Di Susun Oleh:
NIM: PO7120319001
Makalah ASKEP ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberikan
wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran
ilmiah.Dengan mengupas “ Intraoperasi dengan gangguan sistem kardiovaskueler pada
jantung ” dengan menjalankan asuhan keperawatan.
HYGAYON A.G.K
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................
C. PERENCANAN...............................................................................................................
D. IMPLEMENTASI............................................................................................................
E. EVALUASI......................................................................................................................
A. SIMPULAN ....................................................................................................................
B. SARAN............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien bedah jantung mempunyai kebutuhan yang sama dengan pasien bedah
lainnya. Pasien seringkali harus menjalani perawatan RS sebelum dilakukan
pembedahan. Kebutuhan pasien harus diprioritaskan secara cermat.
Pasien dan keluarga harus siap fisik dan mental sebelum menjalani operasi
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operatif Sisttem
Kardiovaskuler.
Tujuan Khusus :
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan pre dan post operatif sistem kardiovaskuler yang akan dibahas sehingga dapat
mengaplikasikan dalam menerapkan asuhan keperawatan di lapangan nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KARDIOVASKULER
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di
dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian
kanan dari garis tengah tubuh.Proyeksi jantung kanan secara visual pada permukaan anterior
adalah dibawahsternum dan tulang iga. Pada bagian permukaan inferior ( Apeks dan batas
kanan jantung) diatas diafragma. Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan
basal) bertemu dengan paru kanan.
Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri.Batas
superior jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah.
Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan basal jantung.Batas
inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9 cm ke kiri dari garis
tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-6kira- kira 3 cm ke kanan
dari garis tengah
Garis yang menghubungkan garis inferior kanan dan kiri berkoresponden terhadap
inferior surfacejantungdan garis yang menghubungkan inferior dan superior kanan
berkoresponden ke border jantung kanan.Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr,
berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6
cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal.
Data Subyektif
o Pengertian tentang bedah yang duanjurkan :
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
o Pengalaman bedah terdahulu :
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
o Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3. Agama dan artinya bagi pasien.
4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5. Keluarga dan sahabat dekat
Dapat dijangkau (jarak)
Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6. Perubahan pola tidur
7. Peningkatan seringnya berkemih.
o Status Fisiologi
1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang
terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari
nyeri setelah operasi.
1. Data Obyektif
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.
1. Takut
2. Cemas
3. Resiko infeksi
4. Resikoinjury
5. Kurang pengetahuan
C. Pre Operatif
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan pembedahan
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini
dapat disebabkan karena :
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah.
e. Ruang pemulihan.
· Antisipasi pengobatan.
4 Latihan kaki
5 Mobilitas
6 Membantu kenyamanan
b. Persiapan Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien
tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien
dengan anaesthesi lokal atau spinalanaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu
pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.
c. Mencegah konstipasi.
d. Mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus
terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat
yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli
bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien
atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
c. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat
OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut
di bawah ini :
d. Lepas perhiasan
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
3. Pemberian premedikasi.
4. Pengobatan rutin.
6. InformedConsent
7. Pemeriksan laboratorium.
D. Intra Operatif
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
· Perawat sirkulasi
B. Pengaturan Posisi
· Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
· Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup
dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan
diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya
pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan
perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
3. Pengkajian
· Pengkajian psikososial
· Pengkajian Fisik
· Sistem Kardiovaskuler
- Oedema
- Pucat
- Pemeriksaan Diagnostik
- Kebanyakan pasien yang disarankan untuk operasi akan menjalani evaluasi klinik lengkap
yang mencakup pemeriksaan invasif dan noninvasif.
- Pemeriksaan Nonivasif
- Rontgenografi Dada
- Pencritraan radionuklida dilakukan untuk memberi gambaran gerakan dinding dan aliran
darah melalui jantung dan mengukur fungsi.
- Pemeriksaan Invasif
- Ekokardiografi
- Ekokardiografi adalah uji nonivasif yang mengevaluasi struktur dan fungsi jantung dengan
mentransmisikan gelombang suara ke jantung dan mengukur gelombang suara yang di
pantulkan kembali ke transduser.
- Pencritraan radionuklida
- merupakan standar emas dalam memberikan informasi yang paling pasti tentang luas dan
lokasi penyakit jantung iskemik,penyakit katup jantung,dan penyakit jantung kongenital.
- Pemeriksaan Laboratorium
- Uji laboratorium digunakan untuk mengkaji berbagai fungsi sistem organ. Uji hematologi
mengukur hemoglobin,hematokrit,dan hitung sel darah putih dan trombosit dan memberikan
informasi tentang fungsi dan kapasitas pembawa oksigen darah.
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total
adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar
pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
· Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
· Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
· Infus
(Monitor flabotinfuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
· Pengeluaran urin
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
3. Resiko penurunan volume cairan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
D. Fase Pasca Anaesthesi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
· Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
· Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum
untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih.
Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.
· Terapi oksigen
· O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
2. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien postanaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang
pemulihan.
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
4. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau postanaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan
program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu
apa yang sedang dilakukan.
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien postanaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
· Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik< 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar adekuat ( 1cc/kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan di laporkan.
8. jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien
tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindakan.
9. staf dari unit dimana pasien harus dipindakan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
E. POST OPERASI
Tantangan bagi team asuhan keperawatan dan team yang lain setalah operasi pasien
dipindakan ke ICU.
Harus dikomunikasikan
1. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
Nyeri dada
Sesak nafas
Edema
2. Riwayat Kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi
perubahan dan sirkulasi oksigen.
Nyeri lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
Integritas neurovaskuler mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
Status pernafasan sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe
dan efek latihan pada pernafasan.
Gangguan sirkulasi peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
Riwayat kesehatan sebelumnya penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan
dan potensial penyakit keturunan.
Kebiasaan pasien diet, latihan, merokok dan minuman.
3. Riwayat Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah
4.Riwayat Sosial
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.
5. Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.
C. PengkajianFisikJANTUNG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu
melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut
nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu
dilihat adalah :
•Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.
INSPEKSI
1. Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau
emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of
Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular
kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik kekiri.
2. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac” dinding
totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini
dapat dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di
mana batas atasnya bergerak naik turun
Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
- Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
- Tekanan intra toraks yang meninggi
- Tamponade jantung
- Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of
Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir
melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada
inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak
tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan
telapak tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat
latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.
PERKUSI
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi
menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa
harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
AUSKULTASI
1. Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung,
murmur dan gesekan (rub).
2. Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari
membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
3. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspidalis).
4. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
5. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian
ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
6. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
7. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak
sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
• Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
PEMBULUH DARAH
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut
dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;
ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
E. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, Nyeri adalah pengalaman subyektif yang
intensitas, durasi), catat setiap respon tampil dalam variasi respon verbal non verbal
verbal/non verbal, perubahan hemo- yang juga bersifat individual sehingga perlu
dinamik digambarkan secara rinci untuk menetukan
intervensi yang tepat.
Berikan lingkungan yang tenang dan Menurunkan rangsang eksternal yang dapat
tunjukkan perhatian yang tulus kepada memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
klien. Membantu menurunkan persepsi-respon
Bantu melakukan teknik relaksasi (napas nyeri dengan memanipulasi adaptasi
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, fisiologis tubuh terhadap nyeri.
bimbingan imajinasi)
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui
Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-
pindolol (Visken), propanolol (Inderal) indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai
Analgetik seperti morfin, meperidin untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut
(Demerol) atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat
meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral,
Penyekat saluran kalsium seperti menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen
verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). miokard. Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau HR, irama, dan perubahan TD 1. Menentukan respon klien terhadap
sebelum, selama dan sesudah aktivitas aktivitas.
sesuai indikasi.
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
3. Manuver Valsava seperti menahan
3. Anjurkan klien untuk menghindari napas, menunduk, batuk keras dan
peningkatan tekanan abdominal. mengedan dapat mengakibatkan
bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia
dan peningkatan tekanan darah.
4. Keterlibatan dalam pembicaraan panjang
dapat melelahkan klien tetapi kunjungan
orang penting dalam suasana tenang
4. Batasi pengunjung sesuai dengan bersifat terapeutik.
keadaan klinis klien. 5. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai
dengan kemampuan kerja jantung.
6. Menggalang kerjasama tim kesehatan
dalam proses penyembuhan klien.
5. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan
klien dan jelaskan pola peningkatan
aktivitas bertahap.
6. Kolaborasi pelaksanaan program
rehabilitasi pasca serangan IMA.
keadaan baring, duduk dan berdiri (bila disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
memungkinkan) rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi
Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang
murmur. disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
Auskultasi bunyi napas. Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan
Berikan makanan dalam porsi kecil dan terjadinya bradikardia.
mudah dikunyah. Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
Kolaborasi pemberian oksigen sesuai Jalur IV yang paten penting untuk
kebutuhan klien pemberian obat darurat bila terjadi disritmia
atau nyeri dada berulang.
Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok Pacu jantung mungkin merupakan tindakan
sesuai indikasi. dukungan sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara permanen pada
Bantu pemasangan/pertahankan paten-si infark luas/kerusakan sistem konduksi.
pacu jantung bila digunakan.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau perubahan kesadaran/keadaan Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh
mental yang tiba-tiba seperti bingung, curah jantung di samping kadar elektrolit dan
letargi, gelisah, syok. variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
Pantau tanda-tanda sianosis, kulit Penurunan curah jantung menyebabkan
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
perifer. penurunan perfusi perifer (kulit) dan
penurunan denyut nadi.
Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, Kegagalan pompa jantung dapat
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi menimbulkan distres pernapasan. Di
napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkan komplokasi tromboemboli
paru.
Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
penurunan bising usus, mual-muntah, menimbulkan disfungsi gastrointestinal
distensi abdomen dan konstipasi)
Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
catat berat jenis. menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
darah, BUN, kretinin, elektrolit) organ.
Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan:
Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din) Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi
atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka panjang.
Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Menurunkan/menetralkan asam lambung,
Antasida. mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi
gaster khususnya karena adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase) Pada infark luas atau IM baru, trombolitik
merupakan pilihan utama (dalam 6 jam
pertama serangan IMA) untuk memecahkan
bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Auskultasi bunyi napas terhadap adanya Indikasi terjadinya edema paru sekunder
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan klien/orang Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar oleh kesiapan fisik dan mental klien.
klien.
Berikan informasi dalam berbagai variasi Meningkatkan penyerapan materi
proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet pembelajaran.
instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
Berikan penekanan penjelasan tentang
faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, Memberikan informasi terlalu luas tidak
obat dan gejala yang memerlukan lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
perhatian cepat/darurat. dengan penekanan pada hal-hal penting yang
signifikan bagi kesehatan klien.
Peringatkan untuk menghindari aktivitas Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
yang memerlukan tangan diposisikan di oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
atas kepala. yang dapat memicu serangan ulang.
Meningkatkan aktivitas secara bertahap
Jelaskan program peningkatan aktivitas meningkatkan kekuatan dan mencegah
bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
kerja ringan, kerja sedang) juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral
dan memungkinkan kembalinya pola hidup
normal.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan mempelajari asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi sistem
kardiovaskular kita dapat mengetahui bagaimana syarat- syarat dan tahapan yang
diperlukan seseorang sebelum melakukan ataupun sesudah melakukan prosedur
operasi sistem kardiovaskular.
B. Saran
Dengan terselesaikannya askep keperawatan medical bedah tentang asuhan
keperawatan intraoprasi gangguan pada kardivaskuler ini di harapkan mahasiswa
dapat melaksanakan asuhan keperawatan intraoperasi yang sesuai dengan prosedur
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC
Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI