Anda di halaman 1dari 4

Diskusi Bidang PP

HMI Komisariat Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


HMI Cabang Bukittinggi
SUMBANG DUO BALEH SEBAGAI LOCAL WISDOM (KEARIFAN
LOKAL) MASYARAKAT MINANGKABAU
Yudi Gucandra

Minangkabau adalah salah suku bangsa yang secara geneologis  memakai


sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal termasuk unik di dunia. Hanya
ada lima suku bangsa yang memakai sistem penarikan garis keturunan melalui ibu
ini. Adalah suku bangsa Indian di Apache barat, suku Khasi di India timur laut,
suku Nakhi di Tiongkok, suku Trobrian di Papua Nugini dan suku Minangkabau di
Sumatera Barat.
Matrilineal berasal dari bahasa latin, yaitu mater yang berarti ibu, dan linea
yang berarti garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik
dari pihak ibu. Secara umum, sistem matrilineal juga memberikan legalitas kepada
perempuan untuk berkuasa (matriakat). Oleh sebab itu sistem adat matrilineal tidak
hanya pada penarikan garis keturunan berdasarkan garis ibu, akan tetapi kekuasaan
juga berada di tangan perempuan.
Di Minangkabau, sistem matrilneal diinternalisasikan kedalam sebuah pola
yang unik. Praktik matrilineal tidak terlepas dari adagium “Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah”. Islam sebagai sebuah agama dan adat sebagai sebuah
tradisi, telah mengakulturasi menjadi sebuah pranata sosial yang mapan.
Pada masyarakat Minangkabau, wanita dikelompokkan kedalam empat
tingkatan berdasarkan ciri fisik, kematangan emosional, dan  perannya di dalam
masyarakat. Yang pertama adalah batino, seorang wanita yang baru lahir sampai
dia menempuh masa kanak-kanak sampai sebelum akil balig. Urutan yang kedua
adalah gadih, yaitu wanita dari masa akil balig sampai masa sebelum menikah.
Wanita pada urutan ketiga adalah padusi, yaitu wanita yang sudah bersuami. Dan
yang terakhir adalah parampuan, yaitu wanita yang sudah memiliki usia lanjut
yang dimulai ketika dia sudah menjadi nenek dalam sebuah keluarga.
Suku bangsa Minangkabau memiliki sitem nilai, norma, atau kearifan lokal
(local wisdome) dalam menjaga kehormatan seorang  wanita atau perempuan.
Sistem nilai tersebut dikenal juga dengan istilah “Sumbang Duobaleh” (Sumbang
Duabelas).  Sumbang Duo baleh adalah panduan untuk mengatur tingkah laku
seorang wanita, agar tidak menyimpang dari kodrat dan status sosialnya di dalam
masyarakat. Sumbang, jangga atau cando, adalah perbuatan yang kurang baik dan
harus dihindari oleh wanita di Minangkabau karena akan mendatangkan malu bagi
1
Diskusi Bidang PP
HMI Komisariat Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
HMI Cabang Bukittinggi
suku dan kaumnya. Wanita yang sering melakukan Sumbang Duobaleh dianggap
sebagai wanita yang tidak sopan atau dalam istilah Minang indak bataratik. 
Wanita di Minangkabau memegang peranan penting dalam kehidupan.
Selain sebagai calon Bundo Kanduang Palito Nagari, wanita di Minangkabau juga
merupakan penerima harato pusako turun temurun dalam kaumnya. Setiap wanita
akan menjadi sosok ibu dalam rumah tangganya kelak. Oleh karena itu, seorang
wanita haruslah memiliki sifat dan etika yang baik, sebagaimana frasa Palito
Nagari yang disematkan pada Bundo Kanduang.
Sejak dahulu, wanita di Minangkabau selalu diajarkan oleh orangtuanya
mengenai Sumbang Duo Baleh. Apa itu sumbang duo baleh? Dan apa kaitannya
dengan sifat dan etika terpuji yang harus dimiliki sosok wanita di
Minangkabau? Sumbang atau disebut juga "sonsang" berarti kurang dan cenderung
kepada salah, tidak patut, kurang cocok dalam tatanan sosial. Adapun yang
dimaksud dengan Sumbang Duo Baleh  adalah semacam norma adat yang bersifat
turun temurun dan sudah menjadi konsesnsus masyarakat Minangkabau dan tidak
tertulis mengenai hal-hal yang sepatutnya dijauhi, dihindari, bahkan ditinggalkan
oleh wanita di Minangkabau. Dua belas larangan itu adalah sebagai berikut:

1. Sumbang Duduak
Seorang wanita di Minangkabau dilarang untuk duduk bersila seperti layaknya
laki-laki. Selain itu, mereka juga dilarang untuk duduk dengan membuka paha,
jongkok, atau duduk di tempat yang tidak semestinya seperti tangga, pintu, dan
lain-lain. Seharusnya, duduk seorang wanita di Minangkabau
ialah basimpuah dengan merapatkan kedua paha.

2. Sumbang Tagak
Layaknya sumbang duduak, wanita di Minangkabau juga dilarang untuk berdiri di
tempat yang tidak semestinya. Begitu juga berdiri dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya.

3. Sumbang Jalan
Langkah seorang wanita di Minangkabau digambarkan dengan pepatah Samuik
tapijak indak mati, alu tataruang patah tigo. Langkahnya harus pasti, tegas, tapi
tidak tergesa-gesa. Wanita di Minangkabau juga dilarang untuk berjalan berduaan

2
Diskusi Bidang PP
HMI Komisariat Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
HMI Cabang Bukittinggi
dengan yang bukan muhrimnya, atau berjalan sendirian di malam hari tanpa tujuan
yang jelas.

4. Sumbang Kato
Perkataan bisa terasa manis, dan juga bisa setajam pedang. Seorang wanita di
Minangkabau sepatutnya berkata yang baik atau diam. Kato nan ampek ialah hal
fundamental yang harus dijaga dan diterapkan oleh wanita di Minangkabau.

5. Sumbang Caliak
Melihat sesuatu yang tidak pantas dilihat oleh seorang wanita, bertatapan mata
dengan lawan jenis hingga menimbulkan syahwat adalah larangan bagi wanita di
Minangkabau. Cara melihat yang memancing amarah orang lain juga dilarang.

6. Sumbang Makan
Makanan yang dimakan oleh wanita di Minangkabau haruslah halal lagi baik.
Adab makan pun harus diperhatikan, seperti tidak "bercapak" atau bersuara ketika
makan, dan makan dengan porsi yang secukupnya.

7. Sumbang Karajo
Pekerjaan laki-laki dan pekerjaan wanita di Minangkabau tidak bisa disatukan.
Adapun pekerjaan wanita di Minangkabau ialah hal-hal yang sifatnya ringan, dan
tidak menimbulkan fitnah dalam masyarakat.

8. Sumbang Pakaian
Pakaian wanita di Minangkabau seperti halnya pakaian seorang Bundo Kanduang.
Dilarang memakai pakaian yang memperlihatkan aurat, ketat, dan transparan. Hal
ini bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat seorang wanita.

9. Sumbang tanyo
Baso jo basi harus benar-benar diperhatikan bagi seorang wanita di Minangkabau.
Jangan sampai seorang wanita bertanya hal-hal yang tidak sepatutnya
dipertanyakan, karena bisa menyinggung perasaan orang lain.

10. Sumbang jawek

3
Diskusi Bidang PP
HMI Komisariat Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
HMI Cabang Bukittinggi
Begitu halnya dengan menjawab pertanyaan, wanita di Minangkabau harus
berpikir terlebih dahulu sebelum memberikan jawaban. Jawaban yang diambil
seorang wanita di Minangkabau harus dipikir matang-matang secara cepat dan
tepat, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

11. Sumbang Bagaua


Wanita di Minangkabau harus memperhatikan pergaulannya. Jangan sampai,
mereka bergaul dengan lawan jenis tanpa menghiraukan batasan yang ada. Semua
kalangan, baik muda, tua, sama besar, sepatutnya dipergauli dengan baik dan
benar.

12. Sumbang Kurenah


Kurenah adalah tabiat, perilaku, atau karakter. Seorang wanita di Minangkabau
tidak sepantasnya berbisik-bisik, berteriak lantang, tertawa terbahak-bahak, atau
berperilaku seperti halnya laki-laki. Wanita harus menjaga sikapnya, pandai
membawa diri dalam setiap konidisi yang ada

Anda mungkin juga menyukai