Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN

“UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM


KEPERAWATAN”

DOSEN MATA KULIAH: Ns. LENNY ALI,.MM

Di susun oleh Kelompok 1

1. ABDUL RAHMAN BOTUTIHE 9. LUTFIANA UMAR


2. AMELIA P. LOMUTO 10. OVAN ANO
3. ASTUTI ALHASNI 11. PUTRI SUKMA N.
MUTMAINAH
4. DINDA RYANTI KADIR 12. RISLI RUBAI
5. FANDRIAN POTUTU 13. SHINTA ASWIN RAHMAN
6. FILLAH HARDIYANTO 14. SITY NURLELA PASI
7. FRISKA PRIMA RITA 15. WINDITHA INDAH P.
KADJIM
8. MULIYATI W. AKASE 16. SULISTIAWATI KADIR

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pertama dari mata kuliah
Keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja dalam keperawatan “Upaya
pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Manfaat..................................................................................................5-6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenali dan berespon terhadap adverse events ..............................7-10
2.2 Penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien .......10-12
2.3 Peran kerja tim untuk keselamatan pasien........................................12-13
2.4 Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya bahaya dan adverse events..............................13-18
2.5 Penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit menular dan tidak menular
...........................................................................................................18-20
2.6 Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat.............20-25
2.7 Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat....................25-26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................27
3.2 Saran.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di
dalamnya mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien,
analisa insiden, kemampuan untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mengurangi risiko. "Safety is a fundamental principle of
patient care and a critical component of hospital quality management." (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO 2018).
Oleh karena itu diperlukan komitmen tenaga medis untuk menjaga
keselamatan pasien kompeten dan etis dalam keperawatan. Keselamatan pasien
merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien
yang dalam penanganannya sangat memprihatikan,dengan adanya sistem ini
diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien baik pada
pasien UGD, rawat inap maupun pada pasien poliklinik (PERSI 2016).
Kesalahan dalam penanganan pasien dapat dicegah dengan berbagai cara
salah satunya dengan perbaikan sistem pengamanan keselamatan pasien maupun
dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu pemerintah telah membuat UU
untuk perlindungan baik bagi tenaga medis maupun untuk pasien yaitu dengan
disahkannya UU No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran secara hukum bahwa
hak dan kewajiban pasien akan dilindungi. Sementara kemungkinan terjadinya
risiko pelayanan bisa diperkecil dengan mengatur berbagai hak dan kewajiban
Rumah Sakit, manajer dan dokter yang melayani (GNKP 2015 ).

4
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara mengenali dan berespon terhadap adverse events?


2. Bagaimana penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien?
3. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien?
4. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan
5. untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events?
6. Apa saja penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit menular dan tidak
7. Menular ?
8. Apa saja penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat ?
9. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat?

1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui cara mengenali dan berespon terhadap adverse events


2. Untuk mengetahui penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan
3. pasien
4. Untuk mengetahui peran kerja tim untuk keselamatan pasien
5. Untuk mengatahui peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
6. kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events
7. Untuk mengetahui apa saja penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit
menular dan tidak menular
8. Untuk mengathui apa saja penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
pada perawat
9. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengenali dan berespon terhadap adverse events

A. Pengertian Adverse events


Adverse Events (AE) didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan/treatment serta
dapat berdampak negatif bahkan fatal pada pasien. Pada dasarnya, Adverse Events
(AE) bersifat ketidak sengajaan. Jadi tidak direncanakan untuk merugikan orang
lain. Namun apapun alasannya hal tersebut tidak boleh terjadi karena bisa
berdampak negatif dan bahkan fatal pada pasien. Salah satu contoh seorang pasien
yang berpenyakit rematik tulang tetapi ia diagnosis menderita kanker tulang
stadium empat sehingga harus segera dioperasi, dan tindakan medis (operasi)
dilakukan padahal penyakit tersebut tidak perlu dilakukan maka dapat dibayangkan
apa yang akan terjadi pada pasien tersebut. Selain secara ekonomis dan psikologis
pasien dirugikan, mungkin juga ia menderita seumur hidup atau bahkan mungkin
meninggal. Kasus Adverse Events (AE) banyak terjadi di mana-mana oleh karena
harus diperhatikan.
B. Klasifikasi Insiden Adverse Events (AE) :
1. Kejadian Sentinel Yaitu kejadian yang dapat mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Kecelakaan tetapi belum sampai terpapar ke


pasien

3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) Kecelakaan yang mengakibatkan pasien


terpapar, tetapi tidak menimbulkan cedera

4. Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kecelakaan yang berpotensi untuk


menimbulkan cedera, tetapi belum terjadinya insiden

C. Penyebab Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event di Rumah Sakit :

6
1. Alat Kesehatan

a. Defect (bawaan pabrik)


b. Pemeliharaan yang tidak memadai
c. Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
d. Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
e. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
f. Alat kesehatan tidak mengacu pada SOP
g. Kurangnya pengetahuan atau kurang pelatihan dalam penggunaan alat
kesehatan
2. Sumber Daya Manusia Interaksi sumber daya manusia (SDM) dengan
teknologi, system, ataupun situasi yang dinamis.
Akibat yang ditimbulkan :
a. Diagnose yang salah akan menimbulkan pengobatan yang tidak tepat
b. Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
c. Perlunya intervensu medis atau pembedahan
d. Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
e. Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur
tubuh menyebabkan cacat permanen hingga sampai kematian.

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan dalam pencegahan


Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event di Rumah Sakit. Dicegah dengan
sistem rancangan yang mempersulit orang berbuat salah, sebaliknya mengarahkan
orang untuk berbuat benar. Dengan perkataan lain, para penganut pendekatan
sistem berpendapat bahwa kesalahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan
sistem, misalnya supaya orang tidak salah menekan tombol maka tombol tersebut
diberi warna yang sangat mencolok, supaya perawat tidak kelelahan sehingga
berbuat kelasahan maka penjadwalan dilakukan berdasarkan sistem yang
mengacuh pada jumlah jam kerja maksimum.

7
Sistem informasi klinik yang baik akan mampu memberikan umpan
balik secara cepat jika terjadi kesalahan atau adverse event. Contoh yang menarik
adalah pengalaman penarikan obat rofecoxib (keluaran Merck) saat FDA
mengeluarkan berita mengenai penarikan obat tersebut, salah satu rumah sakit 5 di
AS dengan cepat mengidentifikasi seluruh pasien yang mendapatkan terapi obat
tersebut, kemudian memberitahukan secara tertulis maupun elektronik mengenai
penghentian obat tersebut dan memberikan saran untuk kembali ke rumah sakit
agar mendapatkan obat pengganti.
Keberadaan teknologi membuat semua surat yang ditujukan kepada
11 ribuan pasien terkirim pada sehari kemudian sehingga dalam waktu 7 jam
dokter yang menggunakan sistem informasi klinikpun tidak akan menemukan
daftar obat tersebut dalam daftar peresepan, karena sudah langsung dikeluarkan
dari database obat.
2.2 Penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien
Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan
patient safety. Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Research and Quality
menganggarkan $60 juta bagi pengembangan teknologi informasi untuk
menunjang patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan
efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek
peresepan, mengurangi medication error dan meningkatkan kepatuhan terhadap
pelaksanaan standar pelayanan (clinical practice guideline) (6,7,8). Kajian
sistematis Kawanoto,dkk. pada 70 penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
sistem pendukung keputusan klinis berbasis computer terbukti meningkatkan
pelayanan klinik pada 68% studi.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan
sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan, meningkatkan
kepatuhan terhadap standar pelayanan medik, dan mengurangi risiko
kesalahan pengobatan. Komite Agency for Healthcare Research and Quality
mengkaji berbagai bukti ilmiah berbagai intervensi untuk meningkatkan
patient safety.

8
Sebagai contoh: pengurangan risiko efek samping karena obat dapat dilakukan
dengan strategi sbb:
1. pengunaanan sistem komputerisasi dan sistem pendukung keputusan klinis,
2. melibatkan farmasis klinik, protokol standar untuk obat-obat berisiko tinggi,
3. sistem distribusi obat unit-dosis, dan penggunaan Automated Medication
Dispensing Devices
A. Teknologi informasi yang telah digunakan dalam meningkatkan patient safety
adalah :
i. Human Factors Engineering (HFE) pada ruang rawat pediatrik. HFE sama
dengan FCC dalam penerapannya pada pasien anak, dimana keluarga dan
perawat bekerja sama untuk menghasilkan peningkatan kesehatan anaknya
yang sedang mengalami hospitalisasi. HFE membangun budaya rasa saling
percaya dan memudahkan dalam berkomunikasi antara 7 perawat/ tenaga
kesehatan dengan anak dan keluarganya. Adanya hubungan dan komunikasi
yang baik sangat membantu untuk menghindari terjadinya kesalahan yang
dilakukan oleh individu sebagai tenaga kesehatan. Secara umum HFE
membantu perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
sehingga menjadikan mudah dalam memberi pengertian terhadap segala
aktivitas yang dilakukan sehubungan dengan pengobatan/ perawatan yang
diterimanya. HFE juga membantu dalam memonitoring keadaan anak yang
sedang dirawat di rumah sakit.
ii. Computerized Iinformation System (CIS) yang digunakan pada kamar operasi
dan intensive care unit membantu perawat dalam menentukan dan
menghitung beban kerja yang diterimanya langsung.
CIS juga sangat membantu perawat dalam memanfaatkan waktu kerja
perawat sehingga waktu kerja dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisiensi.
dimana biasanya perawat sangat menghabiskan waktu untuk membuat
dokumentasi keperawatan terhadap pasien. CIS membuat peningkatan waktu
perawat dalam berinteraksi dengan pasien. Pasien-pasien yang di ICU akan
merasa lebih dimanusiakan apabila ada interaksi antara pasien dengan
perawat. CIS juga membantu tenaga kesehatan dalam mengumpulkan

9
informasi-informasi pasien terkait kesehatannya. CIS juga mengurangi
pemakaian kertas yang digunakan untuk dokumentasi, sehingga pada
akhirnya semua kondisi ini sangat membantu dalam meningkatkan patient
safety. CIS juga dapat memberi informasi kepada pasien mengenai reaksi
tubuhnya terhadap obatobatan yang diminumnya.

2.3 Peran kerja tim untuk keselamatan pasien


Perawatan kesehatan berbasis tim adalah penyediaan layanan
kesehatan kepada individu, keluarga, dan atau komunitas mereka oleh setidaknya
dua penyedia layanan kesehatan yang bekerja secara kolaboratif dengan pasien
dan pengasuh mereka sejauh yang disukai oleh setiap pasien untuk mencapai
tujuan bersama dalam dan lintas pengaturan untuk mencapai perawatan
terkoordinasi dan berkualitas tinggi. Penggabungan tanggung jawab berbagi
dengan akuntabilitas antara anggota tim dalam sistem perawatan kesehatan
menawarkan manfaat besar. Namun, dalam praktiknya, tanggung jawab bersama
tanpa kerja tim yang berkualitas tinggi dapat mengakibatkan risiko langsung bagi
pasien. Misalnya, komunikasi yang buruk antara profesional layanan kesehatan,
pasien dan pengasuh mereka, telah muncul sebagai alasan umum bagi pasien
untuk mengambil tindakan hukum terhadap penyedia layanan kesehatan.
Tim yang efektif adalah tim di mana anggota tim, termasuk pasien,
berkomunikasi satu sama lain, serta menggabungkan pengamatan mereka,
keahlian dan tanggung jawab pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan
perawatan pasien. Memahami budaya tempat kerja dan dampaknya terhadap
dinamika dan fungsi tim akan membuat anggota tim menjadi pemain tim yang
baik.
2.4 Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya bahaya dan adverse events
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
ketika seseorang sakit dan membutuhkan bantuan dengan tujuan untuk
menyelamatkan kondisi pasien. Dengan berlalunya waktu dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi rumah sakit tidak hanya menjadi tempat untuk

10
menyelamatkan pasien. Berbagai layanan dapat diakses oleh pasien yang
membutuhkan bantuan. Pasien yang memerlukan bantuan menyeluruh dan
intensif selama 24 jam dapat mengakses layanan rawat inap. Perawatan rawat inap
memiliki peran penting dalam pelayanan perawatan untuk observasi, diagnosis,
pengobatan atau upaya perawatan kesehatan lainnya. Keselamatan pasien di
rumah sakit melibatkan partisipasi dari semua orang yaitu petugas medis, pasien
dan keluarga. Pasien dan keluarga sering secara aktif terlibat dalam keselamatan
pasien bahkan dalam menghadapi penyakit.
A. Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan
kesehatan adalah :
1. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar Keluarga memiliki
kemungkinan sering kontak dengan pasien, maka untuk melindungi diri
sendiri dan melindungi pasien dari perpindahan kuman disarankan keluarga
menerapkan prosedur cuci tangan yang benar pada 5 (lima) momen yaitu saat
sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak pasien, sesudah ke toilet,
sebelum dan sesudah makan. Perlu diperhatikan juga bahwa lingkungan
sekitar pasien berisiko terpapar kuman maka disarankan mencuci tangan
sesudah kontak dengan lingkungan pasien (meja, alat tenun, tempat tidur
dsb), Guna memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien dan keluarga
disarankan mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah mencuci
tangan yang diberikan oleh petugas atau panduan cuci tangan yang ada di
rumah sakit.
2. Membatasi pengunjung pasien Selama pasien dirawat di rumah sakit
seyogyanya pasien tidak berinteraksi dengan banyak orang karena berisiko
terpapar kuman dari pengunjung dalam keadaan pertahanan diri yang relatif
rendah dengan demikian peran keluarga diperlukan untuk membatasi
pengunjung yang kontak dengan pasien.
3. Menerapkan etika batuk yang benar Keluarga dan pengunjung yang batuk
berisiko menyebarkan kuman melalui partikel halus di udara dengan
demikian bila sedang mengalami batuk keluarga perlu menggunakan masker

11
atau menerapkan tehnik perlindungan yang benar saat batuk yaitu menutup
mulut dan hidung menggunakan lengan.
B. Adapun peran keluarga sebagai partner pasien untuk mencegah terjadinya
bahaya:
i. Keluarga berperan secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien di
pelayanan kesehatan yaitu memberikan informasi pasien yang benar, jelas,
lengkap dan jujur, mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung
jawab pasien maupun keluarga, keluarga dapat mengajukan
pertanyaanpertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, keluarga memahami
dan menerima konsekuensi pelayanan, keluarga harus dapat memperlihatkan
sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim medis untuk
mengelola pasien, serta keluarga memenuhi kewajiban finansial yang
disepakati.
ii. Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam
menjaga keselamatan pasien
iii. Ketepatan identifikasi pasien Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar,
gelisah, mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan proses
berpikir dan lain sebagainya yang tidak mampu melakukan identifikasi diri
dengan benar maka peran keluarga adalah memberikan data diri pasien sesuai
dokumen data diri pasien, pasien dan keluarga harus memahami fungsi gelang
dan patuh menggunakan gelang identitas tersebut selama rawat inap karna
gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan untuk memastikan kebenaran
identitas dan faktor resiko pasien saat memberikan pelayanan, pasien dan
keluarga kooeratif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas saat akan
melakukan tindakan, memberikan obat, mengambl prepart untuk pemeriksaan
laboratorium dan sebagainya.
iv. Peran keluarga dalam menjembatani komunikasi yang efektif antar pasien dan
tenaga medis yaitu :
a) menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan
untuk berkomunikasi dengan tenaga medis. Ini bertujuan untuk
memastikan komunikasi berlaksung efektif dan berkesinambungan, tidak

12
mengalami ranttai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko
menyebabkan perubahan makna isi informasi.
b) Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tenaga
medis dengan benar dan jelas.
c) Memberikan informasi kepada petugas medis bila ada kejadian tidak
diharapkan (KTD).
d) Keluarga dapat meminta informasi yang diperlukan kepada tenaga medis.
v. Peran keluarga dalam pemberian obat secara aman yaitu:
a) Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
pasien pergunakan sebelum datang ke rumah sakit.
b) Keluarga memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang
dialami saat pasien menggunakan obat tertentu.
c) Keluarga mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap
dengan cara memastikan identitas pasien dengan benar, menanyakan jenis
obat yang diberikan, tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian.
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi. Tindakan
operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada
pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Salah satu prosedur
sebelum operasi adalah proses verifikasi. Sehingga peran pasien dan
keluarga adalah memberikan informasi yang benar dan bekerja sama
secara kooperatif dengan tenaga medis.
e) Peran keluarga dalam mengurangi resiko infeksi di pelayanan kesehatan.
Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis kuman
sedang pasien yang di rawat di pelayanan kesehatan memiliki daya tahan
tubuh yang lemah maka dari itu diperlukan suatu proses bersama untuk
mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan dengan penyakit
utama pasien.

13
6. Peran keluarga dalam mengurangi resiko tersebut adalah :
a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memilki
kemungkinan kontak langsung dengan pasien sehingga untuk melindungi
diri sendiri dan pasien dari perpindahan kuman dianjurkan kepada
keluarga untuk menerapkan prosedur mencuci tangan yang baik dan benar
pada 5 momen yaitu sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak
dengan pasien, sesudah ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu
diketahui bahwa lingkunga sekitar pasien juga beresiko terpapar dengan
kuman maka dianjurkan untuk mencuci tangan saat kontak dengan
bendabenda di sekitar pasien.
b. Membatasi keluarga yang mengunjungi pasien. Selama berada di
pelayanan kesehatan seharusnya pasien tidak terlalu berinteraksi dengan
banyak orang karena berisiko terpapar kuman dari pengunjung lain dalam
kedaan pertahan tubuh yang relatif lemah.
c. Pasien dan keluarga menerapkan etika batuk baik dan benar. Hal ini
dikarenakan keluarga, pasien, dan pengunjung yang batuk beresiko
menyebarkan kuman dan virus melalui partikel halus di udara. Oleh
karena itu, baik pasien, keluarga atau pengunjung harus menerapan etika
batuk yang baik dan benar.
d. Keluarga berperan dalam mengurangi tingkat resiko pasien jatuh. Setiap
pasien memilki kemampuan dan keterbatasannya selama berada di fasilitas
kesehatan. Sehingga pasien sangatlah membutuhkan keluarga sebagai
pendamping. Sehingga rumah sakit mengambil tindakan untuk
mengurangi resiko pasien jatuh dengan melakukan pengkajian faktor-
faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan
dan keseimbangan, alat bantu berjalan atau saat istirahat berbaring di
tempat tidur.

14
7. Peran keluarga yaitu :
a. Memastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning selalu
dipakai oleh pasien
b. Pasien dan keluarga tidak boleh memindahkan atau melepas kartu kuning
yang dipasang petugas di dekat tempat tifur pasien atau di depan kamar
pasien karena kartu tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien
beresiko jatuh.
c. Pasien dan keluarga harus memastikan diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh tenaga medis agar dapat mendukung pencegahan pasien
jatuh.

Informasi yang perlu diketahui oleh pasien maupun keluarga adalah faktor
resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang digunakan, kesadaran pasien,
keseimbangan saat berjalan, tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan,
cara untuk meminta bantuan, cara menggunaka bel atau sarana komunikasi di
ruangan, cara mengatur pengamanan tempat tidur pasien, penggunaan tali
pengaman dan lain sebagainya. Hal-hal di atas merupakan peran keluarga
sebagai partner pasien untuk mencegah kejadian tidak diharapkan dapat terjadi
kepada pasien. Sangatlah penting setiap keluarga memahami dengan baik
peranannya dalam menjaga keselamatan pasien.

2.5 Penyakit akibat kerja pada perawat

1. Penyakit menular terbagi :


a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :TBC,
Influenza, Flu burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti :Kudis
Kurap, Herpes.Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien
seperti :AIDS, Hepatitis
2. Penyakit tidak menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidaksempurna,
seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.

15
b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi(Hypertension) dan
tekanan darah rendah (Hypotension) Penyakit alergi, seperti : astma
gidu /kaligata
c. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunanmakanan
atau minuman.
d. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah
tulang, luka tersayat.

2.6 Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat

Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan


umumnya berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal
umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan
kerusakan hati;, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien
salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit,
tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan
pasien, gawat darurat, karantina dll).

1. Faktor Biologis Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi


berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-
benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
 Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

16
c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius
dan spesimen secara benar
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obatobatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang
banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai
zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
 Pencegahan :
a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yangada
untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa. e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

17
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggitingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4. Faktor Fisik Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress
dan ketulian.
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan
dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani
 Pencegahan :
a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah

18
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramahan-tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.Hubungan kerja
yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.

Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat


pelindung diri sesuai standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan
menimbulkan penyakit akibat kerja. Cedera akibat tusukan jarum pada perawat
merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan
dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri dengan
jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan tubuh pasien, perawat
beresiko terjangkit sekurangkurangnya 20 patogen potensial. Dua pathogen
yang paling menyebabkan masalah ialah hepatitis B (HBV) dan Human
Immunodeficiency Virus atau HIV. Hepatitis B adalah penyakit infeksi pada
hati (hepar/liver) yang berpotensi fatal yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) dan merupakan salah satu penyakit yang sering ditemui dan menular.
Penularannya sangat cepat, 100 kali lebih cepat dari HIV/AIDS dan dapat
menyebabkan kematian.

2.7 Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat

1. Melakukan pencatatan kejadian Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sesuai


dengan prosedur yang ditetapkan oleh petugas K3. Seperti yang tercantum
dalam Permenaker No. 03 Tahun 1998 menyatakan bahwa pengurus atau
pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja.

19
Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan
secara tertulis.
2. Perlu dilakukan peningkatan terhadap penerapan pelayanan kesehatan
kerja terutama pada pemeriksaan kesehatan khusus, pengobatan dan
perawatan bagi penderita yang sakit, pemantauan lingkungan kerja serta
ergonomi dan evaluasi pencatatan serta pelaporan kepada Direktur Rumah
Sakit.
3. Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja seperti
pemeriksaan paruparu, laboratorium maupun pemeriksaan secara fisik
terhadap perawat IGD maupun tenaga medis yang lain.
4. Perlu diadakan kegiatansurvelans kerja seperti pemetaan tempat keja
berdasarkan risiko bahayanya.
5. Perlu diadakan penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM Rumah Sakit
seperti mengidentifikasi ergonomi terhadap peralatan kerja dan risiko
peralatan kerjanya. Seperti yang tercantum dalam Kepmenkes RI No. 1087
Tahun 2010 tentang standart kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di
Rumah Sakit bahwa penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM dikatakan
sudah diterapkan apabilah telah melakukan :
a. Identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap perlatan kerja dan
SDM Rumah Sakit.
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan
mengendalikan risiko ergonomi.

Pentingnya penyesuaian peralatan kerja SDM adalah untuk menghindari Penyakit


Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang disebabkan
karena golongan ergonomi (penyakit yang disebabkan karena prinsip-prinsip
peralatan kerja, proses kerja dan tempat kerja) misalnya nyeri otot, kelelahan fisik,
deformitas tulang, dislokasi dan kecelakaan).

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien itu yang utama dalam
asuhan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Penerapan yang dilakukan di rumah
sakit dengan pelayanan yang optimal, berkualitas dapat meningkatkan atau
mengharumkan nama baik rumah sakit karena hasil kinerja yang dilakukan tim
pelayanan kesehatan di RS.
3.2 Saran
Disarankan untuk tetap berhati-hati dalam melakukan segala hal, apapun dapat
terjadi. Banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan, terutama pada pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Clara Febiola_191101100_Dampak Adverse Events Bagi Keselamatan Pasien


(1).pdf

https://studylibid.com/doc/294013/peran-teknologi-informasi-untuk-
meningkatkan

KERJASAMA SETIAP PROFESI DI RUMAH SAKIT DALAM


MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN (1).pdf

Tugas K3RS Minggu Ke-8.pdf

penyakit akibat kerja pada perawat.pdf

RISIKO CEDERA AKIBAT KERJA PADA PERAWAT_Putri Syalsabila


Manullang_191101126.pdf

Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat ( Rizky Abdau


Siregar_191101123 kelompok 8 ) (1).pdf

22

Anda mungkin juga menyukai