakyat Indonesia terutama generasi mudanya telah mulai
meninggalkan tradisi dan budaya warisan leluhur yang telah sekian lama membentuk
karakter rakyat nusantara.

18
Sebagian anak muda seolah telah kehilangan sikap spiritualitas, sopan santun,
keramah-tamahan, sabar, prihatin dalam berjuang, tepo saliro, tolong menolong
(gotong-royong), dan ketulusan bertindak (rame ing gawe sepi ing pamrih) yang telah
berabad-abad dipraktekkan oleh nenek moyang kita. Sebaliknya, sikap yang
mendominasi pada saat ini adalah kerakusan, keserakahan, kesewenang-wenangan,
kesombongan, individualisme, materialisme, dan kebebasan yang tanpa batas norma
susila.

Akibat pengaruh liberalisme dari barat, alat ukur untuk menentukan baik buruk
bahkan bahagia sengsara seseorang adalah kepemilikan harta benda (material capital).
Seseorang dianggap sukses dan berhasil apabila hartanya melimpah tanpa peduli
darimana mereka mendapatkannya sehingga setiap orang berpacu untuk mendapatkan
kekayaan sebanyak-banyaknya dengan jalan apa saja termasuk korupsi.

Apabila kondisi ini dibiarkan terus terjadi, maka lambat laun bangsa Indonesia
akan kehilangan jati dirinya. Identitas nasional bangsa Indonesia yang didasarkan pada
nilai-nilai budaya dengan ciri-ciri khas seperti adanya nilai-nilai spritualitas, gotong-
royong, sopan santun, penghargaan terhadap kebhinekaan, toleransi, dan
keramahtamaan akan lenyap. Dalam kehidupan bermasyarakatan dan berbangsa,
nampak kecenderungan kuat mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompok, dari
pada kepentingan masyarakat. Pola penyelesaian masalah yang didominasi dengan
kekerasan dan anarkhi. Maraknya korupsi juga bertentangan dengan jiwa keadilan
sosial.

Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara di wilayah ekuator yang


memiliki potensi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan nasional berbagai
negara. Kekayaan alam yang melimpah dimana kepadatan penduduk yang semakin hari
semakin bertambah adalah bagian dari tantangan dan ancaman yang saat ini
berkembang. Semua lapisan komponen bangsa harus menyadari dan memahami
bermacam-macam tantangan dan ancaman yang saat ini berkembang. Ancaman yang
nyata di negara kita yaitu diantaranya negara maju bersaing merebut energi sumber
daya alam yang kita miliki. Bahkan negara maju tak segansegan melakukan segala cara
untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan, salah satunya melalui beredarnya
narkoba dikalangan generasi muda. Hal ini dilakukan untuk merusak generasi muda

19
Indonesia sehingga bangsa Indonesia dimasa depan tidak memiliki generasi yang
berkualitas.

Konflik ataupun perang yang akan terjadi di negara kita bukanlah perang antara
dua negara yang menggunakan peralatan tempur canggih saling berhadapan tetapi
perang secara modern di mana negara akan menggunakan pihak ketiga ataupun
melumpuhkan ekonomi, meracuni generasi muda dengan menyebarkan narkoba,
mengadu domba elit politik, melumpuhkan Hukum yang ada, mengajarkan ajaran-
ajaran sesat baik terorisme ataupun ajaran yang bertentangan dengan ideologi negara
kita.

Peredaran narkoba di Indonesia semakin hari semakin bertambah dimana di


negara kita memiliki jumlah penduduk yang besar memang merupakan pasar yang
sangat menguntungkan bagi bandar narkoba yang umumnya merupakan sindikat
internasional. Maraknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma susila bangsa
kita merupakan salah satu faktor yang mencuci otak para generasi muda kita untuk
bertingkah laku yang tidak semestinya.

Di bidang pendidikan generasi muda masih terdapat perkelahian dan aksi


anarkhis antar pelajar dan mahasiswa. Perkelahian para generasi muda tidak mengenal
apakah itu pelajar SMP, SMA bahkan sesama Mahasiswa antar Fakultas dimana
disebabkan permasalahan-permasalahan kecil yang seharusnya dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah/diskusi dengan komunikasi yang baik antar pihak-pihak
generasi muda yang masih memiliki temperamen tinggi.

Kearifan lokal dikalangan generasi muda khususnya Mahasiswa perlu


ditingkatkan. Semangat gotong-royong, tolong menolong dan budi pekerti adalah ajaran
dasar nenek moyang kita agar selalu menghormati dan menghargai orang lain dimana
memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri. Pelajaran-pelajaran
diatas masih sangat terbatas diajarkan dilingkungan Mahasiswa.

Generasi milenial atau generasi Y (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat
ini merumur antara 18-36 tahun, merupakan usia produktif. Generasi yang
memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri
serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. (Supriyanto, 2018)

20
Untuk membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan
teknologi dan upaya-upaya memecah belah bangsa, maka bangsa ini harus kembali
kepada Pancasila. Nilainilai luhur Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati
perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme,
nasionalisme, optimisme, kebersamaan, serta percaya pada diri sendiri. Pancasila
tidak perlu diajarkan secara formal yang terlihat kaku, tetapi yang terpenting ialah
hakikatnya tetap terpelihara dan diamalkan.

Selain melalui pendidikan, pancasila dapat ditanamkan di lingkungan keluarga


degan memberikan contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya : mengormati yang lebih tua, saling tolong
menolong, berkata yang sopan dan santun, dan sebagainya.

Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila juga dapat diwujudkan dengan


melakukan kegitan positif di wilayah kampus, seperti melakukan penelitian dan
pengembangan teknologi, saling tolong menolong sesama teman, mengahargai
perbadaan pendapat, toleransi agama, saling menghormati dan memaknai nilai-nilai
Pancasila sebagai sebagai ideologi kerja untuk mencapai prestasi bangsa, seperti
yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendy dalam
pidatonya pada hari kesaktian Pancasila 01 Oktober 2018 kemarin. (2018)

Menjadi pengguna media informasi yang bijak juga menjadi cerminan nilai-nilai
Pancasila. Generasi milenial yang tidak bisa lepas dari media informasi, khususnya
media sosial, haruslah memiliki jiwa Pancasila yang kuat agar karakter Pancasila
tertanam dan dapat menjadi wajah Indonesia yang dikenal dunia luas.

Cara membangun kesadaran bela negara terhadap generasi milenial, tidak harus
dengan banyak teori, cukup contoh-contoh keteladanan, karena karakter generasi
milenial yang dipengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, lebih mudah
mengakses berbagai informasi Generasi milenial punya rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pertahanan negara, adapun bentuk bela negara sebagai perwujudan
pertahanan negara, disesuaikan situasi dan kondisi serta bentuk ancaman yang
dihadapi, karena ancaman saat ini bukan hanya ancaman militer atau fisik, tapi juga
ancaman non militer atau non fisik, seperti; persaingan global, perdaganagna bebas,

21
lemahnya SDM, sosial budaya, kemajemukan, intoleransi, nasionalisme, derasnya
arus informasi yang kesemuanya itu harus disikapi dengan cermat dan bijaksana.

Masa depan bangsa dan negara ada di genggaman generasi milenial, generasi old
harus lebih memberi kesempatan dan kepercayaan kepada generasi milenial agar
mereka lebih inovatif dan kreatif kearah kebaikan.

Untuk kemajuan bangsa dan negara, generasi milenial yang ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara langsung atau tidak langsung
sangat berpengaruh terhadap dirinya, sedangkan generasi milenial tidak secara
langsung mengalami pahit getirnya perjuangan merebut dan mempertahankan
kemerdekaan, maka tentunya ada gap pemahaman tentang bela negara, maka perlu
dijembatani gap tersebut, agar semangat bela negara generasi milenial tetap dalam
koridor negara kesatuan republik Indonesia yang berdasrakan Pancasila.

Contoh-contoh sikap bela negara yang dapat dilakukan mahasiswa

a. Melestarikan budaya

Setiap warga negara terutama generasi milinial meski pengaruh globalisasi yang
begitu kuat tapi harus tetap melestarikan budaya asli Indonesia sebagai identitas
bangsa, karena budaya asli Indonesia adalah warisan adiluhung bangsa yang
harus terus di lestarikan

b. Belajar dengan rajin


Sebagai pelajar, jangan menyianyiakan waktu, gunakan waktu dengan baik untuk
terus menuntut ilmu, punya rasa tanggung jawab untuk belajar, karena dengan
belajarlah maka akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, adar
SDM bangsa Indonesia bisa duduk sama rendah berdiri

c. Memberi contoh dalam hal kebaikan


Senantiasa menjadi contoh yang baik dalam sikap dan perbuatannya sesuai jati
diri bangsa yaitu Pancasila seperti membuang sampah pada tempatnya, ikut
dalam kegiatan kemanusiaan seperti membantu korban bencana alam

22
d. Berpretasi sesuai keahliannya Menunjukan prestasi sesuai
keahliannya, baik tingkat local, nasional maupun internasional
e. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
Sebagai warga negara yang baik, harus mentaati hukum dan peraturan yang
berlaku, contoh taat membayar pajak, karena menyadari baghwa pajak adalah
salah satu sumber pendapatan negara untuk membiayai pembangunan, yang
hasilnya akan dinikmati oleh rakyat juga

Sebagai generasi muda Indonesia, dalam upaya bela negara,mahasiswa


diharapkan dapat ikut ambil bagian dalam memerangi korupsi di lingkungan
kampus, menolak keterlibatan dalam paham-paham radikalisme dan ikut serta
melakukancounter narasi terhadap paham-paham radikal, ujaran kebencian dan
narasi-narasi yang memecah belah bangsa.

Dalam pelaksanaannya Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi
sebagai mahasiswa kita bisa melakukan bela negara dengan cara lain seperti belajar
dengan rajin, tidak menyebarkan berita Hoax dan ujaran kebencian, hidup
bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi
mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, menjaga nama baik bangsa dan
negara.

Kita sebagai mahasiswa tidak boleh acuh terhadap perkembangan pemerintahan


yang ada di negara kita. Kesalahan-kesalahan atas kebijakan yang dilakukan dengan
penguasa harus dikiritik. Mahasiswa harus menjadi generasi yang cerdas dan tidak
diam begitu saja ketika masyarakatnya bergeming. Sebagai mahasiswa kita harus
berada di garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Sebagai mahasiswa juga kita harus memikirkan bagaimana caranya untuk


mengembalikan dan mengubah kondisi negara kita ini agar menjadi negara yang
ideal dan mampu bersaing dengan negara maju yang ada di seluruh dunia.
Perubahan tersebut sangat diperlukan untuk tercapainya sebuah negara yang ideal,
namun, dalam pelaksanaannya nanti tidak menghilangkan jati diri sebagai
mahasiswa dan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sopan,ramah,bermoral dan
memiliki akhlak mulia.

23
Supaya semua hal itu terwujud,peran mahasiswa sangat-sangat penting adanya,
terlebih sebagai agent of change untuk membuat bangsa dan negara kita menjadi
bangsa yang kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Maka
dari itu, intinya mahasiswa harus memiliki sikap kritis terhadap dinamika
pemerintahan, apabila terjadi kesalahan dalam pemerintah,mahasiwa harus berani
untuk mengkritik dan memberikan saran untuk yang lebih baik. Mahasiswa harus
menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas sehingga dapat memperjuangkan
aspirasi masyarakat.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketahanan Nasional (national resilence) adalah konsep tentang kemampuan


bangsa untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuannya dalam menghadapi
ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta mengusahakan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya.

Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut.

Dalam pelaksanaannya Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi
sebagai mahasiswa kita bisa melakukan bela negara dengan cara lain seperti belajar
dengan rajin, tidak menyebarkan berita Hoax dan ujaran kebencian, hidup bertoleransi,
melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi mengharumkan nama
bangsa di dunia internasional, menjaga nama baik bangsa dan negara.

Kita sebagai mahasiswa tidak boleh acuh terhadap perkembangan pemerintahan


yang ada di negara kita. Kesalahan-kesalahan atas kebijakan yang dilakukan dengan
penguasa harus dikiritik. Mahasiswa harus menjadi generasi yang cerdas dan tidak
diam begitu saja ketika masyarakatnya bergeming. Sebagai mahasiswa kita harus
berada di garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.

25
B. DAFTAR PUSTAKA

NASIONALISME DAN BELA NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN NASIONAL.


(2017). Retrieved 2021, from https://www.kemhan.go.id/belanegara/opini/asd

Bela Negara : Pengertian, Unsur, Fungsi, Tujuan Dan Manfaat Bela Negara. (2018,
oktober 19). Retrieved 2021, from
https://www.wantannas.go.id/2018/10/19/bela-negara-pengertian-unsur-
fungsi-tujuan-dan-manfaat-bela-negara/

Lasiyo, R. W. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 edisi 2. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Sihombing, N. (n.d.). KETAHANAN NASIONAL. Retrieved 2021, from


https://osf.io/preprints/inarxiv/v3tpu/download

26

Anda mungkin juga menyukai