Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI DAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

WISATA BUDAYA KORIDOR SUNGAI KAPUAS - KOTA


PONTIANAK
Cultural Tourism Plan at Kapuas ABSTRACT
River Corridor, Pontianak
Kapuas river which run in the middle of the city of Pontianak, known as the longest
river in Indonesia. It has economic function significantly, and also historically site, is
the origin site of Malay culture at Pontianak. However, urban development is mostly
puts emphasize on economic aspect are mostly neglect cultural as well ecological
aspects on that riparian.
Fadiah Umar The study objectives are to develope Kapuas River Corridor as tourism area, mainly as
Mahasiswa S2 program Studi Arsitektur local cultural tourism activities. Scoring and spatial methods were develop to
Lanskap SPS, IPB
analyzed cultural, economic and physical aspect of the sites. 133,4 Ha was deliniated
as cultural tourictic area. East Pontianak, which beginning site of Malay culture in
Siti Nurisjah
Staf Pengajar Departemen Arsitektur city Pontianak, has the highest cultural values and was planning the center of main
Lanskap Fakultas Pertanian, IPB cultural tourism. Interpretation cultural tourism paths was design to explain cultural
e-mail: is_sla@cbn.net.id message of the planned area. To conserve the local cultural touristic area, some
integrated programs are developed to increase public and local goverment
Ricky Avenzora participation.
Staf Pengajar Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan, IPB Keywods: Kapuas river, cultural tourism, tourism interpretation.

PENDAHULUAN jutan (sustainable cultural tourism) dan budaya berkelanjutan, (2) perencana-
yang dapat menginterpretasikan an lanskap wisata budaya berkelan-
Sungai dalam suatu wilayah perko-
kondisi sosial budaya setempat. Ha- jutan (makro), dan (3) arahan pe-
taan merupakan satu kesatuan eko-
sil penelitian diharapkan dapat ngembangan jalur interpretasi buda-
sistem alami yang bermanfaat dalam
memberi masukan kepada Pemerin- ya. Tabel 1 memperlihatkan data dan
meningkatkan kualitas estetika dan
tah Daerah dalam upaya: mening- teknik analisis yang digunakan da-
kenyamanan alami kota, sebagai al-
katkan pendapatan kota (PAD) dan lam penelitian ini. Data yang dikum-
ternatif lokasi mata pencaharian ma-
masyarakat, meningkatkan kualitas pulkan berbentuk data primer dan
syarakat dan juga memiliki potensi
lingkungan dan lanskap sungai, dan data sekunder.
wisata. Demikian juga dengan Su-
meningkatkan apresiasi masyarakat
ngai Kapuas, yang merupakan su-
dan wisatawan yang berkunjung Penilaian Tapak Sebagai Kawasan
ngai terpanjang di Indonesia (1.681
terhadap budaya lokal yang pernah Wisata Budaya
km) dan lebar ± 250 m, yang mem-
dimiliki.
belah kota Pontianak. Kota ini di- Dengan asumsi bahwa kebudayaan
kenal sebagai salah satu model dari masyarakat tepi sungai ini dipeng-
Kerangka Pikir
Waterfront city. aruhi oleh keberadaan sungai dan
Penelitian ini disusun dengan ke- airnya, maka penelitian terhadap as-
Sampai dengan saat ini, potensi yang
rangka pikir seperti tertera pada pek sosial budaya, sosial ekonomi,
dimiliki sungai ini, terutama yang
Gambar 1. dan biofisik dilakukan dalam batas
terkait dengan kepariwisataan yang
100 meter di kiri kanan sungai ber-
berbasis sosial budaya setempat,
dasarkan PP No. 47 Tahun 1997. Pe-
belum dimanfaatkan secara optimal METODE
nilaian dilakukan berdasarkan keter-
untuk meningkatkan kesejahteraan
Tempat dan Waktu sediaan dan peringkat obyek dan
kota dan masyarakatnya. Selain as-
atraksi wisata budaya ditinjau dari
pek sosial budaya setempat (antara Penelitian dilakukan di koridor Su-
aspek sosial budaya dan sosial eko-
lain kehidupan dan kesenian masya- ngai Kapuas yang berada dalam wi-
nomi yang masing-masing menggu-
rakat tepian sungai, struktur hunian layah administratif Kota Pontianak,
nakan metode World Heritage (1997)
dan artifak budaya dan sejarah), sepanjang + 10 km dan lebar + 250
dan Mc Kinnon (1986). Untuk men-
diketahui bahwa pada tepian sungai m, dengan bantaran sungai selebar
dukung kelestarian obyek dan atrak-
ini juga terdapat cikal bakal dari kota 100 meter pada kiri dan kanan
si budaya dilakukan penilaian terha-
Pontianak secara fisik, budaya, dan sungai. Penelitian dimulai pada bu-
dap aspek biofisik kawasan dengan
ekonomi. lan November 2004.
menggunakan metode USDA (1968)
Penelitian bertujuan untuk meng- dan Center dan Hill (1997), serta pen-
Data dan Analisis
identifikasikan dan merencanakan dapat masyarakat dan pengunjung
pengembangan lanskap dari koridor Penelitian ini dilakukan melalui tiga berdasarkan hasil dari wawancara.
Sungai Kapuas sebagai suatu kawa- tahapan yaitu: (1) penilaian kelayak-
san wisata budaya yang berkelan- an tapak sebagai kawasan wisata

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010 1


UMAR, NURISJAH, AVENZORA

Aspek Sosial Budaya


Kota Pontianak sebagai Waterfront City dengan
Penilaian obyek dan atraksi wisata Sungai Kapuas sebagai elemen alami kota yang utama
dari Immaterial Culture dan Material
Culture diperingkat berdasarkan fak-
tor: (1) Kesejarahan; (2) Keunikan ; Sungai Kapuas belum dimanfaatkan secara optimal dari segi
lingkungan, ekonomi, budaya
(3) Fungsi Sosial ; (4) Keserasian; (5)
Daya Tarik ; dan (6) Kelangkaan de-
ngan kisaran nilai 1 sampai 4 (skor 1:
Pengembangan lanskap koridor sungai Kapuas sebagai
sangat buruk, 2: buruk, 3: baik dan 4: kawasan wisata budaya berkelanjutan
sangat baik). Penilaian total (akhir) (Sustainable cultural tourism)
diklasifikasi menjadi empat: (1) Nilai
total 60–72 (A, sangat baik); (2) Nilai
total 46–59 (B, baik); (3) Nilai total Masyarakat tepi sungai Kehidupan tepi sungai Lingkungan tepi sungai
32–45 (C, rendah); dan (4) Nilai total
18–31 (D, sangat rendah)
Obyek & atraksi wisata budaya
Tapak wisata budaya
Aspek Sosial Ekonomi

Penilaian obyek dan atraksi wisata Rencana lanskap wisata budaya berkelanjutan
dari: (1) sosial demografi, (2) prefe-
rensi masyarakat dan (3) preferensi Rencana interpretasi wisata budaya
pengunjung diperingkat berdasarkan
faktor: (1) letak, (2) aksesibilitas, (3) Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
atraksi, (4) daya tarik, (5) fasilitas
pendukung wisata, dan (6) partisi- Tabel 1. Data dan Teknik Analisisnya
pasi serta dukungan masyarakat de- Aspek Data Teknik Analisis
Sosial budaya Material Culture - Seni budaya
ngan kisaran nilai 1 sampai 4 (skor 1: - seni bangunan
sangat buruk, 2: buruk, 3: baik dan 4: - Pentas/ pagelaran
- Festival
sangat baik). Penilaian akhir diklasi- Immaterial Culture -Nilai perilaku dan kebiasaan
fikasi menjadi empat nilai total: (1) -Nilai kepercayaan
-Nilai adat istiadat
Nilai 60-72 (A, sangat potensial); (2) Sosial ekonomi Sosial demografi Jumlah dan Jenis Mc Kinnon (1986)
Nilai 46-59 (B, cukup potensial); (3) Persepsi masyarakat Bentuk Wawancara
Jenis
Nilai 32-45 (C, kurang potensial); Ni- Keinginan pengunjung Bentuk Wawancara
Jenis
lai 18 - 31 (D, tidak potensial).
Kondisi biofisik Badan sungai Kejernihan USDA (1968) dan
BOD/COD Center dan Hill (1997)
Sedimentasi
Aspek Biofisik Bantaran sungai Topografi/lereng
Bahaya banjir
Aspek biofisik koridor sungai untuk
peruntukan kawasan wisata dinilai Tabel 2. Standar kesesuaian sungai untuk wisata
dari kondisi badan air dan riparian
Kelas Kesesuaian dan Faktor Penghambat
berdasarkan kelas kesesuaian lahan Aspek Fisik
Baik (A) Sedang (B) Rendah (C) Sangat Rendah (D)
dari USDA 1968; Center dan Hill Topografi/Lereng 0–8% 8 – 15 % 15 – 30 % > 30 %
Bahaya Banjir Tanpa Banjir 1x /th Banjir 2 x /th Banjir>2x/th
1997 (Tabel 2). Warna air Coklat jernih Coklat Coklat hitam Hitam
BOD/COD < 6 mg/l 6 – 10 mg/l 10 – 15 mg/l > 15 mg/l
Sedimentasi < 10 mg/l 10 – 15 mg/l 16 – 20 mg/l > 20 mg/l
Deliniasi Kawasan Wisata Budaya
Berkelanjutan
Rencana Interpretasi HASIL DAN ANALISIS
Tahapan seleksi tapak untuk menda-
Merupakan bagian dari program pe- Penilaian Tapak Sebagai Kawasan
patkan kawasan wisata budaya ber-
ngembangan kawasan yaitu berupa Wisata Budaya
kelanjutan berdasarkan tiga aspek
arahan pengembangan jalur interpre-
yang diteliti dengan menggunakan Aspek Sosial Budaya
tasi wisata budaya guna mendukung
teknik SIG.
peningkatan pemahaman dan peng- Hasil analisis Tabel 3 mendapatkan
etahuan pengunjung dan masyarakat hampir semua (90.9%) obyek dan
Rencana Lanskap
terhadap budaya lokal. atraksi wisata yang berklasifikasi
Tahapan pengolahan tapak menjadi baik-sangat baik dan hanya 9.1% (1
unit lanskap pendukung pengem- obyek, keramba) yang rendah. Ke-
bangan kawasan wisata budaya ber- beradaan keramba dinilai tidak ter-
kelanjutan, dalam bentuk tata ruang kait dengan kebudayaan lokal. Kon-
wisata, touring system (jalur wisata), disi ini memberi peluang yang tinggi
dan tata letak fasilitas wisata budaya. pada tapak untuk dikembangkan se-
bagai kawasan wisata budaya. De-
ngan menggali lebih dalam budaya-

2 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010


UMAR, NURISJAH, AVENZORA

budaya lokal yang pernah ada sebe- masuk ke sungai. Pontianak meru- daerah sempadan sungai karena
lumnya dan mengaitkan keberadaan pakan wilayah yang setiap tahunnya topografi bantaran sungai yang rela-
budaya dengan lingkungan alami- mengalami banjir terutama pada tif datar dan beresiko terhadap ge-
nya (vernacular culture and landscape)
Tabel 3. Hasil penilaian obyek dan atraksi wisata berdasarkan kondisi sosial budaya
akan menambah obyek dan atraksi
budaya lokal/indigenous (Inskeep Parameter Sosial Budaya*
No Obyek Wisata Nilai Total (Kelas)
I II III IV V VI
1991). 1. Istana Kadriah 12 12 12 11 11 11 69 (A)
2. Mesjid Jami’ 12 11 11 11 10 10 65 (A)
3. Perkampungan Beting 12 11 11 11 10 10 65 (A)
Aspek Sosial Ekonomi 4. Tugu Khatulistiwa 12 12 12 10 11 12 69 (A)
5. Makam Batu Layang 12 11 11 11 11 11 67 (A)
Hasil analisis Tabel 4, yang memper- 6. Taman Alun Kapuas 10 9 10 8 8 8 53 (B)
7. Pelabuhan senghi 11 9 9 9 8 8 54 (B)
lihatkan penilaian terhadap obyek 8. Café terapung 7 9 10 9 9 7 51 (B)
dan atraksi wisata, mendapatkan se- 9. Pasar tradisional/Pasar terapung 12 9 9 9 9 7 55 (B)
10. Keramba 4 7 6 6 6 6 35 (C)
luruh obyek dan atraksi wisata di ka- 11. Sungai Kapuas 12 11 12 10 9 10 64 (A)
wasan ini diklasifikasi cukup poten- Ket: I=Kesejarahan, II=Harmoni, III=Keunikan, IV=Fungsi sosial, V=Daya tarik VI=Kelangkaan
sial-sangat potensial. Hasil penelitian *) Nilai penjumlahan skoring dari tiap pakar; A= Sangat Baik B= Baik C= Rendah
ini menunjukkan dukungan pada ta- Hasil analisis survei dan kuisioner pakar (n=3).

pak untuk dikembangkan sebagai


Tabel 4. Hasil penilaian obyek dan atraksi wisata berdasarkan kondisi sosial ekonomi
kawasan wisata budaya.
No Obyek Wisata Parameter Sosial Ekonomi * Total Nilai Kategori
Tabel 5 memperlihatkan potensi du- I II III IV V VI
1. Istana Kadriah 12 12 12 12 11 11 70 Sangat potensial
kungan masyarakat untuk pengem- 2. Mesjid Jami 12 12 10 10 11 11 66 Sangat potensial
bangan kawasan menjadi kawasan 3. Perkampungan Beting 12 12 11 11 11 11 68 Sangat potensial
4. Tugu Khatulistiwa 12 12 12 12 12 11 71 Sangat potensial
wisata berdasarkan densitas dan per- 5. Makam Batu layang 12 12 11 11 11 11 68 Sangat potensial
sebarannya yang relatif tinggi. Ma- 6. Taman Alun Kapuas 12 12 10 10 11 11 66 Sangat potensial
7. Pelabuhan Senghi 12 12 8 8 9 10 59 Cukup potensial
syarakat merupakan sumberdaya 8. Cafe terapung 12 12 8 8 9 10 59 Cukup potensial
pendu-kung aktifitas wisata yaitu 9. Pasar Tradisional 12 12 9 8 8 9 58 Cukup potensial
10 Keramba 12 12 6 6 6 6 48 Cukup potensial
sebagai subjek dan juga obyek wisata 11 Sungai Kapuas 12 12 12 12 12 11 71 Sangat Potensial
(seperti berperan sebagai pemandu, Ket: I= Letak, II = Aksesibilitas, III =Atraki, IV = Daya Tarik, V=Fasilitas pendukung dan VI =
penari, penjual makanan dan mi- Dukungan masyarakat
*) Nilai penjumlahan skoring dari tiap pakar; A= Sangat Baik B= Baik C= Rendah
numan) (Gunn 1994). Mata pen- Hasil analisis survei dan kuisioner pakar (n=3).
caharian penduduk yang didominasi
oleh perdagangan dan jasa juga Tabel 5. Kondisi sosial demografi kawasan
berpotensi sebagai pendukung pe- No Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Mata Pencaharian
ngembangan kawasan wisata . (km2) Penduduk (jiwa/km2) Dominan
1. Pontianak Selatan 4,40 17.707 4.024 Jasa dan perdagangan
Masyarakat lokal dan pengunjung 2. Pontianak Timur 7,95 60.488 7.608 Industri, jasa dan perdagangan
3. Pontianak Kota 1,88 17.964 9.555 Jasa dan perdagangan
memiliki persepsi preferensi yang sa- 4. Pontianak Barat 4,20 22.223 5.291 Jasa dan perdagangan
ma terhadap Sungai Kapuas (Tabel 5. Pontianak Utara 8,96 24.744 2.762 Industri, jasa dan perdagangan
Total 27,39 143.126 5.225
6), kecuali pada aksesibilitas dan Sumber : Pontianak dalam angka 2003
bentuk wisata yang ditawarkan.
Tabel 6. Penilaian Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak terhadap sungai
Kondisi fisik dan kualitas sungai
No Parameter Nilai Persepsi dan Preferensi
dinilai rendah tetapi sungai masih Masyarakat Pengunjung
memiliki nilai sosial (budaya dan 1. Tingkat Kebersihan 1 1
2. Fisik sungai 2 2
sejarah) yang tinggi. Kondisi ini 3. Fungsi sungai 3 3
menunjukkan besarnya dukungan 4. Nilai budaya 5 5
5. Nilai sejarah 5 5
dan partisipasi masyarakat lokal dan 6. Aksesibilitas 3 4
pengunjung untuk mengembang- 7. Bentuk wisata: Wisata Alam 4 5
Wisata budaya 5 5
kannya menjadi kawasan wisata, Wisata Belanja 4 4
tetapi kualitas sungai harus diper- 8. Bentuk Partisipasi: Pra konstruksi 5 5
Konstruksi 5 5
baiki. Perbaikan disarankan untuk Pasca konstruksi 5 5
mengikutsertakan masyarakat mulai Ket: 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = biasa saja, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi
dari pra sampai dengan pasca kons-
Tabel 7. Kondisi badan air Sungai Kapuas
truksi.
Parameter dan nilai/kelas
No Lokasi
Warna air BOD COD Sedimentasi
Aspek Biofisik 1. Batu Layang Coklat (B) 2,10 mg/l (A) 13,0 mg/l (C) 50 mg/l (D)
2. Sungai Beliung Coklat (B) 0,32 mg/l (A) 2,00 mg/l (A) 50 mg/l (D)
Tabel 7 memperlihatkan kondisi bio- 3. Tugu Khatulistiwa Coklat (B) 1,69 mg/l (A) 5,68 mg/l (A) 43 mg/l (D)
4. Sungai Jawi Luar Coklat (B) 2,0 mg/l (A) 12,0 mg/l (C) 38 mg/l (D)
fisik Sungai Kapuas dengan sedi- 5. Taman Alun Kapuas Coklat (B) 1,69 mg/l (A) 28,40 mg/l (D) 27 mg/l (D)
mentasi yang tinggi dan COD yang 6. Siantan Hilir Coklat (B) 5,0 mg/l (A) 30 mg/l (D) 50 mg/l (D)
7. Siantan Hulu Coklat (B) 5,7 mg/l (A) 87 mg/l (D) 50 mg/l (D)
beragam. Hal ini memperlihatkan 8. Tanjung Hulu Coklat (B) 2,0 mg/l (A) 12,0 mg/l (C) 11 mg/l (B)
erosi yang tinggi dengan banyaknya 9. Perkampungan Beting Coklat (B) 3,38 mg/l (A) 22,72 mg/l (D) 55 mg/l (D)
10. Bangka Belitung Coklat (B) 5,0 mg/l (A) 30 mg/l (D) 77 mg/l (D)
sampah dan limbah yang berasal 11. Parit Mayor Coklat (B) 1,4 mg/l (A) 9,0 mg/l (A) 18 mg/l (C)
dari pabrik dan rumah tangga yang Sumber : Hasil Analisis Lab. Analisis Lingkungan Faperta Universitas Tanjungpura Pontianak

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010 3


UMAR, NURISJAH, AVENZORA

nangan air serta karena kurangnya Berkelanjutan orientasi pada keberadaan sungai.
daerah resapan air akibat tertutup Secara ruang, koridor ini akan dibagi
Berdasarkan hasil analisis aspek so-
bangunan (Pontianak dalam angka menjadi koridor penerima, koridor
sial budaya dan sosial ekonomi di-
2003). wisata utama dan pendukung (Gunn
peroleh suatu deliniasi potensi ka-
1994); dan secara arsitektural dapat
Untuk melestarikan obyek dan atrak- wasan wisata budaya seluas 133, 4
memberi gambaran tentang bentuk-
si wisata budaya serta mendapatkan ha yang merupakan lanskap wisata
bentuk vernakular melayu.
kenyamanan visual dalam berwisata, budaya potensial. Kondisi ini perlu
maka pengendalian erosi tepi sungai didukung dengan aspek biofisik
Rencana Lanskap Wisata Budaya
dalam kota dan di wilayah hulu (an- yang baik agar terbentuk suatu
Berkelanjutan
tara lain dengan penghijauan) serta lanskap wisata budaya berkelanjutan
pengelolaan sampah dan limbah demi kelestarian dan perlindungan Gambar 3 menunjukkan rencana
yang masuk ke Sungai Kapuas me- kawasan. Peta deliniasi dijabarkan lanskap wisata budaya yang berke-
rupakan alternatif solusi perencana- pada Gambar 2. lanjutan dengan adanya obyek-
an kawasan ini. Budaya lokal ber- obyek utama dan pendukung wisata.
hubungan dengan keberadaan ling- Rencana Pengembangan Lanskap Rencana lanskap ini memberi gam-
kungan sungai. Budaya akan ber- Wisata Budaya Berkelanjutan baran hubungan yang erat antara
ubah jika kualitas lingkungan menu- kehidupan tepi sungai, masyarakat
Konsep Perencanaan
run, oleh karena itu untuk tetap dan lingkungannya.
mempertahankannya perlu ada usa- Konsep yang digunakan dalam pe-
ha perbaikan sungai. ngembangan kawasan wisata buda- Tata Letak fasilitas wisata budaya
ya ini adalah suatu koridor wisata
Tabel 8 menunjukkan kebutuhan
Deliniasi Kawasan Wisata Budaya yang memberi Gambaran tentang
fasilitas pendukung kegiatan wisata
sejarah dan budaya lokal yang ber-

Gambar 2. Peta Deliniasi Hasil Overlay

Legenda:
a. Café terapung
b. Keramba
c. Kehidupan masyarakat
d. Pasar tradisional
e. Café terapung
f. Café terapung
g. Keramba 1. Café terapung
h. Keramba 2. Pelabuhan Senghi
i. Keramba 3. Pasar tradisional
j. Pasar tradisional 4. Istana kadriah
k. Keramba 5. Mesjid Jami’
l. Kehidupan masyarakat 6. Perkampungan Beting
m. Keramba 7. Taman Alun Kapuas
n. Kelenteng cina 8. Keramba
o. Kawasan alami 9. Kehidupan masyarakat
10. Makam Batu Layang
11. Tugu Khatulistiwa

Gambar 3. Rencana lanskap kawasan wisata budaya Sungai Kapuas

4 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010


UMAR, NURISJAH, AVENZORA

budaya di Sungai Kapuas Kota Pon- atraksi wisata. Pontianak. Pesan tersebut diterje-
tianak dan tata letaknya, didasarkan mahkan dalam konsep jalur inter-
pada kenyamanan dan kepuasan pe- Rencana Interpretasi Wisata Budaya pretasi yang terbagi dalam tiga unit
ngunjung. Tata letak fasilitas dapat Berkelanjutan lanskap, yaitu Budaya Kesejarahan
dibagi berdasarkan bentuk wisata (Historical Cultural), Budaya Kehi-
Penyusunan program interpretasi
budaya yang dikembangkan yaitu dupan Masyarakat, dan Budaya
wisata budaya bagi pengunjung ber-
wisata di sungai dan wisata di Semi Modern yang dijabarkan pada
tujuan untuk mengkomunikasikan
daratan (bantaran sungai). Gambar 4.
obyek dan potensi budaya Sungai
Kapuas yang ada pada jalur wisata
Program Pengembangan Kawasan
yang dilalui pengunjung. SIMPULAN DAN SARAN
Tabel 9 memperlihatkan berbagai
Berdasarkan hasil analisis tapak dan Simpulan
program untuk mendukung keles-
obyek wisata, maka direncanakan 1. Rencana pengembangan koridor
tarian budaya yang akan
suatu jalur interpretasi dengan Sungai Kapuas sebagai jalur wi-
dikembang-kan sebagai obyek dan
“message” budaya dan sejarah Kota sata budaya mendukung tema

Tabel 8. Fasilitas wisata budaya


Fasilitas pendukung
Wisata Sungai Wisata Daratan
Darmaga - Pintu gerbang
Kendaraan sungai - Pusat informasi 2 1
- Perahu - Papan interpretasi
- Sampan hias - Rambu-rambu
- Motor bandung - Tempat sampah
Rambu-rambu - Toko souvenir Keterangan:
- Toilet
3
- Wartel 1. Budaya Kesejarahan (2,3,4,10)*
- Panggung festival 2. Budaya Kehidupan Masyarakat (1,11)*
3. Budaya Semi Modern (5,6,7,8,9)*
- Shelter * Lihat tabel 9
- Tempat duduk
- Restoran
Gambar 4. Konsep Interpretasi
Tabel 9. Program Pengembangan kawasan Sungai Kapuas
No Obyek wisata Absolut value Program
1. Sungai Kapuas • Kehidupan dan tradisi masyarakat • Pembersihan sungai
• Sungai sebagai elemen utama dalam kehidupan dan • Penataan lanskap secara teknis, biologis dan sosial
penghidupannya • Program taman sungai
• Sebagai sumber mata pencaharian • Penataan bangunan
• Program DAS terpadu
2. Istana Kadriah • Cikal bakal budaya dan sejarah kota • Penataan bangunan sekitarnya
• Dominansi bangunan lebih tinggi dari bangunan lainnya • Penataan kembali istana sebagai simbol kerajaan
• Lambang kekuasaan kerajaan • Pelepasan pandangan ke sungai
• Orientasi bangunan ke arah sungai sebagai jalur transportasi • Penataan hubungan dengan mesjid Jami’
utama
3. Mesjid Jami’ • Mesjid pertama di Kota Pontianak yang bersinergis dengan • Meningkatkan akses bangunan yang lebih berorientasi pada sungai dan
sekitarnya Istana Kadriah sebagai cikal bakal budaya.
• Arsitektur bangunan yang bercirikan budaya tradisional dan • Penataan kawasan sekitar mesjid
seni budaya
• Orientasi bangunan ke arah sungai
4. Perkampungan • Kawasan Cultural Heritage Kota Pontianak • Menjadikan kawasan perkampungan beting sebagai kawasan Cultural
Beting • Kampung di atas air dan rumah panggung Heritage
• Penataan kawasan agar dapat menampilkan keunikan, keaslian dan
kelangkaan suatu kampung secara teknis, sosial dan ekonomis.
5. Makam Batu • Makam yang bernilai sakral dan unik • Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan ziarah
Layang • Diyakini sebagai tempat keramat dan suci • Penataan kawasan dengan elemen-elemen pendukung sehingga dapat
• Arsitektur bangunan bercirikan motif Istana Kadriah menampilkan kembali kesakralan dan keunikan yang ada sebagai
• Orientasi bangunan ke arah sungai tempat keramat dan suci.
• Membuka kembali akses kawasan ke arah Sungai.
6. Tugu • Bangunan Monumental equator • Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan cultural monumental equator
Khatulistiwa • Orientasi ke arah sungai • Penataan kawasan dengan elemen pendukung yang bercirikan budaya
Kota Pontianak tanpa mengurangi makna dari Tugu sebagai Equator
Monumental dan berorientasi pada Sungai
7. Taman Alun • Open space area • Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan open space bagi masyarakat
Kapuas • Kawasan rekreasi dan bermain untuk bermain dan berekreasi serta menikmati sungai secara langsung.
• Kawasan water front city • Penataan kawasan diarahkan pada penataan di pinggir kawasan
sebagai pelindung kawasan bagian tengah menjadi kawasan utama.
8. Pelabuhan • Cikal bakal pelabuhan pertama • Penataan kawasan sebagai kawasan pelabuhan sejarah Kota Pontianak
Senghi • Kegiatan bongkar muat barang antar propinsi dan negara sekaligus sebagai kawasan rekreasi dan bermain bagi para masyarakat
• Open space area dan tempat bermain dan rekreasi
masyarakat
9. Cafe terapung • Alternatif jajanan pinggir sungai • Penataan kawasan sebagai kawasan alternatif jajanan pinggir sungai
• Bentuk bangunan khas budaya Pontianak yang lebih tertata dan modern dengan tetap mempertahankan budaya
• Jajanan yang ditawarkan umumnya bercirikan budaya khas baik pada jenis makanan dan minuman serta hiburannya
Pontianak
10. Pasar • Cikal bakal pasar pinggir sungai • Mengembalikan lagi fungsi kawasan perdagangan ini sebagai ciri khas
Tradisional • Menggunakan perahu/sampan untuk menjajakan jualannya budaya Kota Pontianak yaitu pasar terapung
• Berlangsung hanya pada pagi hari
11. Keramba • Bentuk perikanan rakyat • Menjadikan kawasan keramba sebagai kawasan wisata agro.
• Bangunan dan jenis ikan khas budaya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010 5


UMAR, NURISJAH, AVENZORA

kota yaitu Water Front City se- Saran daknya dapat diakomodasikan
hingga sejalan dalam pengem- 1. Pemberdayaan pemegang kebi- dalam Renstra Pemda Kota Pon-
bangan wisata bagi keberlanjutan jakan (stakeholder) dalam kegiatan tianak sehingga mendapat priori-
kota. interpretasi wisata budaya akan tas dalam pembangunan daerah.
2. Kawasan Sungai Kapuas berpo- mendukung berkembangnya ke-
tensi tinggi dalam pengembang- giatan wisata yang berbasis ma-
DAFTAR PUSTAKA
an wisata berbasis budaya (loka- syarakat dan selanjutnya juga
si, obyek dan atraksi serta ma- meningkatkan ketersediaan dan Canter WL. 1981. Handbook of
syarakat) kualitas serta kelestarian sum- Variables For Environmental
3. Ruang untuk pengembangan ka- berdaya wisata budaya yang ada Impact Assessment. Unitede
wasan wisata budaya terdeliniasi di Kota Pontianak. State of America. 202 p.
seluas 133,4 ha (48,7% dari luas 2. Perlu adanya peningkatan per-
Gunn CA. 1994. Tourism Planning Ba-
sempadan sungai), tetapi untuk aturan dan tindakan yang jelas
sics, Concepts, Cases. Third
mendukung pengembangan ka- bagi pengguna Sungai Kapuas
Edition. London : Tylor &
wasan wisata budaya berke- terutama kondisi biofisik seperti
Francis Ltd. 460p.
lanjutan diperlukan adanya tin- industri dan rumah tangga se-
dakan perbaikan kualitas sungai. hingga dapat terjaga kualitas dan Inskeep E. 1991. Tourism Planning. An
4. Bentuk lanskap yang dikembang- kelestarian sungai. Integrated and Sustainable
kan adalah wisata budaya berke- 3. Pengembangan tiap-tiap obyek Development Approach.
lanjutan (Sustainable Culture Tou- dan atraksi-atraksi lokal dan indi- VNR Tourism and Commer-
rism) yang berorientasi pada su- genous untuk meningkatkan cial recreation Series. Van
ngai. makna budaya kawasan tepi Nostrand Reinhold. New
5. Jalur interpretasi wisata budaya sungai. York. 508 p.
yang dikembangkan diarahkan 4. Peningkatan promosi dan infor-
untuk meningkatkan apresiasi masi kawasan. Rencana pengem-
masyarakat dan pengunjung ter- bangan koridor Sungai Kapuas
hadap budaya dan sejarah lo- sebagai jalur interpretasi wisata
kal/setempat. budaya Kota Pontianak hen-

6 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 1 2010

Anda mungkin juga menyukai