Anda di halaman 1dari 2

Diskursus Islam Nusantara sebenarnya sudah bergulir sejak diusungnya menjadi tema besar pada

Muktamar NU ke-33 di Jombang bulan Agustus 2015 lalu. Setelah jauh sebelumnya istilah Islam
Nusantara yang di dalamnya termaktub istilah Fiqh Nusantara, dikemukakan pertama kali oleh
Hasbi Ash-Shiddieqy pada tahun 1940-an (hal 1). Berawal dari itu hingga sekarang, baru kemudian
mendapat sambutan hangat dan kembali menjadi perbincangan di dunia akademik maupun dunia
maya.  Islam Nusantara pada dasarnya merupakan hasil interaksi dan kontektualisasi ajaran dan
nilai-nilai Islam yang universal, diakumulasikan sesuai dengan realitas sosio-kultural masyarakat
Indonesia. Hingga kini dapat kita paham dan maklumi bilamana Islam atau Fiqh Nusantara banyak
berpengaruh terhadap pembentukan sistem hukum nasional Indonesia. ADVERTISEMENT Pada
dasarnya, relasi antara term agama dan negara dalam diskursus keindonesiaan hingga hari ini
nyatanya tidak pernah selesai diperbincangkan. Berbicara mengenai fiqh, adalah benar apa yang
dikatakan oleh Hosaini, yang mengatakan bahwa arti fiqh adalah berkembang. Berkembang secara
ekspisit, berubah seiring berkembangnya zaman. Pun negara juga demikian, positive laws yang
berlaku sebagiannya adalah hasil saduran dari living laws, keduanya selalu berjalan beriringan.
Pertautan antara keduanya tidaklah sederhana, disamping karena mayoritas penduduk Indonesia
adalah Muslim, pada keadaan yang sama, asas menjunjung pluralitas atau toleransi, haruslah
tercermin dari setiap hukum yang berlaku.  Dalam konteks pembangunan hukum di Inonesia, Fiqh
Islam telah banyak memberi kontribusi, antara lain : UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, pada
pasal 2 ditulis bahwa sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut ketentuan agamanya masing-
masing. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 63, dinyatakan yang dimaksud pengadilan dalam UU ini
adalah Pengadilan Agama  bagi mereka yang beragama Islam. UU No 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. PP No 28 tahun 1978 tentang perwakafan tanah. Kompilasi Hukum Islam (KHI),
dan masih banyak lagi. ADVERTISEMENT Secara detail, NU dalam muktamarnya di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo tahun 1989 merumuskan, deklarasi tentang hubungan
Pancasila dengan Islam terdiri dari lima butir. Pertama, menegaskan bahwa pancasila sebagai dasar
dan falsafah negara bukanlah agama. Kedua, bahwa sila ketuhanan yang Maha Esa menjiwai sila-sila
yang lain. Ketiga, Islam adalah aqidah dan syari’ah meliputi hubungan manusia dengan Allah dan
hubungan antarmanusia. Keempat, setiap Muslim baik pribadi maupun sosial, dapat dibenarkan
menganut paham filsafat atau ideologi tertentu senyampang tidak bertentangan dengan Islam.
Kelima, penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam
untuk menjalankan syari’at agamanya (hal 109-111).  Hingga saat ini, banyak intelektual muda
Indonesia yang menulis nomenklatur pembahasan Islam Nusantara. Namun, karya yang membahas
secara detail mengenai kontribusi Fiqh Nusantara terhadap perkembangan hukum di Indonesia
sangatlah minim. Maka kiranya tidak berlebihan jika menyebut karya Prof Haris ini sebagai
penambah khazanah literatur. Buku yang berjudul Fiqh Nusantara Pancasila dan Sistem Hukum
Nasional Indonesia yang ditulis oleh guru besar bidang ushul fiqh ini, sangat layak untuk dijadikan
referensi dan bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.  Prof Haris menyusun buku ini
dengan sangat runtut, serta berkaitan antarbabnya. Diawali dengan penuturan tentang Metodologi
Fiqh Nusantara, Formulasi Fiqh Nusantara, hingga keterkaitan dan kontribusinya dengan sistem
hukum di Indonesia. Buku ini cukup jelas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait
kontribusi Fiqh Nusantara yang berasal dari urf, hingga kaitannya dengan sistem hukum Nasional.
Sumber-sumber atau rujukan yang diambil dari buku ini juga sangat jelas asalnya, selain dari
beberapa referensi yang juga diambil dari buku atau tulisan penulis sendiri, juga rujukan kitab-kitab
klasik mutawatir tidak luput menjadi bahan rujukannya. Hingga buku ini sangat layak dijadikan
sumber rujukan dari berbagai kalangan,.mulai dari akademisi, agamawan, peneliti, hingga mereka
yang menginginkan pemahaman lebih tentang Fiqh Nusantara dengan kaitannya dengan sisitem
hukum Nasional. Meski demikian, saya rasa buku ini memiliki kekurangan dalam hal kebahasaan
yang kiranya agak sukar dimengerti oleh pembaca awam. Dan adanya kesalahan tulis dalam
beberapa tempat, namun buku ini cukup menjadi jawaban tentang kegundahan masyarakat.
Sebuah langkah tepat untuk mengungkap misteri Fiqh Nusantara berasal dan apa kontribusinya.
Semua dirangkai dalam buku ini, dan tentunya beberapa kesalahan sudah maklum adanya dalam
sebuah karya.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/118327/kontribusi-hukum-islam-dalam-pembangunan-
sistem-hukum-nasional

Anda mungkin juga menyukai