Anda di halaman 1dari 89

PROSES PENCAIRAN DANA PINJAMAN KOPERASI DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

(Studi di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

Kecamatan Paal Merah Kota Jambi)

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Ekonomi Syariah
Pada Fakultas Syariah

Oleh:

SRI LESTARI
NIM. SHE 162087

PEMBIMBING:
Dra. Masnidar, M.EI
Neni Triana, SE.,M.Si

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS SYARIAH
Jln. Jambi-Ma. Bulian Km. 16 Simp. Sei Duren-Jambi 36363
Tlp./Fak.(0741) 583183-584118 Website: www.iain jambi.ac.id

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan gelar Strata (S.1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Jambi, April 2020

Yang menyatakan

Sri Lestari
SHE. 162087

iii
iv
Pembimbing I : Dra. Masnidar, M.EI
Pembimbing II : Neni Triana, SE.,M.SI
Alamat : Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Jl. Jambi - Ma.Bulian KM.15 Desa Simpang Sei. Duren
Kab. Muaro Jambi 31346 Telp.(0741)584118-583183
Kepada Jambi, April 2020
Yth
Bapak Dekan Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
NOTA DINAS

Assalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sepenuhnya maka skripsi saudara


Sri Lestari NIM: SHE. 162087 yang berjudul : “Proses Pencairan Dana Pinjaman
Koperasi Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi di Lembaga Keuangan Mikro
Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota Jambi)” telah
disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat
memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam ilmu Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikian, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan


Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Masnidar, M.EI Neni Triana, SE.,M.Si


NIP. 19590907 198802 2 001 NIP. 19720202 201411 2 004

v
MOTTO

ِ‫شدِي ُد ٱ ْلعِقَاب‬
َ ‫ِن ٱللَّ َه‬
َّ ‫وَلَا َتعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِ ْثمِ وَٱ ْلعُدْ ََٰونِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إ‬...
Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.1

1
QS. Al-Maidah (5) : 2

vi
PERSEMBAHAN

Untaian syukur yang sudah seharusnya tiada henti dilantunkan atas semua
karunia yang tak pernah putus serta limpahan kasih sayang dan Ridho-Nya. Sebab
karena-Nya lah segala halangan dan rintangan serta ujian dan cobaan dapat dilalui
dengan ketegaran dan kesabaran.

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, karya ini


merupakan wujud dari upaya untuk mengharapkan Rahmat dan Ridha-Nya. Saya
persembahkan skripsi ini kepada orangtua yang saya hormati dan saya sayangi
Ayahanda tercinta (Asmudi Alm), Ibunda tercinta (Supiyati) yang telah melahirkan,
membesarkan, dan juga mendidikku. Serta ayah keduaku (Salim bin Sakimin) yang
sudah mengorbankan banyak hal; uang, waktu dan tenaga untuk terus membuatku
tumbuh dan mendapat pendidikan serta kehidupan yang layak. Terima kasih untuk
doa dan usaha yang tak kenal lelah demi pendidikan dan tercapainya cita-citaku.

Terima kasih kepada orang-orang terdekat yang selama ini selalu memberi
dukungan. Kepada seluruh teman-temanku, tanpa semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa,
tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan
manis yang telah diukir selama ini.

Terima kasih untuk keluarga besar Lembaga Beasiswa Baznas yang sudah turut
hadir untuk membantu keuanganku semasa kuliah di kampus. Banyak ilmu juga
pengalaman yang telah dihadirkan.

Terima kasih kepada almamater Biruku yang telah berhasil mendidik dan
memberiku pengalaman dibanyak hal, tetaplah menjadi tempat pengabdian yang luar
biasa, anak bangsa sangat membutuhkanmu.

vii
ABSTRAK

Kelurahan Lingkar Selatan terbentuk pada tahun 2003 dengan 16.151 penduduk.
Masyarakat di Lingkar Selatan juga banyak berprofesi sebagai petani, skripsi yang
berjudul “Proses Pencairan Dana Pinjaman Koperasi Ditinjau dari Hukum Islam
(Studi di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kecamatan
Paal Merah Kota Jambi)” ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme
pencairan dana pinjaman pada LKMA Koperasi Tani Makmur yang ditinjau dari
hukum Islam. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
instrumen pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut:
Dalam LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah, syarat awal dalam melakukan
simpan pinjam, haruslah menjadi anggota koperasi terlebih dahulu. Adapun sistem
yang digunakan dalam pengembalian pinjaman yaitu menggunakan sistem bunga
sebesar 1,5% perbulannya. LKMA Koperasi Tani Makmur berdasarkan praktik bagi
hasil telah sesuai dengan akad syirkah al-inan. Dalam koperasi ini terdapat aspek
hukum ekonomi Islam yang berlandaskan Al-Qur‟an, bahwa sebagian besar cita-cita
koperasi sudah sejalan dengan ajaran Islam dalam hal tolong-menolong, akan tetapi
dalam pelaksanaan pengembalian pinjaman tersebut masih menggunakan bunga yang
tidak diperbolehkan dalam Islam yang hukumnya diharamkan.

Kata kunci: Hukum Islam, dana pinjaman, koperasi.

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-nya serta anugerah yang tiada terkira, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Rasullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam yang
telah mengajarkan suri tauladan, dan yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah
ke jaman modern seperti yang kita rasakan sekarang dengan kemudahannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Proses Pencairan
Dana Pinjaman Koperasi Ditinjau dari Hukum Islam (Studi di Lembaga Keuangan
Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota Jambi)”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan
kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Fakultas Syariah prodi Hukum Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Oleh karena itu,
hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti, MH selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.

4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., MH selaku wakil Dekan II Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.

5. Bapak Dr. H. Ishaq, SH., M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.

6. Bapak Rasito SH., M. Hum dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H, M.Sy, selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah.

7. Ibu Dra. Masnidar, M.EI selaku dosen pembimbing I.

8. Ibu Neni Triana, SE.,M.Si selaku dosen pembimbing II.

ix
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah.

10. Bapak dan Ibu Karyawan/Karyawati di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari Kesempurnaan. Oleh
karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi
pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala kita mohon
ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

Jambi, Mei 2020

Sri Lestari
SHE.162087

x
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iv
NOTA DINAS ............................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 4
D. Kerangka Teori .................................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 41
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 45
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................................ 45
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 45
D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 47
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 48
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah LKMA Koperasi Tani Makmur ............................................ 51
B. Struktur Organisasi Koperasi ............................................................. 53
C. Syarat Menjadi Anggota LKMA Koperasi Tani Makmur ................. 56
D. Sumber Dana Koperasi ...................................................................... 57

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pinjam Meminjam Uang di LKMA
Koperasi Tani Makmur Paal Merah Kota Jambi ............................... 58
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pinjam
Meminjam Uang di LKMA Koperasi Tani Makmur
Paal Merah Kota Jambi ....................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................. 70
C. Penutup .............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

xii
DAFTAR SINGKATAN

BK3 : Biro Konsultasi Koperasi Kredit

BK31 : Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia

BPS-KPKM : Badan Pengembang Sumber daya, Koperasi dan Pengusaha Kecil


Menengah

GAPOKTAN : Gabungan Kelompok Tani

KSP : Koperasi Simpan Pinjam

KUHPer : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

LKMA : Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis

PMK : Peraturan Menteri Keuangan

PUAP : Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

RAT : Rapat Anggota Tahunan

SHU : Sisa Hasil Usaha

UKM : Usaha Kecil dan Menengah

UU : Undang-Undang

UUD : Undang-Undang Dasar

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus

dipenuhi, kebutuhan yang paling menonjol adalah kebutuhan akan barang dan jasa.

Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa manusia membutuhkan

kerjasama. Kerjasama di samping memenuhi kebutuhan, juga menjaga

kelangsungan hidup dan rasa aman, selain itu untuk memperoleh rasa kasih sayang

dan persahabatan seperti dalam keluarga.

Kerjasama dalam masyarakat modern telah digunakan masyarakat untuk

menyelesaikan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Bahwa jika semula

dalam pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual,

maka dalam perkembangannya manusia melakukannya secara bersama-sama.

Kerjasama masyarakat modern dalam lapangan ekonomi sudah sangat

berkembang, bukan hanya dalam rangka kegiatannya, tetapi juga sangat luas

lingkupnya. Kerjasama terjalin dalam sistem pembagian kerja pada setiap lapangan

kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, perdagangan, koperasi, dan lain-lain.

Untuk memenuhi kebutuhan yang dihadapi oleh masyarakat tentunya membutuhkan

dana. Dan dana tersebut tidak hanya dari penghasilan seseorang, tetapi bisa juga

berasal dari pinjaman, diantaranya yaitu pinjaman melalui koperasi.

1
2

Koperasi di Indonesia merupakan suatu wadah atau lembaga perekonomian

rakyat atas dasar azas kekeluargaan dan gotong royong sesuai dengan tata

kehidupan bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya koperasi menjadi suatu

sistem sendiri dalam kehidupan ekonomi masyarakat sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan permasalahan ekonomi yang

dihadapi.

Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian.

Kerjasama ini diadakan karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka.

Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan

yang bertalian dengan perusahaan atau rumah tangga mereka. Untuk mencapai

tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung terus menerus dan

berkesinambungan, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk

kerja sama.2

Koperasi didirikan dengan tujuan untuk membantu dalam hal pemenuhan

kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Prinsip seperti ini

harus benar-benar dijalankan oleh organisasi yang menamakan dirinya sebagai

koperasi. Dan manfaat koperasi yang memberi keuntungan kepada para anggota

pemilik saham, dan membuka lapangan kerja bagi calon karyawannya.

Penekanan prinsip tolong menolong, kerjasama, dan persaudaraan yang

diusung koperasi, sesuai dengan ajaran agama Islam, sebagaimana Allah telah

memerintahkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Tetapi pada

2
Pandji Anoraga, Dkk. Dinamika Koperasi. Cet. Ke-5 (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). Hal. 1.
3

praktiknya apakah prinsip tolong menolong yang diusung, telah sesuai dengan

ajaran Islam?

Salah satu jenis kegiatan yang dijalankan koperasi adalah usaha simpan

pinjam (kredit). Usaha koperasi tersebut merupakan salah satu lembaga keuangan

non bank yang fungsinya adalah menghimpun dana dan mengelolanya untuk

kembali disalurkan kembali kepada para anggotanya. Usaha ini merupakan usaha

yang banyak digemari oleh para anggota koperasi karena bunga kredit yang

diberikan dinilai minim.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Koperasi Tani

Makmur yang terletak Paal Merah, dari salah satu anggota koperasi Tani Makmur

yang bernama Fitri Yenti pada Jum‟at 10 Mei 2019 mengatakan bahwa praktik

pencairan dana pinjaman koperasi yang diajukan oleh peminjam tidak sesuai

dengan jumlah yang diajukan. Dimana ketika peminjam mengajukan pinjaman

sebesar Rp. 5.000.000 maka akan dilakukan pemotongan atas pinjaman yang

diajukan oleh peminjam. Dimana peminjam tidak menerima uangnya secara utuh

atau keseluruhan dari total pinjaman yang diajukan. Pemotongan yang dilakukan

oleh pihak koperasi diluar bunga yang harus dibayarkan pada perjanjian yang sudah

disepakati diawal.3

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat lebih dalam mengapa

hal tersebut bisa terjadi. Maka penulis mengambil judul “PROSES PENCAIRAN

DANA PINJAMAN KOPERASI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI DI

3
Wawancara dengan ibu Fitri Yenti selaku Anggota Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis
Koperasi Tani Makmur, pada Jum‟at 10 Mei 2019
4

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGROBISNIS KOPERASI TANI MAKMUR

KECAMATAN PAAL MERAH KOTA JAMBI)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik pencairan dana pinjaman koperasi di Lembaga Keuangan

Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kec. Paal Merah Kota Jambi?

2. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap proses pencairan dana pinjaman

koperasi di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kec.

Paal Merah Kota Jambi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang di atas maka secara umum

mempunyai tujuan dan kegunaan dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Diantara tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah;

a. Ingin mengetahui prosedur dan praktik pencairan dana pinjaman koperasi di

Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kec. Paal

Merah Kota Jambi.

b. Ingin mengetahui perspektif hukum Islam terhadap proses pencairan dana

pinjaman koperasi di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani

Makmur Kec. Paal Merah Kota Jambi.

2. Sedangkan kegunaan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah;

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan khususnya tentang koperasi simpan pinjam

menurut Islam
5

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan yang berkaitan

dengan koperasi simpan pinjam menurut Islam

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan dan memperoleh gelar Strata

Satu (S1) pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

D. Kerangka Teori
1. Koperasi Menurut Moh. Hatta

Moh. Hatta adalah bapak koperasi Indonesia yang diberi gelar tanggal 17

Juli 1953. Pemikirannya tentang koperasi mengilhami Pasal 33 UUD 1945

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan”. Moh. Hatta mengharapkan bahwa koperasi menjadi penunjang

utama perekonomian, disusul perusahaan negara dan perusahaan swasta.

Moh. Hatta sebagai wakil presiden RI dalam pidato pada hari koperasi

pertama tangga; 12 Juli 1951 menyatakan bahwa koperasi mempunyai beberapa

tugas dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat dilihat dari tempat, waktu,

dan keadaan, yaitu;

Pertama : Memperbanyak produksi, terutama produksi barang makanan dan

barang kerajinan dan pertukangan yang diperlukan sehari-hari

oleh rakyat kita dalam rumah tangga.

Kedua : Memperbaiki kualitas barang yang dihasilkan rakyat;

Ketiga : Memperbaiki distribusi, pembagian barang kepada rakyat;

Keempat : Memperbaiki harga, yang menguntungkan bagi masyarakat;

Kelima : Menyingkirkan Penghisapan dari lintah darat;


6

Keenam : Memperkuat pemaduan kapital;

Ketujuh : Memelihara lumbung simpanan padi atau mendorong supaya tiap-

tiap desa menghidupkan kembali lumbung desa.4

Menurut Moh. Hatta koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah

untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan

ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju pada koperasi didahulukan

keperluan bersama, bukan keuntungan.

Hal yang penting kita ketahui adalah bahwa koperasi hanya didirikan

apabila sekelompok orang yang ingin mendirikan koperasi itu memiliki

“kepentingan bersama” (misalnya supaya dagangannya laku, tidak menunggu

pembeli hingga busuk). Kalau diantara calon-calong anggota tidak memiliki

kepentingan bersama, janganlah sekali-kali mendirikan koperasi, sekedar karena

bersimpati kepada ide koperasi.

Sekelompok orang yang memiliki kepentingan bersama itu haruslah

orang-orang yang sering bertemu, baik yang berdasar alasan se-rukun tempat

tinggal, se-RT se-RW, setempat kerja, seprofesi, ataupun sejenis

matapencaharian.

Sukma dari koperasi adalah “menolong diri sendiri secara bersama-

sama”. Secara bersama-sama itulah akan membentukkan sinergi, yaitu

kemampuan yang berlipat ganda untuk menyelesaikan kepentingan bersama.

4
Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2015), Hal. 315
7

2. Teori Tanggung Jawab Secara Hukum

Konsep tanggung jawab hukum berkaitan erat dengan konsep hak dan

kewajiban. Konsep hak merupakan suatu konsep yang menekankan pada

pengertian hak yang berpasangan dengan pengertian kewajiban. Pendapat yang

umum mengatakan bahwa hak pada seseorang senantiasa berkorelasi dengan

kewajiban pada orang lain.5

Sebuah konsep yang berkaitan dengan konsep kewajiban hukum adalah

konsep tanggung jawab (pertanggung jawaban) hukum. Bahwa seseorang

bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu atau bahwa dia

memikul tanggung jawab hukum, artinya dia bertanggung jawab atas suatu

sanksi bila perbuatannya bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum

menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek

berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang

bertentangan.6

Teori tradisional dibedakan dua jenis tanggung jawab (pertanggung

jawaban) yaitu: tanggung jawab yang didasarkan atas unsur kesalahan, dan

tanggung jawab mutlak.

Situasi tertentu, seseorang dapat dibebani tanggung jawab untuk

kesalahan perdata yang dilakukan orang lain, walaupun perbuatan melawan

5
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti: 2000), Hal. 55
6
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), Hal. 95
8

hukum itu bukanlah kesalahannya. Hal semacam ini dikenal dengan sebagai

tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Teori tanggung

jawab berdasarkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang lain

tersebut dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:

a. Tanggung jawab atasan

b. Tanggung jawab pengganti yang bukan dari atasan orang-orang dalam

tanggungannya

c. Tanggung jawab pengganti dari barang-barang yang berada di bawah

tanggungannya.

KUHPerdata menjelaskan beberapa pihak yang harus menerima tanggung

jawab dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak lain sebagai

berikut;

a. Orang tua atau wali yang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan

oleh anak-anak di bawah tanggungannya atau di bawah perwaliannya

b. Majikan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pekerjanya

c. Guru bertanggung jawab atas muridnya

d. Kepala tukang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pekerja

yang berada dibawahnya

e. Pemilik binatang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh

binatang peliharaannya

f. Pemilik gedung bertanggung jawab atas ambruknya gedung karena kelalaian

dalam pemeliharaan atau karena cacat dalam pembangunan maupun

tatanannya.
9

Secara umum, prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan

sebagai berikut;7

a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan (Liability based on

fault)

Prinsip ini adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum

perdata khususnya Pasal 1365, 1366 dan 1367 KUHPerdata. Secara umum,

asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adil bagi orang yang berbuat

salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak

adil jika orang orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang

diderita orang lain.

b. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumtion of liability)

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab

sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi, beban pembuktian ada

pada si tergugat. Apabila pihak tergugat tidak dapat membuktikan kesalahan

pengangkut, maka ganti rugi tidak akan diberikan.

c. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab (presumtion

nonliability principle)

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu

bertanggung jawab. Prinsip ini hanya dikenal dalam lingkup transaksi

konsumen yang sangat terbatas.

7
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2008),
Hal. 92
10

Prinsip ini lebih diterapkan pada kasus-kasus seperti kasus yang

dimana apabila terjadi suatu kecelakaan lalu lintas yang mempunyai peran

aktif dalam melakukan pembuktian adalah pihak penggugat.

d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability)

Prinsip tanggung jawab mutlak sering diidentikkan dengan prinsip

tanggung jawab absolut. Ada yang mengatakan tanggung jawab mutlak

adalah prinsip yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang

menentukan. Sebaliknya tanggung jawab absolut adalah tanggung jawab

tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.

Asas tanggung jawab mutlak merupakan salah satu jenis

pertanggungjawaban perdata (civil liability). Tanggung jawab perdata

merupakan suatu instrumen hukum perdata dalam konteks penegakan

hukum untuk mendapatkan ganti kerugian pada kasus tersebut.

3. Teori Tentang Hak dan Kewajiban Anggota Koperasi

Hak dan kewajiban pribadi (personal) adalah hak dan kewajiban dalam

kehidupan dan kegiatan koperasi. Hak dan kewajiban ini sama bagi semua

anggota (kesamaan mutlak) dan tidak dapat dihilangkan dari seorang anggota

selama keanggotaannya. Biasanya hak dan kewajiban ini secara langsung

dihubungkan dengan pribadi anggota, misalnya hak dan kewajiban itu tidak

dapat diwariskan kepada orang lain, tidak dapat dipindahkan kepada orang lain,

dan tidak dapat dilaksanakan secara wakil. Hak dan kewajiban ini timbul hanya

antara anggota dan koperasi, tidak antar sesama anggota.


11

a. Hak-hak perorangan

Hak-hak perorangan anggota koperasi adalah sebagai berikut:

1) Hak untuk menghadiri rapat dan mengajukan usul;

2) Hak untuk memberi suara;

3) Hak untuk memilih pengurus dan untuk dipilih;

4) Hak untuk memanfaatkan fasilitas koperasi;

5) Hak untuk diberi tahu mengenai sesuatu hal yang berkenaan dengan

koperasi;

6) Hak untuk melindungi kelompom minoritas, baik diberikan kepada

anggota sendiri ataupun kepada anggota atau beberapa anggota tertentu

yang bertindak bersama, misalnya hak untuk mengundang rapat umum

istimewa, hak untuk meminta hal-hal tertentu supaya dicantumkan dalam

agenda rapat umum, hak untuk melakukan/mengunjungi suatu tanya

jawab/penyelidikan, hak untuk memohon pertimbangan terhadap

keputusan yang diambil dengan suara mayoritas dalam hal-hal tertentu;

7) Hak untuk mengundurkan diri dari perhimpunan. Hak semua anggota

untuk diperlakukan sama, juga termasuk dalam kategori ini.

b. Kewajiban perorangan

Kewajiban perorangan yang utama daripada anggota ialah:

1) Kewajiban ikut serta secara perorangan dalam usaha bersama supaya

tercapai tujuan bersama. Ketaatan terhadap kewajiban ini adalah yang

terpenting bagi berfungsinya koperasi sebagai perhimpunan yang

berdikari. Dari kewajiban ini timbul kewajiban perorangan lainnya.


12

2) Kewajiban untuk setia kepada koperasi. pekerjaan koperasi didasarkan

atas saling mempercayai dan kerjasama semua anggota. Setiap anggota

wajib setia kepada koperasinya. Peranan rangkap anggota sebagai

pemilik bersama dan nasabah badan usaha bersama harus ditempatkan di

atas kepentingan individual. Jika tujuan jangka panjang koperasi itu akan

dicapai. Kesetiaan anggota terhadap koperasi hanya dapat diharapkan,

apabila kewajiban keanggotaan itu didasarkan atas prinsip sukarela.

Untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan

mementingkan dirinya pribadi, maka dalam UU Perkoperasian diatur

ketentuan yang memberi batasan-batasan terhadap tindakan-tindakan

anggota koperasi, khususnya pada Pasal 20 nya yang mengatur tentang

kewajiban dan hak setiap anggota koperasi. pelaksanaan dari kewajiban dan

hak oleh setiap anggota koperasi tersebut, akan menimbulkan tanggung

jawab bagi masing-masing anggota.

Adapun kewajiban dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di

dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UU Perkoperasian, dapat disimpulan

sebagai berikut:

1) Mematuhi Anggaran Dasar koperasi.

2) Mematuhi Anggaran Rumah Tangga koperasi.

3) Mematuhi hasil keputusan-keputusan Rapat Anggota Koperasi.

4) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.


13

5) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaan.

6) Menghadiri Rapat Anggota dan ambil bagian secara aktif dalam rapat

tersebut.

7) Memanfaatkan fasilitas-fasilitas usaha koperasi.

8) Berlaku jujur dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat

merugikan koperasi.

9) Bertanggung jawab dalam hutang-hutang koperasi.

Sedangkan hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam

ketentuan Pasal 20 ayat (2) UU Perkoperasian, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Hadir dalam Rapat Anggota.

2) Menyatakan pendapat di dalam Rapat Anggota.

3) Memberikan suara di dalam Rapat Anggota.

4) Memilih dan atau dipilih dalam kepengurusan (sebagai pengurus atau

sebagai pengawas).

5) Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

anggaran dasar.

6) Mengemukakan pendapat dan atau saran kepada pengurus di luar Rapat

Anggota, baik diminta maupun tidak.

7) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara

sesama anggota dalam koperasi.


14

8) Mendapatkan keuntungan atau sisa hasil usaha.

9) Menerima pengembalian uang simpanan sebagai anggota.

10) Menerima bonus dan atau bunga atas modal saham, obligasi, dan

sebagainya.

11) Menerima kembali modal saham, obligasi jika anggota tersebut

mengundurkan diri sebagai anggota atau koperasi tersebut bubar.

12) Mengundurkan diri sebagai anggota koperasi.

13) Mengawasi jalannya organisasi koperasi.

14) Mendapat keterangan-keterangan tentang perkembangan dari koperasi.

Didahulukannya unsur kewajiban dari hak anggota koperasi, secara

sepintas terlihat tidak ada artinya. Namun, jika hal tersebut dikaji lebih

mendalam, pengaturan yang demikian itu mengandung makna bahwa anggota

koperasi harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan

kewajiban-kewajibannya, setelah kewajibannya tersebut dilaksanakan barulah

kemudian mereka boleh menuntut haknya sebagai anggota koperasi. jadi

anggota koperasi Indonesia harus mengutamakan pelaksanaan kewajibannya

terhadap koperasi terlebih dulu, barulah kemudian boleh menuntut haknya

sebagai anggota. Hal ini sebetulnya adalah merupakan cerminan dari koperasi

Indonesia yang berciri khas kekeluargaan, sehingga tidak sepantasnya bila

setiap anggota koperasi menuntut haknya terlebih dahulu sebelum mereka

menunaikan kewajiban-kewajibannya terlebih dahulu.


15

4. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Koperasi di Indonesia muncul pada zaman penjajahan Belanda dan

berkembang pada masa pendudukan Jepang, masa orde lama, masa orde

baru, hingga saat ini. Koperasi simpan pinjam pada masa penjajahan

Belanda di Indonesia digagas atau dibentuk oleh Raden Aria Wiriaatmadja,

seorang patih di Purwokerto. Ia mewujudkan gagasannya dengan mendirikan

bank khusus bernama “Bank Penolongan dan Tabungan”. Bank khusus ini

didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 1896. Inilah yang menjadi cikal

bakal perkembangan koperasi di Indonesia.8

Bank khusus menekankan pada usaha simpan pinjam. Tujuan

pembentukan bank khusus ini adalah menolong rakyat kecil agar para

pegawai, pedagang kecil, dan petani terlepas dari jeratan rentenir. Dalam

mengelola usahanya, Raden Aria Wiraatmadja menggunakan uang sendiri.

Koperasi yang digagas Raden Aria Wiraatmadja kemudian

dilanjutkan oleh De Wolf Van Westerrode, asisten Residen Purwokerto. De

Wolf mengembangkan koperasi sesuai dengan prinsip koperasi ala Eropa. Ia

menerapkan sistem kerja “wolksbank” ala Raiffeisen. Selain itu, De Wolf

mempelajari “Schulze-Delitzch”, yaitu koperasi simpan pinjam (KSP) bagi

kaum buruh kota. Dengan menggabungkan kedua sistem tersebut, KSP di

Indonesia berkembang hingga tahap model KSP lumbung. Modal koperasi

ini berasal dari zakat orang Islam.

8
Westriningsih, Mengupas Tuntas Koperasi Simpan Pinjam, (Yogyakarta: CV Kompetensi
Terapan Sinergi Pustaka, 2016). Hal. 5
16

Lalu koperasi simpan pinjam di Indonesia pada masa pendudukan

Jepang tidak memiliki kebebasan untuk berkembang. Bahkan, koperasi

“dihancurkan” oleh Jepang. Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1942. Dalam Undang-Undang tersebut

disebutkan bahwa untuk mendirikan perkumpulan dan mengadakan rapat

harus seizin residen.9

Koperasi simpan pinjam di Indonesia pada masa Orde Baru

berkembang pesat setelah kemerdekaan karena mendapat dukungan

pemerintah Indonesia, terutama Drs. Moh. Hatta selaku wakil presiden. Pada

akhir 1946 Jawatan Koperasi melakukan pendaftaran koperasi. saat itu

tercatat sebanyak 2.500 unit koperasi tersebar di seluruh Indonesia.

KSP di Indonesia semakin berkembang pada awal 1950 berkat para

sukarelawan melalui pembentukan usaha simpan pinjam yang sesuai prinsip

Raiffeisien. Pada 1955-1959 pemerintah mengembangkan koperasi kredit

berdasarkan sistem Raiffeisien.

Pada awal pemerintahan orde baru, perekonomian Indonesia

bersifat stabil. Para penggerak ekonomi masyarakat mulai mengembangkan

koperasi kredit. Kemudian, mereka menghubungi Dewan Dunia Koperasi

Kredit (World Council of Credit Unions/WOCCU) untuk mengajukan kerja

sama di bidang koperasi kredit. Badan ini memberikan respons positif yang

9
Ibid,
17

ditunjukkan dengan mengirimkan tenaga ahli ke Indonesia, yaitu Mr. A.A.

Baily untuk mengembangkan Credit Union.10

Pada 1981 berlangsung Konferensi Nasional Koperasi Kredit

Indonesia. Dalam konferensi tersebut dibentuk organisasi baru dengan nama

“Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I)”. Selain itu, pada

konferensi berlangsung pergantian nama dan sifat organisasi. Biro

Konsultasi Koperasi Kredit (BK3) atau Credit Union Counselling Office

(CUCO) diubah menjadi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia

(BK3I) atau Credit Union Coordination of Indonesia (CUCO Indonesia).

Koperasi simpan pinjam di Indonesia pada masa Reformasi ditandai

dengan krisis moneter pada 1997. Akhirnya, pada 2001 dibentuk Badan

Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah

(BPS-KPKM) untuk memulihkan perkoperasian di Indonesia. Selain itu,

dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 mengenai

Kementerian Koperasi dan UKM.

Koperasi secara etimologi berasal dari kata “cooperation” dari

bahasa Inggris yang berarti kerjasama. Adapun secara terminologi

sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, koperasi

berarti “Perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para

anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan murah

(tidak bermaksud mencari keuntungan).11 akan tetapi tidak semua bentuk

10
Ibid, Hal. 6
11
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontempore, Cet ke., (Jakarta: Kencana, 2016). Hal. 247
18

usaha bersama disebut koperasi. Bisa saja tiga atau empat orang yang

mengangkat barang yang berat bekerja bersama akan tetapi tidak bisa

disebut koperasi.

Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang

dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap

dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan

ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka.12

Tidak semua kerja sama dapat disebut sebagai koperasi, misalnya

gotong royong, arisan, kampanyon dagang, bahkan Undang-Undang

koperasi Indonesia melarang suatu perkumpulan dengan menggunakan nama

koperasi bilamana tidak mendapat pengesahan sebagai bahan hukum

koperasi.

Pada koperasi keluar masuknya anggota adalah bebas.

Keistimewaannya sebagai suatu perkumpulan terletak pada tujuan pokoknya,

yaitu bahwa koperasi mengutamakan penyelenggarakan kepentingan

anggota dalam keputusan sehari-hari.

Keistimewaan lain yang berhubungan dengan keanggotaannya

adalah kedudukan anggota itu. Disatu pihak anggota-anggota itu merupakan

pengusaha dilain pihak hubungan anggota dengan perkumpulan bersifat

hubungan dagang.

12
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945, Cet. Ke-5,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Hal.1.
19

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 Pasal 3

menyatakan bahwa: “Koperasi Indonesia adalah organisasi rakyat yang

berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum

koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan”.13

Pengertian koperasi Indonesia secara yuridis dapat dilihat pada

Undang-Undang diatas yang menekankan pada pengertian koperasi sebagai

organisasi ekonomi, yang berwatak sosial, dan dikelola berdasarkan

kekeluargaan. Dari pengertian tersebut di atas sudah jelas bahwa koperasi

seharusnya menjadikan anggotanya sebagai kekuatan (inti). Jadi anggotalah

yang berperan serta secara aktif kegiatan koperasi.14

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pengertian koperasi

disebutkan sebagai “perkumpulan yang berusaha di lapangan ekonomi, tetapi

tidak bermaksud mencari keuntungan.”15

Adapun yang dimaksud tidak mencari keuntungan disini, mereka

bekerja berdasarkan semangat kekeluargaan, tidak mementingkan untung

dan rugi bagi dirinya sendiri, melainkan bekerja demi kesejahteraan

bersama. Apa yang dikejar dalam koperasi adalah tidak hanya kesejahteraan

ekonomi, namun kesejahteraan sosial. Kesejahteraan ekonomi berarti

koperasi berkewajiban melayani kebutuhan anggotanya dengan harga yang

13
Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, Teori & Praktek, Cet. Ke-1
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), Hal. 40.
14
Ign Sukamdiyo, Manajemen Koperasi, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 5
15
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: P.H Balai Pustaka, 1976).
Hal.522
20

relatif lebih murah. Apabila dalam usaha itu mendapat keuntungan secara

adil sesuai dengan kadar kerjanya. Adapun kesejahteraan sosial yang

dimaksudkan dalam koperasi adalah semua anggota mempunyai hak dan

kewajiban yang sama (equal treatment) yang merupakan prinsip dasar dalam

demokrasi.

Perlakuan sama inilah yang akan menciptakan suasana

kekeluargaan, yang akan saling mengingatkan satu sama lainnya, karena

semua anggota merupakan pasar sekaligus pemilik dari koperasi, sense of

belonging dan sense of responsibility (rasa saling memiliki dan tanggung

jawab) akan senantiasa melekat pada diri anggota.

Koperasi sebagai suatu usaha bersama, harus mencerminkan

ketentuan-ketentuan seperti lazimnya suatu kehidupan keluarga. Di dalam

suatu keluarga nampak bahwa segala sesuatu yang dikerjakan secara

bersama-sama adalah ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota

keluarga.16

Jadi koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang secara

bersama-sama bergotong royong, bekerja untuk mewujudkan kepentingan

ekonomi mereka dan kepentingan msayarakat di sekitarnya. Dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan msyarakat pada

umumnya, koperasi memiliki peran yaitu:

16
Sutantya R. Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), Hal. 38
21

1) Mempersatukan, mengerahkan, membina dan mengembangkan potensi,

daya kreasi dan daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan

mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang

merata.

2) Mempertinggi taraf kehidupan dan tingkat kecerdasan rakyat.

3) Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.17

Fungsi koperasi simpan pinjam di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan potensi anggota dalam rangka meningkatkan taraf

hidupnya.

2) Memperluas pengetahuan anggota tentang perkoperasian.

3) Mewujudkan kehidupan anggota yang adil dan makmur, serta

meningkatkan jiwa sosial sesuai asas Pancasila.

4) Menguatkan anggota dalam perekonomian nasional.

5) Melindungi dan mempertahankan perekonomian anggota.

6) Menumbuhkan sikap kerja keras anggota.18

b. Dasar Hukum Koperasi

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

2) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1)

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan”. Dan penjelasannya berbunyi: “Dasar ekonomi,

17
Sagimun MD, Koperasi Soko Guru Ekonomi Nasional Indonesia, (Jakarta: Haji Masagung,
1989), hal.15
18
Westriningsih, Mengupas Tuntas Koperasi Simpan Pinjam, (Yogyakarta: CV Kompetensi
Terapan Sinergi Pustaka, 2016), Hal. 7
22

produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau

pemilikan anggota masyarakat”.19

3) Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan tentang persyaratan dan tata cara pengesahan akta

pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi sesuai Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 01/Per/M.KUKM/l/2006

Tanggal 9 Januari 2006.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha

Simpan Pinjam oleh Koperasi.

5) Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor

15/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang perubahan Atas Peraturan Menteri

Negara Koperasi dan UKM Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.

6) Pasal 33 ayat 4

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Penjelasan pasal diatas menerangkan kepada kita bahwa

kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran

19
Departemen Kehakiman RI, Pokok-Pokok Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Cet. Ke-13.
(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Hal.34
23

orang-seorang, sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan.

Kekayaan Indonesia yang terkandung di dalamnya adalah karunia

Tuhan yang Maha Esa kepada rakyat Indonesia. Kekayaan alam itu

harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat baik

materil maupun spiritual. Kekayaan alam itu harus dimanfaatkan oleh

rakyat Indonesia dengan menyelenggarakan susunan ekonomi atas asas

kekeluargaan dan kegotong-royongan. Bangun yang sesuai dengan ini

ialah koperasi.

Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Koperasi Nomor 25

Tahun 1992: “koperasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 serta berdasarkan atas asas kekeluargaan.”

Selain dasar hukum tersebut, pengelolaan usaha koperasi simpan

pinjam dilakukan berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga. Anggaran dasar adalah aturan tentang pengelolaan kehidupan

organisasi koperasi dan hubungan antara koperasi dan anggota dalam

rangka menyelenggarakan organisasi yang tertib. Anggaran rumah

tangga diartikan sebagai aturan yang memuat tata tertib dan tata laksana

kegiatan koperasi.20

20
Westriningsih, Koperasi Simpan Pinjam, (Yogyakarta: CV Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka,
2016), hal. 8
24

c. Dasar Koperasi dalam Islam

Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, kata koperasi sangat sulit

ditemukan, apalagi jika merujuk literatur-literatur klasik. Namun secara

terminologi ada sebuah akad yang mirip terminologi koperasi. Akad tersebut

dalam khazanah fiqh disebut dengan syirkah atau musyarakah. Akad syirkah

dipraktikkan dari zaman Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa sallam sampai

sekarang.

Secara etimologi, al-syirkah berarti percampuran (ikhtilat), yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.

Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi al-syirkah yang

dikemukakan oleh para ulama fiqih. Pertama dikemukakan oleh ulama

Malikiyah. Menurut mereka syirkah adalah suatu keizinan untuk bertindak

secara hukum bagi dua orang yang bekerja sama terhadap harta mereka.

Kedua, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah, syirkah adalah

akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja sama dalam modal dan

keuntungan.21

Pekerjaan yang disepakati tidak mengharuskan seluruh modal

berasal dari kontribusi semua pihak yang terlibat. Keterlibatan para pihak

dalam suatu kerjasama dalam perdagangan selain modal dapat juga berupa

tenaga atau keahlian sehingga kombinasi keluarnya menjadi pengikat dalam

kerjasama.

21
Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. Ke-1 (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), Hal.165
25

Sebagian ulama menyebut koperasi dengan syirkah ta‟awuniyah

(pesekutuan tolong menolong) yaitu suatu perjanjian kerjasama antara dua

orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan

pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing menurut perjanjian.

Maka dalam koperasi terdapat unsur mudharabah karena satu pihak

memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.

Menurut Masjfuk Zuhdi, yang dimaksud dengan koperasi adalah

suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau

badan hukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar suka rela secara

kekeluargaan.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa koperasi sama dengan syirkah

ta‟awuniyah (perseroan tolong menolong) yaitu suatu perjanjian kerjasama

antara dua orang atau lebih, yaitu satu pihak menyediakan modal usaha

sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar membagi keuntungan

sesuai perjanjian. Dalam koperasi terdapat unsur mudharabah karena satu

pihak memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.22

Mahmud Syaltut berpendapat bahwa di dalam syirkah ta‟awuniyah

tidak ada unsur mudharabah yang dirumuskan oleh para fuqaha (satu pihak

pemilik modal dan pihak lain berusaha atas modal tersebut sebab koperasi

yang ada di Mesir modal usahanya berasal dari anggota pemegang saham

dan usaha koperasi dikelola oleh pengurus dan karyawan yang dibayar oleh
22
http://Saktirangkuti.blogspot.com/2013/02/Koperasi_Dalam_Pandangan_Islam_html
26

koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing. Apabila

pemegang saham turut serta mengelola koperasi itu, dia berhak mendapat

upah sesuai dengan kedudukan dan sistem perjanjian yang berlaku.23

Menurut Mahmud Syaltut syirkah ta‟awuniyah merupakan syirkah

baru yang belum dikenal oleh para fuqaha terdahulu akan tetapi syirkah ini

diciptakan oleh para ahli ekonomi, yang banyak sekali manfaatnya yaitu

memberikan kepada para anggota, memberikan lapangan pekerjaan kepada

karyawan, memberikan bantuan keuangan dan lain sebagainya. Sehingga

dengan demikian dalam syirkah ini tidak ada unsur kedzaliman dan

pemerasan dari orang kaya terhadap orang miskin. Berdasarkan pengertian

yang ada maka menurut Mahmud Syaltut syirkah ta‟awuniyah dapat

dibenarkan dalam Islam.

Syirkah secara etimologis mempunyai arti pencampuran (ikhtilath),

yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa

dapat dibedakan dari keduanya. Secara terminologis, menurut kompilasi

hukum ekonomi syariah, syirkah (musyarakah) adalah kerja sama antara dua

orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan

dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.24

Berkaitan dengan syirkah yang menjadi landasan hukumnya adalah

ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadist Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam. Dalam

al-Qur‟an kata-kata syirkah ditemukan dalam 168 ayat yang kesemuanya

23
Mahmud Syaltut, Fatwa-Fatwa Penting, (Jakarta: Terjemahan Bulan Bintang, 2006). Hal.348
24
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Cet. Ke-2 (Jakarta:Kencana, 2013), hal.220
27

bermaksud berkumpul atau mengumpulkan. Dalam artian teologis maka

maknanya dapat menjadi syirkah yaitu menyekutukan Allah sedangkan

sedangkan dalam hubungan manusia merupakan bentuk kerja sama yang

dikenal dalam syariat dan didasarkan kepada al-Qur‟an dan hadist.

Rukun akad syirkah menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul

sedangkan jumhur ulama selain Hanafi menyatalan shigat, akad, mahal akad

dan para pihak (lebih banyak). Menurut Wahbah Zuhaily, secara umum

ketentuan akad berlaku dalam akad syirkah, tetapi terdapat beberapa

perbedaan seperti ungkapan ijab dan qabul dilakukan oleh pihak yang

menjadi wakil kepada para pihak yang saling bersyirkah. Sedangkan lainnya

adalah para pihak harus bertemu dalam majlis akad karena akad syirkah

melibatkan banyak pihak. Berkenaan dengan mahal akad maka disyaratkan

sebagai berikut: pembagian keuntungan yang jelas, modal harus tunai, modal

berbentuk uang.

Secara garis besar syirkah terbagi menjadi 2 macam. Yaitu, syirkah

Al-Amlak dan syirkah Al-„Uqud.

Terdapat dua bentuk akad syirkah Al-Amlak; syirkah Ikhtiyariyah

dan syirkah Jabariyah.

1) Syirkah Ikhtiyariyah

Syirkah Ikhtiyariyah yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama

yang timbul karena perbuatan orang-orang yang berserikat. Contoh A

dan B membeli sebidang tanah, atau dihibahi atau diwasiati sebuah

rumah oleh orang lain, dan keduanya (A dan B) menerima hibah atau
28

wasiat tersebut. Dalam contoh ini pembeli yaitu A dan B, orang yang

dihibahi, dan orang yang diberi wasiat (A dan B) bersama-sama

memiliki tanah atau rumah tersebut, secara sukarela tanpa paksaan dari

pihak lain.

2) Syirkah Jabariyah

Syirkah Jabariyah yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang

timbul bukan karena perbuatan orang-orang yang berserikat, melainkan

harus terpaksa diterima oleh mereka. Contohnya, A dan B menerima

warisan sebuah rumah. Dalam contoh ini rumah tersebut dimiliki

bersama oleh A dan B secara otomatis (paksa), dan keduanya tidak bisa

menolak.

Hukum kedua syirkah ini adalah bahwa masing-masing orang yang

berserikat seolah-olah orang lain dalam bagian teman serikatnya. Ia tidak

boleh melakukan tasarruf terhadap barang yang menjadi bagian temannya

tanpa izin temannya itu, karena meskipun mereka bersama-sama menjadi

pemilik atas barang tersebut, namun masing-masing anggota serikat tidak

memiliki kekuasaan atas barang yang menjadi bagian temannya.25

Sedangkan Syirkah Al-„Uqud memiliki 4 bentuk, yaitu; „inan,

mufawadhah, abdan dan wujuh. Hanya satu bentuk akad yang disepakati

25
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 345
29

para ulama selebihnya mereka berbeda, berikut beberapa penjelasan dari

bentuk syirkah yang dimaksud:26

1) Syirkah al-„inan

Syirkah al-„inan adalah kerjasama antara para pihak dalam sebuah

kerja dengan dana dan partisipasi kerja dilakukan secara bersama walau

porsi kepemilikan dana dan kerja berbeda diantara masing-masing pihak.

Para ulama mazhab sepakat tentang legalnya bentuk syirkah „inan

ini akan tetapi perbedaan diantara mereka hanya pada bentuk permodalan

yang diberikan untuk kerjasama tersebut harus jelas pembagiannya serta

tanggung jawab atas kerugian bila harus terjadi, dan bagaimana kerugian

dibagi sekiranya hal tersebut terjadi. Kesepakatan tersebut terlebih

dahulu harus dibicarakan diawal perjanjian kerjasama, paling tidak

setelah porsi modal disepakati dan jumlah kerugian secara jelas

dibicarakan.

Dalam mazhab Hanafiyah dikenal beberapa persyaratan yang

perlu dipertegaskan dalam melalukan akad tersebut antara lain:

a) Rasio pembagian keuntungan harus secara jelas dinyatakan karena

tujuan kerjasama adalah untuk meraih keuntungan dan mambaginya

sesuai kesepakatan.

b) Bentuk pembagian keuntungan juga harus dinyatakan secara jelas

karena belum ada ketentuan secara nyata bahwa keuntungan tersebut

26
Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah (Sejarah, Hukum dan Perkembangannya), (Banda Aceh; Pen A,
2014), hal 98
30

tidak saja berbentuk uang terkadang berbentuk barang baik bergerak

atau tidak karena itu sekira keuntungan yang diperoleh bukan berupa

uang maka harus dinyatakan dalam perjanjian tersebut.

Berkaitan dengan keuntungan diatas, mazhab ini memberikan

beberapa persyaratan yang patut untuk diperhatikan adalah adanya asas

proporsionalitas artinya pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan

modal yang dimiliki karena itu pembagian keuntungan menjadi tidak sah

apabila dilakukan menyalahi asas tersebut karena hal itu telah

bertentangan dengan apa yang digariskan syariat. Namun dalam banyak

syarikat terkadang ditemukan pola kerja yang berbeda walau modal sama

kadang satu pihak lebih “berkeringat” maka bagian untuk pekerjaan itu

dikeluarkan/selesaikan terlebih dahulu maka baru dibagi keuntungan,

karena pekerjaan masuk kategori biaya yang harus dikeluarkan.27

Pandangan ini sejalan dengan mazhab Maliki seperti ungkapan

syirkah tidak sah melainkan harus dengan pola proporsional dalam

modal. Demikian juga pandangan Imam Syafi‟i akan tetapi mazhab

Hambali sejalan dengan mazhab Hanafi dalam hal ini tidak menetapkan

jumlah modal harus sama bagi mereka hanya menetapkan bahwa modal

itu harus ada dan jelas sesuai dengan kesanggupan masing-masing pihak.

Disamping itu, berikut beberapa persyaratan yang perlu

diperhatian dalam syirkah „inan antara lain:

27
Ibid, Hal. 99
31

Pertama, akad syirkah tidak mengharuskan modal antara para pihak

sama dengan demikian juga keuntungan dapat saja berbeda sesuai

dengan kesepakatan para pihak.

Kedua, syirkah ini tidak mengenal istilah salah satu pihak menjadi

penjamin bagi pihak yang lain. Dalam syirkah ini hanya dikenal istilah

wakalah di mana salah satu menjadi wakil kepada pihak yang lain.

Ketiga, jika seseorang berutang maka utang itu harus dibayarnya sendiri

bukan ditanggung oleh pihak lain karena dalam akad model ini hanya

dikenal istilah wakil bukan kafil.

2) Syirkah mufawadhah

Syirkah mufawadhah diartikan dengan persyarikatan dua orang

atau lebih pada suatu objek, dengan syarat masing-masing pihak

memasukkan modal yang sama jumlahnya, serta melakukan tindakan

hukum (kerja) yang sama, sehingga masing-masing pihak dapat

bertindak hukum atas nama orang yang bersyarikat tersebut.28

Para ulama mazhab dalam memandang jenis syirkah ini berbeda

dan secara umum mereka cenderung tidak menyetujuinya. Perbedaan ini

disebabkan kemungkinan wujudnya suatu kedzaliman, akan tetapi

mazhab Hanafi berpandangan dalam syirkah terjadi suatu ikatan yang

baik antara para pihak dan berlangsung secara terbuka, jadi menurut

mereka kecil kemungkinan terjadi kecurangan.

28
Ibid, Hal.100
32

Al-Syarakhsyi, ulama mazhab Hanafi memberikan pengertian

syirkah al-mufawadhah dengan tiga pendekatan: pertama, al-

mufawadhah adalah bermakna tafwid yaitu delegasi, karena itu dalam

syirkah timbul pendelegasian kerja; kedua, al-mufawadah bermakna

intisyar yang artinya menyebar, disini nampak bahwa al-mufawadhah

merupakan syirkah yang menyebar antara para pihak yang terlibat karena

bercampurnya harta atau tenaga mereka; ketiga, al-mufawadhah

bermakna musawah, yaitu berarti persamaan di mana seluruh pekerjaan

dibagi sama dan keuntungan serta kerugian juga dibagi sama.

Selanjutnya, dalam syirkah al-mufawadhah operasionalisasi dari

konsep wakalah dan kafalah berlaku secara sempurna dalam pandangan

mazhab Hanafi karena itu, dalam suatu syirkah pihak lain secara

otomatis menjadi wakil dan penjamin dalam mengerjakan sesuatu untuk

itu tindakan yang dilakukan adalah atas nama para pihak dalam

perkongsian tersebut. Hal ini berbeda dengan syirkah „inan misalnya

yang hanya memfungsikan wakalah bukan kafalah.

Untuk itu mazhab Hanafi memberikan persyaratan terhadap

berlakunya syirkah al-mufawadhah ini, antara lain:

a) Sama dan sederajat dalam modal, keuntungan dan kerja, bahkan

mereka menyatakan kapasitas hukum para pihak dan agama harus

sama.

b) Operasional dari al-mufawadhah berjalan sesuai dengan pandangan

para pihak, kondisi ini berarti mufawadhah boleh berlaku dalam


33

bentuk perdagangan umum. Para pihak menjadi wakil dan kafil bagi

anggota lain syirkah tersebut.

c) Sesuai dengan agama, kegiatan yang dilakukan dalam syirkah

tersebut adalah sesuatu yang halal atau yang dibolehkan agama.

d) Timbal balik, akad kerjasama tentu harus dilakukan secara timbal

balik karena hal ini merupakan inti kebersamaan dalam berusaha,

akad ini dapat dilakukan karena pembayaran dalam bentuk tunai,

para pihak terlibat semua dalam kegiatan usaha, hutang akibat

tindakan dalam suatu usaha menjadi utang bersama.

Melihat persyaratan al-mufawadhah di atas menunjukkan bahwa

syirkah tersebut sebagaimana pandangan mazhab Hanafi dapat berjalan

tanpa harus bergeser dari makna dasarnya dan keterlibatan mutlaq para

pihak harus wujud. Menurut mazhab Maliki mustahil bagi para pihak

bekerja secara bersama dalam porsi yang sama karena itu pembagian

keuntungan atau penanggungan beban kerugian akan tidak sama antar

para pihak dan akibatnya tentu akan menimbulkan efek negatif dari

kebersamaan dalam berusaha.

Ukuran yang pasti akibat keterlibatan mutlak para pihak dalam

akad menjadi suatu keharusan bagi mazhab Hanafi merupakan suatu

kesulitan bagi mazhab lainnya untuk ikut mendukung pandangan mazhab

Hanafi tentang syirkah mufawadhah tersebut, walaupun mereka

menggunakan hadits sebagai dalil pendapatnya.


34

3) Syirkah Abdan

Syirkah Abdan adalah kesepakatan untuk kerjasama dari dua orang

yang seprofesi untuk menerima pekerjaan dan mengerjakannya secara

bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut.29

Legalitas syirkah ini juga diperselisihkan oleh para ulama mazhab,

menurut mazhab Maliki, Hanafi, Hambali hukumnya boleh karena

mencari keuntungan dengan modal kerja bersama merupakan sesuatu

yang diperintahkan dan hal tersebut merupakan tujuan dari suatu usaha.

Dalam hal ini, mereka mengajukan suatu syarat yaitu pekerjaan yang

dilakukan adalah masih sejenis seperti memperbaiki komputer, salah satu

pihak memperbaiki komputer, salah satu pihak memperbaiki komputer,

salah satu pihak memperbaiki bagian CPO atau yang lainnya

memperbaiki bagian layar atau printer.

Sedangkan bagi mazhab Syafi‟i dan Zufar bin Huzail, salah satu

seorang tokok/ulama mazhab Hanafi, menolak keabsahan syirkah ini

karena objeknya tidak jelas karena menurut mereka objek suatu akad

adalah harta bukan kerja karena itu bagi mereka akad ini tidak sah atau

tidak boleh.

4) Syirkah Wujuh

Syirkah wujuh yaitu kesepakatan dua orang untuk mengambil

kredit berupa pembelian barang dan barang tersebut diolah kemudian

dijual, dimana dilakukan oleh dua orang yang mempunyai kesamaan

29
Ibid, hal. 104
35

dalam keahlian dimana keuntungan dan kerugian barang tersebut

ditanggung secara bersama.30

Legalitas syirkah ini juga masih diperselisihkan oleh para ulama,

bagi mazhab Hanafi dan Hanabilah, jenis syirkah ini boleh untuk

dilakukan karena para pihak bertindak sebagai wakil dari pihak yang lain

untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud, sedangkan menurut mazhab

Maliki dan Syafi‟i, hal ini tidak boleh karena objek persyarikatan adalah

harta atau kerja sedangkan dalam syirkah wujuh hal tersebut tidak jelas,

karena siapa yang memberikan pekerjaan dan dalam bentuk apa masih

wajar untuk dipertanyakan karena itu bagi mereka objek syirkah ini

adalah ma‟dum artinya sesuatu yang tidak jelas dan dilarang oleh syara‟.

Selanjutnya kalangan ulama mazhab Hanafi dan Hanabilah

mengkritik pandangan ulama mazhab Syafi‟i tentang pendapat mereka

bahwa objek akad syirkah wujuh mengandung gharar atau ketidak

pastian. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya pemahaman kalangan

Syafi‟i terhadap sharing keahlian yang terjadi karena menurut mereka hal

tersebut tidak berujung kepada kepemilikan bersama melainkan akan

berujung pada kepemilikan yang bersifat pribadi.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam jenis syirkah ini

adalah; pertama, akadnya adalah akad timbal balik dimana pihak yang

berkerja menjadi penjamin dan wakil secara bersamaan. Bila salah satu

pihak berkerja dan rugi berarti pihak lain juga ikut bertanggung jawab.

30
Ibid, Hal. 105
36

Kedua, menetapkan keuntungan yang akan diperoleh, pembagian

keuntungan tersebut dapat dibagi secara tidak sama mengikut

kesepakatan atau dikarenakan pekerjaan tersebut berlainan dalam

tingkatannya, baik keahlian atau hal lainnya.

Mungkin penting untuk dicatat bahwa persyaratan akad syirkah

diatas sebagaimana ditemukan adanya perbedaan para ulama untuk kasus

tertentu, tidak lagi menjadi bagian penting dalam persyaratan akad

syirkah dalam konteks modern. Kerjasama yang melibatkan non-muslim

tentu tidak dapat dihindari dalam suatu usaha, disamping itu, segmen

pasar yang luas akan menghendaki kerjasama tidak lagi tertutup hanya

karena faktor agama.

Adapun yang menjadi syarat syirkah menurut kesepakatan para

ulama, yaitu:

1) Dua pihak yang melakukan transaksi mempunyai

kecakapan/keahlian untuk mewakilkan dn menerima perwakilan.

Demikian ini dapat terwujud bila seseorang berstatus merdeka,

baligh, dan pandai (rasyid). Hal ini karena masing-masing dari dua

pihak itu posisinya sebagai mitra jika ditinjau dari segi adilnya

sehingga ia menjadi wakil mitranya dalam membelanjakan harta,

2) Modal syirkah diketahui

3) Modal syirkah ada pada saat transaksi


37

4) Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berlaku,

seperti setengan, dan lain sebagainya.31

Dalam Islam syirkah bentuk koperasi dibolehkan, karena

koperasi termasuk dalam syirkah ta‟awuniyah. Para ulama fiqih

mendasarkan hal tersebut pada firman Allah;

‫ط‬
ٍ ْ‫عهَٰٗ َثع‬
َ ‫خَهطَبءِ نَيَجْغِي َثعْعُُٓ ْى‬
ُ ْ‫ٍ ان‬
َ ِ‫ٌِ كَثِيشًا ي‬
َّ ‫َٔإ‬

ۗ ‫م يَب ُْ ْى‬
ٌ ‫د َٔ َقهِي‬
ِ ‫ع ًِهُٕا انصَّبنِحَب‬
َ َٔ ‫إِنَّب انَّزِيٍَ آيَُُٕا‬
Artinya; “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat dzalim kepada sebahagian
yang lain kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka itu.”32
Ayat diatas menjelaskan kebolehan berserikat atau bekerjasama

dalam hal kebaikan tentunya, seperti syirkah ta‟awuniyah yang secara

bahasa diartikan bekerja sama dalam tolong-menolong. Ini sesuai

dengan yang di syariatkan ayat tersebut di atas yaitu hanya orang yang

beriman dan beramal shalehlah yang mampu bekerjasama dalam

kebaikan tanpa mendzalimi pihak lain atau partner bisnisnya.

Disamping ayat diatas dijumpai pada sabda Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam yang membolehkan adanya akad syirkah.

Dalam sebuah hadist qudsy Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda;

31
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Cet. Ke-2 (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 220
32
Shaad (38) : 24
38

:‫عهَيْ ِّ َٔسَهّى‬
َ ‫صهّٗ اهلل‬
َ ‫ل اهلل‬
ُ ُٕ‫ قبلَ َسس‬:‫عٍَْ أَثي ُْشَيْشحَ سَظِيَ انهَّ ُّ عَُُّْ قبل‬

ُ‫خشَجْذ‬
َ ٌ
َ ‫ فَإرا خَب‬،َُّ‫ٍ يَب نَ ْى يَخٍُْ أَحَذُ ًَُْب صَبحِج‬
ِ ْ‫انششِ ْيكَي‬
َّ ‫ث‬ُ ِ‫ أََب ثَبن‬:ٗ‫"قَبلَ انهَّ ُّ رَعبن‬

‫ٍ ثَيْ ُِ ًَِٓب‬
ْ ِ‫"ي‬

Artinya: Dari Abu Hurairah Rhadiyallahu 'Anhu beliau berkata:


Rasulullah pernah bersabda Allah telah berfirman: “Aku
menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang
dari keduanya tidak mengkhianati yang lain. Bila salah seorang
berkhianat, maka Aku akan keluar dari kemitrausahaan
mereka”. (HR. Abu Daud)33
Atas dasar ayat dan hadist diatas pula para ulama fiqih

menyatakan bahwa akad syirkah (koperasi) mempunyai landasan yang

kuat dalam agama Islam.

Dari ketentuan-ketentuan hukum diatas baik dari segi hukum

positif ataupun hukum agama Islam, jelaslah sudah bahwa koperasi

boleh dilaksanakan karena sama sekali tidak bertentangan dengan

Islam, akan tetapi sesuai dengan peraturan pemerintahan dan peraturan

agama, bahkan koperasi banyak sekali memberikan manfaat bagi para

mayoritas kelas menengah ke bawah.

d. Tujuan Koperasi

Walaupun koperasi adalah suatu perkumpulan yang bergerak di

bidang ekonomi, namun tujuan utamanya bukanlah mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya. Koperasi Indonesia di negara pancasila juga tidak

33
http://elidakusumastuti.blogspot.com/2018/01/tafsir-ayat-hadis-tentang-syirkah.html
39

bertujuan untuk mengadakan persaingan, akan tetapi justru harus

mengadakan kerjasama dengan siapapun dan dengan pihak manapun juga.

Tujuan Koperasi tercantum dalam UU No.25 Tahun 1992 mengenai

Perkoperasian yaitu, untuk memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan

makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.34

a. Macam-Macam Koperasi

Macam-macam koperasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu;

1) Dari segi usaha, koperasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu;

a) Koperasi yang berusaha tunggal (single purpose)

Yaitu koperasi yang hanya menjalankan satu bidang usaha saja.

Misalnya koperasi yang hanya berusaha dalam bidang konsumsi,

kredit, atau bidang produksi.

b) Koperasi serba usaha (multi purpose)

Yaitu koperasi yang berusaha dalam berbagai bidang, seperti

koperasi yang melakukan pembelian dan penjualan.

2) Dari segi tujuan, koperasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu;

a) Koperasi produksi, yaitu koperasi yang mengurus pembuatan

barang-barang yang dihasilkan oleh para anggota koperasi.

34
Juanda, Fiqih Muamalah: Prinsip-Prinsip Praktis Bermu‟amalah Secara Syar‟i. Cet. Ke-2,( Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2018). Hal. 214
40

b) Koperasi konsumsi, yaitu koperasi yang mengurus pembelian

barang-barang untuk memenuhi kebutuhan anggotanya.

c) Koperasi kredit, yaitu koperasi yang memberikan pertolongan

kepada anggota-anggotanya yang membutuhkan modal.35

e. Peraturan Menteri Keuangan


Peraturan Menteri Keuangan No. 251/PMK 03/2008

Tentang:

Penghasilan atas jasa keuangan yang dilakukan oleh badan usaha yang

berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang tidak

dilakukan pemotongan pajak penghasilan Pasal 23.

Memutuskan :

Peraturan menteri keuangan tentang penghasilan atas jasa keuangan

yang dilakukan oleh badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman

dan/atau pembiayaan yang tidak dilakukan pemotongan pajak penghasilan

pasal 23

Pasal 1

(1) Atas penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan yang dibayarkan atau

terutang kepada badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman

dan/atau pembiayaan, tidak dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

35
Fuad Mohd. Fachruddin, Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi, (Bandung: PT.
Al-Ma‟arif, 1985), hal. 167
41

1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

(2) Penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah berupa bunga atau imbalan lain yang diberikan atas

penyaluran pinjaman dan atau pemberian pembiayaan, termasuk yang

menggunakan pembiayaan berbasis syariah.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan dari studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa

penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan, yaitu:

Pertama, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Operasional Koperasi

Simpan Pinjam di Koperasi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor

yang ditulis oleh Kamaludin mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah tahun 2008.

Skripsi tersebut menjelaskan tentang sistem operasional yang dijalankan pada

koperasi USP Darul Muttaqien serta perspektif hukum Islam terhadap sistem

operasional koperasi simpan pinjam Darul Muttaqien. Kedua hal tersebut

kemudian dianalisis berdasarkan hukum Islam dan hukum perdata. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa koperasi simpan pinjam Darul

Muttaqien ini salah satu usahanya adalah simpan pinjam, dengan jasa pinjaman

bersifat tetap perbulan sebesar 3%, diperuntukkan bagi masyarakat pondok dan

masyarakat sekitar pondok, jenis pinjaman yang diberikan hanya terbatas pada

pinjaman produktif, yaitu pinjaman yang digunakan untuk usaha bukan untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang sifatnya konsumtif. Praktek simpan


42

pinjam yang dijalankan oleh koperasi simpan pinjam Darul Muttaqien ini belum

sesuai dengan hukum Islam karena didalam prakteknya masih terdapat riba

nasiah yang diharamkan.36

Kedua, Sistem Simpan Pinjam Koperas Wanita “Enggal Maju” Menurut

Perspektif Ekonomi Islam di Kemang Manis Kecamatan Rengat Barat

Kabupaten Indragiri Hulu yang ditulis oleh Supatmi mahasiswi UIN Sulthan

Syarif Kasim Riau tahun 2012. Skripsi tersebut menjelaskan tentang sistem

simpan pinjam koperasi wanita “Enggal Maju” menurut perspektif Ekonomi

Islam. Hal tersebut kemudisn dianalisis menurut hukum Islam. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa koperasi di Dusun Kemang

Manis sudah baik, karena koperasi Wanita “Enggal Wanita” dapat memberikan

pinjaman kepada anggota untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk modal usaha.

Serta program yang dijalankan oleh Koperasi Wanita “Enggal Wanita”

mempunyai peran yang baik dalam membantu perekonomian anggota.37

Ketiga, Praktik Pinjaman di Koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani

Sidomakmur IV Desa Sidodadi Paiton Probolinggo dalam Perspektif Teori

Double Movement Fadzlur Rahman oleh Ach.Jalaluddin Ar-Rumi mahasiswa

UIN Maliki Malang. Skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana

pelaksanaan pinjaman di Koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani Sidomakmur IV

Desa Sidodadi Palton Probolinggo dan Tinjauan Teori Double Movement Fazlur
36
Kamaludin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Operasional Koperasi Simpan Pinjam di
Koperasi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2008
37
Supatmi, Sistem Simpan Pinjam Koperas Wanita “Enggal Maju” Menurut Perspektif Ekonomi
Islam di Kemang Manis Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. Skripsi Sarjana UIN Sulthan
Syarif Kasim Riau 2012
43

Rahman terhadap pinjaman di koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani Sidomakmur

IV Desa Sidodadi Paiton Probolinggo. Hal tersebut kemudian dianalisis oleh

penulis. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan

sistem pinjaman yang ada di Koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani Sidomakmur

IV, secara umum sistem peminjaman yang ada di koperasi Sinar Mulia sangat

mudah dan tidak dipersulit. Dan dalam tinjauan dari teori double movement

fadzlurrahman, yang merupakan anak yang terlahir dari keluarga yang

bermazhab hanafi yang cenderung menggunakan teori sebagai upaya

mendapatkan sebuah persoalan, termasuk juga dalam persoalan bunga,

memandang bahwa pengharaman riba tidak semata dipandang sebelah mata

dengan hanya menggunakan analisis tekstual melainkan harus juga dilihat dari

perspektif kontekstual dan historis turunnya ayat-ayat riba. Dengan

menggunakan rasio (hikmah) dalam memutuskan sebuah hukum, maka bunga

yang ada dalam pelaksanaan praktik pinjaman di koperasi Sinar Mulia Tani

Sidomakmur IV dinilai tidak memberatkan kepada peminjam, dan besaran bunga

masih dinilai wajar dan tidak mengeksploitasi masyarakat sehingga bunga

tersebut diperbolehkan, selama tidak ada unsur dzolim dan mendzolimi antar

sesama. Sehingga penetapan bunga dalam sistem pinjaman yang ada di Koperasi

Sinar Mulia Kelompok Tani Sidomakmur IV dapat diperbolehkan karena tidak

mengandung unsur eksploitasi bahkan membantu petani ketika memasuki musim

tanam.38

38
Ach. Jalaluddin Ar-Rumi.Praktik Pinjaman di Koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani
Sidomakmur IV Desa Sidodadi Paiton Probolinggo dalam Perspektif Teori Double Movement Fadzlur
44

Dari tinjauan penelitian terdahulu ternyata penelitian tentang proses

pencairan dana pinjaman koperasi ditinjau dari hukum Islam yang dilakukan

belum ada yang spesifik yang mengkajinya sehingga hasil penelitian terdahulu

belum terfokus pada mekanisme dan praktik pinjam meminjam uang ditinjau dari

hukum Islam, untuk itu penelitian ini diharapkan mampu mengisi kekosongan

tersebut.

Rahman. Skripsi sarjana UIN Maliki Malang 2016


BAB II
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jelaskan sebelumnya, maka

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif deskriptif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,

wawancara, atau penelahaan dokumen.39

Dengan menggunakan pendekatan normatif di harapkan dapat di peroleh

data-data yang relevan terhadap tujuan penelitian, dan dapat di peroleh

pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang

relevan.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi yang penulis tentukan dalam penelitian adalah di Lembaga

Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah

Kota Jambi

C. Jenis dan Sumber Data


1. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang

di peroleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek

penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di

39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-25 (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008). Hal. 9

45
46

lapangan. Data primer tidak di peroleh melalui perantara atau pihak

kedua dan seterusnya. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.40

Data primer yang akan digunakan penulis adalah data yang diperoleh

dari hasil observasi kegiatan simpan pinjam dalam koperasi tani makmur

serta dari hasil wawancara terhadap narasumber, yaitu pengelola koperasi

Tani Makmur dan anggota dari koperasi Tani Makmur.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh

secara tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh

dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentic,

karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.

Data sekunder yang akan digunakan penulis didalam penelitian ini

adalah berupa buku-buku ilmiah, skripsi, jurnal. Data sekunder ini penulis

peroleh dari perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, buku-buku

pribadi, dan melalui situs yang ada di internet.

Adapun sumber data di dalam penelitian ini penulis menentukan sebagai

berikut:

a. Pengelola koperasi Tani Makmur

b. Anggota koperasi Tani Makmur

c. Tokoh ulama (masyarakat)

40
Ibid, hal. 157
47

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara

mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket

(questionnaire), pengamatan (observasion), studi dokumentasi, dan Focus

Group Discussion.41

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode.

Metode tersebut antara lain seperti berikut ini:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data di mana peneliti

atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana mereka saksikan

selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan

melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian di catat seobjektif

mungkin.

Dalam penelitian ini penulis akan mengamati bagaimana kegiatan

simpan pinjam yang dilakukan oleh anggota koperasi. Mengamati

bagaimana bentuk transaksi yang dilakukan diantara mereka. Kemudian

penulis akan mencatat sebagai data yang digunakan di dalam penelitian.

41
Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skrpsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
Kencana, 2011), Hal. 137
48

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview).42

Dalam penelitian ini penulis akan berusaha menemukan informasi

yang memenuhi standar sebagai data, dan informasi yang tepat melalui

wawancara terhadap peminjam dan koperasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen-dokumen menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-

sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat, buku, Undang-

Undang dan sebagainya.dalam arti umum dokumentasi merupakan sebuah

pencarian, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen.

Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan

penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal ini termasuk kegunaan arsip

perpustakaan dan kepustakaan. Dokumentasi biasanya digunakan dalam

sebuah laporan pertanggung jawaban dalam sebuah acara.43

E. Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data dilaksanakan

langsung di lapangan bersama-sama dengan pengumpulan data (naturalistic).

Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data yaitu:

42
Lexy J.Moleong, Metodologi Peneitian Kualitatif. Cet. Ke-25 (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008). Hal. 186
43
Ibid, hal.186
49

1. Analisis Domein

Analisis domein dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

pengamatan berperanserta atau wawancara pengamatan deskriptif yang

terdapat dalam catatan lapangan, yang dapat di lihat di buku lampiran.

Pengamatan deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh

terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian.

2. Analisis Taksonomi

Setelah analisis domein, dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus

berdasarkan fokus yang sebelumnya yang telah dipilih peneliti. Oleh hasil

pengamatan terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah

ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil

wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan yang terdapat di buku

lampiran.

3. Analisis Komponen

Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan

terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan

sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dalam catatan

lapangan yang terdapat di buku lampiran.

4. Analisis Tema

Analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara

holistic pemandangan yang sedang di teliti. Sebab setiap kebudayaan

terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas.


50

Secara teknis analisis data dapat dilakukan dengan cara data reduction

(reduksi data), data display (penyajian data) serta penarikan kesimpulan.

Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu

mereduksi data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. Data-data yang

diperoleh dari hasil wawancara kemudian ditranskripkan dengan tujuan

memudahkan peneliti memilah data-data yang sesuai untuk dianalisis.44

44
Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), cet. Ke-2,(Jambi: Syariah Press, 2014), Hal.52-53
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur terbentuk

pada tahun 2009, yang berlokasi di Rt. 28 Kelurahan Lingkar Selatan Kecamatan

Jambi Selatan Kota Jambi.

Awal mula terbentuknya koperasi ini yaitu karena adanya Gabungan

Kelompok Tani atau yang biasa disingkat menjadi GAPOKTAN mendapat

bantuan dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Lalu

GAPOKTAN mengelola bantuan dari PUAP menjadi LKMA Koperasi Tani

Makmur yang mana sumber atau modal awal berasal dari PUAP agar dapat

berkembang dan dapat membantu para petani yang tergabung dalam

GAPOKTAN itu sendiri.

PUAP sendiri bertujuan untuk:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah;

2. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis pengurus

Gapoktan, Penyuluh dan PMT;

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan meningkatkan fungsi

kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan

dalam rangka akses permodalan.

51
52

Sasaran PUAP sendiri yaitu sebagai berikut:

a. Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin sesuai

dengan potensi pertanian desa;

b. Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk

menjadi kelembagaan ekonomi;

c. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternakan

(pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan berkembangnya

usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha.

Adapun maksud dan tujuan LKMA Koperasi Tani Makmur tersebut,

adalah untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan para petani yaitu para

anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Keanggotaan yang ada di LKMA Koperasi Tani Makmur bersifat

sukarela dan terbuka, maksudnya bahwa tidak ada paksaan untuk masuk menjadi

anggota koperasi. jumlah anggota pada LKMA Koperasi Tani Makmur hingga

tahun 2020 ini sebanyak 194 orang anggota dan 25 orang sebagai pendiri dengan

berbagai latar belakang.

Masa keanggotaan berakhir jika anggota tersebut meninggal dunia,

meminta berhenti atau diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi

syarat keanggotaan atau dipecat oleh pengurus karena tidak memperdulikan

kewajiban sebagai anggota, terutama dalam hal keuangan atau karena berbuat

sesuatu yang merugikan koperasi.


53

B. Struktur Organisasi Koperasi

Struktur organisasi yang baik mencerminkan rangkaian tugas dan

tanggung jawab yang jelas di dalam organisasi atau perusahaan. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap kelancaran tugas sampai dengan pencapaian tujuan

organisasi, sehingga setiap pelaksana yang terlibat dalam organisasi mengetahui

apa yang harus dikerjakannya dan kepada siapa harus dipertanggung jawabkan.

Itulah sebabnya struktur organisasi sangat penting dalam mengatur sistem kerja.

Demikian halnya dengan Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi

Tani Makmur kecamatan Paal Merah kota Jambi yang memiliki susunan dan

struktur organisasi yang menunjukkan untuk mengatur tugas, wewenang serta

tanggung jawab semua anggota koperasi, sehingga dapat menciptakan sumber

daya manusia yang profesional dan bertanggung jawab dalam profesi yang

dijalankan.

Adapun struktur organisasi Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis

Koperasi Tani Makmur terlampir sebagai berikut:


54

STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

AGROBISNIS KOPERASI TANI MAKMUR KECAMATAN PAAL

MERAH KOTA JAMBI45

RAPAT ANGGOTA

MANAGER
SUYONO

SEKRETARIS DEWAN BENDAHARA


SRI LESTARI PENGAWAS YATIMAH

LISA ARISTYO
AZMAN
DAMAYANTI WIDODO

ANGGOTA

45
Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota
Jambi
55

Struktur organisasi juga mencerminkan tugas, tanggung jawab dan

wewenang pada bidangnya masing-masing. Adapun uraian tugas dari pengurus

dan pengawas koperasi di LKMA Koperasi Tani Makmur adalah:

1. Pengurus

Pengurus adalah perwakilan dari anggota yang bertanggung jawab

terhadap segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya.

a. Tugas

1) Mengelola koperasi dan usahanya

2) Mengajukan rancangan rencana kerja sera rancangan rencana

anggaran pendapatan dan belanja koperasi

3) Menyelenggarakan rapat anggota

4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas

5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib

6) Memeihara daftar buku anggota dan pengurus

b. Wewenang

1) Mewakili koperasi di dalam dan di luar koperasi

2) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta

pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggara dasar

3) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan

koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat

anggota

4) Mengangkat pengelola
56

2. Pengawas

Diperlukan suatu badan yang diberi wewenang untuk melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan yang mengelola koperasi

supaya dapat berjalan dengan semestinya.

a. Tugas

1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi

2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya

3) Merahasiakan hasil pengawasan terhadap pihak ketiga

b. Wewenang

1) Meneliti catatan yang ada pada koperasi

2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

C. Syarat Menjadi Anggota Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi


Tani Makmur

1. Warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk

(KTP)

2. Usia minimal 17 tahun

3. Diutamakan berdomisili di kelurahan Lingkar Selatan Kecamatan Jambi

Selatan Kota Jambi

4. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan kartu keluarga

5. Mempunyai sertifikat modal (saham) minimal 3 lembar dan maximal 5

lembar

6. Membayar simpanan wajib Rp. 10.000/bulan


57

7. Bersedia mentaati segala peraturan yang ditetapkan oleh Lembaga Keuangan

Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

D. Sumber Dana Koperasi

1. PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan)

2. Simpanan pokok

Simpanan ini dibayar oleh masing-masing anggota ketika masuk menjadi

anggota dengan simpanan minimal sebesar Rp. 300.000,- simpanan tersebut

menjadi penanda bahwa anggota memiliki sebanyak 3 saham di koperasi.

Anggota di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

diperbolehkan memiliki saham sebanyak apapun yang diinginkannya.

Berbeda lagi dengan pendiri dari Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis

Koperasi Tani Makmur diharuskan menyerahkan simpanan pokok sebanyak

Rp.1.000.000,- untuk setiap orang.

3. Simpanan wajib

Simpanan wajib ini dibayarkan oleh setiap anggota sebanyak Rp.10.000,-

setiap bulannya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pinjam Meminjam Uang di Lembaga Keuangan


MikroAgrobisnis Koperasi Tani Makmur Paal Merah Kota Jambi

Setiap anggota koperasi yang meminjam uang diwajibkan untuk melunasi

hutangnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan yaitu maksimal 10

bulan sesuai kesepakatan diawal. Pinjaman yang diberikan LKMA Koperasi Tani

Makmur kepada anggota digunakan hanya untuk modal usaha.

Menurut bapak Suyono selaku ketua atau manager di LKMA Koperasi

Tani Makmur beliau mengatakan bahwa:

“Beliau menjelaskan bagaimana mekanisme pinjam meminjam uang di


LKMA Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota Jambi, serta
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada LKMA Koperasi Tani Makmur
yaitu, untuk dana cadangan 25%, untuk pengurus koperasi 20%, untuk
pendiri koperasi 5%, untuk pengawas koperasi 5%, untuk pengurus
GAPOKTAN 3%, untuk anggota yang berjasa/peminjam 12%, untuk
anggota penyimpan/penabung 10%, untuk saham 12%, untuk kas
Gapoktan 3%, dan untuk diklat 5%.”46

Praktik simpan pinjam di LKMA Koperasi Tani Makmur yaitu

memberikan layanan kredit. Layanan kredit (pinjaman) hanya diberikan kepada

yang sudah menjadi anggota LKMA Koperasi Tani Makmur yaitu dengan syarat:

46
Wawancara dengan bapak Suyono selaku Ketua/Manager di Lembaga Keuangan Mikro
Agrobisnis Koperasi Tani Makmur, pada Senin tanggal 17 September 2019

58
59

1. Sudah memiliki minimal 3 lembar sertifikat modal (saham) di Lembaga

Keuangan Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

2. Mengisi surat permohonan pinjaman yang ditanda tangani diatas materai oleh

peminjam dan diketahui oleh suami/istri

3. Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan kartu keluarga

4. Bersedia membayar jasa pinjaman sebesar 1,5% /bulan

5. Bersedia mengembalikan pinjaman tepat waktu yaitu selama 10 bulan

6. Pengajuan pinjaman diatas Rp.5.000.000,- harus memberikan

agunan/jaminan yang nilainya minimal sama dengan jumlah pinjaman

7. Penyaluran pinjaman akan diberikan 2 hari kemudian setelah surat penyataan

yang sudah ditanda tangani suami istri disetorkan ke Lembaga Keuangan

Mikro Agrobisnis Koperasi Tani Makmur

Menurut ibu Fitri Yenti selaku anggota di LKMA Koperasi Tani Makmur

beliau mengatakan bahwa:

“Sebenarnya koperasi ini banyak membantu kami sebagai anggota yang


membutuhkan dana untuk terus menyambung usaha, apalagi ditambah
lokasi koperasi yang berdekatan sehingga memudahkan ketika akan
membayar cicilan dan pengurus koperasi yang dianggap sudah kenal
sehingga kadang-kadang ada toleransi ketika menunggak pinjaman,
berbeda halnya dengan bank.”47

Menurut ibu Karlida selaku anggota di LKMA Koperasi tani makmur

mengatakan bahwa:

47
Wawancara dengan ibu Fitri yenti selaku anggota di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis
Koperasi Tani Makmur, pada Jumat tanggal 10 Mei 2019
60

“Koperasi ini banyak membantu saya bukan hanya dari dana yang saya
butuhkan, tetapi banyak hal yang saya dapat. Mulai dari pengembangan usaha
yang saya jalani, kenalan yang tentu saja akan menambah relasi saya, juga
kegiatan-kegiatan baik itu pembelajaran untuk terus meningkatkan taraf
kehidupan yang lebih baik melalui usaha yang saya jalani. Hanya saja koperasi
ini tidak memberikan jumlah pinjaman sesuai dengan yang saya ajukan, padahal
pinjaman yang saya ajukan tentu saja saya pas dengan kebutuhan yang saya ingin
gunakan untuk mendapatkan kebutuhan dari usaha saya.”48
Dalam koperasi pada awal tahun terdapat keuntungan-keuntungan yang

didapat oleh koperasi yang berasal dari Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dbagikan

kepada anggota koperasi. Jumlah keuntungan yang diterima oleh masing-masing

anggota koperasi diperhitungkan menurut banyaknya anggota melakukan

pinjaman uang dari koperasi tersebut dan jumlah saham yang dimiliki anggota di

koperasi tersebut.

Pada LKMA Koperasi Tani Makmur kecamatan Paal Merah Kota Jambi

persentase transaksi semua anggota tidaklah sama. Anggota LKMA Koperasi

Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota Jambi terbagi menjadi dua jenis.

Yaitu, anggota yang banyak bertransaksi pada unit usaha baik usaha simpan

pinjam maupun unit usaha lain, dan anggota yang hanya bertransaksi pada unit

usaha simpan pinjam, maka anggota tersebut dapat dikatakan anggota pasif.

Namun aktif dan pasifnya anggota tidak menjadi halangan anggota untuk

mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU).

48
Wawancara dengan ibu Karlida selaku anggota di Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis
Koperasi Tani Makmur, pada Rabu tanggal 15 Mei 2019
61

Sisa hasil usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam

satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya

dalam tahun buku yang bersangkutan.

B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Pinjam Meminjam Uang di


LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah Kota Jambi

Mengenai praktik pinjam meminjam uang, disini penulis melihat aspek-

aspek hukum ekonomi Islam yang ada di LKMA Koperasi Tani Makmur

Kecamatan Paal Merah Kota Jambi. Seperti yang telah penulis uraikan pada bab

II dan III, bahwa LKMA Koperasi Tani Makmur ini bergerak dalam bidang

simpan pinjam, dilihat dari itu maka fungsinya lebih mirip dengan bank. Akan

tetap dengan mekanisme yang berbeda dengan bank. Diantaranya yang dilayani

oleh koperasi hanya anggota, sedangkan dalam bank tidak mengenal dengan

adanya anggota. Maka dari itu, hal tersebut mempengaruhi hubungan yang ada,

jika di koperasi anggota merupakan konsumen sekaligus pemilik dari lembaga

tersebut, sedangkan bank hanya sebatas hubungan nasabah dan bank.

Menurut pengertian dan ciri koperasi dapat disimpulkan bahwa yang

mendasari terbentuknya koperasi adalah kejasama, gotong royong dan demokrasi

ekonomi, menuju kesejahteraan umum. Melihat dari segi tersebut yang

mendasari gerakan koperasi, dapat ditemukan banyak segi yang mendukung

persamaan dan diberi rujukan dari segi ajaran Islam, antara lain penekanan akan

pentingnya kerjasama dan tolong menolong (ta‟awun), persaudaraan (ukhuwah),

dan pandangan hidup demokrasi (musyawarah).


62

Di dalam Islam kerjasama dan tolong menolong sangat dianjurkan

sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur‟an surah Al-Maidah ayat 2, Allah

Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

ِ‫عهَٗ ٱنْإِثْىِ َٔٱ ْنعُذٌَِْٰٔ ۚ َٔٱرَّقُٕا۟ ٱنهَّ َّ ۖ إٌَِّ ٱنهََّّ شَذِي ُذ ٱ ْنعِقَبة‬
َ ۟‫َٔنَب َرعَبََُٕٔا‬

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”.49

Selain kerjasama dan tolong menolong dalam koperasi juga ditekankan

unsur musyawarah. Ajaran Islam sangan menganjurkan pentingnya musyawarah

untuk mencapai kesepakatan dan kesatuan pendapat, sikap dan langkah-langkah

dalam mengusahakan sesuatu. Dengan musyawarah, setiap orang mempunyai

hak yang sama.

Persamaan hak juga dapat ditemukan di dalam koperasi melalui asas satu

anggota satu suara yang dijamin melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT), sebagai

forum musyawarah tertinggi yang dilaksanakan satu tahun sekali. RAT

merupakan bentuk dari kerjasama yang dilakukan secara sukarela dan terbuka.

Prinsip sukarela dan terbuka merupakan prinsip koperasi yang sesuai dengan

prinsip Islami.

Kerjasama dan musyawarah mencerminkan adanya persaudaraan

(ukhuwah) yang dicita-citakan sebagai ciri hubungan antara umat Islam. Hal ini

49
Al-Ma‟idah (5);2
63

menunjukkan kesesuaian nilai-nilai ta‟awun, musyawarah dan ukhuwah dengan

nilai kerjasama, sukarela, terbuka dan kekeluargaan dalam koperasi.

Adapun nilai-nilai sosial yang terdapat dalam koperasi. pertama,

kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan. Kedua, keadilan dalam usaha

bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan. Keempat,

tanggung jawab dalam individualitas dan solidaritas. Kelima, kemauan menolong

diri sendiri. Keenam, kesetiaan dalam kekeluargaan.

Menurut sistem dan prosedur pinjam meminjam uang yang sudah

dijelaskan sebelumnya tersebut, penulis mengetahui bahwa LKMA Koperasi

Tani Makmur Paal Merah ini melaksanakan kegiatan pinjam meminjam uang

menggunakan penambahan atas jasa pinjaman atau bunga dalam melakukan

peminjaman kepada anggota koperasi yang meminjam uang. Sehubungan dengan

masalah tersebut, penulis akan meninjau jasa pinjaman yang terdapat pada

LKMA Koperasi Tani Makmur dari segi hukum Islam.

Badan usaha koperasi mempunyai tujuan kesejahteraan bersama dengan

mengurusi kepentingan anggota-anggotanya. Disamping itu koperasi

melaksanakan simpan pinjam secara bersama-sama, dan untuk memberikan

pinjaman uang. Modal koperasi tidak tetap selalu berubah-ubah, hal ini

disebabkan keluar masuknya anggota karena koperasi tidak mengikat para

anggotanya.

LKMA Koperasi Tani Makmur melaksanakan kegiatan pinjam

meminjam uang, menurut penulis kegiatan tersebut termasuk dalam kategori riba
64

Nasi‟ah yaitu penambahan bersyarat dari orang yang meminjamkan kepada

orang yang meminjam karena adanya penangguhan atau tenggang waktu.

Jadi jasa pinjaman yang dipungut oleh LKMA Koperasi Tani Makmur

Paal Merah sebesar 1,5% itu dalam pandangan penulis masih belum sesuai

dengan hukum Islam.

Sebagaimana dalam firman Allah:

‫ك ثِأ َََُّٓ ْى‬


َ ِ‫ٍ ٱ ْنًَسِّ ۚ َٰرن‬
َ ِ‫ٍ ي‬
ُ َٰ‫ٍ يَ ْأ ُكهٌَُٕ ٱنشِّثَٰٕا۟ نَب يَقُٕيٌَُٕ إِنَّب َكًَب يَقُٕ ُو ٱنَّزِٖ يَزَخ ََّجطُُّ ٱنشَّ ْيط‬
َ ‫ٱنَّزِي‬

‫عظَ ٌخ يٍِّ سَّثِِّّۦ‬


ِ َْٕ‫قَبنُ ٕٓا۟ إ ًَََِّب ٱنْجَيْ ُع يِ ْثمُ ٱنشِّثَٰٕا۟ ۗ َٔأَحَمَّ ٱنهَّ ُّ ٱنْجَيْعَ َٔحَشَّوَ ٱنشِّثَٰٕا۟ ۚ َفًٍَ جَٓبءَُِۥ ي‬

ٌَُٔ‫خهِذ‬
َٰ ‫ت ٱنَُّب ِس ۖ ُْ ْى فِيَٓب‬
ُ َٰ‫ٍ عَب َد فَأُٔ۟نَٰٓ ِئكَ أَصْح‬
ْ َ‫ف ََٔأ ْيشُُِٓۥ ِإنَٗ ٱنهَِّّ ۖ َٔي‬
َ ‫سَه‬
َ ‫فَٲَ َزَٰٓٗ َفهَُّۥ يَب‬

Artinya: “orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri,


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datangnya larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
didalamnya.”50

Riba menurut bahasa berasal dari kata Rabaa‟-yarbuu, riba-an yang

berarti Az-Ziadah, tambahan, bertambah atau tumbuh, pertumbuhan, naik,

50
Al-Baqarah(1); 275
65

membengkak, bertambah, dan tambahan, berkembang, meningkat,

berkembang.51

Pengembalian pinjaman tidak boleh melebihi dari pokok pinjaman,

karena akad qiradh atau utang dimaksudkan untuk berlemah lembut terhadap

sesama manusia, menolong urusan kehidupan mereka dan memudahkan bagi

sarana hidup mereka, bukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan, bukan

pula salah satu cara untuk mengeksploitir. Karena inilah seorang yang diberikan

hutang tidak dibenarkan mengembalikan kepada pembeli qiradh kecuali apa yang

telah diterima darinya atau semisalnya.

Menurut Muhammad Abduh, bahwa yang dimaksud dengan riba adalah

penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta

kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji

pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.52

Adapun kaidah fiqh yang menjelaskan pemberi hutang atau peminjam

tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang

yaitu:

‫كم قشض جش َفعب فٕٓ سثب‬

Artinya: “Semua pinjaman dengan menarik manfaat/keuntungan, maka ia


termasuk riba.”53

51
Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2012), Hal. 90
52
Juanda, Fiqih Muamalah: Prinsip-Prinsip Praktis Bermu‟amalah Secara Syar‟i. Cet. Ke-2, (Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2018), Hal. 90
53
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), hal. 281
66

Dari kaidah fiqh diatas juga menunjukkan jelasnya larangan riba, dimana

dalam hal ini riba disamakan dengan hutang atau pinjaman yang membuahkan

hasil. Hal ini terjadi jika salah satunya mensyaratkan atau menjanjikan

penambahan.

Adapun larangan riba yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an, Allah

Subhanahu wa Ta‟ala berfirman yang berbunyi:

ٌَُٕ‫ظعَبفًب يُعَبعَفَخً ۖ َٔارَّقُٕا انهََّّ َنعََّهكُ ْى رُ ْفهِح‬


ْ َ‫يَب أ َُّيَٓب انَّزِيٍَ آيَُُٕا نَب رَ ْأ ُكهُٕا انشِّثَب أ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan”.54

Dalam pengembalian pinjaman tidak diperbolehkan melebihi dari pokok

pinjaman, bahwa akad hutang mempunyai maksud untuk berlemah lembut

terhadap sesama manusia, dan untuk saling tolong menolong, sehingga

memberikan kemudahan dalam urusan kehidupan mereka, bukan untuk mencari

keuntungan atau mengharapkan imbalan dari orang lain, karena pinjaman

merupakan suatu jenis pendekatan untuk mendapatkan pahala dan ridha dari

Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

Sebagai suatu badan, koperasi berbeda dengan badan perseroan lainnya,

seperti perseroan firma dan perseroan terbatas. Dari segi tujuan, koperasi tidak

mengutamakan mencari keuntungan. Hal ini dapat terlihat secara jelas dalam

pembagian koperasi dilihat dari tujuannya:

54
Ali-Imran(3);130
67

1. Koperasi Produksi, yaitu koperasi yang mengelola pembuatan barang dengan

bahan-bahan yang dihasilkan oleh anggota-anggotanya.

2. Koperasi Ponsumsi, yaitu koperasi yang mengurus pembelian barang-barang

untuk anggota-anggotanya.

3. Koperasi Kredit, yaitu koperasi yang memberikan pertolongan kepada

anggota-anggotanya yang membutuhkan modal.55

Mencermati beberapa penjelasan yang sudah disebutkan maka tidak

terdapat keraguan bahwa koperasi hukumnya boleh dan halal selama tidak

mengandung riba dan usaha haram lainnya. Hal ini dalam kehidupan berbangsa

sangat menolong rakyat dalam mengerjakan langsung segala urusannya di semua

bidang serta menghindarkan masyarakat dari bentuk pemerasan dan

keserakahanorang yang tamak (lintah darat). Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa

Islamtidak hanya membolehkan usaha-usaha bersama (syirkah ta‟awuniyah),

bahkan semua pekerjaan yang mengandung berkah yang akan mendapat

pertolongan dari Allah dengan catatan usaha itu jauh dari riba, penipuan,

kezaliman, kerakusan, dan penghianatan dengan segala bentuknya. Kehalalan

praktik koperasi bukan hanya dapat dibenarkan oleh akal sehat, tetapi juga

dibenarkan oleh akal sehat, tetapi juga didukung oleh nash yang shahih.56

Kemudian, ditinjau dari segi akad, praktik pembagian sisa hasil usaha

pada LKMA Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah Kota Jambi telah

memenuhi rukun dan syarat dari akad musyarakah. Hal ini dapat dilihat dari

55
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2016). Hal.248
56
Ibid, Hal. 250
68

praktik pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada LKMA Koperasi Tani Makmur

dalam jasa pinjaman dikenakan sebesar 1,5% di pembagian sisa hasil usaha

(SHU) pada LKMA Koperasi Tani Makmur berdasarkan praktik bagi hasil telah

sesuai dengan akad syirkah al-inan, dikarenakan dari penanaman modal,

pekerjaan, keuntungan, kerugian dan persentase dari ransaksi masing-masing

anggota pada penjualan produk koperasi tidak sama. Akan tetapi, penjualan

produk usaha lain yaitu produk simpan pinjam pada LKMA Koperasi Tani

Makmur masih menggunakan jasa pinjaman sebesar 1,5% pada setiap

pembayarannya.

Melihat paparan diatas, sebagian besar konsep dasar koperasi yang ada di

LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah sudah sejalan dengan syariah atau

hukum ekonomi Islam, akan tetapi dalam pelaksanaan pengembalian pinjaman

tersebut masih menggunakan bunga yang tidak diperbolehkan dalam Islam yang

hukumnya haram.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah, syarat awal dalam

melakukan simpan pinjam haruslah menjadi anggota koperasi. Anggota

dalam LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah adalah masyarakat yang

tinggal di lingkungan sekitar koperasi. Adapun sistem yang digunakan dalam

pengembalian pinjaman yaitu menggunakan sistem bunga sebesar 1,5%

perbulannya dengan jangka waktu pengembalian pinjaman maksimal hingga

10 bulan.

2. LKMA Koperasi Tani Makmur berdasarkan praktik bagi hasil telah sesuai

dengan akad syirkah al-inan. LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah ini

merupakan koperasi yang bergerak dalam usaha simpan pinjam. Dalam

koperasi ini terdapat aspek hukum ekonomi Islam yang berlandaskan Al-

Qur‟an, bahwa sebagian besar cita-cita koperasi sudah sejalan dengan ajaran

Islam dalam hal tolong-menolong antar sesama, akan tetapi dalam

pelaksanaan pengembalian pinjaman tersebut masih menggunakan bunga

yang tidak diperbolehkan dalam Islam yang hukumnya diharamkan.

69
70

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan, adapun saran atau masukan yang dapat

penulis sampaikan, yaitu:

1. LKMA Koperasi Tani Makmur Paal Merah hendaknya melakukan perbaikan

sistem pengelolaan dalam melakukan usaha pinjam meminjam uang, dan

melakukan pendidikan koperasi bagi anggota koperasi agar menumbuhkan

kesadaran yang tinggi dalam berkoperasi yang seutuhnya sesuai dengan

Hukum Ekonomi Syariah.

2. Dalam penerapannya dapat menggunakan sistem syariah yang lebih halal

serta tidak ada penzaliman antar kedua belah pihak, yaitu bagi hasil

(mudharabah) sebagai pengganti sistem kapitalis, dengan demikian dapat

mengarahkan anggota atau konsumen kepada pinjaman yang produktif.

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu

Wa Ta‟ala, berkat rahmat, hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Kemudian dari pada

itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu

pembimbing atas jerih payah dalam memberikan bimbingan kepada penulis

sehingga terwujud skripsi ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi, bahasa dan susunannya. Hal ini disebabkan

karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, diharapkan kepada para pembaca

dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membangun
71

demi kesempurnaan skripsi ini dan penulis akan menerima dengan baik. Mudah–

mudahan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala memberikan balasan yang setimpal

kepada semua pihak yang turut membantu sehingga dapat diselesaikannya skripsi

ini, Aamiin ya Robbal‟alamin


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI, ed. Ke-2

Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2002

Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,

Jakarta: Kencana, 2012.

Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Islam Nadirsyah

Hawari, Jakarta: Amzah, 2014.

Ach. Jalaluddin Ar-Rumi. Praktik Pinjaman di Koperasi Sinar Mulia Kelompok Tani

Sidomakmur IV Desa Sidodadi Paiton Probolinggo dalam Perspektif Teori

Double Movement Fadzlur Rahman. Skripsi sarjana UIN Maliki Malang 2016.

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2015.

Al-Hafizh ibnu Hajar Al-„Asqalani, Kitab Terjemah Bulughul Maram, Hadist No.1429.

Jakarta:Pustaka Nuun.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Sinar

Grafika, 2008).

Departemen Kehakiman RI, Pokok-Pokok Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Cet.

Ke-13. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Fuad Mohd. Fachruddin, Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi,

Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1985.

G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945,

Cet. Ke-5, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

72
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006).

Ign Sukamdiyo, Manajemen Koperasi, Jakarta: Erlangga, 1996

Juanda, Fiqih Muamalah: Prinsip-Prinsip Praktis Bermu‟amalah Secara Syar‟i. Cet.

Ke-2, Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2018.

Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skrpsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,

Jakarta: Kencana, 2011.

Kamaludin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Operasional Koperasi Simpan

Pinjam di Koperasi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor. Skripsi

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-25. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008.

Mahmud Syaltut, Fatwa-Fatwa Penting, Jakarta: Terjemahan Bulan Bintang, 2006.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Cet. Ke-2. Jakarta: Kencana, 2013.

Mohammad Hatta, Membangung Koperasi dan Koperasi Membangun, Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2015

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, Teori &

Praktek, cet. Ke-1. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. Ke-1. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003.

Pandji Anoraga, Dkk. Dinamika Koperasi. Cet. Ke-5. Jakarta; Rineka Cipta, 2007.

Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah (Sejarah, Hukum dan Perkembangannya), Banda

Aceh; Pen A, 2014.

73
Sagimun MD, Koperasi Soko Guru Ekonomi Nasional Indonesia, Jakarta: Haji

Masagung, 1989.

Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Cet. Ke-1 Jakarta: Kencana, 2016.

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti: 2000,

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), cet. Ke-2, Jambi: Syariah

Press, 2014.

Supatmi, Sistem Simpan Pinjam Koperas Wanita “Enggal Maju” Menurut Perspektif

Ekonomi Islam di Kemang Manis Kecamatan Rengat Barat Kabupaten

Indragiri Hulu. Skripsi Sarjana UIN Sulthan Syarif Kasim Riau 2012.

Sutantya R. Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002.

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: P.H Balai Pustaka,

1976.

Westriningsih, Koperasi Simpan Pinjam, Yogyakarta: CV Kompetensi Terapan Sinergi

Pustaka, 2016.

Lain-lainnya

http://Saktirangkuti.blogspot.com/2013/02/Koperasi_Dalam_Pandangan_Islam_html

http://elidakusumastuti.blogspot.com/2018/01/tafsir-ayat-hadis-tentang-syirkah.html

74
Lampiran

Wawancara dengan Manager selaku ketua pengurus LKMA Koperasi Tani Makmur
Kecamatan Paal Merah Kota Jambi

Wawancara dengan pengawas LKMA Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal Merah
Kota Jambi

Wawancara dengan salah satu anggota LKMA Koperasi Tani Makmur Kecamatan Paal
Merah Kota Jambi.

75
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sri Lestari, SH

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Nomor Telepon: +6285263958319 Email: riell.ateiya14@gmail.com

INFORMASI PRIBADI

Tempat Tanggal Lahir : Tampang Baru, 14 Agustus 1998


Alamat : Rt. 01 Rw. 01 Desa Tampang Baru
Kecamatan Bayung Lencir
Kabupaten Musi Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Single
Jurusan/Fakultas : Hukum Ekonomi Syariah/Syariah
NIM : SHE.162087

PENDIDIKAN

• Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

• SMAN1 BAYUNG LENCIR

• MTS PON-PES ASSALAM AL-ISLAMI

• SDN TAMPANG BARU

76

Anda mungkin juga menyukai