Anda di halaman 1dari 17

UJI RAPID TEST PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) pada UNGGAS di

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS 1 JAMBI

DISUSUN OLEH:

1. GENOVEVA I. NIMUN(21303038)
2. MAGDALENA V. EMUK (21303042)
3.MATEUS JAMIN(21303058)
4.APRIANUS C.WAK(21303039)
5.SEVERINUS N. BERNARD(21303040)
6.KELVIN PONGKOR(21303063)

FAKULTAS PERTANIAN,PETERNAKAN DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
SANTU PAULUS RUTENG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,karena atas berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Uji Rapid
Test Penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas di Balai Karantina Pertanian Kelas 1
Jambi” dapat terselesaikan.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penyelesaian karya tulis ilmiah ini, terutama kepada ibu Priska Filomen Iku selaku
dosen pengampu Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam pengerjaan
tugas karya ilmiah ini.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Kami menyadari sepenuhnya penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,


karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga karya tulis ini bias bermanfaat bagi kita semua.

Ruteng,14 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

DAFTAR TABEL.....................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................7
1.4 Manfaat....................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi penyakit Avian Influenza..........................................................8


2.2 Sumber infeksi Avian Influenza .............................................................8
2.3 Cara penularan Avian Influenza..............................................................9
2.4 Hewan peka (Host spesifik) terhadap AI.................................................10
2.5 Diagnosa penyakit...................................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tempat dan waktu kegiatan ....................................................................13


3.2 Jenis Sampel yang diperiksa....................................................................13
3.3 Hasil Uji Rapid Test.................................................................................13
BAB IV PENUTUP

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
5.2 Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

3
DAFTAR TABEL

Tabel
1.Jenis sampel yang diperiksa.................................................................................13
2. Hasil Uji Rapid Test Avian Influenza Virus pada 5 sampel swab cloaca/tracea di balai
karantina pertanian kelas 1 jambi.............................................................................14

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Avian Influenza (AI) merupakan penyakit infeksius pada unggas


yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A yang termasuk dalam keluarga
Orthomyxoviridae. Hampir semua spesies unggas peka terhadap infeksi virus
Influenza. Selain mampu menginfeksi berbagai jenis unggas, virus Influenza tipe A
juga mampu menginfeksi berbagai spesies hewan mamalia dan manusia (Easterday,
et al., 1997; Swayne and Halvorson, 2003).
Virus influenza A dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan kombinasi
glikoprotein hemagglutinin (H/HA) dan neuraminidase (N/NA).Diantara 16 jenis HA
dan 9 jenis NA yang diidentifikasi pada unggas, subtipe H5 merupakan salah satu
yang paling diwaspadai karena kemampuannya dalam menimbulkan wabah pada
hewan maupun manusia (OIE, 2012).
Salah satu wabah penyakit di dunia sekarang ini adalah wabah flu burung
(AvianInfluenza).Wabah flu burung disebabkan oleh virus influenza yang bermutasi
menjadi patogen.Wabah flu burung pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai
wabah yang menjangkiti berbagai ayam dan burung di negara Italia. Di Indonesia,
wabah ini muncul sekitar pertengahan tahun 2003 menyebabkan kematian ayam di
wilayah Jawa dan Kalimantan. Sampai tahun 2005 angka kematian mencapai 10 juta
ekor.Pada tahun 2005-2009, tercatat kasus flu burung semakin berkurang.Hal tersebut
memberi sedikit kelegaan warga masyarakat di Indonesia, khususnya para peternak
(Kamps et al., 2007).
Pada tahun 1997, virus Avian Influenza sutipe H5N1 mewabah di Hongkong
dan menyerang ayam dan burung peliharaan.Menurut World Health Organization
(WHO) dan Office International des Epizooties (OIE) virus ini dapat menulari
manusia dan berakibat fatal. Wabah virus Avian Influenza dikawasan Asia khususnya
Asia Tenggara pada pertengahan tahun 2003 dilaporkan di beberapa negara seperti
Indonesia, Kamboja, Thailand, Laos, Malaysia dan Vietnam. Masuknyavirus H5N1
5
ke Indonesia diperkirakan pada tahun 2003 yang kemudian menyebar luas kesebagian
besar wilayah Indonesia (Wiyono et al., 2004). Jenis strain yang teridentifikasi adalah
H5N1 dan diklasifikasikan sebagai Highly Pathogenic Avian Influenza(HPAI) yang
dapat menyebabkan kematian pada populasi burung, ayam dan itik (WHO, 2007).
Virus HPAI tersebut yang mengalami perkembangan yang signifikan melalui
mutasi gen peningkatan patogenitas, reassortant (pencampuran genetik suatu spesies
menjadi kombinasi yang baru) sehingga jenis baru (Dharmayanti, 2005; 2011;
Dharmayanti et al., 2013; Wibawa et al., 2012).
Unggas yang mati karena penyakit AI memperlihatkan perubahan organ yang
terlihat setelah dilakukan pembedahan antara lain adanya peradangan di saluran
pernapasan dan di saluran pencernaan. Perubahan di saluran pernapasan meliputi
sinus hidung, laring, maupun trakea, paru-paru berwarna kehitaman dan kantung
udara keruh. Perubahan disaluran pencernaan antara lain di Proventiculus, usus, dan
pangkreas.
Virus AI terutama subtipe H5 dan H7 yang termasuk HPAI mampu
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada ternak ayam komersial di
Indonesia, serta dapat menyebabkan infeksi sistemik pada berbagai organ unggas
(Alexander, 1982; Swayne and PantinJackwood 008; Wasito et al., 2014).Karena
morbiditas dan mortalitas tinggi serta bersifat Zoonosis yang berbahaya untuk
manusia maka penanganan penyakit AI ini ditangani oleh pemerintah. Dalam upaya
pencegahan virus AI pemerintah melalui program Instansi Balai Besar Veteriner (B-
Vet) dan di bantu oleh instansi Balai Karantina dalam uapaya mendiagnosa penyakit
Avian Influenza dengan cepat, maka dilakukan pengujian cepat (Rapid Tes) Avian
Influenza. Pengujian penyakit Avian Influenza menggunakan Rapid AIV (Avian
Influenza Virus) Ag Test Kit. Pengujian ini sangat simpel dan tidak memerlukan
banyak waktu dan hasilnya efektif untuk diagnosa pada penyakitAvian Influenza atau
Flu Burung..

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah awalnya virus Alvian Influenza (AI)
1.2.2 Bagaimanakah cara penularan virus Alfian Influenza (AI)

6
1.3 Tujuan Masalah

1.3.2 Untuk mengetahui awalnya virus Alfian Influenza (AI)

1.3.2 Untuk mengetahui cara penularan virus Alfian Influenza (AI)

1.4 Manfaat

Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah Mendapatkan keterampilan dalam
diagnosa AI secara laboratorium, dan mendapatkan pengetahuan tentang penyakit
Avian Influenza atau Flu Burung.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi Penyakit Avian Influenza


Avian Influenza(AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Influenzayang
tergolong family Orthomyxoviridae.Virus Influenzadibagi menjadi beberapa tipe,
yaitu virus Influenza tipe A ditemukan pada ayam, kalkun, bebek, mentok, angsa,
burung dan ikan paus. Virus Influenzatipe B ditemukan pada manusia.Virus tipe C
ditemukan pada manusia dan babi (Rantam, 2004). Virus ini mempunyai struktur
antigen permukaan antara lainhemaglutinin(HA), neuraminidase (NA), matriks
protein dan nukleoprotein (NP) (Nidom, 2009). Berdasarkan sifat antigenisitas
glikoprotein permukaan virus, maka virus influenza tipe A memiliki 18 Hemaglutinin
(HA) dan 11 Neuramidase (NA) (Heidermanus 2009).
Secara umum morfologi virus Influenza(virion) adalah partikel berbentuk bola
dengan diameter 50-120 nm, atau berbentuk benang dengan diameter 20 nm dan
panjang virion 200-300 nm (Gambar 1).
Permukaannya berasal dari senyawa lipoprotein dengan tempelan nukleokapsid.
Ukuran nukleoprotein ini berbeda pada setiap loop dalam kisaran panjang 50-130 nm dan
diameter 9-15 nm.Virus influenza mempunyai delapan

segmen yang terdiri dari gen hemaglutinin (HA), neuraminidase (NA), nukleoprotein (NP),
matriks (M), polymerase A (PA), polymerase B1 (PB1), dan polymerase B2 (PB2). Virus
ini memiliki amplop dan memiliki genom RNA bersegmen sehingga dapat terjadi genetik
reassortment (Nidom, 2009).

2.2 Sumber Infeksi Avian Influenza


Awalnya virus AI hanya ditemukan pada burung air liar (Fouchier et al., 2005)
seperti itik, angsa, entog, burung camar dan burung dara laut yang merupakan hospes
alami dari virus influenza A sehingga burung-burung air liar tersebut bersifat sebagai
sumber infeksi (reservoir). Pada kelompok unggas ini penyakit bersifat subklinis, dan
virus diekskresikan secara terus menerus melalui kotoran hewan yang terinfeksi tanpa
menunjukkan gejala klinis (Webster et al., 2007).
Unggas air, ordo Anseriformes (itik, entok, angsa) dan Charadriiformes (burung
8
camar dan dara laut) merupakan inang alami dari semua subtipe virus influenza A,
sehingga memiliki kemungkinan besar menjadi reservoir (penampung) virus
influenza A. Semua unggas termasuk unggas domestik (ayam, kalkun, puyuh) adalah
spesies yang rentan terinfeksi. Virus berada dalam keadaan setimbang dan tidak
menunjukkan gejala klinis ketika berada pada inang alaminya.Antara hospes dan
virus terjadi toleransi yang seimbang dimana replikasi virus secara efisien dan tidak
menimbulkan penyakit. Virus bereplikasi pada saluran pencernaan unggas, sehingga
ekskresi virus bersama feses dapat ditransmisikan ke unggas atau mamalia lain
melalui fecal-oral (Sturn-Ramirez et al. 2004).Risiko penularan dari burung liar ke
unggas peliharaan terutama terjadi kalau unggas peliharaan tersebut dibiarkan bebas
berkeliaran, menggunakan air yang juga digunakan oleh burung liar, atau makan dan
minum dari sumber yang tercemar kotoran burung liar pembawa virus ( Henzler,
2003).
2.3 Cara Penularan Avian Influenza
Penularan virus AI dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak
langsung.Penularan secara langsung terjadi melalui kontak antara unggas yang peka
dengan unggas yang terinfeksi virus AI melalui pernafasan (kontak dekat).Penularan
virus AI secara tidak langsung dapat terjadi secara oral melalui pakan dan air minum
yang tercemar oleh virus tersebut (Soejoedono dan Handharyani, 2005).
Penularan virus Avian Influenza (AI) dari suatu tempat ke daerah lainnya bisa
disebabkan oleh perpindahan unggas yang terinfeksi, makanan, peralatan, kendaraan
yang telah terkontaminasi. Kemungkinan keterpaparan virus sangat sering terjadi
karena kontak antara unggas dengan unggas lainnya yang merupakan hewan
pembawa virus (carrier) yang menyebarkan virus ke lingkungan (Darmawi,dkk.,
2012).
Salah satu kelompok masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu burung
adalah peternak unggas karena mereka adalah ujung tombak yang kontak langsung
dengan unggas (Beigel and Farrar, 2005).
Virus AI dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas, namun
penularan virus AI dari satu unggas ke unggas lain dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu: strain virus, jenis unggas dan faktor lingkungan (Hulse et al., 2005).
Sumber penularan virus AI adalah ekskreta yang berasal dari hidung, mulut, dan
9
konjungtiva serta feses unggas yang menderita.Virus AI dikeluarkan dari hidung,
konjungtiva, dan kloaka unggas yang terinfeksi.virus tersebut bereplikasi pada
saluran pernafasan, pencernaan, ginjal, dan/atau organ reproduksi (Swayne dan
Suarez, 2000).

2.4 Hewan Peka (Host Spesifik) Terhadap AI


Beberapa unggas peliharaan seperti ayam pedaging, ayam kampung, burung
merpati, ayam petelur , itik petelur, itik pedaging dan entok merupakan hewan yang
peka terhadap Avian Influenza (Antara et al., 2009).

2.5 Diagnosa Penyakit


Diagnosa Pada penyakit Avian Influenza bisa dilakukan berdasarkan: Gejala
Klinis dan perubahan patologi pada hewan yang mati. Namun demikian diagnosa AI
perlu peneguhan diagnosa yang dapat dilakukan di laboratorium (diagnosa
laboratorium).Peneguhan diagnosa dapat dilakukan dengan menggunakan uji serologi

Rapid AIV (Avian Influenza Virus) Ag Test Kit dan uji Polymerase Chain Reaction
(PCR).

2.5.1 Gejala Klinis AI


Gejala klinis Avian Influenza dapat ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu bentuk
berat (Highly Pathogenic Avian Infuenza, HPAI) dan bentuk ringan (Low Pathogenic
Avian Influenza, LPAI).
Masa inkubasi virus avian influenza A (H5N1) sekitar 2- 4 hari setelah
terinfeksi (Yuen KY, et.al. 1998), namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini
masa inkubasinya bisa mencapai antara 4-8 hari (Chotpitayasunondh T, et.al. 2005).
Gejala Klinis Avian Influenza Bentuk HPAI. Gejala klinis AI Bentuk HPAI
secara umum adalah : jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak
ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan (Gambar 2).
Gejala klinis AI bentuk HPAI dapat berbentuk akut bahkan sangat akut.
Gejala klini AI Bentuk akut (HPAI) ditandai oleh adanya proses penyakit yang cepat
dan disertai mortalitas tinggi, gangguan pernafasan, lakrimasi yang berlebihan,
sinutisis, edema didaerah kepala dan muka , perdarahan jaringan subkutan yang
10
diikuti oleh sianosis pada kulit, terutama di daerah muka, jengger, pial, dada, tungkai,
dan telapak kaki, diare, gangguan produksi telur, dan gangguan saraf.
Menurut Hidayah dan Retina (2016), penyakit Avian Influenza (AI) yang bisa disebut juga
dengan Flu burung merupakan penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan pada
unggas terutama ayam, penyakit ini bersifat akut dan cepat dalam proses penularannya. Hal
ini sangat berdampak pada bidang perekonomian perunggasan dikarenakan angka
kesakitan dan kematian unggas sangat tinggi. Pada HPAI bentuk yang sangat akut, dapat
terjadi kematian mendadak tanpa adanya gejala tertentu (Tabbu, 2000).
Gejala Klinis AI Bentuk LPAI. Gejala LPAI (Low Pathogenic Avian
Influenza) mengakibatkan penurunan pada produksi telur dengan mortalitas(angka
kematian) yang rendah, tetapi morbiditas (angka penyebaran) masih relatif tinggi.
(Swayne and Pantin-Jackwood, 2008).

2.5.2 Perubahan Patologis AI


Perubahan Patologis AI pada bentuk LPAI. Perubahan patologi AI pada
bentuk LPAI adalah: penurunan produksi telur, hemoragis pada permukaan serosa
dan mukosa organ visceral, terutama hemoragis pada jaringan lemak koroner dan otot
jantung (epikardium) dapat mengarahkan diagnosis disebabkan oleh VAI (Swayne,
2008). Namun, gejala penurunan produksi telur juga merupakan gejala yang timbul
akibat infeksi selain virus AI diantaranya adalah Newcastle diseasesvirus (NDV), egg
drop syndrome (EDS) dan infectious bronchitis(IB).

Perubahan Patologis AI pada bentuk HPAI.Perubahan patologis AI pada bentuk HPAI


pada pemeriksaan lesi patologis tidak hanya di paru-paru dan di saluran pencernaa
melainkan menyebar di semua organ-organ lain (Capua and Alexander, 2009).

2.5.3 Diagnosa Laboratorium


Diagnosa Laboratorium pada pengujian Avian Influenza diperlukan sebagai
peneguhan diagnosa, setelah diagnosa berdasarkan gejala klinis.Ada 2 jenis diagnosa
laboratorium yaitu uji serologi dan uji PCR. Faktor-faktor penting yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan diagnosis laboratorium untuk AI adalah jenis
sampel dan cara penanganannya. Sampel yang akan diperiksa dapat diperoleh dari
unggas hidup maupun mati. Jenis sampel yang biasa diambil dari unggas mati
11
meliputi organ (trakea, air sac, usus, ginjal, paru, otak, hati), swab kloaka, swab
tracea dan feses. (Harder dan Werner, 2006).
Uji Serologi merupakan uji untuk mendeteksi dan mengukur antibodi spesifik
(antibodi AI) yang terbentuk selama penyakit tersebut terjadi, mendeteksi antigen
virus AI dalam lesi dengan menggunakan antibodi (Ernawati, et al., 2002).
Salah satu metode deteksi cepat untuk virus AI adalah reverse transcriptase-
polymerase chain reaction (RT-PCR).Metode RT-PCR dapat digunakan sebagai
metode diagnosis cepat untuk mendeteksi dan menentukan subtipe virus AI secara
spesifik (Payungporn et al., 2004).
Metode RT-PCR dapat menjadi solusi karena beberapa kelebihan yang
dimiliki.Sampel yang dibutuhkan juga bervariasi, baik sampel swab maupun sampel
organ. Pada studi mengenai surveilans virus AI pada pasar unggas ditunjukkan pada
swab trakea lebih cocok digunakan dan mengandung lebih banyak virus
dibandingkan sampel dari swab kloaka atau lingkungan (Bulaga et al., 2003).
Banyaknya jenis virus yang berpotensi menyerang hewan ternak yang dapat
menyebabkan kesulitan untuk peneguhan diagnose penyakit karena beberapa
penyakit memiliki kemiripan gejala klinis yang sama (Morrow, 2008). Dalam
teknologi diagnosa diperlukan untuk menunjang manajemen kesehatan unggas
dilapangan.Tekonologi diagnosa yang dikembangkan selain harus bersifat ekonomis
juga memiliki tingkat akurat yang baik.Perangkat diagnostic Polymerase Chain

Reaction (PCR) merupakan metode yang menjadi pilihan karena kecepatan dan
keakuratannya yang tinggi dalam mengidentifikasi suatu organisme hingga tingkat
molekuler (Viljoen et al., 2005).
Uji PCR ini bertujuan untuk mengembangkan teknik diagnostic cepat dengan
platform multipleks untuk tiga virus penting yang sering menyerang peternakan
komersial yaitu Newcastle diases (ND), Avian Influenza (AI), dan Infectious
Bronchitis (IB) (Alexander dan jones, 2008).

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tempat dan Waktu kegiatan


Kegiatan praktek kerja lapangan ini dilakukan dibalai karantina pertanian kelas 1 jambi pada
tanggal 4 oktober sampai 14 november 2021.
3.2 Jenis Sampel yang diperiksa
Jenis sampel yang diperiksa selama pelaksanaan praktek kerja lapang di Balai Karantina
Pertanian kelas 1 Jambi berasal dari unggas peliharaan seperti burung dan ayam seperti
yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis sampel yang diperiksa
Jenis Unggas Jenis Sampel Jumlah
Ayam Bangkok SwabTracea 2 ekor
Ayam Bangkok Swab Cloaca 3 ekor

jenis sampel pada ayam bisa menggunakan sampel Swab Cloaca maupun
Swab Tracea.Sedangkan jenis sampel yang biasa diambil pada burung adalah Swab
Cloaca saja karena sulit untuk mengambil melalui Swab Tracea.

3.3 Hasil Uji Rapid Test


Pemeriksaan laboratorium di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi untuk
deteksi Avian Influenzamenggunakan Uji Rapid Test dengan Rapid AIV (Avian
Influenza Virus) Ag Test Kit, dan Uji HA-HI. Kedua uji tersebut merupakan uji
Rapid Test, dan jika hasil uji rapid test tersebut positif maka akan dilanjutkan dengan
uji PCR. Uji PCR biasanya tidak dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas 1
Jambi tetapi dilakukan di BVet Bukit tinggi. Pada kegiatan Praktek kerja lapang di
Balai Karantina Pertanian kelas 1 jambi ini hanya dilakukan uji Rapid Test dengan
Test Rapid AIV (Avian Influenza Virus) Ag Test Kit. Hasil uji pada 5 sampel yang
diperiksa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.Hasil Uji Rapid Test Avian Influenza Virus pada 9 sampel swab
cloaca/tracea di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi.

13
Tanggal Nama media pembawa Jumlah Target Pengujian Hasil
penerimaan sampel pengujian
sampel

1 18/02/2019 Ayam Bangkok 1 AIV Negatif


2 26/02/2019 Ayam Bangkok 1 AIV Negatif
3 04/03/2019 Ayam Bangkok 1 AIV Negatif
4 21/03/2019 Ayam Bangkok 2 AIV Negatif

Hasil test pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semua sampel swab yang diuji
memberikan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ayam yang akan dikirim keluar
Jambi dari Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi itu tidak terinfeksi Avian Influenza.
Wabah virus Avian influenza pertama kali di temukan di Pekalongan.Virus
Avian influenza kemudian menyebar secara luas di Indonesia pada Agustus 2003,
yang menyebabkan kerugian dan kematian pada unggas Indonesia. Selanjutnya pada
Januari 2004 virus Avian influenza melanda Jawa Barat, Sumatera, Banten, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat, Jawa Timur dan Bali (Soejoedono dan Handayani,
2005).Menurut Kementan Tahun 2019 seperti (Gambar 14) dari peta Indonesia Untuk
daerah Jambi tidak adanya Kasus Avian Influenza atau Flu burung.
Menurunnya jumlah kematian unggas akibat penyakit AI di dunia maupun di
Indonesia di beberapa tahun belakangan ini seolah-olah menunjukan bahwa penyakit
AI ini sudah terkendali.Namun dibalik semua ini tidak berarti bahwa keberadaan
virus penyebab AI ini pada unggas juga menurun atau hilang.Hal ini dikarenakan
pada unggas yang tidak mati dan unggas yang tidak menunjukkan gejala sakit juga
bisa ditemukan virus AI. Unggas yang pada tubuhnya ditemukan AI namun tidak
menunjukan gejala sakit terjadi karena unggas itu masih memiliki kekebalan tubuh
yang cukup untuk melindungi dirinya dari penyakit klinis. Tetapi di tubuh unggas itu
virus terus berkembang, dan nanti akan turut dikeluarkan melalui kotorannya dan

unggas tersebut dapat menjadi sumber infeksi (reservoir) bagi unggas lainnya
(Tarigan, 2015).

Hasil pemeriksaan terhadap ayam dan burung yang berasal dari wilayah jambi
semua negatif ( tabel 2) dan juga dapat dijadikan data konfirmasi bawah hasilnya
wilayah jambi belum ditemukan kasus Alvian Influenza.

14
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sampel yang diperiksa di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi berjumlah
5 sampel dan sampel yang digunakan yaitu sampel swab cloaca/tracea unggas yang
diperiksa dengan uji Rapid Test di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi pada
periode waktu 4 Februari sampai 28 April 2019 dan 5 sampel menunjukkan hasil
Negatif Avian Influenza Virus.
5.2 Saran
Perlu adanya penambahan fasilitas untuk peneguhan diagnosaAvian Influenza
denganuji Polymerase Chain Reaction (PCR) dan supaya adanya kerjasama antara
Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi dan Balai Veteriner (BVet) Wilayah Kerja
Jambi untuk bisa melakukan pemantauan terhadap penyakit Avian Influenza agar bisa
dijaga status daerah bebas Avian Influenza.
ng berasal dari wilayah Jambi semua negatif (Tabel 2) dan juga dapat
dijadikan data konfirmasi bahwasannya wilayah jambi belum ditemukan kasus Avian
Influenza.

15
DAFTAR PUSTAKA

Antara, I.M.S, I. N. Suartha, I. K. S. Wiryana, I. M. Sukada, I. M. Prasetya, I.G.N.


Dewi, N.M.R.K. Saridan I. G. N. K. Mahardika, (2009). Pola Distribusi
Unggas dari Pasar Tradisional Berperan dalam Penyebaran Virus Flu
Burung. Jurnal Veteriner. 10 (2) : 104-110.
Beigeland J.HdanJ. Farrar. 2005. Avian influenza A (H5N1) infectionsinhumans.
Journal Medicine. 353(3):1374-1385.
Capua. I dan D. J. Alexander, 2009, Ecology, Epidemology and Human Health,
Implications of Avian Influenza Virus Infections, Avian Influenza and
Newcastle Diaeses, @Springer Verlag Italia.
Chotpitayasunondh T, K. UngchusakdanW. Hanshaoworakul, Human disease from
influenza A (H5N1), Thailand, 2004. Emerg Infect Dis 2005; 11 : 201-209.
Damayanti, R, N.L.P.I. Dharmayanti, R. Indriani, A. Wiyono dan Darminto. 2004.
Deteksi virus Avian Influenza subtipe H5N1 pada organ ayam yang
terserang flu burung sangat patogenik di Jawa Timur dan Jawa Barat dengan
teknik imunohistokimia. JITV 9(3): 197 – 203.
Darmawi, Zakiyah, H. Manaf, Daniarti, Fakhururrazi, A. Mahdidan Erina, 2012.
Deteksi Antibody Serum Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras.
Universitas Syiah Kuala. Agripet.12(1):23-27
Harder.T.C.andO. Werner, 2006. Avian Influenza.
http://www.influenzareport.com/ir/ai.htm. (6 Januari 2006).
Henzler D.J, D. C. KradeldanS. Davison, Epidemiology, production losses, and
control measures associated with an outbreak of avian influenza subtype
H7N2 in Pennsylvania (1996-98). Avian Dis 2003; 47: Suppl: 1022-36.
Abstract:
Hidayah. N. dan R. Yunani, 2016. Retrieved 2016, from Academi education:
https://www.academia.edu/36168812/PROFILImunokromatogafiRapidTestS
ebagaiAlatDeteksiAvianInfluenzaVirusPadaUnggasDiPasarBurungKupangS
urabaya.:54-57.
Hulse-Post. D.J, K. M. Sturm-Ramirez, J. Humberd, P. Seiler, E. A. Govorkova, S.
Krauss, C. Scholtissek, P. Puthavathana, C. Buranathai, T. D. Nguyen, H. T.
Long, T. S. P. Naipospos, H. Chen, T. M. Ellis, Y. Guan, J. S. M. Peiris, dan
R. G. Webster, (2005) Role of Domestic Ducks in the Propagation and
Biological Evolution of Highly Pathogenic H5N1 Influenza Viruses in Asia.
PNAS 102 (30) :1068210687.
Kamps. S. B, C. Hoffman.dan W. Preiser. 2007. Influenza Report. Terjemahan K
Anggraeni, Jakarta: Indeks.

16
17

Anda mungkin juga menyukai