Anda di halaman 1dari 22

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PARA LANJUT USIA

Dosen Pembimbing : Ns. Wiwin Haryati, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok : 4
1. Herizal NIM: 134043191
2. Cantika Sari NIM: 134043191
3. Farid Wajidi NIM: 134043191
4. Meilita Prisila Oscar NIM: 134043191
5. Mutia NIM: 134043191
6. Punce Nuliara NIM: 134043191
7. Rauzatul Amna NIM: 134043191
8. Siti Azhara NIM: 134043191
9. Al Ghifari NIM: 134043191

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IM BANDA ACEH TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia” ini dengan baik. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan dan juga
sebagai panduan belajar.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pendengar yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kawan-kawan dan memberikan informasi yang baru dan menambah
pengetahuan bagi kita semua.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman semua

Banda Aceh, Desember 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................... 1
D. Manfaat........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................... 3


A. Askep Komunitas......................................................................................... 3
1. Definisi.................................................................................................... 3
2. Tujuan..................................................................................................... 3
3. Ruang lingkup......................................................................................... 5

BAB III PROSES KEPERAWATAN........................................................................ 10


1. pengkajian.............................................................................................. 10
2. analisa data............................................................................................ 15
3. diagnosa................................................................................................. 18

BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 21
1. Kesimpulan ............................................................................................ 21
2. Saran...................................................................................................... 21

DAFTARPUSTAKA................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari


tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980
usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang
(5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH
juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia
di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4
tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk
lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar
71,1 tahun (KEMENSOS, 2010).

Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan


manusiayang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam
menghadapi pengaruh daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan
tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh meliputi fisik,
mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia menyebabkan
timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal ini
meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur,
gemetar, berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan dan
pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi, 2010).

Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55


tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59
sebesar 11,6 persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di
Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai
penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus,
hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan
aktifitas bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi
yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten
Bogor tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit
kronis. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita
lanjut usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari (Efendi, 2010).

Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit


kardiovaskular. Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju
dari tahun 1980 hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan
(Damasceno, 2009). Sebanyak 73,6 juta orang di Amerika Serikat yang
berusia 20 tahun ke atas menderita hipertensi (Smithburger, 2010).
Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika sekitar 50.000.000 jiwa
menderita tekanan darah tinggi dengan persentase biaya kesehatan
cukup besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang mengalami hipertensi
(Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah
9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004).

Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan


dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya
adalah keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut
usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup
komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi
oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk
pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting
adanya proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi.

B. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan
keperawatan dan proses keperawatan komunitas pada lansia dengan
hipertensi.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagamana proses keperawatan komunitas
lansia dengan hipertensi.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan keperawatan
Dapat menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan
komunitas lansia dengan hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan mengenai hipertensi pada lansia dan
bagaimana mengatasi masalah hipertensi di suatu komunitas.
3. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai latihan bagaimana cara menyusun
asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Komunitas Lansia
1. Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif,
ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas
60 tahun (Nugroho, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
khususnya lansia dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat
terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan
(Efendi, 2010).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat
digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip
belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin
hidup sehat. Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan
adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan (Mubarak, 2005).

b. Proses Kelompok (Group Process)


Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem
yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan
kelompok khusus. Perawat spesialis komunitas dalam
melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan
status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan
sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan
dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan,
maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).

c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)


Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi
pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak
terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis
hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam
mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan
untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat.

d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara
sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan
sehingga membentuk interaksi transformatif kepada
masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan,
kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru.

2. Tujuan
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
Namun, secara terperinici berikut adalah tujuan keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi:
a. pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
b. menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat
terjangkau
c. melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan
d. optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu
komunitas dengan menekan angka kesakitan dan mengurangi
gejalanya.

3. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia
adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan
adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Core
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan
informal dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas
tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas
wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural atau urban)
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan
komunitas dan pola perubahan komunitas.
b. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia,
jumlah lansiam jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku ,
bahasa , tingkat pendapatan, pendidikan , produktivitas, masih
bekerja atau tidak, agama dan komposisi keluarga.
c. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar
atau CDR penyebab kematian, angka pertambahan anggota,
angka kelahiran.
d. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi
kesehatan lansia dikaji dengan menganalisis:
e. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat
f. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan pada pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi
obesitas dapat berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut
nadi (amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar
yaitu denyut nadi yang penuh dan teratur menunjukkan
tekanan darah sistolik yang tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan
hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang
disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui
melalui pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat
menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan
otak.
g. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya
peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran
secara berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling
penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011).
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk
memantau tekanan darah apakah masih dalam kondisi
normal atau abnormal. Tekanan sistolik yang melebihi 130
mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg
merupakan tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang
diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan diastole atau
pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas
tulang serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap
masa otot. Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan
untuk mengukur kadar lemak dalam organ tubuh tertentu.
Dengan diketahuinya penumpukan lemak dalam tuubuh
dapat membantu pasien dalam mengontrol berat badan
yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi
sirkulasi darah yang terdistribusi ke seluruh sistem
kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan
mengganggu sistem kardiovaskular sehingga akan
mempengaruhi tekanan darah seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar
kolesterol darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam
darah, tingkat natrium dan kalium dalam darah.
h. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun
terakhir).
i. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
j. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi
kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku
tindakan kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10)Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11)Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan
kesehatan
12)Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum
kopi yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan
obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

2. Data lingkungan fisik


1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan : Permanen, semi permanen, non
permanen
d. Atap rumah : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya
sebutkan
f. Lantai : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu,
atau lainnya  sebutkan.
g. Ventilasi : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari
luas lantai
h. Pencahayaan : Kurang, baik
i. Penerangan : Kurang, baik
j. Kebersihan : Kurang, baik
k. Pengaturan ruangan dan perabot  : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik

2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan
sampah, bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun,
atau cara lainnya sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.

3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah

4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah,
perairan.

3. Pelayanan kesehatan dan social


1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut
usia.
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi

B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang
dapat berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data,
semua aspek harus dipertimbangkan karena analisa data perlu
menentukan kebutuhan kesehatan dan dukungan masyarakat serta
trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam melakukan
analisa data terdapat beberapa langkah antara lain : pengelompokan
data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan
keputusan melalui berpikir kritis. Oleh karena itu perawat komunitas
harus mempelajari dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan tersebut, sehingga perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data
yang telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang
telah terkumpul dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data
dilakukan untuk melihat masalah kesehatan yang dialami masyarakat 
dan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Analisa data juga memberikan informasi tentang kekuatan
yang dimiliki oleh masyarakat, system pendukung dan sumber –
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan.

1. Tahap – tahap analisa data


Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan,
dapat dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa
langkah atau tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk
membantu melakukan analisa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data


Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat
membantu kita dalam melakukan analisa data yang telah
dikumpulkan dalam komuntas. Kategori atau pengelompokan
yang biasa digunakan yaitu berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik  dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe
tetangga, lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan,
pendidikan, rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan
( rumah sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah
selanjutnya adalah meringkas atau menyimpulkan data pada
masing – masing kategori yang telah dikelompokan dapat dalam
bentuk penghitungan, table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau
abnormal, apakah ada data – data yang tidak pantas atau
keselahan – kesalahan saat mengelompokan data sehingga
perlu adanya revalidasi data.. data – data yang diperoleh dari
masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan dengan data data
yang sama seperti data yang bersifat kecamatan, kabupaten ,
atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas
dan dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan
kesimpulan yang logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu
pengambilan kesimpulan yang mengarah pada pernyataan
diagnosa keperawatan. Pada tahap ini dilakukan sintesa apa
yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ; apa maksud /
arti dari data tesebut.

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan


menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval
waktu tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami
seseorang. Diagnosis ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan,
tidak sedang mengkonsumsi kopi, alkohol, serta tidak merokok.
Terkadang terdapat kesalahan saat melakukan diagnosa hipertensi
terutama pada wanita lanjut usia karena penurunan sensitivitas refleks
baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi dalam tekanan darah
(Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas
lansia dengan hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia berhubungan dengan
pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di berhubungan
dengan kelemahan umum
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X
berhubungan dengan kelemahan umum.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah adalah terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas
yang dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien
menjadi subjek, bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena
sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas
lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media


Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed).


Jakarta: EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media


Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV.


Sagumg Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta:


penerbit Buku Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta :EGC

Pudjiastututi SS. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer


Hipertensi. Semarang: Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai