Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

“Intraoperasi dengan gangguan sistem kardiovaskular pada jantung ”

Di Susun Oleh:

HYGAYON ALDRIK GUSTAPAN KOLALIMA

NIM: PO7120319001

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Sebagai pengantar “ASUHAN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH Intraoperasi dgn


gangguan sistem kardiovaskular pada jantung ” disusun untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Keperawatan KMB dan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa dan
dosen.

Makalah ASKEP ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberikan
wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran
ilmiah.Dengan mengupas “ Intraoperasi dengan gangguan sistem kardiovaskueler pada
jantung ” dengan menjalankan asuhan keperawatan.

Penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah


berkontribusi dalam penyusunan makalah ini dan kepada penulis dari sumber-sumber yang
digunakan.

Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam


mengaplikasikan asuhan keperawatan Medical bedah.

Palu,3 Desember 2020

HYGAYON A.G.K
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG .....................................................................................................


B. TUJUAN .........................................................................................................................
C. MANFAAT .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................

A. DEFINISI SISTEM KARDIOVASKULER ...................................................................


B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRA BEDAH..........................................................
C. PRE OPERATIF..............................................................................................................
D. INTRA OPERATIF ........................................................................................................
E. POST OPERASI .............................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................

A. PENGKAJIAN ................................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................
C. PERENCANAN...............................................................................................................
D. IMPLEMENTASI............................................................................................................
E. EVALUASI......................................................................................................................

BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................

A. SIMPULAN ....................................................................................................................
B. SARAN............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang

Pasien bedah jantung mempunyai kebutuhan yang sama dengan pasien bedah
lainnya. Pasien seringkali harus menjalani perawatan RS sebelum dilakukan
pembedahan. Kebutuhan pasien harus diprioritaskan secara  cermat.

Pasien dan keluarga harus siap fisik dan mental sebelum menjalani operasi

OPERASI JANTUNG “Ada 2 pendekatan dasar operasi jantung” :

 Operasi jantung terbuka


 Operasi jantung tertutup
 Operasi jantung terbuka diperlukan mesin.
 Operasi jantung  untuk memperbaiki
 Cacat congenital
  Mengganti/memperbaiki katup
 Revaskularisasi  suplai arteri koronaria
 Memperbaiki aneurismaaortha

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Meningkatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operatif Sisttem
Kardiovaskuler.

Tujuan Khusus :

Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :

 Agar mahasiswa memahami tentang cara melakukan asuhan keperawatan pre operatif


sistem kardiovaskuler.
 Agar mahasiswa memahami tentang cara melakukan asuhan keperawatan post operatif
sistem kardiovaskuler.

C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan pre dan post operatif sistem kardiovaskuler yang akan dibahas sehingga dapat
mengaplikasikan dalam menerapkan asuhan keperawatan di lapangan nantinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KARDIOVASKULER

Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di
dalam  mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian
kanan dari garis tengah tubuh.Proyeksi jantung kanan secara visual pada permukaan anterior
adalah dibawahsternum dan tulang iga. Pada bagian permukaan inferior ( Apeks dan batas
kanan jantung) diatas diafragma. Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan
basal) bertemu dengan paru kanan.

 Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri.Batas
superior jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah.
Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan basal jantung.Batas
inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9 cm ke kiri dari garis
tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-6kira- kira 3 cm ke kanan
dari garis tengah

Garis yang menghubungkan garis inferior kanan dan kiri berkoresponden terhadap
inferior surfacejantungdan garis yang menghubungkan inferior dan superior kanan 
berkoresponden ke border jantung kanan.Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr,
berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6
cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal.

B. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

 Data Subyektif
o Pengertian tentang bedah yang duanjurkan :
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
o Pengalaman bedah terdahulu :
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
o Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3. Agama dan artinya bagi pasien.
4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5.  Keluarga dan sahabat dekat
 Dapat dijangkau (jarak)
 Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6. Perubahan pola tidur
7. Peningkatan seringnya berkemih. 
o Status Fisiologi
1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang
terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari
nyeri setelah operasi.

1.     Data  Obyektif

1.    Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),


kemampuan berbahasa Inggris.

2.    Tingkat interaksi dengan orang lain.

3.    Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
4.    Tinggi dan berat badan.

5.    Gejala vital.

6.    Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

7.    Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

8.    Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

9.    Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).

10.     Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.

11.     Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.

·  Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

1.  Takut

2.  Cemas

3.  Resiko infeksi

4.  Resikoinjury

5.  Kurang pengetahuan

C. Pre Operatif

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan pembedahan
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a.    Persiapan Psikologi

    Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini
dapat disebabkan karena :

1.  Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2.  Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah.

1.   Penjelasan tentang peristiwa

        Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum      operasi :

a.    Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). 

b.    Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

c.    Alat-alat khusus yang diperlukan

d.   Pengiriman ke ruang bedah.

e.    Ruang pemulihan.

f.       Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

·      Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

·      Perlu kebebasan saluran nafas.

·      Antisipasi pengobatan.

3      Bernafas dalam dan latihan batuk

4      Latihan kaki

5      Mobilitas

6      Membantu kenyamanan
b.   Persiapan Fisiologi

1.    Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien
tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien
dengan anaesthesi lokal atau spinalanaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :

a.    Aspirasi pada saat pembedahan

b.    Mengotori meja operasi.

c.    Mengganggu jalannya operasi.

2.  Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu
pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

a.    Mencegah cidera kolon

b.    Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan      dioperasi.

c.    Mencegah konstipasi.

d.   Mencegah infeksi.

3. Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus
terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan

  Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan Operasi / InformedConsent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat
yaitu suami / istri, anak tertua,  orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli
bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien
atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak  dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

c.  Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat
OK)

1.    Mencegah Cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut
di bawah ini :

a.       Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

b.      Cek gelang identitas / identifikasi pasien.

c.       Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

d.      Lepas perhiasan

e.       Bersihkan cat kuku.

f.       Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

g.      Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

h.      Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.

i.        Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.

j.        Kandung kencing harus sudah kosong.

k.      Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus icek meliputi ;

1.   Catatan tentang persiapan kulit.


2.   Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

3.   Pemberian premedikasi.

4.   Pengobatan rutin.

5.   Data antropometri (BB, TB)

6.   InformedConsent

7.   Pemeriksan laboratorium. 

2.  Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat praanaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan


untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi
agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas. 

D. Intra Operatif

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.

1 . Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

A. Anggota steril

·       Ahli bedah utama / operator

·       Asisten ahli bedah.

·       ScrubNurse / Perawat Instrumen

B. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :

·       Ahli atau pelaksana anaesthesi.

·       Perawat sirkulasi

·       Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).


2.  Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

A. Persiapan Psikologis Pasien

B. Pengaturan Posisi

·      Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman  pasien dan keadaan psikologis
pasien.

·      Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :

1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

2. Umur dan ukuran tubuh pasien.

3. Tipe anaesthesia yang digunakan.

4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan  (arthritis).

·                Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

1.   Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2.   Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan  kakinya ditutup
dengan duk.

3.   Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan
diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

4.   Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya
pertukaran udara.

5.   Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan
perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.

6.   Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

7.   Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8.   Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.


9.   Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan
untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

3. Pengkajian

A.  Sebelum dilakukan operasi

·         Pengkajian psikososial

-  Perasaan takut / cemas

-  Keadaan emosi pasien

·         Pengkajian Fisik

-  Tanda vital : TN, N, R, Suhu.

·         Sistem Kardiovaskuler

-       Apakah ada gangguan pada sisitemcardio ?

-       Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

-       Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

-       Kebiasaan merokok, minum alcohol

-       Oedema

-       Irama dan frekuensi jantung.

-       Pucat

-       Pemeriksaan Diagnostik

-       Kebanyakan pasien yang disarankan untuk operasi akan menjalani evaluasi klinik lengkap
yang mencakup pemeriksaan invasif dan noninvasif.

-       Pemeriksaan Nonivasif

-       Elektrokardiogram.Setelah pengkajian fisik dan  riwayat dilakukan ,elektrokardiogram


(EKG)dalam keadaan istirahat dilakukan.Sekalipun EKG istirahat dilakukan adalah normal
pada pasien yang diduga menderita penyakit arteri koroner,EKG latihan (uji stres) mungkin
dilakukan karena perubahan segmen ST yang menandakan iskemia miokardiumseringkali
tampak hanya selama atau sesudah latihan.

-       Rontgenografi  Dada

-       Pencritraan radionuklida dilakukan untuk memberi gambaran gerakan dinding dan aliran
darah melalui jantung dan mengukur fungsi.

-       Pemeriksaan Invasif

-       Kateterisasi jantung masih Rontgenografi  dada memberikan informasi tentang ukuran


rongga jantung, aorta thoracica, dan vaskulatur paru, serta adanya kalsium dikatup,
perikardium, arteri koronaria, dan aorta.

-       Ekokardiografi

-       Ekokardiografi adalah uji nonivasif yang mengevaluasi struktur dan fungsi jantung dengan
mentransmisikan gelombang suara ke jantung dan mengukur gelombang suara yang di
pantulkan kembali ke transduser.

-       Pencritraan radionuklida

-       merupakan standar emas dalam memberikan informasi yang paling pasti tentang luas dan
lokasi penyakit jantung iskemik,penyakit katup jantung,dan penyakit jantung kongenital.

-       Pemeriksaan Laboratorium

-       Uji laboratorium digunakan untuk mengkaji berbagai fungsi sistem organ. Uji hematologi
mengukur hemoglobin,hematokrit,dan hitung sel darah putih dan trombosit dan memberikan
informasi tentang fungsi dan kapasitas pembawa oksigen darah.

B.  Selama dilaksanakannya operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total
adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar
pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b. Pengkajian fisik

·         Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah). 

·         Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

·         Infus

(Monitor flabotinfuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

·         Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

C.  Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :

1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
3. Resiko penurunan volume cairan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
D.   Fase Pasca Anaesthesi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.

Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

1.    Mempertahankan ventilasi pulmonari

·      Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

·      Saluran nafas buatan.

·      Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum
untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih.
Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.

·      Terapi oksigen

·      O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

2.    Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien postanaesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang
pemulihan.

3.    Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
4.    Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau postanaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan
program dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu
apa yang sedang dilakukan.

E.     Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery   Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien postanaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan  / observasi diruang
pemulihan :

1.      Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.

2.      Pasang pengaman pada tempat tidur.

3.      Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4.      Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

5.      Beri O2  2,3 liter sesuai program.

6.      Observasi adanya muntah.

7.      Catat intake dan output cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

·      Tekanan sistolik <  90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik< 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.

·      HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

·      Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.


·      Meningkatnya kegelisahan  pasien

·      Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1.   Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2.   Tanda-tanda vital harus stabil.

3.   Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4.   Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5.   Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.

6. Urine yang keluar adekuat ( 1cc/kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan di laporkan.

7. semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing- masing.

8. jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien
tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindakan.

9. staf dari unit dimana pasien harus dipindakan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.

10. pengangkutan pasien keruangan.

E. POST OPERASI

Asuhan keperawatan pada pasien post operasi.


Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang
dibuat saat klien diterima diruangan pemulihan/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya perawatan post operasi.

Tantangan bagi team asuhan keperawatan dan team yang lain setalah operasi pasien
dipindakan ke ICU.

Informasi khusus mengenai :

1. Tindakan operasi yang dilakukan


2. Kejadian penting
3. Alat yang terpasang

Harus dikomunikasikan

Monitoring post operasi

 Status neurologi : GCS, ukuran pupil, refleks cahaya, kekuatan otot.


 Status jantung : HR,BP,CVP,LAP,PAWP.
 Status respirasi: rr, gerakan dada, suara napas, penentuan setting mekanical
ventilation, SaO2, analisis gas darah.
 Status fungsi ginjal : urine out put, berat jenis, osmolaritasnya.
 Status cairan dan elektrolit : asuhan, haluaran
 Status nyeri : sifat lokasi, durasi, respons analgetik.

Intervensi post operasi meliputi :

1. Monitoring tanda – tanda vital dan curah jantung.


2. Monitoring ggn pertukaran gas
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memantau respons nyeri post operasi
5. Memantau adanya tanda – tanda pendarahan
6. Menjaga suhu pasien tetap normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
      Nyeri dada
      Sesak nafas
      Edema
2. Riwayat Kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi
perubahan dan sirkulasi oksigen.
     Nyeri  lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
     Integritas neurovaskuler  mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
     Status pernafasan  sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe
dan efek latihan pada pernafasan.
     Gangguan sirkulasi  peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
     Riwayat kesehatan sebelumnya  penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan
dan potensial penyakit keturunan.
     Kebiasaan pasien  diet, latihan, merokok dan minuman.
3. Riwayat Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah
4.Riwayat Sosial
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.
5.      Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

B.     11 Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)


1.      Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien merasakan kondisi kesehatan dan
bagaimana cara menangani
2.      Pola nutrisi/metabolik : gambaran pola makan dan kebutuhan
cairan b/d kebutuhan metabolik  dan suplai nutrisi
3.      Pola eliminasi : gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK, melalui kulit)
4.      Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
5.      Pola tidur-istirahat : gambaran pola  tidur, istirahat, dan relaksasi
6.      Pola kognitif dan perceptual : gambaran pola konsep diri klien dan persepsi  terhadap dirinya
7.      Pola peran/hubungan : gambaran pola peran dalam berpartisipasi / berhubungan dengan
orang lain
8.      Pola seksualitas/reproduksi   : gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dengan pola
seksualitas dan gambaran pola reproduksi
9.      Pola koping/toleransi stress :  gambaran pola koping klien secara umum 
dan efektifitas  dalam toleransi terhadap stress
10.  Pola nilai/keyakinan : gambaran pola  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk aspek spiritual),  dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan 
pilihan/keputusan.

C.    PengkajianFisikJANTUNG
           Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu
melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut
nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu
dilihat adalah :
•Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
1.      Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau
emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of
Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular
kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik kekiri.
2.      Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac” dinding
totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini
dapat dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :           
     Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
     Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
     Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di
mana batas atasnya bergerak naik turun
     Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
     Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
-         Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
-         Tekanan intra toraks yang meninggi
-         Tamponade jantung
-         Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
PALPASI
          Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of
Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir
melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
          Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada
inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak
tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan
telapak tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat
latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.
PERKUSI
          Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi
menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa
harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
AUSKULTASI
1.      Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung,
murmur dan gesekan (rub).
2.      Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari
membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
3.      Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspidalis).
4.      Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
5.      Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian
ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
6.      Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
7.      Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak
sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
•   Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.

•   Kenyaringan (keras-lemah) bising.

•   Lokasi bising (yang maksimal).

•   Penyebaran bising.


Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
•     Kecepatan aliran darah yang melalui katup.

•     Derajat kelainan/gangguan katup.

•     Tebal tipisnya dinding toraks.

•     Ada tidaknya emfisema paru.


Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
•     Tingkat I      : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.

•     Tingkat II     : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.


Tingkat III    : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
•     Tingkat IV    : amat nyaring tanpa thrill.

•     Tingkat V     : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)

•     Tingkat VI    : dapat didengar tanpa stetoskop.


            Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar
disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
o     Lokasi         : daerah tertentu/menyebar
o     Waktu          : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
o     Intensitas      :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
o     Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan tinggi.
o     Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
            Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh
perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.

PEMBULUH DARAH
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut
dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
D.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;
ancaman kematian.
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
E.     Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
      Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,       Nyeri adalah pengalaman subyektif yang

intensitas, durasi), catat setiap respon tampil dalam variasi respon verbal non verbal
verbal/non verbal, perubahan hemo- yang juga bersifat individual sehingga perlu
dinamik digambarkan secara rinci untuk menetukan
intervensi yang tepat.
      Berikan lingkungan yang tenang dan       Menurunkan rangsang eksternal yang dapat
tunjukkan perhatian yang tulus kepada memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
klien.       Membantu menurunkan persepsi-respon
      Bantu melakukan teknik relaksasi (napas nyeri dengan memanipulasi adaptasi
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, fisiologis tubuh terhadap nyeri.
bimbingan imajinasi)
      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
       Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid,      Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
     Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui
       Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-
pindolol (Visken), propanolol (Inderal) indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
     Morfin atau narkotik lain dapat dipakai
       Analgetik seperti morfin, meperidin untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut
(Demerol) atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
     Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat
meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral,
       Penyekat saluran kalsium seperti menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen
verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). miokard. Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.

2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.        Pantau HR, irama, dan perubahan TD 1.      Menentukan respon klien terhadap
sebelum, selama dan sesudah aktivitas aktivitas.
sesuai indikasi.
2.        Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 2.      Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
3.      Manuver Valsava seperti menahan
3.        Anjurkan klien untuk menghindari napas, menunduk, batuk keras dan
peningkatan tekanan abdominal. mengedan dapat mengakibatkan
bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia
dan peningkatan tekanan darah.
4.      Keterlibatan dalam pembicaraan panjang
dapat melelahkan klien tetapi kunjungan
orang penting dalam suasana tenang
4.        Batasi pengunjung sesuai dengan bersifat terapeutik.
keadaan klinis klien. 5.      Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai
dengan kemampuan kerja jantung.
6.      Menggalang kerjasama tim kesehatan
dalam proses penyembuhan klien.
5.        Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan
klien dan jelaskan pola peningkatan
aktivitas bertahap.
6.        Kolaborasi pelaksanaan program
rehabilitasi pasca serangan IMA.

3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;


ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional
    Pantau respon verbal dan non verbal    Klien mungkin tidak menunjukkan

yang menunjukkan kecemasan klien keluhan secara langsung tetapi kecemasan


dapat dinilai dari perilaku verbal dan non
verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan
sebagainya.
   Respon klien terhadap situasi IMA
    Dorong klien untuk mengekspresikan bervariasi, dapat berupa cemas/takut
perasaan marah, cemas/takut terhadap terhadap ancaman kematian, cemas
situasi krisis yang dialaminya. terhadap ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peran sosial dan sebagainya.
   Informasi yang tepat tentang situasi yang
    Orientasikan klien dan orang terdekat dihadapi klien dapat menurunkan
terhadap prosedur rutin dan aktivitas kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
yang diharapkan. sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi yang
terjadi.
   Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
    Kolaborasi pemberian agen terapeutik kecemasan.
anti cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-
mane, Lorazepam/Ativan).
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi Keperawatan Rasional
     Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam      Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari

keadaan baring, duduk dan berdiri (bila disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
memungkinkan) rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat.
     S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi
     Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang
murmur. disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
     Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
     Auskultasi bunyi napas.      Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan
     Berikan makanan dalam porsi kecil dan terjadinya bradikardia.
mudah dikunyah.      Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
     Kolaborasi pemberian oksigen sesuai      Jalur IV yang paten penting untuk
kebutuhan klien pemberian obat darurat bila terjadi disritmia
atau nyeri dada berulang.
     Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok      Pacu jantung mungkin merupakan tindakan
sesuai indikasi. dukungan sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara permanen pada
     Bantu pemasangan/pertahankan paten-si infark luas/kerusakan sistem konduksi.
pacu jantung bila digunakan.

5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
     Pantau perubahan kesadaran/keadaan      Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh

mental yang tiba-tiba seperti bingung, curah jantung di samping kadar elektrolit dan
letargi, gelisah, syok. variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
     Pantau tanda-tanda sianosis, kulit      Penurunan curah jantung menyebabkan
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
perifer. penurunan perfusi perifer (kulit) dan
penurunan denyut nadi.
     Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,      Kegagalan pompa jantung dapat
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi menimbulkan distres pernapasan. Di
napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkan komplokasi tromboemboli
paru.
     Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia,      Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
penurunan bising usus, mual-muntah, menimbulkan disfungsi gastrointestinal
distensi abdomen dan konstipasi)
     Pantau asupan caiaran dan haluaran urine,      Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
catat berat jenis. menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal.
     Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas     Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
darah, BUN, kretinin, elektrolit) organ.
     Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan:
    Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)      Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi
atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka panjang.
    Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac),      Menurunkan/menetralkan asam lambung,
Antasida. mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi
gaster khususnya karena adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
                   -    Trombolitik (t-PA, Streptokinase)     Pada infark luas atau IM baru, trombolitik
merupakan pilihan utama (dalam 6 jam
pertama serangan IMA) untuk memecahkan
bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
     Auskultasi bunyi napas terhadap adanya      Indikasi terjadinya edema paru sekunder

krekels. akibat dekompensasi jantung.


     Pantau adanya DVJ dan edema anasarka      Dicurigai adanya GJK atau kelebihan
     Hitung keseimbangan cairan dan timbang volume cairan (overhidrasi)
berat badan setiap hari bila tidak      Penurunan curah jantung mengakibatkan
kontraindikasi. gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang
gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba)
menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
     Pertahankan asupan cairan total 2000 jantung.
ml/24 jam dalam batas toleransi      Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
kardiovaskuler. dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
     Kolaborasi pemberian diet rendah adanya dekompensasi jantung.
natrium.      Natrium mengakibatkan retensi cairan
     Kolaborasi pemberian diuretik sesuia sehingga harus dibatasi.
indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/      Diuretik mungkin diperlukan untuk
Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak- mengoreksi kelebihan volume cairan.
ton/Aldactone)
     Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
     Hipokalemia dapat terjadi pada terapi
diuretik yang juga meningkatkan
pengeluaran kalium.

7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
     Kaji tingkat pengetahuan klien/orang      Proses pembelajaran sangat dipengaruhi

terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar oleh kesiapan fisik dan mental klien.
klien.
     Berikan informasi dalam berbagai variasi      Meningkatkan penyerapan materi
proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet pembelajaran.
instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
     Berikan penekanan penjelasan tentang
faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas,      Memberikan informasi terlalu luas tidak
obat dan gejala yang memerlukan lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
perhatian cepat/darurat. dengan penekanan pada hal-hal penting yang
signifikan bagi kesehatan klien.
     Peringatkan untuk menghindari aktivitas      Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
yang memerlukan tangan diposisikan di oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
atas kepala. yang dapat memicu serangan ulang.
     Meningkatkan aktivitas secara bertahap
     Jelaskan program peningkatan aktivitas meningkatkan kekuatan dan mencegah
bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
kerja ringan, kerja sedang) juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral
dan memungkinkan kembalinya pola hidup
normal.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan mempelajari asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi sistem
kardiovaskular kita dapat mengetahui bagaimana syarat- syarat dan tahapan yang
diperlukan seseorang sebelum melakukan ataupun sesudah melakukan prosedur
operasi sistem kardiovaskular.
B. Saran
Dengan terselesaikannya askep keperawatan medical bedah tentang asuhan
keperawatan intraoprasi gangguan pada kardivaskuler ini di harapkan mahasiswa
dapat melaksanakan asuhan keperawatan intraoperasi yang sesuai dengan prosedur
yang benar.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC
Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI

Anda mungkin juga menyukai