PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. Bagaimana kondisi dan karakteristik lalu lintas sebelum dan sesudah ada rencana
pembangunan bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat?
2. Berapa selisih nilai waktu adanya bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat dengan
kondisi eksisting?
3. Berapa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) setelah ada bundaran Jalan
jenderal Soedirman Barat?
4. Bagaimana kelayakan pembangunan bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat?
1. Menganalisa kondisi dan karakteristik jalan eksisting sebelum dan sesudah ada rencana
pembangunan bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat?
2. Berapa selisih nilai waktu antara adanya bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat
dengan kondisi eksisting?
3. Berapa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) setelah ada bundaran Jalan
jenderal Soedirman Barat?
4. Menganalisa tingkat kelayakan pembangunan bundaran Jalan jenderal Soedirman Barat.
1. Alternatif route bundaran Jalan Jenderal Soedirman Barat bersumber dari trase
yang ditetapkan oleh DPU Kabupaten Banyumas.
2. Peninjauan lalu lintas hanya pada analisa volume, kapasitas dan tingkat kinerja
yang meliputi : derajat kejenuhan dan kecepatan.
Wilayah studi merupakan Jaringan Jalan yang terhubungan dengan Jalan Jenderal
Soedirman baik dari arah timur (Underpass), arah Barat, arah utara dan selatan yang terlatk
di Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat..
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kabupaten Banyumas
Gambar 1.2 Lokasi studi di Desa Notog dan Desa Kedungrandu jaringan ruas jalan persimpangan enderal Soedirman Barat (Underpass)
Kecamatan Purwoketo Barat
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum
a. Kondisi Geografis
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, yang terletak diantara 108º
39 ‘17” - 109º 27 ’15” Bujur Timur dan 7 º 15 ’05” - 7º 37 ’10” Lintang Selatan dan berbatasan dengan beberapa wilayah
Kabupaten yaitu :
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap.
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.
Secara administratif Kabupaten Banyumas terbagi menjadi 27 kecamatan dan 301 desa serta 30 kelurahan dengan
Purwokerto sebagai Ibukota Kabupaten yang berada pada titik koordinat 109 ° 13 ' 81,1 " Bujur Timur dan 7 ° 25 ' 39,9 "
Lintang Selatan.
Total luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah seluas 132.758 Ha atau sekitar 4,08% dari luas wilayah Provinsi
Jawa Tengah (3.254 juta Ha) dengan jarak bentang terjauh dari Barat ke Timur 96 Km dan dari Utara ke Selatan sejauh 46 Km.
Lebih dari 45% wilayah Kabupaten Banyumas merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta
membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25 - 100 M
dari permukaan laut (dpl) yaitu seluas 42.310,3 Ha, dan 100 – 500 M dari permukaan laut (dpl) yaitu seluas 40.385,3 Ha.
Berdasarkan kelompok penggunaan lahan, dari total luas wilayah seluas 132.758 Ha, yang merupakan lahan sawah
adalah sekitar 32.292 Ha atau sekitar 24,32%, dimana sekitar 25.909 Ha merupakan sawah irigasi dan sekitar 6.383 Ha
merupakan sawah tadah hujan, sedangkan 100.466 Ha atau sekitar 75,68% dari total luas wilayah adalah lahan bukan sawah,
dimana 51.798 Ha merupakan lahan pertanian bukan sawah dan 48.668 Ha lahan bukan pertanian.
Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara 26,3°C, suhu minimum sekitar
24,4°C dan suhu maksimum sekitar 30,9°C. Hari hujan rata-rata pertahun selama tahun 2012 sebanyak 126 hari dengan curah
hujan rata-rata 3.048 mm pertahun. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan
Kembaran dengan rata-rata hari hujan pertahun sebanyak 153 hari hujan dan curah hujan rata-rata pertahun mencapai 434 mm
selama tahun 2012, sedangkan Kecamatan yang paling sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Somagede dengan rata-rata hari
hujan pertahun sebanyak 52 hari hujan dan curah hujan rata-rata pertahun mencapai 128 mm dan kecamatan yang paling
sedikit curah hujannya adalah Kecamatan Kemranjen dengan curah hujan sebesar 62 mm dengan 54 hari hujan.
b. Penduduk
Alat Barang
Prasarana
Transportasi yang Keunggulan Kelemahan
Transportasi
Diangkut
Delman Jalan Raya Manusia Tidak Muatan sedikit dan tidak
dan Barang menggunakan cocok untuk daerah
BBM pegunungan
Kerta Api Rel Kereta Manusia Tidak Kereta ekonomi
dan Barang mengalami dikalahkan oleh kereta
kemacetan eksekutif,
Bus Jalan Raya Manusia Bisa berhenti Sering mengalami
kapan saja kemacetan karena
padatnya kendaraan atau
keelakaan kendaraan lain
Taksi Jalan Raya Manusia Dapat sampai ke Ongkosnya lebih mahal
depan rumah jika dibandingkan dengan
alat transportasi yang lain.
Ojek Sepeda Jalan Raya Manusia Dapat melalui Hanya muat satu atau dua
Motor jalan yang orang saja dan sangat
sempit berbahaya jika melalui lalu
lintas yang ramai
Jalan raya dan jalan kereta api merupakan sarana penting bagi transportasi di darat. Jalan raya yang ada memiliki
kualitas yang berbeda-beda. Terdapat jalan raya yang sudah tertata dengan baik, misalnya beraspal mulus, dan terdapat jalan
yang kondisinya belum beraspal. Jalan raya juga dibedakan menjadi jalan nasional dan jalan daerah (provinsi dan kabupaten).
Jalan nasional adalah jalan penghubung antarprovinsi. Jalan nasional dibangun untuk memperlancar transportasi
lintas nasional, sehingga langsung menjadi tanggung jawab negara. Sedangkan jalan daerah merupakan jalan penghubung
antar daerah di dalam provinsi. Jalan penghubung antar kabupaten/ kota menjadi tanggungjawab pemerintah provinsi,
sedangkan jalan penghubung antarkecamatan merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten. .
Jembatan merupakan bangunan yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api
ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.
Rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan
di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar adalah tempat di mana kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar. Di Indonesia,
Stasiun Pengisian Bahan Bakar dikenal dengan nama SPBU (singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum).
Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang,
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Pulau Jawa merupakan pulau dengan sarana transportasi darat paling banyak dan paling lengkap di Indonesia. Hal ini
tidak lepas dari pengaruh lokasi dan perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Pulau Jawa adalah wilayah yang paling
padat penduduknya di Indonesia. Semakin banyak jumlah penduduk, tentu semakin bervariasi kebutuhan interaksi. Semakin
banyak kebutuhan berinteraksi.
Kebutuhan antar daerah yang berbeda, mendorong kegiatan distribusi berbagai barang kebutuhan tersebut. Semakin
besar jumlah penduduk, semakin banyak kegiatan distribusi barang dan jasa, sehingga sarana transportasi menjadi kebutuhan
utama. Tidak mengherankan prasarana utama transportasi berupa jalan raya dan rel kereta api paling banyak ditemukan di
Pulau Jawa dibanding daerah lain.
Tabel 2.4 Ruas jalan Nasional dan jalan Propinsi di Kabupaten Banyumas
Tabel di atas menunjukan jaringan ruas jalan nasional dan propinsi di Kabupaten Banyumas. Lokasi studi yang
berada di Kecamatan Purwoketo Barat Kelurahan Bantarsoka, lokasi bundaran Jalan Jenderal Soedirman barat terletak di
sebelah barat Underpass dan bersinggungan langsung dengan pasar dan stasiun Purwokerto.
.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah Alik Ansyori. 2001. Rekayasa Jalan Raya. UMM Pres. Malang
Bina Marga . 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) No. 036/T/BM/1997. Direktorat Jenderal Bina Marga.
Bina Marga. 1976. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13.1970. Direktorat Jenderal Bina Marga Dept. PU & TL.
Jakarta.
Bina Marga. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI –
2.3.26.1987 UDC : 625.73 (02). Direktorat Jenderal Bina Marga.
Bina Marga. 1990. Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (Rancangan Akhir). Direktorat Jenderal
Bina Marga.
Bina Marga. 1992. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan. Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997. Direktorat Jenderal Bina Marga.
Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and Planning. Mc, Graw Hill.
Oglesby, Clarkson H. and Hicks, R. Gary. 1997. Highway Engineering, 4th edition. California. Stanford University.
Silvia Sukirman. 1994. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova. Bandung.
Silvia Sukirman. 1995. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung.