Solusi KSN Astronomi 2021 tingkat Nasioanal ini dibuat oleh Kelas Astronomi. Solusi ini
berdasarkan pendapat pribadi penulis sehingga tidak menjamin kebenaran. Untuk persiapan
KSN Astronomi saya merekomendasikan untuk menonton video materi dan soal di
bit.ly/KelasAstronomi secara gratis.
Page |1
2. [©2021, LP/Puspresnas] Di dalam Tata Surya kita, terdapat ratusan juta asteroid. Ribuan
diantaranya berada di dekat Bumi. Diketahui asteroid Bennu dengan massa sebesar 1010 𝑘𝑔
bergerak mendekati dan menyinggung Bumi. Kecepatan awal asteroid (𝑣0 ), yaitu 20 𝑘𝑚 𝑠 −1
(lihat Gambar). Parameter tumbukan atau impact parameter (𝑏) didefinisikan sebagai jarak
tegak lurus antara pusat medan potensial dengan lintasan asteroid. Asumsikan berlaku
hukum kekekalan momentum sudut dan hukum kekekalan energi.
a. Tuliskan persamaan yang lengkap dari momentum sudut asteroid Bennu saat bergerak
mendekati Bumi (momentum sudut awal) dan saat menyinggung Bumi.
b. Tuliskan persamaan energi total asteroid Bennu saat bergerak mendekati Bumi (di titik
awal) dan persamaan energi total saat menyinggung Bumi.
c. Hitunglah nilai parameter tumbukan asteroid Bennu tersebut. Nyatakan dalam satuan
meter.
Jawaban:
𝑏
𝐿1 = 𝑚 (𝑣0 ) 𝑑
𝑑
𝐿1 = 𝑚𝑣0 𝑏
Dengan 𝑚 = massa asteroid Bennu, 𝑣0 = kecepatan awal asteroid (pada jarak
sangat jauh dari bumi), dan 𝑏 = parameter tumbukan
➢ Persamaan momentum sudut saat menyinggung bumi (di posisi 2)
𝐿2 = 𝑚𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑏
Dengan 𝑚 = massa asteroid Bennu, 𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 = kecepatan asteroid saat
menyinggung bumi, dan 𝑅𝑏 = jari-jari bumi
b. Persamaan energi total dapat ditinjau dari energi kinetik dan energi potensialnya
➢ Energi total di titik awal (di posisi 1)
1
𝐸1 = 𝑚𝑣02
2
➢ Energi total saat menyinggung bumi (di posisi 2)
1 2
𝐺𝑀𝑏 𝑚
𝐸2 = 𝑚𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 −
2 𝑅𝑏
Dimana 𝑀𝑏 = massa bumi
c. Dengan kekekalan momentum sudut:
𝐿1 = 𝐿2
𝑚𝑣0 𝑏 = 𝑚𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑏
𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡
𝑏= 𝑅𝑏
𝑣0
Dengan kekekalan energi total:
𝐸1 = 𝐸2
1 1 2
𝐺𝑀𝑏 𝑚
𝑚𝑣02 = 𝑚𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 −
2 2 𝑅𝑏
2
2𝐺𝑀 𝑏
𝑣𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡 = 𝑣02 +
𝑅𝑏
Sehingga:
2𝐺𝑀𝑏
√𝑣02 +
𝑅𝑏
𝑏= 𝑅𝑏
𝑣0
2𝐺𝑀𝑏
𝑏 = √1 + × 𝑅𝑏
𝑣02 𝑅𝑏
Dengan memasukkan data yang sudah diketahui maka akan didapat:
𝑏 = 1,15 𝑅𝑏 = 7306,38 𝑘𝑚
3. [©2021, LP/Puspresnas] Bintang panas dapat mengionisasi materi gas di sekitarnya sehingga
terbentuk daerah hidrogen terionisasi (HII) berbentuk bola yang disebut sebagai Bola
Strӧmgren. Asumsikan sebuah Bola Strӧmgren yang hanya terdiri dari atom Hidrogen dengan
kerapatan yang seragam, dan terdapat kesetimbangan antara laju ionisasi dan laju
rekombinasi atom Hidrogen. Laju rekombinasi per volume didefinisikan sebagai 𝑅 = 𝛼𝑛𝑒 𝑛𝑝
dengan 𝛼 adalah koefisien rekombinasi, 𝑛𝑒 adalah kerapatan elektron, dan 𝑛𝑝 adalah
kerapatan proton. Jika laju ionisasi oleh foton adalah 1048 𝑠 −1, koefisien rekombinasi 𝛼
adalah 10−19 𝑚3 𝑠 −1 , dan kerapatan atom hidrogen di Bola Strӧmgren adalah 108 𝑚−3,
hitunglah jejari Bola Strӧmgren tersebut dalam satuan parsek.
Jawaban:
Diketahui laju ionisasi sebesar 1048 𝑠 −1 , karena terdapat kesetimbangan maka laju
rekombinasi juga akan sama sebesar 1048 𝑠 −1.
➢ Cari laju rekombinasi per volume
1048 𝑠 −1
𝑅=
𝑉
Dimana 𝑉 = volume Bola Strӧmgren
➢ Asumsikan semua semua hidrogen sudah terionisasi, sehingga kerapatan elektron
akan sama dengan kerapatan proton
𝑛𝑒 = 𝑛𝑝 = 108 𝑚−3
➢ Dengan persamaan laju rekombinasi per volume
𝑅 = 𝛼𝑛𝑒 𝑛𝑝
𝑅 = 𝛼𝑛𝑝2
1048
= 10−19 ∙ (108 )2
𝑉
𝑉 = 1051 𝑚3
4
𝑉 = 𝜋𝑟𝑠3 = 1051 𝑚3
3
Dengan 𝑟𝑠 = jejari Bola Strӧmgren, sehingga akan didapatkan:
𝑟𝑠 = 6,20 × 1016 𝑚
6,20 × 1016
𝑟𝑠 = = 2,01 𝑝𝑐
149,6 × 109 × 206265
4. [©2021, Ap/Puspresnas] Energi yang dimiliki oleh planet yang mengitari Matahari dapat
dinyatakan sebagai
𝐺𝑀𝑠 𝑉 2 𝐺𝑀𝑠
− = −
2𝑎 2 𝑟
dengan 𝑉 menyatakan kecepatan planet, 𝐺 konstanta Gravitasi, 𝑀𝑆 massa Matahari, 𝑟 jarak
planet ke Matahari, dan 𝑎 setengah sumbu besar orbit planet.
Diketahui, Planet X mengorbit Matahari dengan eksentrisitas orbit sebesar 0,32 dan jarak
terjauh planet dari Matahari (aphelion) adalah 51,24 sa.
a. Hitunglah jarak terdekat planet X dari Matahari (perihelion) dan setengah sumbu besar
orbit planet, nyatakan keduanya dalam satuan sa (satuan astronomi)
b. Dari persamaan yang diketahui, turunkanlah masing-masing persamaan kecepatan planet
X, ketika berada di aphelion dan perihelion, serta hitunglah besarnya kecepatan di
aphelion dan perihelion tersebut, nyatakan nilai keduanya dalam satuan 𝑘𝑚 𝑠 −1
Jawaban:
a. Misal jarak terjauh planet dari Matahari (aphelion) adalah 𝑟𝑎 , maka:
𝑟𝑎 = 𝑎(1 + 𝑒)
𝑟𝑎 51,24 sa
𝑎= =
1 + 𝑒 1 + 0,32
𝑎 = 38,81 𝑠𝑎
Sehingga jarak terdekatnya adalah 𝑟𝑝
𝑟𝑝 = 𝑎(1 − 𝑒)
𝑟𝑝 = 38,81 (1 − 0,32)
𝑟𝑝 = 26,40 𝑠𝑎
2 1
𝑉𝑎 = √𝐺𝑀𝑠 ( − )
𝑎(1 + 𝑒) 𝑎
𝐺𝑀𝑠 1 − 𝑒
𝑉𝑎 = √ ( )
𝑎 1+𝑒
Dengan 𝑀𝑠 = 1,99 × 1030 𝑘𝑔, 𝑎 = 38,81 𝑠𝑎, dan 𝑒 = 0,32 maka:
𝑉𝑎 = 3,43 𝑘𝑚/𝑠
2 1
𝑉𝑝 = √𝐺𝑀𝑠 ( − )
𝑎(1 − 𝑒) 𝑎
𝐺𝑀𝑠 1 + 𝑒
𝑉𝑝 = √ ( )
𝑎 1−𝑒
Dengan 𝑀𝑠 = 1,99 × 1030 𝑘𝑔, 𝑎 = 38,81 𝑠𝑎, dan 𝑒 = 0,32 maka:
𝑉𝑝 = 6,66 𝑘𝑚/𝑠
5. [©2021, MIH/Puspresnas] Telah terbukti secara observasional, antara lain pada pertengahan
November 2001, bahwa meskipun Bulan BELUM mengalami KONJUNGSI, namun, dari suatu
tempat, sabit terkecil Bulan sudah dapat diamati di atas horizon di arah Barat di saat Matahari
tenggelam. Akibat dari hal ini, maka muncul kesimpulan keliru bahwa lunasi baru (sebagai
contoh: bulan Hijriyyah yang baru) telah dimulai sejak senja itu padahal konjungsi baru akan
berlangsung beberapa jam setelahnya. Sebagai informasi, saat itu Bulan berada di
posisi/lintang tertinggi di atas bidang ekliptika, yaitu sekitar 5 derajat. Untuk pengingat, saat
konjungsi terjadi, bujur ekliptika Bulan dan Matahari sama besarnya, meskipun lintang
ekliptika keduanya belum tentu sama.
Misalkan saat peristiwa itu terjadi, Bulan akan mengalami konjungsi 3 jam setelahnya dan
lintang ekliptika Bulan saat itu sebesar 5 derajat. Untuk memudahkan, tata koordinat ekliptika,
khususnya lintang ekliptika, akan diterapkan untuk menyatakan lokasi di permukaan Bumi.
Gambar-gambar horizon pada pertanyaan di bawah ini adalah terkait dengan saat titik tengah
piringan Matahari tenggelam.
a. Untuk pendekatan termudah, gambarkan horizon pengamat di pusat Bumi yang tegak
lurus bidang orbit Bumi (bidang ekliptika), lalu hitung ketinggian titik pusat Bulan dari
horizon ini.
b. Gambarkan horizon pengamat di permukaan Bumi di lintang 0° yang juga tegak lurus
bidang ekliptika, lalu hitung pula ketinggian titik pusat Bulan dari horizon ini.
c. Gambarkan horizon pengamat di permukaan Bumi wilayah utara (lintang tidak 0°) yang
tidak tegak lurus bidang ekliptika.
d. Hitung batas lintang pengamat di permukaan Bumi sebagai pembatas wilayah teramati
dan tidak teramatinya sabit Bulan pada keadaan seperti ini.
e. Agar sabit Bulan di keadaan ini dapat teramati, apakah pengamat harus berada di lintang
lebih tinggi atau lebih rendah dari batas lintang tersebut? Apa alasannya?
Gunakan periode sideris Bulan sebesar 27,321661 hari, jejari Bulan 1738 km, jejari Bumi 6378
km, 1 sa setara 149 600 000 km, jarak pusat Bumi ke pusat Bulan sebesar 384405 km, dan
asumsikan orbit Bulan adalah lingkaran sempurna, dan Bumi berbentuk bola sempurna.
Jawaban:
Lintang ekliptika bulan adalah 𝛽𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 5°. Bulan akan konjungsi 3 jam setelah matahari
terbenam, sehingga pada saat matahari terbenam selisih bujur ekliptika matahari dan bulan
(∆𝜆) adalah
360° 360°
∆𝜆 ≈ ( − ) × 3 𝑗𝑎𝑚 = 1°31′26"
27,321661 × 24 365,25 × 24
∆𝜆 ≈ 6𝑚
Perkiraan asensiorekta dan deklinasi matahari saat terbenam pada pertengahan November
adalah 15ℎ 30𝑚 dan −19°. Perkiraan asensiorekta dan deklinasi bulan saat matahari
terbenam pada waktu tersebut adalah 15ℎ 24𝑚 dan −14°.
b. Horizon pengamat di lintang 0° (bidang horizon tidak mungkin tegak lurus bidang
ekliptika)
• HA matahari terbenam
cos 𝐻𝐴𝑚 = − tan 𝛿𝑚 tan 𝜑
𝐻𝐴𝑚 = 6ℎ
• HA bulan saat matahari terbenam
𝐻𝐴𝑏 ≈ 𝐻𝐴𝑚 + 6𝑚 = 6ℎ 6𝑚
• Ketinggian bulan saat matahari terbenam untuk 𝛿𝑏 = −14° dan 𝜑 = 0°
sin ℎ𝑏 = sin 𝛿𝑏 sin 𝜑 + cos 𝛿𝑏 cos 𝜑 cos 𝐻𝐴𝑏
ℎ𝑏 = −1°27′20"
ℎ𝑏 = 1°27′20" 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒉𝒐𝒓𝒊𝒛𝒐𝒏
• HA matahari terbenam
cos 𝐻𝐴𝑚 = − tan 𝛿𝑚 tan 𝜑
𝐻𝐴𝑚 = 1ℎ 15𝑚 40𝑠
• HA bulan saat matahari terbenam
𝐻𝐴𝑏 ≈ 𝐻𝐴𝑚 + 6𝑚 = 1ℎ 21𝑚 40𝑠
• Ketinggian bulan saat matahari terbenam untuk 𝛿𝑏 = −14° dan 𝜑 = 70°
sin ℎ𝑏 = sin 𝛿𝑏 sin 𝜑 + cos 𝛿𝑏 cos 𝜑 cos 𝐻𝐴𝑏
ℎ𝑏 = +4°48
ℎ𝑏 = 4°48 𝒅𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒉𝒐𝒓𝒊𝒛𝒐𝒏
6. [©2021, MIA/Puspresnas] Konstanta fisika adalah besaran fisika yang umumnya dipercaya
bersifat universal dan konstan terhadap waktu. Diantara konstanta dasar tersebut adalah
kecepatan cahaya dalam ruang vakum 𝑐, konstanta gravitasi 𝐺, konstanta Planck ℎ, dan
konstanta Bolztmann 𝑘. Konstanta fisika dapat dijelaskan dalam bentuk analisis dimensional
besaran pokok seperti panjang (𝐿), massa (𝑀), waktu (𝑇), dan temperatur (Θ).
Andaikan kita memiliki konstanta dasar fisika katakanlah bernama 𝑋, 𝑌 dan 𝑍, dengan masing-
masing konstanta memiliki dimensi besaran dasar:
𝑋 = [𝐿]3 [𝑀]−1 [𝑇]−2
𝑌 = [𝐿][𝑇]−1
𝑍 = [𝑀][𝐿]2 [𝑇]−1
Dari kombinasi 3 buah konstanta dasar fisika ini kita ingin mencari besaran pokok berupa
panjang (𝑙𝑠 ), massa (𝑚𝑠 ) dan waktu (𝑡𝑠 ).
a. Untuk mencari besaran panjang 𝑙𝑠 , kita menggunakan hubungan 𝑙𝑠 = 𝑋 𝑎 𝑌 𝑏 𝑍 𝑐 = [𝐿]
(dimensi besaran panjang). Carilah nilai 𝑎, 𝑏, dan 𝑐, serta formula besaran panjang 𝑙𝑠
dalam 𝑋, 𝑌 dan 𝑍.
b. Carilah kombinasi konstanta dasar fisika untuk 𝑚𝑠 dan 𝑡𝑠 .
c. Jika sebuah lubang hitam memiliki massa sebesar 𝑚𝑠 , hitunglah besar radius
𝑅𝑆𝑐ℎ𝑤𝑎𝑟𝑧𝑠𝑐ℎ𝑖𝑙𝑑 lubang hitam tersebut. Petunjuk: diketahui nilai dari konstanta dasar fisika
𝑍 = 1,05457 × 10−34 𝑘𝑔 𝑚2 𝑠 −1
Jawaban:
Radius Schwarzschild
2𝐺𝑚𝑠
𝑅𝑠 =
𝑐2
𝑅𝑠 = 2,09 × 10−87 𝑚
Jawaban:
3
𝑁𝑚+1 𝑉𝑚+1 𝑑𝑚+1 3 𝑘 ∙ 100.2(𝑚+1)
= =( ) =( )
𝑁𝑚 𝑉𝑚 𝑑𝑚 𝑘 ∙ 100.2𝑚
𝑁𝑚+1
= 100.6
𝑁𝑚
2
𝑉𝑎𝑟𝑠𝑖𝑟 = 𝜋𝑟 2 𝑙
3
Volume dari bagian bola yang diarsir adalah
4 2
𝑉𝑎𝑟𝑠𝑖𝑟 = 𝜋𝑟 3 − 2 ∙ 𝜋𝑟 2 𝑙
3 3
ℎ
𝑙=𝑟−
2
4 2
𝑉𝑎𝑟𝑠𝑖𝑟 = 𝜋𝑟 (𝑟 − 𝑙)
3
2
𝑉𝑎𝑟𝑠𝑖𝑟 = 𝜋𝑟 2 ℎ
3
ℎ
Untuk kasus 𝑟 ≤ 2 , persoalan sama dengan soal 𝑎 sehingga:
𝑁𝑚+1
= 100.6
𝑁𝑚
ℎ
Untuk kasus 𝑟 > 2
𝑁𝑚+1 𝑉𝑚+1
=
𝑁𝑚 𝑉𝑚
2 2
𝑁𝑚+1 3 𝜋𝑟𝑚+1 ℎ
=
𝑁𝑚 2 2
3 𝜋𝑟𝑚 ℎ
𝑁𝑚+1 𝑟𝑚+1 2
=( )
𝑁𝑚 𝑟𝑚
2
𝑁𝑚+1 𝑘 ∙ 100.2(𝑚+1)
=( )
𝑁𝑚 𝑘 ∙ 100.2𝑚
𝑁𝑚+1
= 100.4
𝑁𝑚