Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Human immunodeficiency
virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
orang yang terkena virus ini akan menjadi rentanterhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. meskirpun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan perseminal, dan air susu ibu. penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal. ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai Negara di dunia. bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salh satu epidemic paling menghancurkan pada sejarah.
meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia , epidemic AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara
2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV. pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia ,
peningkatan dari 2003 dan jumlah tebesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia 2012 menunjukan jumlah kasus AIDS sudah menembus
angka 100.000. jumlah kasus yang sudah di laporkan 106.758 yang terdiri
atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. angka ini tidak

1
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000-130.000. dan sekarang Indonesia menjad peringkat ketiga, setelah
cina dan india, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian HIV?
2. apa etiologi dari HIV?
3. apa saja tanda dan gejala HIV?
4. apa saja factor resiko terjadinya HIV?
5. bagaiman cara pencegahan terjadi HIV?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
tujuan umum dari pembuatan askep ini adalah untuk mengetahui
dan melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keperawatan HIV.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui definisi HIV
b. Untuk mengetahui etiologi tentang HIV
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala HIV
d. Untuk mengetahui cara penularan HIV
e. Untuk mengetahui factor resiko HIV
f. Untuk mengetahui pencegahan HIV

BAB II

2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yaitu menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena
infeksi virus HIV (Human Immunodeviciency Virus) (Djoerban & Djazuli,
2006). Dari keterangan tersebut jelas bahwa sebelum seseorang menderita
AIDS dalam tubuhnya, terlebih dahulu terjadi kerusakan sistem kekebalan
tubuh. Akibat kerusakan kekebalan tubuh tersebut tubuh penderita menjadi
peka terhadap infeksi kuman yang dalam keadaan normal sebenarnya tidak
berbahaya. Infeksi kuman bentuk ini disebut infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang timbul karena mikroba yang berasal dari luar
tubuh maupun dalm tubuh manusia, namun dalam keadaan normal terkendali
oleh kekebalan tubuh (Yunihastuti, 2005).
B. Penyebab
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama, yaitu
HTL II, LAV, RAV, yang nama ilmiahnya disebut dengan Human
Immunodeficency Virus (HIV), yang berupa agen viral yang dikenal dengan
retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T (Depkes, 2009). Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu
agen antiviral yang disebut HIV dari kelompok Retrovirus Ribonucleic Acid
(RNA).
Retrovirus mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Hudak
& Gallo, 2010). Disebut retrovirus RNA karena virus tersebut menggunkan
RNA sebagai molekul pembawaan informasi genetik dan memiliki Enzim
Reverse Transciptase. Enzim ini memungkinkan virus mengubah informasi
genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk Deoxy Nucleic Acid
(DNA) yang kemudian diintegrasikan pada informasi genetik sel limfosit
yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel
limfosit untuk menduplikasi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri
HIV (Widoyono, 2011).

3
Menurut Bratawijaya & Rengganis (2010), tipe HIV ada 2, yaitu
Tipe 1 (HIV-1), penyebab utama AIDS yang merupakan bentuk virus yang
paling virulen, prevalensinya lebih banyak dan bermutasi lebih cepat. Tipe 2
(HIV-2), menyebabkan penyakit yang serupa dengan HIV-1. Patogenesisnya
lebih rendah dibandingkan dengan HIV-1 (Mandal at. al, 2008). Keduanya
merupakan virus yang menginfeksi sel CD4+T yang memiliki reseptor
dengan afinitas tinggi untuk HIV. Setelah infeksi oleh HIV, terjadi penurunan
sel CD4 secara bertahap yang menyebabkan peningkatan gangguan imunitas
yang diperantarai sel dengan akibat kerentanan terhadap berbagai infeksi
opertunistik (Bratawijaya & Rengganis, 2010).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Nursalam (2006), tanda dan gejala penderita yang terinfeksi
HIV/AIDS biasanya penderita mengalami berat badanya menurun lebih dari
10% dalam waktu singkat, demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu
bulan), diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan), batuk perkepanjangan
(lebih dari satu bulan), kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada
mulut dan kerongkongan, serta pembengkakan kelenjar getah bening di
seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.
Menurut WHO dan CDC (2002, dalam Widoyono, 2011), manifestasi
klinis HIV/AIDS pada penderita dewasa berdasarkan stadium klinis yang
disertai skala fungsional dan kalisifikasi klinis, yaitu:
1. Stadium klinis I: pada skala I memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas secara normal maupun disertai
adanya limfadenopati presistent generalisata.
2. Stadium klinis II: pada skala II memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas normal tetapi disertai adanya
penurunan berat badan <10% dari berat badan sebelumnya, manifestasi
mukokotaneius minor (dermatitis seborhhoic, prurigo, infeksi jamur pada
kuku, ulserasi mukosa oral berulang, cheilitis angularis), herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir, dan ISPA berulang.

4
3. Stadium III: pada skala III memperlihatkan adanya kelemahan, berbaring
di tempat tidur <50% sehari dalam 1 bulan terakhir disertai penurunan
berat badan >10%, diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan,
demam dengan penyebab yang tidak jelas (intermitent atau tetap) >1
bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, TB pulmoner dalam satu
tahun terakhir, dan infeksi bacterial berat (misal: pneumonia, piomiostitis).
4. Stadium klinis IV: pada skala IV memperlihatkan kondisi yang sangat
lemah, selalu berada ditempat tidur > 50% setiap hari dalam bulanbulan
terakhir disertai HIV wasting syndrome (sesuai yang ditetapkan CDC),
peneumocystis carinii pneumonia (PCP), encephalitis toksoplasmosis,
diare karena cryptosporidiosis >1 bulan, cryptococcosis ekstrapulmoner,
infeksi virus sitomegalo, infeksi herpes simpleks >1 bulan, berbagai
infeksi jamur berat (histoplasma, coccoidioidomycosis), kandidiasis
esophagus, trachea atau bronkus, mikobakteriosis atypical, salmonelosis
non tifoid disertai eptikemia, TB ekstrapulmoner, limfoma maligna,
sarcoma Kaposi’s ensefalopati HIV.
D. Komplikasi
Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS
menyerang paling banyak pada bagian tubuh seperti:
1. Oral lesi
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks, sarcoma
kaposi, HPV oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral,
penurunan berat badan, keletihan, dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia
AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan
isolasi sosial. Enselopaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensepalitis.
Dengan efek seperti sakit kepala, malaise demam, paralise, total/parsial,

5
infrak serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti: diare
karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,
sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual, muntah,
nyeri abdomen, ikterik, demam atritis. Penyakit anorektal karena abses dan
fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi dengan
efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocitis, carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokukus, virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek
nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pada bagian sensorik virus menyebabkan pandangan pada sarcoma
kaposis pada konjuntiva berefek kebutaan. Pendengaran pada otitis
eksternal dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
E. Cara Penularan
Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan HIV adalah
darah, cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu (ASI). Pada
umumnya resiko penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual
(homoseksualitas maupun heteroseksualitas). Penularan melalui darah
biasanya dengan perantara transfusi darah/produk darah, alat suntik atau alat
medis lain (narkoba, tato), perinatal (ibu hamil ke janin) (Nursalam, 2006).

6
Penyebaran virus HIV dapat melalui aktivitas yang melibatkan kontak
dengan cairan tubuh (Farnan & Enriquez, 2012). Secara lebih terperinci, virus
ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh, semen, vagina, air susu ibu,
serebrospinal, sinoval, dan amnion (Ahluwalia, 2005).
F. Faktor Resiko
Faktor risiko penularannya HIV/AIDS yang terjadi, yaitu :
1. Hubungan seksual secara heteroseksualitas maupun homoseksualitas.
2. Penggunaan jarum suntik.
3. Parenatal dan perinatal dari ibu kepada anaknya (Guerrant el. al, 2011 &
Volberding et. al, 2008).
G. Tindakan Pencegahan
Menurut Widoyono (2005), tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
menghindari hubungan seksual dengan penderita HIV atau penderita AIDS,
mencegah hubungan dengan pasangan yang bergonta-ganti atau dengan orang
yang mempunyai banyak pasangan, menghindari hubungan seksual dengan
pecandu narkotika obat suntik, melarang orang-orang yang termasuk ke
dalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah, memberikan
transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan, dan
memastikan sterilitas alat suntik.
HIV dan AIDS adalah penyakit menular yang bisa dicegah. HIV tidak
menular melalui jabat tangan, berciuman, menggunakan peralatan makan,
kerja sama, berbagi ruangan, gigitan nyamuk, dan kontak sosial biasa
(KPAN, 2011).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi
umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita
dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan akibat
infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat berbasis makronutrien dan
mikronutrien, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial,
motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral therapy (ARV),
membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan

7
dan teratur, mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-
ganti atau orang yang mempunyai banyak pasangan.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk membantu menegakkan diagnosa infeksi HIV/AIDS harus
berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan pembagian gejala klinis baik
mayor maupun minor. Dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS apabila
pemeriksaan tes HIV enzyme linked immunosorbent assay (ELISA ) dari
metode yang berbeda menunjukkan hasil reaktif dan telah dikonfirmasi
dengan pemeriksaan western bolt serta didapatkan dua gejala mayor dan satu
gejala minor (Nasronudin, 2007).
No gejala karakteristik
1 mayor 1. berat badan menurun > 10 % dari bulan
2. diare kronis yang berlangsung > 1 bulan
3. demam lama berlangsung > 1 bulan
4. penurunan kesadaran dan gangguan neurologi
5. tubercolosis
6. ensefalopati HIV
2 Minor 1. batuk menetap
2. dermatitis generalisata
3. kandidiasis orofaringeal
4. herpes zoster multisegmental berulang
5. herpes simplek
6. limfadenopati generalisata
Diagnosa HIV pada umumnya baru dapat ditegakkan pada stadium
lanjut dan merupakan masalah yang paling sering di bidang klinik. Untuk
mengubah hal ini perlu ditingkatkan kepedulian terhadap infeksi HIV,
perluasan fasilitas diagnosis serta diterapkanya PITC (Provider Treatment
and Conceling) (Djauzi, 2010).
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang umum digunakan dalam
menegakkan infeksi HIV, yaitu:

1. ELISA

8
Merupakan pemeriksaan serologi standart/uji penapsian terhadap antibodi
HIV. Sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi (Carroll, 2007)
2. Western Bolt
Merupakan tes konfirmasi uji pemastian terhadap komponen protein HIV.
Spesifitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit,
mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam (Widoyono,2011).
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tes ini banyak digunakan pada bayi, karena ini dapat meminimalkan kerja
dari zat antimaternal yang dapat mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-
olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut (Mandal at. al, 2008).
J. Peran Perawat Spesialis Klinis HIV/AIDS
Program penanggulangan HIV/AIDS mempunyai tantangan yang cukup
besar sehubungan dengan angka prevelensi HIV/AIDS yang terus meningkat.
peran tenaga kesehatan khususnya perawat spesialis dituntut untuk berperan
aktif dalam program tersebut melalui upaya pencegahan dan pengelolaan
pelayanan keperawatan secara langsung. dalam melakukan perannya, perawat
spesialis bertangguang jawab mengembangakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi asuhan keperawatan HIV/AIDS yang komperesif dan
bermanfaat dalam program pengendalian lanjut infeksi HIV (Kurniawan &
Nursalam, 2008).

BAB II

9
HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN HIV AIDS


DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA
RSUP Dr. M DJAMIL PADANG

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identifikasi Klien
Nama : Tn.U
No. MR : 97.91.00
Tempat/ Tgl Lahir : Pariaman, 1 Februari 1967
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status Kawin : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Pabrik
Tanggal Masuk : 21 Mei 2017
Alamat : Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto Tangah
Diagnosa Medis : Diare kronik, IO dengan TB Paru, condidiasis
oral, dan anemia ringan
2. Identifikasi Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Alamat : Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1)Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada
tanggal 19 Mei 2017 jam 09.45 WIB dirujuk dari Rs. Siti Rahma,
dengan keluhan diare sejak 3 minggu yang lalu, konsistensi cair
dan berlendir, frekuensi 3 sampai 4 kali dalam sehari, BAB
bewarna kuning, dan kadang berdarah, pasien mengatakan badan
terasa lemah dan letih.
2)Keluhan Saat Dikaji

10
Pada saat pengkajian tanggal 25 Mei 2017 jam 11.00 WIB,
didapatkan pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan
umum klien tampak lemah dan letih. Saat pengkajian pasien
mengatakan masih diare, frekuensi 4 sampai 5 kali dalam sehari,
BAB cair, bewarna kuning kadang berdarah serta berlendir, pasien
mengeluhkan badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun,
pasien mengatakan berat badan semakin berkurang BB sekarang
33 kg, pasien mengatakan mulut sariawan serta bibir kering, pasien
juga mengeluhkan kulit gatal-gatal dan bewarna kemerahan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dua bulan yang lalu pernah dirawat karena
penyakit paru, pasien mengatakan tidak mendapat terapi obat paru,
pasien mengatakan sudah berhenti merokok sejak 2 bulan yang lalu,
pasien mengatakan pernah minum alkohol sewaktu muda pasien
mengatakan tidak pernah mengkonsumsi narkoba, pasien mengatakan
pernah seks bebas sebelum menikah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung
serta penyakit TBC.
4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Saat sehat pasien makan 3 kali sehari pasien menkonsumsi nasi
ditambah lauk pauk, sayur dan habis dalam satu porsi, pasien
kadang-kadang juga mengkonsumsi buah. Pasien minum air putih 5-
6 gelas/hari, pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi kopi.
2) Sakit
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan
terakhir. Pasien mendapatkan diet ML dan hanya dihabiskan 3-4

11
sendok.pasien sering mengeluhkan haus. Saat sakit pasien banyak
mengkonsumsi air putih ±800 ml perhari
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien
BAK lebih kurang 6 kali sehari, pasien BAK dengan lancar.
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit frekuensi 4-5 kali dalam sehari, bewarna kuning
terkadang berdarah, konsistensi cair dan berlendir. Pasien BAK 5
sampai 7 kali sehari. pasien terpasang pempers, kebutuhan eliminasi
pasien dilakukan ditempat tidur.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sehat
Saat sehat pasien tidur malam 6 sampai 7 jam perhari, pasien
mengatakan tidak terbiasa tidur siang karena bekerja
2) Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih
banyak digunakan untuk tidur dan istirahat. Pasien mengatakan tidur
malam 6-8 jam perhari dan tidur siang 2-3 jam. Pasien mengatakan
pola tidur terganggu karena diare.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara
mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur . aktivitas
pasien dibantu keluarga.
e. Pola bekerja
1) Sehat

12
Saat sehat pasien bekerja sebagai petani karet, pasien bekerja 5
jam dalam sehari.
2) Sakit
Pasien mengatakan sudah 6 minggu tidak bekerja karena badan
terasa lelah dan letih.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1 Tinggi : 153 cm
) badan
2 Berat badan : 33 kg
)
3 IMT : 14,10 (Berat badan kurang)
)
4 Lingkar : 19 cm
) lengan
5 Kesadaran : Composmentis Coperatif
)
6 Tekanan : 100/70 mmHg
) darah
7 Nadi : 110 x/i
)
8 Pernafasan : 19 x/i
)
9 Suhu : 37,0 oC
)
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada
lesi.
c. Wajah
Ekspresi wajah tampak tegang

d. Rambut

13
Rambut bewarna hitam, tampak kusam distribusi rambut merata,
rambut mudah rontok dan berketembo.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikhterik, reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor,
ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak
terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral,
terdapat sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga,
terdapat serumen di kedua telinga terdapat serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
retraks dinding dada, terdapat bantuan otot bantu
pernafasan
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ikhtus kordis teraba satu jari RIC 3
Perkusi : Pekak pada batas jantung
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan atau asites pada Perut,
tidak terdapat distensi abdomen.
Ausklutasi : bising usus 22x/i

14
Palpasi : saat dilakukan perkusi didapatkan suara timpani
Perkusi : hepar terba dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen
m. Kulit
Kulit terlihat kering, terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi),
turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang NaCL 0,9% 20 tetes/menit di tangan
sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak terdapat udema,
kulit kering,
CRT > 3 detik tonus otot melemah.
Bawah : terdapat udema, kulit kering, akral teraba dingin, CRT > 3
detik, tonus otot melemah.
6. Data Psikologis
a. Status Emosional
Emosi pasien stabil, pasien mampu diajak komunikasi.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan perasaan cemas karena merasa kondisinya
belum juga membaik, pasien mengatakan tidak mengerti dengan
penyakitnya saat ini.
c. Pola Koping
Pasien bersemangat dalam menjalani proses pengobatan,dan sabar
dalam menjalani penyakitnya saat ini.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien mampu
berkomunikasi secara terbuka.

e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri. Pasien memiliki konsep diri yang baik,
pasien ingin segera sembuh agar bisa kembali bekerja dan berkumpul
besama keluarga.

15
7. Data Sosial Ekonomi
Keluarga mengatakan pasien merupakan seseorang yang senag
bersosialisasi dengan orang lain. Pasien bekerja di kebun karet pasien
mengatakan penghasilan bersihnya Rp. 2.000.000 perbulan. Gajinya
digunakan untuk membantu biaya ppendidikan anak anaknya dan juga
membeli kebutuhan rumah tangga. Pasien memakai kartu BPJS kelas II
untuk pembiayaan di rumah sakit.
8. Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa allah
akan memberikan kesembuhan kepadanya. pasien mengatakan dalam
masih sering meninggalkan shalat.
9. Lingkungan tempat tinggal
a. Tempat pembuangan kotoran : WC + sepctic tang
b. Tempat pembuangan sampah : dikumpul ke mobil sampah
c. Pekarangan : hanya ada teras rumah
d. Sumber air minum : klien minum dengan air galon
e. Pembuangan air limbah : klien buang air limbah diselokan depan
di rumah2 Diare
B. Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan Etiologi Masalah
DS : Defisien volume cairan Kehilangan cairan aktif
 Pasien mengatakan
badan terasa lemas
 pasien mengatakan
BAB cair 2-3 kali
sehari
 pasien mengatakan
sering haus
 pasien mengatakan
jika suhu tubuh naik,
keringat sering
banyak
DO :
 Pasien tampak lemah

16
 Bibir klien tampak
kering
 Turgor kulit jelek
 CRT > 3 detik
 kulit tampak kering
 TD = 80/60 mmHg
 N : 89 kali/menit
pasien mendapatkan
terapi IFVD Wida KN-2
DS : Diare Proses infeksi
 Pasien mengatakan
diare hilang timbul
sejak 1 minggu
sebelum masuk
rumah sakit
 pasien mengatakan
frekuensi diare 2 – 3
kali sehari
DO :
 pasien tampak lemas
 bising usus 21 x/mnt
 TD = 80/60 mmHg
N : 89 kali/menit
DS : Harga diri rendah Gangguan citra tubuh
 Pasien mengatakan
merasa malu dengan
kondisinya saat ini
 pasien mengatan
tidak percaya diri
dengan tubuhnya saat
ini dan malu bertemu
orang lain
 pasien mengatan
pasreh dengan
penyakit yang
dideritanya saat ini
 ibu pasien
mengatakan saat sakit
pasien lebih banyak

17
diam dan sering
menyendiri di kamar
DO :
 pasien tampak
murung
 pasien tampak kurang
bersemangat dalam
menjalani
pengobatannya
 saat berkomunikasi
pasien lebih banyak
menunduk
saat bicara pasien
sesekali menatap
kelawan bicara

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnose NOC NIC
keperawatan
Defisien Setelah diberikan asuhan a. NIC label:
volume cairan keperawatan 3x24 jam diharapkan manajemen cairan
berhubungan keseimbangan cairan tidak Definisi u:
dengan terganggu dengan kriteria hasil: meningkatkan
kehilangan a. NOC Label : keseimbangan keseimbangan
cairan aktif cairan cairan dan
DS : Definisi : keseimbangan cairan pencegahan
 Pasien di dalam ruang intraseluler dan komplikasi yang
mengatakan ekstraseluler tubuh dihasilkan dari
badan terasa Indicator Awal Target tingkat cairan
lemas Tekanan darah tidak normal atau
 pasien Denyut nadi tidak diingikan.
mengatakan radial
BAB cair 2- Keseimbangan Aktivitas :
intake dan  jaga intake
3 kali sehari
output dalam /asupan yang
 pasien
24 jam akurat dan catat
mengatakan
Berat badan
sering haus output pasien
Turgor kulit
 pasien  monitor status
mengatakan hidrasi

18
jika suhu b. NOC label: hidrasi ( misalnya
tubuh naik, Definisi ketersedian air yang membrane
keringat cukup dalam kompartemen mukosa lembab,
sering intraseluler dan ekstraseluler denyut nadi
banyak tubuh adekuat, dan
DO : Indicator Awa target tekanan darah
 Pasien l artostatik)
tampak Turgor kulit  monitor tanda-
lemah Membrane tanda vital
 Bibir klien mukosa lembab  beri terapi IV,
tampak Haus seperti yang
Diare
kering ditentukan
Peningkatan suhu
 Turgor kulit tubuh  distribusi cairan
jelek selama 24 jam
 CRT > 3 b. NIC Label :
detik monitor cairan
 kulit tampak Definisi :
kering pengumpulan dan
 TD = 80/60 analisis data
mmHg pasien dalam
 N : 89 pengaturan
kali/menit keseimbangan
 pasien cairan
mendapatka Aktivitas :
n terapi  tentukan jumlah
IFVD Wida dan jenis
KN-2 intake/asupan
cairan serta
kebiasaan
eliminaasi
 tentukan factor-
faktor yang
menyebabkan
ketidah
seimbangan
cairan
 periksa isi ulang
kapiler
 periksa turgor
kulit

19
 monitor berat
badan
 monitor kadar
serum albumin
dan protein total
 monitor
membrane
mukosa, turgor
kulit, dan respon
haus.
Diare Setelah diberikan asuhan a. NIC Label :
berhubungan keperawatan 3x24 jam diharapkan manajemen diare
dengan proses eliminasi usus tidak terganggu Definisi :
infeksi dengan criteria hasil : manajeman dan
DS : a. NOC Label : eliminaasi usus penyembuhan
 Pasien Definisi : pembentukan dan diare
mengatakan pengeluaran feses Aktivitas :
diare hilang Indicator Awal Target  tentukan riwayat
timbul sejak Pola eliminasi diare
1 minggu Suara bising  ambil tinja untuk
sebelum Diare pemeriksaaan
masuk kultur dan
b. Setelah diberikan asuhan
rumah sakit sensitifitas bila
keperawatan 3x24 jam
 pasien diare berlanjut
diharapkan tidak terjadi
mengatakan  intruksikan
keparahan infeksi dengan
frekuensi pasien atau
kriteria hasil :
diare 2 – 3 anggaota
kali sehari keluarga untuk
indikato Awal Target
DO : mencatat warna,
r
 pasien volume,
Malaise
tampak Nyeri frekuensi, dan
lemas Depresi konsistensi tinja
 bising usus  indentivikasikan
21 x/mnt factor yang bisa
 TD = 80/60 menyebabkan
mmHg diare ( misalnya
 N : 89 medikasi,
kali/menit bakteri, dan
pemberian
makanan lewat

20
selang)
 amati turgor kulit
secara berkala

Harga diri Setelah diberikan asuhan a. NIC Label :


rendah keperawatan 3x24 jam diharapkan peningkatan citra
situasional terjadi peningkatan harga diri tubuh
berhubungan dengan kriteria hasil : Definisi :
dengan a. NOC Label : harga diri meningkatkan
gangguan citra Definisi : penilaian harga diri persepsi dan
tubuh sendiri sikap pasien baik
DS : Indicator Awal Target yang disadari
 Pasien Verbalisasi maupun tidak
mengatakan penerimaan diri disadari terhadap
merasa malu Penerimaan tubuhnya.
dengan terhadap Aktivitas :
kondisinya keterbatasan diri  tentukan harapan
saat ini Mempertahanka citra diri pasien
 pasien n posisi tegak di dasarkan pada
Mempertahanka
mengatan tahap
n kontak mata
tidak perkembangan
Komunikasi
percaya diri  tentukan
terbuka
dengan perubahan fisik
tubuhnya saat ini apakah
saat ini dan berkontribusi
malu pada citra diri
bertemu pasien
orang lain  bantu pasien
 pasien untuk
mengatan mendiskusikan
pasreh perubahan-
dengan perubahan
penyakit ( bagian tubuh)
yang disebabkan
dideritanya adanya penyakit
saat ini dengan cara yang
 ibu pasien tepat
mengatakan  monitor
saat sakit frekuensi dari

21
pasien lebih pernyataan
banyak mengkritisi diri
diam dan  monitor
sering pernyataan yang
menyendiri mengidentifikasi
di kamar kan citra tubuh
DO : mengenai ukuran
 pasien dan berat badan
tampak
murung
 pasien
tampak
kurang
bersemangat
dalam
menjalani
pengobatann
ya
 saat
berkomunik
asi pasien
lebih
banyak
menunduk
 saat bicara
pasien
sesekali
menatap
kelawan
bicara

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yaitu menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena
infeksi virus HIV. Setelah terinfeksi HIV 50-70 % penderita akan

22
mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. gejala ini serupa
dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran
kalenjer dan rasa lemah. pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai
kesadaran menurun. sindrom ini biasanya akan menghilang dalam
beberapa minggu .
Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan HIV adalah
darah, cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu (ASI). Pada
umumnya resiko penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual
(homoseksualitas maupun heteroseksualitas). Penularan melalui darah
biasanya dengan perantara transfusi darah/produk darah, alat suntik atau
alat medis lain (narkoba, tato), perinatal (ibu hamil ke janin)).
B. Saran
walaupun pergaulan bebas tidak terlepas dari pengawasan oang tua,
namun pergaulan dan lingkungan tempat kita bermain bisa menjadi factor
utama kita melakukan pergaulan bebas. maka yang berperan penting
disini adalah diri kita sendiri. bagaimana kita bisa mengatur pergaulan,
memilih teman bergaul agar tidak terperosok ke hal-hal yang buruk dan
dapat merugikan di kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Fahri Ari .2016. Tinjauan Pustaka HIV/AIDS. STIKES Faletehan : Serang


Banten . diposting tangggal 2 Desember 2016 di hhtps//scribd.id.com.

23
Muhammad Fahmy .2011. Makalah Askep pada Klien HIV/AIDS. Akademi
Keperawatan Kabupaten Subang : Subang. diposting pada 29 Mei 2011
di www.academia.edu.

Fauziah Iswandi.2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS


di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUDP Dr.M.Djamil Padang.
POLITEKNIK : Padang. diposting pada tanggal 16 juli 2017 di
www.academia.edu

Bulechek.,Gloria M,Dkk.2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


United Kingdom : ELSEVIER

Moorhead., Sue, Dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). United


Kingdom : ELSEVIER

Keliat., Prof Dr Budi Anna, Dkk.2018. NANDA-1 Diagnosisi Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta.ECG

24

Anda mungkin juga menyukai