Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ade Johan

NPM: 20150101

Kelas: B2 Ilmu Hukum

Mata Kuliah: Ilmu Negara

Negara dan konstitusi


A. Pengertian Dan Perkembangan Konstitusi

Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan


atau Undang-undang dasar suatu negara. Istilah Konstitusi berasal dari
bahasa Prancis yaitu “constituer” yang artinya  amembentuk.Pemakaian
istilah konstitusi yang dimaksudkan adalah pembentukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan suatu negara. Sedangkan istilah Undang-undang
dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam bahasa Belanda
disebut Gronwet yang artinya dasar.

Konstitusi sebagai suatu kerangka kehidupan politik telah disusun melalui


dan oleh hukum sejak zaman Yunani,dan pada saat itu telah mengenal
beberapa kumpulan hukum (kodifikasi) pada tahun 624 – 404 M. kemudian
pada masa kekaisaran Romawi,pengertian konstitusi diartikan suatu
kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar. Konstitusi
romawi memiliki pengaruh yang cukup besar sampai pada abad pertengahan
dan kemudian menumbuhkan inspirasi bagi tumbuhnya paham Dewan
perwakilan dan nasionalisme.paham tersebut menjadicikal bakal munculnya
paham konstitusionalisme modern.

Pada masa abad pertengahan,corak konstitusionalisme bergeser ke arah


sistem  feodalisme yang berarti bahwa tanah dikuasai oleh para tuan tanah.
kemudian pada tahun 1638 – 1715 di Prancis ditandai dengan kokohnya
absolutisme. kemudian tahun 1789 meletus revolusi dalam monarki
absolutisme di Prancis yang ditandai dengan terganggunya stabilitas
keamanan negara, dan sampai pada akhirnya tanggal 20 Juni 1789 Estats
Generaux memproklamirkan dirinya Constituante. dan diterima oleh Louis
XVI pada 14 September 1791 sebagai konstitusi pertama di eropa.sejak saat
itu sebagain negara-negara di dunia sama-sama mendasarkan atas suatu
konstitusi.

Menurut J.J. Rousseau dalam bukunya Du Contract social, “Manusia itu lahir
bebas dan sederajad dalam hak-haknya”,sedangkan hukum merupakan
ekspresi dari kehendak rakyat. kemudian deklarasi tersebut mengilhami
pembentukan konstitusi prancis (tahun 1791) khususnya menyangkut Hak
azasi manusia.pada masa tersebut  menjadi titik awal konstitusi modern
(tertulis).

Konstitusi sebagai Undang-undang dasar dan hukum dasar mempunyai


mempunyai arti penting dan muncul bersamaan dengan semakin
berkembangnya demokrasi perwakilan dan konsep nasionalisme.Demokrasi
perwakilan muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan hadirnya
lembaga legislatif dan lembaga tersebut diharapkan dapat membuat Undang-
undang untuk membatasi dominasi hak raja. alasan inilah yang
mendudukkan konstitusi (tertulis) sebagai hukum dasar yang lebih tinggi
daripada raja.

B. Fungsi dan tujuan konstitusi.

Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk
mewujudkan tujuan Negara.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi berfungsi menjawab
berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat, yaitu:

1. Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara. 


2. Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar yang menetapkan
lembaga-lembaga penting negara. 
3. Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya. 
4. Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban warga negara dan
pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. 
5. Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan lembaga-lembaga-
nya.
6. Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa. 
7. Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan masyarakat.

C. Materi Konstitusi

1. Konstitusi tertulis 

Berupa naskah yang menjelaskan kerangka dan tugas pokok dari badan pemerintahan
dimana naskah tersebut turut menentukan cara kerja dari suatu badan pemerintahan.
konstitusi ini
2. Konstitusi tidak tertulis 

Berupa suatu aturan tetapi tidak tertulis yang ada dan senantiasa dipelihara dalam praktik
penyelenggaraan sistem kenegaraan. Konstitusi jenis ini biasa disebut sebagai konvensi.
Syarat-syarat agar suatu konstitusi dapat disebut sebagai konvensi adalah konstitusi tersebut
diakui dan digunakan berulang-ulang dalam praktik penyelenggaraan negara, tidak
bertentangan dengan UUD 1945, dan memperhatikan pelaksanaan UUD 1945. undang-
undang dasar.

Sedangkan secara teoritis, konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Konstitusi politik yang berisikan norma-norma dalam penyelenggaraan negara, hubungan


rakyat dengan pemerintah, dan hubungan antar lembaga.

2. Konstitusi sosial yang mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofis negara,


sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan oleh bangsa
tersebut.

D. Nilai Dan Sifat Konstitusi.

Nilai Normatif
Apabila suatu konstitusi telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
itu bukan hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi merupakan suatu kenyataan
(reality) dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain Konstitusi itu
dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Sebagai contoh dapat diberikan Konstitusi
Amerika Serikat dimana kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif menjalankan
fungsinya masing masing secara terpisah.

Nilai Nominal
Dalam hal ini konstitusi itu menurut hukum memang berlaku, tetapi kenyataannya tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini jangan dikacaukan bahwa
sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari konstitusi yang di praktekan. Sebab
suatu konstitusi itu dapat berubah-ubah, baik karena perubahan formil seperti yang di
cantumkan dalam konstitusi itu sendiri maupun karena kebiasaan ketatanegaraan
umpamanya. Yang dimaksud di sini bahwa suatu konstitusi itu secara hukum berlaku,
namun berlakunya itu tidak sempurna, karena ada pasal-pasal yang dalam kenyataannya
tidak berlaku.

Nilai Semantic
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataan hanya sekedar untuk
memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk melaksanakan kekuasaan politik.
Mobilitas kekuasaan yang dinamis untuk mengatur, yang menjadi maksud yang esensial
dari suatu konstitusi diberikan demi kepentingan pemegang kekuasaaan yang sebenarnya.
Jadi dalam hal ini konstitusi hanya sekedar istilah saja, sedangkan pelaksanaanya selalu
dikaikan dengan kepentingan pihak penguasa. Konstitusi yang demikian nilainya hanya
semantic saja. Pada intinya keberlakuan dan penerapan konstitusinya hanya untuk
kepentingan bagaimana mempertahankan kekuasaaan yang ada.
SIFAT KONSTITUSI

Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifat-sifat antara lain, formal dan materiil, tertulis dan
tidak tertulis serta flexibel (luwes) dan rigid (kaku) sebagai berikut :
Formal dan Materiil
konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu
negara. Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna apabila konstitusi tersebut
telah berbentuk naskah tertulis dan diundangkan , misal UUD 1945.
Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat dari segi isinya yang merupakan
peraturan bersifat mendasar dan fundamental. Artinya tidak semua masalah yang penting
harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar, atau asas-
asasnya saja.

Tertulis dan Tidak Tertulis


Membedakan secara prinsipiil antara konstitusi tertulis dan tidak tetulis adalah tidak tepat ,
sebuatan konstitusi tidak tertulis adalah tidak tertulis hanya dipakai untuk dilawankan
dengan konstitusi modern yang lazimnya ditulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah.
Timbulnya konstitusi tertulis disebabkan karena pengaruh aliran kodifikasi .Salah satu
negara di dunia yang mempunyai konstitusi tidak tertulis adalah inggris namun prinsip-
prinsip yang ada dikonstitusikan dan dicantumkan dalam undamg-undang biasa seperti bill
of rights .
Dengan demikian, suatu konstitusi tertulis apabila dicantumkan dalam suatu naskah atau
beberapa naskah , sedangkan yang tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu melainkan
dalam banyak hal yang diatur dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa.

E. Perubahan Konstitusi.
Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang merupakan
sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti perkembangan
masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan dinamika perkembangan
masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat pula mengalami perubahan. Namun,
untuk melakukan perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi mempunyai cara-cara atau
prosedur tertentu. Menurut Thaib (2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem
konstitusi yaitu : Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau
konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang
baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan (pergantian)
konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27 Desember 1949 ± 17 Agustus 1950),
dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 ± 5
Juli 1959), serta dari UUDS 1950 kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 ± 1999).
Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli yang tetap
berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi
yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama berarti terjadinya
pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan adanya
konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan
sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar
juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945, yaitu
amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000, yang ketiga
tahun 2001, yang keempat tahun 2002.
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51), bahwa
cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1) perubahan konstitusi yang dilakukan
oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu, (2)
perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum, (3) perubahan
konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang terdapat pada negara
berbentuk Serikat, (4) perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau
dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.
Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan. Prosedur
perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa untuk merubah UUD
1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan kemudian
putusan diambil atas persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir. Setelah
Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 pengalami perubahan bahwa untuk perubahan
Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh 1/3 anggota MPR.
Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota MPR.
Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada perubahan pertama,
substansi perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden, hanya dua periode masa jabatan saja. Perubahn kedua, substansi perubahan
dimaksudkan untuk mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan
memperkokoh eksistensi DPR sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi
perubahan dimaksudkan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat,
sehingga berimplikasi pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat. Perubahan ketiga juga dimaksudkan untuk memperkokoh independensi kekuasaan
kehakiman. Perubahan keempat, substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan
Pertimbangan Agung, dan mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian
Jabatan Presiden dan Wakil Presiden.

Hubungan konstitusi dengan negara.

Hubungan antara konstitusi dengan negara sangat erat. Negara dalam hal ini pemerintah tidak dapat
melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi. Demikian sebaliknya, konstitusi tidak akan lahir tanpa
adanya negara. Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi adalah kehendak dari rakyat, sebab
rakyatlah yang memiliki kedaulatan atas Negara.

Arti penting ketentuan perubahan dalam konstitusi.


Perubahan sangat lah penting agar konstitusi dalam konstitusi agar relevan dan tidak
ketinggalan zaman.

Anda mungkin juga menyukai