Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian Tonsilitis

Tonsillitis merupakan terdapatnya peradangan umum dan pembengkakakan di jaringan


tonsil dengan leukosit, sel – sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta. Tanda dan gejala
tonsillitis ini adalah nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan kesulitan menelan, demam,
pembesaran tonsil, mulut berbau, dan kadang telinga terasa sakit ( north American Nursing
diagnosis associatioan, 2012).

2. Penyebab dan factor predisposisi Tonsilitis

a. Penyebab
Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi
virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis.
Peradangan pada tonsil dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, termasuk strain bakteri
streptokokus, adenovirus, virus influenza, virus Epstein-Barr, enterovirus, dan virus herpes
simplex. Salah satu penyebab paling sering pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus
beta hemolitik (GABHS), 30% dari tonsilitis anak dan 10% kasus dewasa dan juga merupakan
penyebab radang tenggorokan.
Tonsilitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten yang berpotensi
membentuk formasi batu tonsil.4 Terdapat referensi yang menghubungkan antara nyeri
tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan kejadian tonsilitis kronik.5 Tonsilitis kronis
merupakan salah satu penyakit yang paling umum dari daerah oral dan ditemukan terutama di
kelompok usia muda. Kondisi ini karena peradangan kronis pada tonsil. Data dalam literatur
menggambarkan tonsilitis kronis klinis didefinisikan oleh kehadiran infeksi berulang dan
obstruksi saluran napas bagian atas karena peningkatan volume tonsil. Kondisi ini mungkin
memiliki dampak sistemik, terutama ketika dengan adanya gejala seperti demam berulang,
odynophagia, sulit menelan, halitosis dan limfadenopati servikal dan submandibula.

b. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.

3. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada setiap kategori tonsilitis sebagai
berikut. (Rusmarjono & Soepardi, 2016).
A. Tonsilitis akut
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus berat dapat meolak untuk
minum atau makan melalui mulut. Penderita mengalami malaise, suhu tinggi, dan
nafasnya bau (Adams, et al., 2012).
2. Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering
ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh
yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di
telinga karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf N. glosofaringeus (N. IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk
folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar sub-mandibula membengkak
dan nyeri tekan. (otalgia).

B. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis difteri
a. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasanya
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan.
b. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan dapat
menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila
diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan
terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher
menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut juga Burgemeester's.

2. Tonsilitis Septik
Disebabkan oleh Streptococcus hemoliticus pada susu sapi, tapi di Indonesia jarang.

3. Angina Plaut Vincent


Gejala demam sampai dengan 390 C, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang-kadang
terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah. Pada pemeriksaan tampak mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak
membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi, serta terdapat bau
mulut dan kelenjar sub mandibula membesar.

C. Tonsilitis Kronik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di
tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau.
Radang amandel/tonsil yang kronis terjadi secara berulang-ulang dan
berlangsung lama. Pembesaran tonsil/amandel bisa sangat besar sehingga tonsil kiri dan
kanan saling bertemu dan dapat mengganggu jalan pernapasan (Manurung, 2016).
Tonsilitis pada anak biasanya dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat
tidur karena pengaruh besarnya tonsil yang mengganggu pernafasan bahkan keluhan
sesak nafas dapat terjadi apabila pemebesaran tonsil telah menutup jalur pernafasan
(Fakh, et al., 2016).

4. Patofisiologi

Saat patogen (bakteri/virus) memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil
berperan sebagai filter dengan cara menyelimuti organisme patogen tersebut agar tidak
masuk ke dalam sirkulasi. Saat itulah proses infeksi dimulai. Mekanisme yang dilakukan
tonsil tersebut akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan
datang akan tetapi kadang-kadang tonsil sendiri sudah mengalami kelelahan dalam
menahan infeksi atau virus sehingga patogen bisa menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial memberikan reaksi. Saat itulah terbentuk
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Proses ini secara
klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus
(debris) merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis
akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi
satu maka terjadi tonsillitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.
Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah sub mandibular, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat
pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Bila
bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
6 . Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan umum menurut Soepardi, 2012:

1. Menjaga hygiene mulut

2. Pemberian antibiotik (penicilin) 10

3. Vit. C & B kompleks

4. Obat kumur

Penatalaksanaan tonsilitis akut :

1. Antibiotik golongan peneliti anti sulfanamid selama 5 hari.

2. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder dan untuk mengurangi edema pada laring.

3. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3
minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 x negatif.

4. Pemberian antipiretik.

Penatalaksanaan tonsilitis kronis :

1. Terapi lokal untuk hygine mulut.

2. Teori radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa

7. Pemeriksaan Penunjang :

1. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Usapan bias tenggorokan, hidung.

2. Biopsy dilakukan pada semua kasus dengan pembesaran tonsil unuilateral.

3. Pemeriksaan darah lengkap.:

Leukosit : 11.20H

Hemoglobin : 11.90 g/dl

Trombosit : 314

4. Radiologi.

5. Thorak.
8. pengkajian focus

Pengkajian fokus pada pasien tonsilitis :

1. Wawancara :

a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya

b. Kapan gejala itu muncul

c. Apakah mempunyai kebiasaan merokok

d. Bagaimana pola makan

e. Apakah rajin membersihkan mulut

2. Pengkajian pola :

a. Data dasar pengkajian :

Intergritas ego

Gejala : perasaan takut, khawatir bila pembedahan mempengaruhi kemampuan kerja.

Tanda : ansietas, depresi, menolak.

b. Makanan cair

Gejala : kesulitan menelan.

Tanda : kesulitan menelan, tersedak.

c. Nyeri / keamanan

Gejala : sakit tenggorokan kronis.

Tanda : gelisah, perilaku berhati- hati.

d. Pernafasan

Gejala : riwayat merokok, bekerja dengan serbuk kayu

9. Diagnosa keperawatan

1. Pre Operasi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.

b. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit.


c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme tonsilitis.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.

e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan tonsilektomi.

2. Post Operasi :

a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan.

b. Resiko ketidak seimbangan nurisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan
asupan sekunder akibat nyeri saat menelan.

c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka

10. Perencanaan Keperawatan

1. Pre Operasi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi(Nic and Noc,).

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat terkontrol Kriteria hasil : Nyeri dapat
terkontrol, nyeri berkurang.

Intervensi dan rasional :

1) I : Monitor perkembangan nyeri.


R : Mengetahui tindakan dari yang dilakukan.

2) I : Monitor tanda-tanda vital darah dan nadi. R : Mengetahui keadaan pasien.

3) I : Berikan tindakan nyaman.

4) R : Meningkatkan relaksasi.

5) I : Cari perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut dan tenggorokan.

R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan.

b. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh naik diatas rentang
normal.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Pasien tidak gelisah, suhu tubuh normal {36°-37°C}.


Intervensi dan rasional :

1) I : Pantau suhu lingkungan.


R : Suhu lingkungan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
2) I : Pantau suhu pasien.
R : Menunjukkan proses penyakit infeksius.
3) I : Berikan kompres hangat
R : Dapat mengurangi demam

c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme tonsilitis ditandai dengan mengeluh
ketika menelan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu menelan dengan baik.
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak tersedak saat menelan, tidak muntah, usaha menelan
secara normal.

Intervensi da rasional :
1) I : Berikan makanan lunak.
R : Dapat membantu pasien untuk menelan.
2) I : Cek mulut adakah sisa-sisa makanan.
R : Agar dapat mengetahui adakah gangguan saat menelan.
3) I : Bantu pasien dengan posisi tegak sebelum makan.
R : Dapat menghindari tersedak saat makan.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan fungsi tubuh.

Tujuan : Tidak mengalami harga diri rendah Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan diri pada situasi yang ada.

Intervensi dan rasional :

1) I : Diskusikan situasi atau dorongan pernyataan takut, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal
penyakit.
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh.
2) I : Dukung dan dorong pasien, berikan perawat yang berperilaku bersahabat.
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan pasien untuk memuat
upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
3) I : Berkunjung atau berpartisipasi pada perawatan
R : Anggota keluarga dapat merasakan bersalah tentang kondisi pasien.
4) I : Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.

e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan tonsilektomi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas dapat berkurang.

Kriteria hasil : Kecemasan dapat berkurang.


Intervensi dan rasional :

1) I : Kaji sejauh mana kecemasan pasien.


R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
2) I : Menginformasikan pasien atau orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi.
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
3) I : Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
4) I : Beri tahu pasien yang kemungkinan akan dilakukan tindaka operasi.
R : Mengurangi rasa cemas atau takut.

2. Post Operasi :
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : Kekurangan volume cairan dapat teratasi dapat ditandai dengan tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi dan rasional :


1) I : Ukur dan catat jumlah darah.
R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan.
2) I : Awasi tanda vital bandingkan dengan hasil normal
R : Perubahan tanda vital dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kehilangan darah.
3) I : Catat respon fisiologi individual pasien terhadap pendarahan.
R : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya
penggantian cairan.
4) I : Awasi batuk karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan.
R : Aktivitas batuk dapat meningkatkan tekanan intra abdomen

b. Resiko ketidak seimbangan nurisi :

kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan asupan sekunder akibat nyeri
saat menelan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi dan seimbang.

Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
1) I : Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi.
R : Memberitahu informasi sehubung dengan kebutuhan nutrisi.
2) I : Berikan makanan sedikit dan lunak.
R : Dapat membantu pasien saat menelan makanan.
3) I : Mulai makanan yang kecil dan sesuai toleransi.
R : Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketoleransian.
4) I : Auskultasi bunyi usus.
R : Maka hanya dimulai setelah bunyi usus membaik.

c. Ganguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : Nyeri berkurang, skala nyeri terkontrol.

Intervensi dan rasional :


1) I : Tentukan karakteristik nyeri, misal : ditusuk, tajam.
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbul kan komplikasi.
2) I : Anjurkan pasien untuk mengurangi nyeri, Misal dengan minum air dingin atau air es.
R : Tindakan non analgetik diberikan dengan cara alternative Untuk mengurangi rasa nyeri.
3) I : Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
R : Menurunkan stress dan meningkatkan istirahat.
4) I : Pantau tanda vital.
R : Perubahan tekanan darah dan jantung menandakan pasien mengalami nyeri.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menyatakan


pemahaman tentang penyebab atau faktor resiko individu.

Kriteria hasil : Menurunkan resiko infeksi, menunjukkan teknik atau pola hidup yang aman
dan nyaman. Intervensi dan rasional :
1) I : Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas.
R : Menghindari kontaminasi silang.
2) I : Tetap ada fasilitas control infeksi steril.
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
3) I : Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus.
R : Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/8271/3/HANUNG%20MAULANA%20HIDAYATULLOH%20BAB%20II.pdf

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12036/Thalamus%2052.pdf?
sequence=1&isAllowed=y#:~:text

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ce84a52f23a3735f4ce7b202a8877d93.pdf
LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

DI RUANGAN OK

RSUD ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :
HYGAYON ALDRIK GUSTAPAN KOLALIMA
(PO 7120319001)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIV KEPERAWATAN PALU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasihNYA
saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “ TONSILITIS’. Adapun dalam
penulisan laporan ini banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karenanya, diharapkan saran dan
kritik dari pembaca maupun saran yang membangun agar saya dapat menjadi lebih baik
kedepannya.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan dan member manfaat bagi
pembacanya.

Palu, 1 juli 2021

Anda mungkin juga menyukai