Anda di halaman 1dari 12

38

p-ISSN 2338-980X Elementary School 7 (2020) 38-49 e-ISSN 2502-4264


Volume 7 nomor 1 Januari 2020

INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MEMBENTUK KARAKTER


SISWA MELALUI BUDAYA SEKOLAH

Rian Nurizka* dan Abdul Rahim


Universitas PGRI Yogyakarta

Diterima: 15 November 2019. Disetujui: 5 Desember 2019. Dipublikasikan: Januari 2020

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
membentuk karakter siswa berbasis budaya sekolah. Sejauh mana sekolah menerapkan
kebijakan dan program-program dalam mendukung penanaman nilai-nilai Pancasila,
keberlangsungan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa, dan evaluasi pelaksanaan
internalisasi Pancasila. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini dapat digolongkan dalam kategori penelitian lapangan. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data pada penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam membentuk karakter siswa
melalui budaya sekolah dapat dilakukan dengan Penataan Lingkungan Fisik Sekolah,
Penataan Lingkungan Sosial Sekolah, Penataan Personil Sekolah, Penataan Lingkungan
Kerja Sekolah, Pengelolaan kelas, Kepemimpinan kepala sekolah.
Kata kunci: Internalisasi nilai-nilai Pancasila, Karakter, Budaya sekolah

Abstract
This study aims to determine the internalization of the values of Pancasila in shaping
the character of students based on school culture. The extent to which schools implement
policies and programs in support of the inculcation of Pancasila values, the sustainability of
the school culture in shaping the character of students, and evaluating the implementation of
Pancasila internalization. This type of research is a descriptive qualitative research. This
research can be classified in the field research category. Data collection used in this study
uses observation, interview, and documentation techniques. Data analysis in this research is
data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results
showed that in shaping the character of students through school culture can be done with the
School Physical Environment Arrangement, School Social Environment Arrangement,
School Personnel Arrangement, School Work Environment Arrangement, Classroom
Management, Principal Leadership.
Keywords: Internalization of Pancasila values, Character, School culture

PENDAHULUAN
Ideologi suatu bangsa merupakan Dapat diyakini bahwa ideology dijadikan
keniscayaan yang dihasilkan melalui sumber kehidupan berbangsa dan
nilai-nilai perjuangan, nilai-nilai luhur, bernegara karena mempunyai kekuatan
dinamika sosial dan sejarah budaya yang dalam membangun kemajuan negara
diadopsi sebagai cirri khas negara. yang dilandasi pilar-pilar yang sudah
Facchini dan Melki (2011: 3) mengatakan dijadikan pedoman hidup negara.
bahwa “ideology as a particular kind of Pancasila sebagai pedoman dan sumber
beliefs is then included into culture”. utama dalam membangun bangsa
*Alamat Korespondensi
Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
rian@upy.ac.id
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa …..
39

Indonesia harus mendapatkan perhatian ruang dan waktu (Bourn, 2008). Dengan
secara serius pada era modern seperti adanya fenomena tersebut dikhawatirkan
sekarang ini, karena dinamika global dapat merusak tatanan kehidupan
yang berkembang dapat memudahkan masyarakat Indonesia yang sudah ada.
pergeseran nilai-nilai luhur secara intens Diantara kekhawatiran yang terjadi
dan mendasar yang dapat merusak seperti masyarakat yang mudah percaya
pondasi bangsa secara menyeluruh. Hal terhadap informasi-informasi dari dunia
ini disebakan pengaruh global yang kuat sosial media, penurunan nilai-nilai
dapat menyebabkan perubahan politik, karakter yang berpedoman pada
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan. Pancasila sebagai jalan hidup bangsa
Seperti yang dikemukakan Santos (2002) Indonesia, tidak adanya filterisasi budaya
bahwa proses globalisasi dapat asing yang sesuai dengan budaya bangsa,
membawa kita untuk menghadapi gaya hidup (lifestyle) yang cenderung
fenomena multifaset yang kompleks baik tidak mencerminkan kepribadian bangsa,
dari aspek ekonomi, sosial, politik, dan lainnya. Seperti yang diungkapkan
budaya, dimensi agama dan hukum. Bourn (2008: 52):
Gidley (2001) mengemukakan Globalisation impacts upon young
bahwa globalisasi adalah serangkaian people in complex ways and forces
proses yang memberikan peluang dan them to constantly re-think and
ancaman. Peluang yang dimaksud dapat revise their sense of identity and
diartikan memiliki manfaat bagi place within society. Young people’s
pertumbuhan dan pembangunan bangsa, lives are constantly being influenced
sedangkana ncaman dapat diartikan by new trends, be they cultural,
adanya kekhawatiran serius terkait technological or social.
tergerusnya identitas bangsa secara Berdasarkan uraian diatas, nilai-nilai
menyeluruh. Oleh karena itu, penguatan Pancasila sebagai ideology bangsa
ideology bangsa menjadi prioritas yang Indonesia mempunyai tantangan dalam
harus dilaksanakan sebagai langkah mempertahankan kemurnian yang telah
antisipasi dan memberikan kesadaran disepakati oleh para pendiri bangsa.
warga negara dalam menghadapi Sejauh ini Pancasila hanya dijadikan
tantangan dan perubahan zaman yang sebatas pengetahuan, tetapi aplikasi dari
cepat berubah. nilai-nilai yang terkandung di dalamya
Nilai-nilai Pancasila sebagai masih jauh dari harapan. Hal ini dapat
pandangan hidup, ideologi dan sumber terlihat dari permasalahan bangsa baik
moral bangsa Indonesia tidak terlepas dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi,
dari tantangan dan dinamika nasional dan dan ras. Kemendiknas (2010: 8-9)
global. Sebagai contoh cepatnya arus menyebutkan permasalahan kebangsaan
informasi melalui sosial media diantaranya: (1) disorientasi dan belum
menjadikan segala hal atau peristiwa dihayatinya nilai-nilai Pancasila; (2)
yang terjadi dapat diketahui secara cepat keterbatasan perangkat kebijakan terpadu
oleh orang lain walaupun berada di dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila;
wilayah lain. Seperti yang disampaikan (3) bergesernya nilai etika dalam
Giddens (1991) mengemukakan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara; (4)
globalisasi dapat didefinisikan sebagai memudarnya kesadaran terhadap nilai-
intensifikasi hubungan sosial di seluruh nilai budaya bangsa; ancaman
dunia yang menyebabkan peristiwa local disintegrasi bangsa; dan melemahnya
dapat dibentuk oleh peristiwa yang terjadi kemandirian bangsa.
di daerah lain yang tidak ada Batasan
40
Elementary School 7 (2020) 38-49

Nilai-nilai Pancasila sangat erat dikembangkan bagaimana kompetensi


kaitannya dengan karakter, sebab nilai- sikap siswa yang akan membentuk
nilai Pancasila tercermin dari jati diri karakter sesuai dengan nilai-nilai luhur
masyarakat Indonesia yang mempunyai yang menjadi pedoman dan jalan hidup
kekhasan dan khasanah pribadi bangsa. bangsa Indonesia.
Karakter inilah yang perlu diwariskan Kemajuan peradaban global juga
kepada generasi muda sebagai pedoman berimbas pada karakter anak bangsa,
hidup yang mempunyai tujuan diantaranya perbuatan kriminal yang
melestarikan kerpibadian bangsa yang dilakukan oleh generasi muda. Unayah
diambil dari nilai-nilai luhur bangsa dan Subarisman (2015: 137)
Indonesia. Oleh karena itu, karakter yang menyebutkan tindakan kriminal yang
bersumber dari nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan oleh remaja sudah sangat
dikembangkan dan dilesatarikan kepada bervariasi, mulai dari tawuran antar
anak-anak bangsa. Salah satu tempat sekolah, perkelahian dalam sekolah,
untuk mewariskan karakter tersebut pencurian, perampokan, pembegalan,
adalah melalui dunia pendidikan. pemakai dan pengedar narkoba, hingga
Pendidikan mempunyai peran pemerkosaan bahkan sampai pada
penting dalam mencerdaskan anak pembunuhan. Selain itu berdasarkan data
bangsa, hal ini sesuai amanat dalam dari Komisi Perlindungan Anak
pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. kasus yang dilakukan oleh anak-anak
Dalam Pendidikan tidak serta merta bermacam-macam.
hanya mengajarkan kompetensi
pengetahuan siswa, tetapi perlu
Tabel 1. Rincian Data Kasus Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak
Kasus Perlindungan Anak 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Anak sebagai Pelaku Aborsi 6 5 14 21 19 23
Anak sebagai Pelaku Pencurian 14 92 51 47 81 24
Anak sebagai Pelaku Pembunuhan 32 46 53 66 36 31
Anak sebagai Pelaku Kekerasan Seksual
123 324 247 561 157 86
(Pemerkosaan, Pencabulan, Sodomi/Pedofilia)
Anak sebagai Pelaku Kekerasan Psikis
15 11 21 27 22 23
(Ancaman, Intimidasi, dsb)
Anak sebagai Pelaku Kekerasan Fisik
(Penganiayaan, Pengeroyokan, Perkelahian, 46 53 76 105 81 62
dsb)
Anak Pelaku Kepemilikan Media Pornogafi
56 47 61 64 104 53
(HP/Video)
Anak Pelaku Kejahatan Seksual Online 8 7 16 42 52 51
Anak Pelaku Kekerasan di Sekolah (Bullying) 48 66 63 67 93 93
Sumber: KomisiPerlindungan Anak Indonesia

Dari data tersebut terlihat bahwa tindakan amoral. Hal ini menunjukan
angka kasus anak masih tinggi. Pada era bahwa perilaku menyimpang yang
sekarang, anak tidak hanya menjadi dilakukan anak perlu mendapat
korban tetapi ada juga anak-anak yang kanperhatian khusus agar anak-anak
justru menjadi pelaku dari tindakan- terhindar dari tindakan kriminal yang
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa ….. 41

akan merugikan dirinya sendiri dan Pemerintah sendiri telah membuat


membuat pendidikan Indonesia menjadi grand design pendidikan karakter
tercoreng. Padahal hakikat pendidikan dengan menempatkan empat nilai
nasional mempunyai fungsi strategis utama yang harus ditanamkan di
sesuai amanat dalam Undang-Undang sekolah. Keempat nilai tersebut,
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun meliputi (1) jujur dan bertanggung
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jawab (cermin dari olah hati); (2)
pada Pasal 1 ayat 2, berbunyi: cerdas (cermin dari olah pikir); (3)
Pendidikan nasional berfungsi sehat dan bersih (cerminan dari
mengembangkan kemampuan dan olahraga); (4) peduli dan kreatif
membentuk watak serta peradaban (cermin dari olah rasa).
bangsa yang bermartabat dalam rangka Dengan adanya grand design
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan karakter tersebut, sekolah-
bertujuan untuk berkembangnya sekolah harus membuat kebijakan sesuai
potensi peserta didik agar menjadi dengan tujuan yaitu menciptakan budaya
manusia yang beriman dan bertakwa sekolah yang menunjang dalam
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pembentukan karakter siswa. Budaya
berakhlak mulia, sehat, berilmu, sekolah sendiri dapat terbentuk dari
cakap, kreatif mandiri, dan menjadi kesepakatan yang dibuat antara pihak
warga negara yang demokratis dan sekolah, siswa, dan orang tua dalam
bertanggung jawab. bentuk kebijakan yang akan menjadikan
Pengembangan Pendidikan nasional cirri khas sekolah tersebut di masyarakat
harus terus dilakukan guna melindungi luas. Dengan terbentuknya budaya
anak-anak Indonesia dari perbuatan sekolah, akan tercermin nilai-nilai yang
negatif. Internalisasi nilai-nilai Pancasila terbentuk pada siswa sebagai wujud dari
menjadi suatu upaya yang harus adanya komitmen sekolah dalam
dilakukan di sekolah. Siti Nurjanah mengembangkan karakter. Budaya
(2017: 105) mengungkapkan: sekolah juga merupakan bagian dari cara
Dalam lingkungan pendidikan proses sekolah dalam menginternalisasikan
internalisasi ini dapat dilakukan nilai-nilai Pancasila kepada siswa sebagai
melalui proses pembelajaran maupun bentuk kepedulian akan nilai-nilai luhur
berbagai organisasi di lingkungan bangsa
sekolah. Melalui pembudayaan Internalisasi Nilai-nilai Pancasila
berbagai aktivitas di lingkungan Ideologi Pancaila merupakan
sekolah nilai-nilai Pancasila dapat landasan tertinggi dalam tata kenegaraan
diinternalisasikan dengan terarah dan bangsa Indonesia. Sejalan dengan
sistematis. kemajuan dan paradigma global, ideologi
Proses pembentukan karakter siswa Pancasila mempunyai tugas dan
dalam pendidikan tidak terlepas dari tantangan dalam mempertahankan nilai-
upaya sekolah untuk menciptakan iklim nilai luhur yang terdapat pada setiap sila
sekolah yang mengajarkan karakter- Pancasila. Tantangan yang dihadapi
karakter siswa. Iklim sekolah dapat diantaranya kemajuan ilmu pengetahuan
terwujud dari budaya sekolah (school dan teknologi yang mempunyai pengaruh
culture) yang menjadi prioritas dalam besar pada perkembangan global saat ini.
membentuk karakter siswa. Lintang Kemajuan peradaban tersebut
Waskita Puri, Siti Nurkholipah, dan mengakibatkan perubahan-perubahan
Rahmatika Nur AisyahWindra Putri dalam setiap aspek kehidupan seperti
(2017: 601) mengungkapkan: politik, ekonomi, budaya, hukum, sosial,
42
Elementary School 7 (2020) 38-49

adat istiadat, dan moralitas dari warga misalnya pemerintah, adapun bathin
negara. Untuk itu internalisasi nilai-nilai dari diri sendiri.
Pancasila harus dilaksanakan salah 4. Kemampuan kehendak: cukup kuat
satunya melalui kebijakan dalam sebagai pendorong untuk melakukan
Pendidikan nasional. Internalisasi sendiri perbuatan.
merupakan proses pemasukan nilai pada 5. Watak dan hati nurani: agar orang
seseorang yang akan membentuk pola selalu mawas diri.
pikirnya dalam melihat makna realitas Berdasarkan uraian tersebut
pengalaman (Siti Nurjanah, 2017: 103). internalisasi nilai-nilai Pancasila
Dalam KBBI, internalisasi adalah merupakan proses penanaman ideology
penghayatan terhadap suatu ajaran, bangsa kepada warga negara sebagai
doktrin, atau nilai sehingga merupakan upaya membentuk kepribadian, cara
keyakinan dan kesadaran akan kebenaran berfikir, dan pola tingkah laku dalam
doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan
sikap dan perilaku. bernegara. Sebagai falsafah bangsa
Nilai-nilai Pancasila terbentuk dari Indonesia, seluruh komponen bangsa
nilai-nilai dasar yang diyakini dan harus serta merta menjaga dan
menjadi pedoman bangsa Indonesia. mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
Seperti pada buku ajar Kemenristekdikti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
(2016) bahwa Pancasila sebagai identitas adanya aktualisasi nilai-nilai Pancasila
negara, kepribadian bangsa Indonesia, dalam aspek kehidupan menjadikan
pandangan hidup bangsa Indonesia, jiwa bangsa Indonesia yakin bahwa ideologi
bangsa dan perjanjian luhur. Nilai-nilai Pancasila mampu menopang seluruh
Pancasila meliputi, nilai Ketuhanan, nilai elemen bangsa baik dari sisi politik,
Kemanusiaan, nilai Pesatuan, nilai ekonomi, social, budaya, dan lainnya.
Kerakyatan, dan nilai Keadilan. Pancasila Konsep Karakter dan Pendidikan
lahir dari proses pemikiran dan Karakter
perenungan serta pengkajian yang Definisi karakter menurut Suyanto
mendalam yang diambil dari karakter dan dalam Masnur Muslich (2011:70) yaitu
kepribadian bangsa Indonesia. Oleh “cara berfikir dan berperilaku seseorang
karena itu, internalisasi nilai-nilai yang menjadi cirri khas dari tiap individu
Pancasila dalam pendidikan di Indonesia untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
merupakan bagian dari strategi untuk keluarga, masyarakat dan negara”.
mempertahankan kerpibadian bangsa Sedangkan menurut Pusat Bahasa
terutama kepada generasi muda. Depdiknas (2008:682) karakter adalah
Internalisasi nilai-nilai Pancasila menurut “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
Kaelan (2013: 685) dapat diperoleh hal- pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
hal sebagai berikut: tabiat, temperamen, watak”. Definisi
1. Pengetahuan: suatu pengetahuan yang tersebut mengisyaratkan bahwa setiap
benar tentang Pancasila baik aspek manusia memiliki karakter yang berbeda
nilai, norma, maupun aspek satu sama lain dengan menampilkan
praktisnya. karakter sesuai kepribadian masing-
2. Kesadaran: selalu mengetahui masing yang terbentuk dari hasil
pertumbuhan keadaan yang ada internalisasi berbagai kebajikan (virtues).
dalam diri sendiri. Kebajikan tersebut yang ahirnya diyakni
3. Ketaatan: selalu dalam keadaan dan digunakan sebagai landasan untuk
kesediaan untuk memenuhi wajib cara pandang, berpikir, bersikap, dan
lahir dan bathin, lahir berasal dari luar
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa ….. 43

bertindak (Sahlan, Asmava dan Angga 2012:24) menjelaskan ketiga aspek


Teguh Prastyo, 2012). tersebut, yaitu:
Untuk pendidikan karakter a. Afektif yang tercermin pada kualitas
Thomas Lickona menyampaikan (2014) keimanan, ketakwaan, akhlak mulia,
“Character education programs have termasuk budi pekerti luhur serta
gained increasing interest in the past kepribadian unggul, dan kompetensi
decade and are designed to produce estetis.
students who are thoughtful, ethical, b. Kognitif yang tercermin pada
morally responsible, community oriented, kapasitas pikir dan daya
and self disciplined”. Pendapat lain intelektualitas untuk menggali dan
tentang Pendidikan karakter yaitu dari mengembangkan serta menguasai
William dan Schnaps menyampaikan ilmu pengetahuan dan teknologi
bahwa pendidikan karakter sebagai usaha c. Psikomotorik yang tercermin pada
yang dilakukan oleh personel sekolah, kemampuan mengembangkan
bahkan dilakukan bersama-sama dengan keterampilan teknis, kecakapan
orang tua dan anggota masyarakat, untuk praktis, dan kompetensi kinestetis
membantu anak-anak dan remaja agar Dari ketiga aspek penilaian yang
menjadi atau memiliki sifat peduli, diberikan kepada siswa tersebut
berpendirian, dan bertanggung jawab menjadikan siswa harus bisa
(Zubaedi 2011: 15). Dari pendapat mengembangkan diri tidak hanya dari
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepandaian dalam menguasai materi,
pendidikan karakter mempunyai peran tetapi juga dari sikap dan keterampilan.
yang penting untuk membentuk karakter Hal tersebut juga disampaikan Ellen
mulia dan unggul serta menjadi pondasi bahwa pembangunan karakte rmerupakan
utama kepribadian peserta didik yang tujuan luar biasa dari system pendidikan
menjadi bagian dalam membangun yang berlangsung di setiap institusi
karakter bangsa sesuai landasan dan nilai- pendidikan baik dari sekolah dasar
nilai luhur yang menjadi pedoman dalam sampai perguruan tinggi sebagai sarana
berperilaku yang di dapatkan dari pengembangan dan penanaman nilai-nilai
pendidikan. kepada peserta didik (Zainal Aqib, 2011:
Pendidikan 41). Ada tujuh karakter dasar manusia
karaktersendirimempunyaifungsiberdasar seperti yang diungkapkan oleh Ari
kanbukupedomanpelaksanaan Pendidikan Ginanjar dalam Darmiyati Zuhdi, dkk
karakter Kementerian Pendidikan (2009) diantaranya adalah 1) jujur; 2)
Nasional Tahun 2011 yaitu (1) tanggung jawab; 3) disiplin; 4) visioner;
mengembangkan potensi dasar agar 5) adil; 6) peduli; dan 7) kerjasama.
berhati baik, berpikiran baik, dan Sedangkan nilai-nilai karakter sendiri
berperilaku baik; (2) memperkuat dan yang dapat dikembangkan berdasarkan
membangun perilaku bangsa yang identifikasi Pusat Kurikulum.
multikultur; (3) meningkatkan peradaban Pengembangan dan Pendidikan Budaya
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dan Karakter Bangsa (2009: 9-10)
dunia. Dalam pendidikan siswa tidak darisumber agama, Pancasila, budaya,
serta merta hanya memperoleh dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1)
pengetahuan dari hasil pembelajaran, Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)
akan tetapi siswa wajib mendapatkan Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7)
pembelajaran dari tiga aspek, yaitu Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11)
Syaiful Anam (Barnawi dan Arifin, Cinta Tanah Air, (12) Menghargai
44
Elementary School 7 (2020) 38-49

Prestasi, (13) Bersahabat / Komunikatif, memiliki budaya sekolah yang unggul


(14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, agar iklim pendidikan dapat berjalan
(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli secara baik. Budaya sekolah dapat
Sosial, dan (18) Tanggung Jawab. dikembangkan dan dibentuk sebagai cirri
Dari uraian tersebut dapat khas atau identitas sekolah yang
disimpulkan bahwa Pendidikan karakter menunjukan perbedaan dengan sekolah
mempunyai peran yang penting untuk lainnya. Menurut Lintang Waskita Puri,
membentuk karakter mulia dan unggul Siti Nurkholipah, dan Rahmatika Nur
serta menjadi pondasi utama kepribadian Aisyah Windra Putri (2017: 602) bahwa
peserta didik yang menjadi bagian dalam budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
membangun karakter bangsa sesuai yang melandasi perilaku, tradisi,
landasan dan nilai-nilai luhur yang kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
menjadi pedoman dalam berperilaku yang dipraktikkan oleh kepala sekolah,
yang di dapatkan dari pendidikan. guru, petugas administrasi, siswa, dan
Budaya Sekolah masyarakat sekitar sekolah.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila Internalisasi nilai-nilai Pancasila
pada era pendidikan sekarang menjadi dapat diintegrasikan melalui budaya
acuan yang harus dikerjakan pihak sekolah agar karakter siswa dapat
sekolah. Penerapan dalam setiap bentuk terbentuk. Budaya sekolah dipandang
kegiatan di sekolah harus tercermin sebagai eksistensi suatu sekolah yang
dengan nilai-nilai Pancasila agar ideology terbentuk dari hasil saling mempengaruhi
bangsa Indonesia tertanam pada setiap antara tiga factor yaitu sikap dan
jati diri siswa. Dengan penanaman nilai- kepercayaan orang yang berada di
nilai Pancasila secara langsung sekolah dan lingkungan luar sekolah,
mengaktualisasikan ideology bangsa dan norma-norma budaya sekolah dan
ikut menjaga marwah Pancasila. Peran hubungan antar individu di dalam sekolah
sekolah sebagai pihak terkait dalam yang membentuk karakter sekolah (Iis
penyelenggara pendidikan mempunyai Yeti Suhayati, 2013: 91).
factor penting dalam membentuk karakter METODE PENELITIAN
siswa melalui sekolah yang efektif. Jenis penelitian yang digunakan
Cremer dan Reezight (1966) yang dikutip adalah penelitian kualitatif deskriptif.
M Nur Hasan dan Arie Supriyatno (2016: Penelitian ini untuk menggambarkan
2) mengidentifikasikan 7 lembaga atau keadaan secara langsung di lapangan
sekolah yang efektif, yaitu: dengan data-data berupa kata-kata untuk
1. Lingkungan sekolah yang teratur menjelaskan tujuan penelitian tentang
2. Kesepakatan dan kerja sama antar internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
tenaga pendidik membentuk karakter siswa melalui
3. Konsentrasi pada kebutuhan dasar budaya sekolah. Lokasi penelitian ini
(basic skill) dan waktu yang yaitu di SD Negeri Batuagung 02
digunakan untuk belajar Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal.
4. Pemantauan terhadap kemajuan Subjek penelitian ini yaitu Kepala
siswa (evaluasi) Sekolah, Guru, Karyawan, Siswa, dan
5. Administrasi dan kepemimpinan Orang tua siswa. Untuk instrument
6. Kebijakan yang melibatkan orang pengumpulan data yang digunakan dalam
tua siswa penelitian ini menggunakan lembar
7. Harapan atau ekpektasi observasi, pedoman wawancara, dan
Dari uraian tersebut menunjukan lembar dokumentasi. Lembar observasi
bahwa sekolah yang efektif harus digunakan sebagai pegangan peneliti
45
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa …..

untuk pengumpulan data hasil ruang kelas harus diperhatikan setiap saat
pengamatan terkait internalisasi nilai- karena kelas merupakan asset utama
nilai Pancasila yang dilakukan sekolah dalam memberikan pembelajaran kepada
dalam membentuk karakter siswa yang siswa. Sedangkan fasilitas lainnya adalah
dilakukan melalui budaya sekolah yang seperti toilet, kantin, hutan sekolah,
dimiliki. Pedoman wawancara digunakan taman sekolah, fasilitas tempat olahraga,
peneliti untuk menanyakan kepada mushola yang harus ditata supaya terlihat
informan tentang bagaimana internalisasi rapi dan nyaman untuk dipandang dan
nilai-nilai Pancasila dalam membentuk akan memberikan gairah dan semangat
karakter siswa melalui budaya sekolah. dalam pembelajaran.
Lembar dokumentasi digunakan untuk Wawancara dengan guru tentang
mendapatkan data-data pendukung pembudayaan kebersihan diperoleh hasil
penelitian. Sedangkan untuk analisis data bahwa untuk kegiatan budaya bersih di
menggunakan pengumpulan data, reduksi sekolah ini setiap pagi dilakukan jadwal
data, penyajian data, dan penarikan piket sesuai giliran siswa supaya dalam
kesimpulan. proses pembelajaran menjadi nyaman,
HASIL DAN PEMBAHASAN setiap jum at melakukan kebersihan
Berdasarkan hasil penelitian yang lingkungan kelas masing-masing
telah dilakukan, pada bagian ini akan di diantaranya juga membersihkan mushola
jelaskan terkait pembahasan Internalisasi sebagai tempat ibadah. Kegiatan
Nilai-nilai Pancasila dalam Membentuk kebersihan yang dilakukan dan menjadi
Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah. kegiatan rutin sekolah mendapatkan
Adapun hasil penelitian dalam kegiatan respon positif dari siswa yang selalu
penelitian ini berdasarkan observasi, mengikuti kerja bakti yang dilaksanakan
wawancara, dan dokumentasi. sekolah. Sebagai proses pembiasaan yang
Sebelumnya perlu diketahui bahwa dilakukan kepada siswa contohnya
proses internalisasi nilai-nilai Pancasila membuang sampah pada tempatnya,
dapat dilakukan untuk menumbuhkan tulisan yang berisi pesan positif misalnya
kesadaran kepada peserta didik melalui: dilarang merokok, kawasan wajib
1) pengetahuan; 2) kesadaran, 3) senyum. Hal ini untuk membiasakan
ketaatan; 4) kemampuan kehendak; 5) siswa untuk memiliki kepribadian yang
watak dan hati Nurani; dan 6) starategi baik. Selain itu pembiasaan yang biasa
dan metode (Kaelan, 2016). Denganm dan sudah menjadi kebiasaan siswa
emperhatikan hal tersebut internalisasi adalah sholat berjamaah pada waktu
nilai-nilai Pancasila dapat di integrasikan sholat duhur.
dengan budaya sekolah yang ada. Untuk Dari observasi diperoleh hasil
hasil dari penelitian diperoleh sebagai yang menunjukan bahwa lingkungan
berikut. sekolah tertata dari mulai penempatan
1. Penataan Lingkungan Fisik Sekolah tempat duduk dan meja siswa, penataan
Dari hasil pengembangan tempat sampah di setiap kelas dan kantin,
instrument terkait dengan penataan adanya westafel untuk tempat cuci
lingkungan fisik sekolah, hasil tangan, taman dan tempat ibadah
wawancara dengan kepala sekolah (mushola) yang dijaga kebersihannya
diperoleh data bahwa dalam penataan oleh siswa.
fasilitas fisik sekolah, kepala sekolah 2. Penataan Lingkungan Sosial Sekolah
memberikan arahan kepada seluruh Hasil dari wawancara di dapatkan
warga sekolah dalam kaitannya penataan bahwa kaitannya dengan lingkungan
seluruh lingkungan diantaranya fasilitas social sekolah diantaranya tentang
46
Elementary School 7 (2020) 38-49

kedisiplinan siswa sebagai bagian dari menjaga keamanan, ketertiban,


penciptaan keamanan sekolah yaitu kebersihan, ikut menasehati bila ada
dengan adanya tata tertib setiap kelas, teman yang merusak lingkungan sekolah.
pemberian sanksi terhadap peserta didik Untuk pemberian jaminan atas
yang melanggar tata tertib, Sosialisasi kesejahteraan siswa terdapat dana social
tata tertib di awal ajaran baru dan sakit, kunjungan sunat, dana social bagi
disampaikan kepada orang tua siswa, orang tua siswa yang meninggal.
disiplin guru dan karyawan. Warga Sedangkan dari hasil observasi
sekolah mematuhi tata tertib yang ada, menunjukan bahwa Siswa diberikan
setiap pelanggar tata tertib diberi sanksi. penghargaan dengan memajang hasil
Dari pengamatan yang dilakukan karya siswa di madding sekolah dan di
peneliti menunjukan bahwa untuk kelas sebagai bentuk apresiasi atas karya
penegakan tata tertib sangat tegas siswa.
diantaranya ada siswa yang melanggar 4. Penataan Lingkungan Kerja Sekolah
tata tertib dengan membuang sampah dan Pada penataan lingkungan kerja
langsung diberikan teguran, serta adas sekolah terdapat Jadwal acara dan
iswa yang ketahuan merokok dan di aktivitas sekolah dan penciptaan budaya
hokum dengan bersikap hormat kepada kerja. Hasil yang diperoleh menunjukan
bendera merah putih di lapangan upacara. bahwa jadwal tersusun baik darikelas 1
Dan setiap upacara bendera selalu sampai kelas 6 dengan adanya info
diingatkan untuk menaati tata tertib jadwal pelajaran setiap kelas. Dan adanya
sekolah. Siswa mentaati tata tertib yang jadwal lain di luar pembelajaran yang
ada, dan yang tidak disiplin langsung disesuaikan oleh guru misalnya pada
diberi hukuman sesuai pelanggarannya. kegiatan bulan ramadhan yang
Selain itu kaitannya dengan lingkungan mengharuskan siswa untuk mengikuti
social sekolah yaitu penciptaan relasi kuliah tujuh menit dan sholat duha
kekeluargaan dan kebersamaan. Hasilnya selama bulan ramadhan. Hasil lainnya
menunjukan adanya aktivitas bersama terkait dengan penciptaan budaya kerja
para siswa dalam membersihkan didapatkan kaitannya dengan pemantauan
lingkungan sekolah, berekreasi setiap pembelajaran bahwa pemantauan
pergantian ajaran baru untuk dibuktikan dengan catatan pribadi siswa
menciptakan suasana kekeluargaan antara tentang perilaku siswa di sekolah,
siswa dan guru, melakukan kunjungan ke dilakukan penilaian hasil belajar siswa,
orang tua siswa yang mempunyai hajatan. penilaian harian, tengah semester, dan
Kita selalu mengajak orang tua siswa ahir semester, serta catatan jurnal sikap
dalam kegiatan yang dilakukan sekolah siswa.
misalnya kegiatan dalam rangka 5. Pengelolaan kelas
pembangunan fasilitas sekolah terkadang Internalisasi nilai-nilai Pancasila
orang tua siswa secara spontan dilihat dari system pengelolaan kelas
memberikan bantuan tenaga. Untuk diantaranya Penciptaan lingkungan fisik
kegiatan lainnya seperti musyawarah kelas yang kondusif, Pengelolaan
dalam kaitannya dengan aturan-aturan, aktivitas belajar siswa, Pengelolaan
kebiajakan, tata tertib yang diberlakukan waktu, Penciptaan atmosfir belajar yang
sekolah serta memberikan wacana- kondusif, Penerapan strategi
wacana yang akan dilaksanakan sekolah. pembelajaran. Hasil yang diperoleh ada
3. Penataan Personil Sekolah keterlibatan siswa dalam penataan kelas
Hasil wawancara menunjukan dengan bukti ada daftar piket setiap kelas,
bahwa semua warga sekolah ikut penataantempat duduk siswa oleh siswa
47
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa …..

secara berkala setiap satu minggu sekali, diadakan secara rutin kegiatan KKG
penataan ruang kelas dengan memasang (Kelompok Kerja Guru) dan Diklat guru
hasil karya siswa. Upaya dalam untuk memberikan kemampuan lebih
pengelolaan bentuk aktivitas belajar mendalam agar dapat diimplementasikan
siswa yang dilakukan guru pada saat dalam pembelajaran. Dalam halnya
pembelajaran menunjukan adanya diskusi dengan apa yang dilakukan dalam
dengan guru tentang aktivitas belajar di membangun semangat kerja yang solid
kelas dan melakukan observasi / semua warga sekolah, kepala sekolah
pengamatan lingkungan sebagai sumber sebagai motivator, fasilitator, teladan atau
belajar. contoh selalu menumbuhkan semangat
Dalam pengalokasian dan kerja dengan bimbingan dan pembinaan
pemanfaatan waktu secara efisien dan secara rutin tiap hari senin setelah
efektif dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan upacara bendera. Pemberian
yang dilakukan guru di kelas menunjukan penghargaan bagi guru yang berprestasi
bahwa RPP guru sudah menggambarkan dan pemberian hukuman atau teguran
pembagian waktu secara rinci mulai dari bagi guru yang melanggar disiplin.
kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir Dari data yang didapatkan bahwa
pembelajaran. Penciptaan suasana internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
pembelajaran yang menyenangkan, membentuk karakter siswa melalui
mengasyikan, mencerdaskan, dan budaya sekolah dilakukan tidak hanya
menguatkan yang dilakukan sekolah ditanamkan pada saat proses belajar
menunjukan yang dilakukan oleh guru dikelas tetapi juga dalam berbagai
diantaranya RPP memuat pembelajaran kegiatan penunjang lainnya. Zuchdi, dkk
PAIKEM, pembelajaran dengan multi (2010) mengungkapkan bahwa dalam
arah, penggunaan media dan alat peraga penanaman pendidikan karakter perlu
dalam pembelajaran secara tepat, guru dilakukan melalui pendekatan yang
menggunakan konsep alam dalam komprehensif, tidak mengandalkan pada
pembelajaran, guru selalu melakukan matapelajaran tertentu, dan menggunakan
inovasi-inovasi dalam pembelajaran. metode dan strategi yang bervariasi serta
6. Kepemimpinan kepala sekolah melibatkan seluruh komponen sekolah
Budaya sekolah sangat ditentukan untuk memaksimalkan upaya dalam
oleh kepemimpinan yang baik dan penanaman karakter. Hal ini juga senada
manajemen sekolah yang baik pula. dengan apa yang dikatakan Alawiyah
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan (2012) pendidikan karakter dapat
kepala sekolah untuk menginternalisasi dilakukan melalui integrasi pada semua
kan nilai-nilai Pancasila dalam mebentuk pelajaran, menciptakan budaya sekolah,
karakter siswa melalui budaya sekolah kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
didaptkan hasil bahwa saling bersinergi serta adanya proses pembiasaan yang
dengan semua warga sekolah, semua dilakukan sekolah kepada semua warga
program sekolah dilakukan Bersama sekolah untuk memaksimalkan
sesuai dengan tugas masing-masing, pendidikan karakter yang diberikan.
memberikan pemahaman tentang
perlunya peningkatan kualitas sekolah SIMPULAN
atau prestasi siswa. Dalam hal prestasi Berdasarkan hasil penelitian dan
adanya penambahan jam pelajaran, pembahasan terkait internalisasi nilai-
bimbingan siswa dalam menghadapi nilai Pancasila dalam mebentuk karakter
lomba akademik atau non akademik. siswa melalui budaya sekolah
Dan untuk menujang profesional guru menunjukan bahwa ada berbagai aspek
48
Elementary School 7 (2020) 38-49

yang harus dilakukan dan kembangkan rasa memiliki terhadap sekolah,


dalam menciptakan budaya sekolah yang pemberian jaminan atas kesejahteraan
dapat memberikan suatu pembiasaan dan siswa, 4) Penataan Lingkungan Kerja
ketaatan warga sekolah untuk Sekolah dengan melakukan pengaturan
menanamkan nilai-nilai Pancasila yang jadwal acara dan aktivitas sekolah,
dapat membentuk karakter siswa. Hal-hal penciptaan budaya kerja, 5) Pengelolaan
yang dapat dilakukan adalah 1) Penataan kelas dengan melakukan penciptaan
Lingkungan Fisik Sekolah dengan lingkungan fisik kelas yang kondusif,
melakukan perawatan fasilitas fisik Pengelolaan aktivitas belajar siswa,
sekolah, penataan ruang kelas, Pengelolaan waktu, penciptaan atmosfir
penggunaan poster afirmasi, 2) Penataan belajar yang kondusif, penerapan strategi
Lingkungan Sosial Sekolah dengan pembelajaran, 6) Kepemimpinan kepala
melakukan penciptaan keamanan di sekolah dengan melakukan memahami
lingkungan sekolah, Penciptaan relasi sebagai pemimpin pendidikan,
kekeluargaan dan kebersamaan, 3) membangun moral kerja, kebijakan dan
Penataan Personil Sekolah dengan prosedur, membangun semangat kerja
melakukan Pemberian ganjaran positif yang solid.
bagi karya terbaik siswa, pengembangan

DAFTAR PUSTAKA change. SEMINAR SEPIO JUNE


Abudin, Nata. 2000. Metodologi Studi 21, MSE (PARIS 1, FRANCE)
Islam. Jakarta: Grafindo Persada. and Association for the Study of
Alawiyah. 2012. Kebijakan dan Religion, Economics & Culture,
pengembangan pembangunan ASREC Annual Meeting, April 7-
karakter melalui pendidikan di 10, 2011 Hyatt Regency, Crystal
Indonesia. Aspirasi Vol. 3, No. 1, City (Washington DC).
87-101. Iis Yeti Suhayati. 2013. Supervisi
Barnawi dan M. Arifin. (2012). Strategi Akademik Kepala Sekolah,
&Kebijakan Pembelajaran Budaya Sekolah dan Kinerja
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Mengajar Guru. Jurnal
Ar-Ruzz Media. Adminisistrasi Pendidikan, Vol.
Creswell, John W. 2015. Penelitian XVII No.1, Oktober 2013. pp.86-
kualitatif & desain riset: memilih 95.
diantara lima pendekatan (3rd eds). Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta: Paradigma.
Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya, Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.
&Muhsinatun Siasah Masruri. Desain Induk Pendidikan Karakter
2010. Pengembangan Model Kementrian pendidikan Nasional.
Pendidikan Karakter Terintegrasi Jakarta: Kemendiknas.
Dalam Pembelajaran Bidang Studi Kementerian Riset, Teknologi dan
di Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan Tinggi Republik
Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Indonesia. 2016. Pendidikan
pp. 1-12. pancasila untuk perguruan tinggi.
Daryanto. (2015). Pengelolaan Budaya Jakarta: Direktorat Jenderal
dan Iklim Sekolah. Yogyakarta: Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Gava Media. Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Facchini, Francois., & Melki, Mickael. Data Kasus Berdasarkan Klaster
2011. Ideology and cultural Perlindungan Anak. Diambil pada
49
Rian N dan Abdul R, Internalisasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa …..

tanggal 20 Agustus 2018 dari bank Santos, Boaventura de Sousa. 2002. The
data.kpai.go.id processes of globalisation.
Lintang Waskita Puri, Siti Nurkholipah & Diambil pada tanggal 20 Agutus
Rahmatika Nur AisyahWindra 2018
Putri. 2017. Peran Konelor Dalam darihttp://www.eurozine.com/the-
Mengembangkan Budaya sekolah processes-of-globalisation/.
Berbai Karakter. Jurnal Siti Nurjanah.2017. Internalisasi Nilai-
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Nilai Pancasila Pada Pelajar
Pengembangan, Volume: 2 (Upaya Mencegah Alliran Anti
Nomor: 5 Bulan Mei Tahun 2017, Pancasila di Kalangan Pelajar).
pp. 599-603. El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Volume 5, Nomor 1, pp. 93-106.
Karakter Menjawab Tantangan Sugiyono. 2007. Metode Tulisan
Krisis Multidimensional. Jakarta: Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bumi Aksara Bandung : Alfabeta.
M. Abdul Roziq A. 2016. Integrasi Nilai- Sugiyono. 2010. Metode penelitian
nilai Pancasila Dalam Pendidikan pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Karakter dan BudayaBangsa yang Vivit Puspita Dewi& Fanny Septiany
Berbasis Lingkungan Sekolah. Rahayu. 2018. Peran Bimbingan
Jurnal Rontal Keilmuan PPKn, dan Konseling Untk Membentuk
Volume 2, Nomor 1, April 2016, Karakter Siswa Sekolah Dasar.
pp. 1-11. Prosiding Seminar Nasional
M Nur Hasan & Arie Supriyatno. 2016. Pendidikan FKIP Univeritas
Model Pembelajaran Berbasis Muhammadiyah Cirebon tanggal
Pondok Pesantren Dalam 21 April 2018.
Membentuk Karakter Siswa. Zuchdi, Darmiyati., Prasetya, Zuhdan
Jurnal Transformasi, Vol. 12, No. Kun & Masruri, Muhsinatun
1, p. 51-60. Siasah. 2010. Pengembangan
MuchlasSamani dan Hariyanto (2017). Model Pendidikan Karakter
Konsep dan Model Pendidikan Terintegrasi Dalam Pembelajaran
Karakter. Bandung: PT Remaja Bidang Studi di Sekolah Dasar.
Rosdakarya. Cakrawala Pendidikan, Th. XXIX,
Mudassir dkk. 2017. Pengimplementasian Edisi Khusus Dies Natalis UNY.
Pendidikan Karakter Dalam
Budaya Sekolah di SD Negeri Lam
Ilie Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Sekolah Dasar
FKIP Unsyiah, Volume 2 Nomor
4, p.60-65.

Anda mungkin juga menyukai