Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI KLINIS DI RSUD ADE

MUHAMMAD DJOEN KABUPATEN SINTANG TAHUN 2018


BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 Tahun 2016

Deti Lolita*1,M. Akib Yuswar*2,Eka Kartika Untari*3


1
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak
Jl Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak.

Abstrak: Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit. Pelayanan farmasi klinis
merupakan pelayanan yang berinteraksi dengan pasien secara langsung dengan
dibantu oleh tim kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas terapi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan standar pelayanan
farmasi klinis di RSUD Ade M. Djoen berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun
2016. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. . Metode yang
digunakan yaitu metode cross sectional. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan wawancara langsung. Hasil penelitian menunjukan bahwa
berdasarkan penelitian di RSUD Ade M. Djoen baru melaksanakan pelayanan
farmasi klinis yaitu pengkajian dan pelayanan resep pelayanan informasi obat,
rekonsiliasi obat, konseling (pasien vip), dan visite (pasien vip). Hal ini
dikarenakan kurangnya jumlah Apoteker di Rumah Sakit. Jumlah apoteker yang
masih terbilang sedikit menyebabkan belum bisa terlaksana nya pelayanan farmasi
klinis secara maksimal. Kesimpulannya RSUD Ade Muhammad Djoen
Kabupaten Sintang baru melaksanakan 55,56 % pelayanan farmasi klinis dari 11
aspek yang diatur dalam Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.

Kata kunci: Pelayanan Farmasi Klinis, Rumah Sakit , Permenkes Nomor 72


Tahun 2016

Penulis :
Deti Lolita
Program StudiFarmasiFakultasKedokteranUniversitasTanjungpura Pontianak
Jl. Prof. Dr. H. HadariNawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Email: Detilolita67@gmail.com
IMPLEMENTATION OF CLINICAL PHARMACEUTICAL SERVICES IN
RSUD ADE MOHAMMAD DJOEN 2018 SINTANG DISTRICT BASED ON
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NUMBER
72 of 2016
Deti Lolita , M. Akib Yuswar*2, Eka Kartika Untari*3
*1
1
Department of Pharmacy, medicine faculty of Tanjungpura University
Jl. Prof. Dr. H. HadariNawawi Pontianak

Abstract: Hospital pharmacy practice is inseparable part of the hospital health


care system. Clinical pharmacy service is a service that interacts with the patient
immediately assisted by other health team to improve the quality of drug therapy.
This study aims to describe the implementation of standards of clinical pharmacy
services at RSUD Ade M. Djoen by Permenkes No. 72 of 2016. This study is a
descriptive study. Collecting data in this study using direct interviews using cross
sectional method. The results showed that, based on research diRSUD Ade M.
New Djoen implement clinical pharmacy services namely assessment services and
prescription drug information services, medication reconciliation, counseling
(patient vip), and visite (vip patients). This is due to the lack of human resources,
especially the number of personnel at the Hospital Pharmacists. The number of
pharmacists is relatively little of its cause can not be done to the maximum
clinical pharmacy services. Hospital conclusion Ade Muhammad Djoen new
Sintang implement clinical pharmacy service 55,56 % of 11 aspects set out in
Permenkes No. 72 of 2016.
Keywords: Clinical Pharmacy Services, Hospital, Permenkes No. 72 of 2016

PENDAHULUAN merupakan pelayanan yang


Pelayanan farmasi rumah berinteraksi dengan pasien secara
sakit adalah bagian yang tidak dapat langsung dengan dibantu oleh tim
dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan lainnya untuk
kesehatan rumah sakit. Pelayanan meningkatkan kualitas terapi obat.
farmasi rumah sakit bertanggung Pelayanan farmasi klinis di
jawab penuh terhadap pasien terkait rumah sakit diatur dalam Permenkes
dengan sediaan farmasi dan orientasi 72 tahun 2016. Pelayanan farmasi
kesembuhan pasien melalui klinis yang harus dilaksanakan
(1)
ketepatan pemberian obat . Standar diantaranya adalah pengkajian dan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah pelayanan resep, penelusuran riwayat
Sakit meliputi: pengelolaan sediaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan
farmasi, alat kesehatan, bahan medis informasi obat, konseling, visite,
habis pakai; dan pelayanan farmasi pemantauan terapi obat, monitoring
klinis(2). Pelayanan farmasi klinis efek samping obat, evaluasi
penggunaan obat, dan dispensing pelayanan publik yang berorientasi
sediaan steril. kepada kepuasaan pelanggan dan
Apoteker harus berperan keselamatan pasien. Apoteker di
secara langsung dalam pelayan tuntut hadir dan terlibat secara
kefarmasian klinis dan berinteraksi langsung dalam pelayanan
secara langsung dengan pasien kefarmasian hal ini bertujuan untuk
sehingga dapat tercapainya terapi meningkatkan outcome terapi dan
pasien secara maksimal(3). Hal ini meminimalkan risiko terjadinya efek
menunjukan bahwa peran Apoteker samping karena Obat, untuk tujuan
berpengaruh dengan berhasilnya keselamatan pasien (patient safety)
penerapan standar pelayanan sehingga kualitas hidup pasien
kefarmasian. Berdasarkan hasil (quality of life) terjamin(2).
beberapa penelitian(4,5,6,7,8) Apoteker Menurut data Dinas
dan Tenaga Kefarmasian di Rumah Kesehatan Provinsi Kalimantan
Sakit sangat berpengaruh dalam Barat pada tahun 2017 jumlah
pelayanan farmasi klinis hal ini Apoteker yang berada di Kalimantan
ditunjukan dengan terpenuhnya barat sekitar 223 orang sementara
standar pelayanan farmasi klinis Asisten Apoteker berjumlah 480
yaitu dalam aspek pelayanan dan orang. Adanya tuntutan kehadiran
pengerjaan resep selain itu dalam apoteker dari pemerintah dan
aspek rekonsiliasi obat dan visite. kurangnya keberadaan apoteker di
Kabupaten Sintang rumah sakit membuat peneliti
merupakan salah satu kabupaten di tertarik untuk melihat apakah
Provinsi Kalimantan Barat. Menurut pelaksanaan standar pelayanan
data Dinas Kesehatan Provinsi farmasi klinis di Rumah Sakit Umum
Kalimantan Barat pada tahun 2017 Daerah Ade Muhammad Djoen
terdapat 3 rumah sakit dengan tenaga sudah sesuai dengan Peraturan
kesehatan yang sudah memadai di Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun
Kabupaten Sintang. Salah satu nya 2016.
rumah sakit yang ada di kabupaten METODOLOGI PENELITIAN
sintang yaitu RSUD Ade M. Djoen. Penelitian ini merupakan
RSUD Ade M. Djoen merupakan penelitian yang bersifat deskriptif,
rumah sakit rujukan regional yang yang bertujuan untuk mendapatkan
mengampu beberapa kabupaten suatu gambaran realistis dan obyektif
disekitarnya. Oleh karena itu rumah dari pelayanan kefarmasian di
sakit ini perlu melakukan inovasi Rumah Sakit di Kabupaten Sintang.
baik dari segi sarana/prasarana dan Pendekatan ini dipilih berdasarkan
peningkatan pelayanan kesehatan pengertiannya yaitu suatu penelitian
yang komprehensif, adil dan yang dilakukan untuk
terjangkau dengan mengacu pada mendeskripisikan atau
menggambarkan suatu fenomena Kabupaten Sintang. RSUD Ade
yang terjadi di dalam masyarakat (9). Muhammad Djoen Sintang mulai
Pengumpulan Data pada penelitian dibangun pada tahun 1932. Sejalan
ini menggunakan wawancara dengan perkembangan waktu Rumah
langsung dengan menggunakan sakit ini ditetapkan sebagai Rumah
metode cross sectional. Sakit Rujukan Regional yang
Pengumpulan data dalam mengampu beberapa kabupaten
penelitian ini dilakukan dengan sekitarnya(10).
mengunakan metode wawancara.
Wawancara dilakukan dengan RSUD Ade Muhammad
Apoteker yang bekerja di Djoen Sintang merupakan rumah
sakit tipe C, dengan akreditasi
RSUD Ade M. Djoen. Jenis
wawancara yang di gunakan adalah tingkat dasar. Rumah Sakit tipe C
wawancara mendalam. Penelitian ini yaitu tipe rumah sakit adalah rumah
sakit yang mampu memberikan
dilakukan di RSUD Ade M. Djoen
Kabupaten Sintang, Kalimantan pelayanan kedokteran subspesialis
Barat. terbatas(11). RSUD Ade Muhammad
Djoen Sintang memberikan
pelayanan Gawat Darurat, Rawat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jalan, Instalasi Farmasi, bedah
Rumah Sakit Umum Daerah
Ade Muhammad Djoen merupakan sentral, radiologi, gizi, fioterapi
rumah sakit milik pemerintah daerah patologi, CSSD, pemulasaran
jenazah, SKD, PKRS serta K3RS(10).
Tabel 3. Presentase Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis
No Aspek % Pelakasanaan pelayanan farmasi klinis

Ya Tidak

1 Pengkajian dan pelayanaan resep 100%

2 Penelusuran riwayat penggunaan obat 33% 67%

3 Rekonsilasi obat 100% -

4 Pelayanan informasi obat (PIO) 85% 15%

5 Konseling 71% 29%

6 Visite 66% 34%

7 Pemantauan terapi obat (PTO) - 100%

8 Monitoring efek obat (MESO) 33% 67%

9 Evaluasi penggunaan obat (EPO) - 100%

10 Dispensing sediaan steril - 100%

11 Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) - 100%

A. Profil Penerapan Farmasi Klinis di RSUD Ade Muhammad Djoen

Penerapan farmasi klinis rumah pengawasaan sediaan farmasi.


sakit diatur dalam Permenkes Pembaharuan yang kedua adalah
Republik Indonesia Nomor 72 tahun ditambahkan poin pasal yang
2016. Permenkes yang mengatur berkaitan dengan pelanggaran
mengenai farmasi klinis dirumah terhadap ketentuan dalam Peraturan
sakit telah mengalami perubahan Menteri dapat terkena sanksi berupa
atau pembaharuan, pada tahun 2014 sanksi administratif. Namun dalam
terdapat permbaharuan Permenkes pelayanan farmasi klinis dirumah
Nomor 58 tahun 2014 menjadi sakit tidak ada perubahan antara
Permenkes Nomor 72 tahun 2016. Permenkes Nomor 58 Tahun 2014
Perubahan pada Permenkes terjadi dengan Permenkes Nomor 72 Tahun
karena Permenkes Nomor 58 tahun 2016, yaitu masih mencakup 11
2014 belum memenuhi hukum yang aspek kegiatan dari pelayanan
ada dimasyarakat. Ada pun farmasi klinis.
pembaharuan yang terjadi pada
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Penelitian ini di laksanakan pada
bulan Desember 2018 – Januari 2019
yaitu yang pertama keterlibatan
BPOM dalam pemantauan, dimulai dengan melakukan perizinan
pemberian bimbingan, dan melalui Direktur Rumah Sakit.
Setelah perizinan disetujui, maka
pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah dan masyarakat di bidang dilakukan studi pendahuluan yang
bertujuan untuk mengetahui dengan Penelitian ini dimulai dengan
pasti masalah yang hendak di teliti. perkenalan dan memberikan
Setelah studi pendahuluan selesai di pedoman wawancara kepada
lakukan langkah berikutnya yaitu Apoteker Kepala Instalasi Farmasi.
melakukan Ijin Kaji Etik. Langkah Setelah mendapatkan izin oleh
berikutnya yaitu menyiapkan lembar Kepala Instalasi Farmasi baru
pedoman wawancara yang akan dilakukan wawancara kepada
digunakan saat penelitian, hal ini informan yang bersedia untuk
memastikan bahwa setiap pertanyaan menjadi narasumber dalam penelitian
dapat dimengerti oleh informan ini. Pertanyaan wawancara
sehingga dapat memberikan jawaban mencakup 11 aspek dengan 69 poin
yang menggambarkan keadaan yang pertanyaan yang dibuat berdasarkan
sebenarnya. Permenkes No 72 Tahun 2016.

B. Gambaran Sumber Daya Manusia di RSUD Ade Muhammad Djoen

Rumah Sakit Umum Ade Penempatan Apoteker di RSUD


Muhammad Djoen memiliki delapan Ade Muhammad Djoen yaitu 1 orang
(8) orang Apoteker. Jumlah Apoteker sebagai Kepala Instalasi
apotekernya terbagi sebagai berikut 2 Farmasi, 1 orang Apoteker sebagai
orang adalah pegawai negeri sipil, 3 Kepala Depo Farmasi Rawat jalan, 1
orang Kontrak dan 3 orang lainnya orang Apoteker sebagai Kepala
merupakan karyawan magang. Instalasi Farmasi rawat inap, 1 orang
Asisten Apoteker yang berkerja di Apoteker Kepala Gudang Farmasi, 1
RSUD berjumlah tiga belas (13) orang Apoteker berada di Depo Ok
orang yang mana 10 orang Pegawai dan 1 orang Apoteker berada di
negeri sipil, 2 orang Kontrak dan 1 Depo ICU.
orang lainya merupkan karyawan
magang.
Tabel 2. Sumber Daya Manusia bagian Farmasi RSUD Ade M. Djoen.

No Spesifikasi bidang/jabatan Pendidikan Jumlah

1 Kepala Instalasi farmasi Apoteker 1

2 Administrasi Farmasi S.Sos dan D-III 4


farmasi

3 Kepala Depo Farmasi Rawat Jalan Apoteker 1

4 Petugas Depo Farmasi Rawat Jalan 2

5 Kepala instalasi Farmasi Rawat Inap Apoteker 1

6 Petugas Depo Farmasi Rawat Inap Apoteker dan D-III 10


Farmasi

7 Koordinataor Gudang Farmasi D-III Farmasi 1

8 Pnyimpanan dan Pendistribusian D-III Farmasi 1

C. Gambaran Sarana dan Prasarana di RSUD Ade Muhammad Djoen

Sarana dan prasarana yang ada di seperti peralatan produksi peralatan


rumah sakit digunakan untuk yang digunakan untuk Aseptic
menunjang pelayanan farmasi klinis Dispensing yaitu Biological Safety
yang dilaksanakan di rumah sakit. Cabinet, laminar air flow cabinet,
Sarana dan prasarana dari segi pass box dengan pintu berganda,
ruangan yang belum ada di RSUD barometer, thermometer dan wireless
Ade Muhammad Djoen seperti intercom. Peralatan lainnya yang
ruangan konsultasi/konseling obat, belum di miliki seperti peralatan
ruangan Pelayanan Informasi Obat pendistribusian, peralatan konsultasi
(PIO), ruangan produksi, ruangan serta peralatan untuk ruangan
aseptic dispensing dan laboratorium informasi obat.
farmasi.
Rumah sakit ini juga belum
Sarana dan prasarana dari memiliki sistem komputerisasi dalam
segi peralatan yang belum tersedia di hal prescribing. Resep yang ada
RSUD Ade Muhammad Djoen masih menggunakan tulis tangan dari
dokter yang memberikan resep. dan rancangan pembelian obat, selain
Sistem komputerisasi hanya itu untuk pelaporan obat melalui
digunakan pada saat menetukan SIPNAP.
harga obat serta melihat persediaan

D. Gambaran Pelaksanaan Farmasi Klinis di RSUD Ade Muhammad Djoen

1. Pengkajian dan Pelayanan


Resep di RSUD Ade
Muhammad Djoen

Hasil penelitian menunjukan Permenkes Nomor 72 tahun 2016.


pengkajian dan pelayanan resep di Petugas biasanya melakukan
rumah sakit dibagi menjadi dua konfirmasi kepada dokter.
bagian yaitu pelayanan rawat inap
dan rawat jalan. Secara umum 2. Gambaran Rekonsiliasi Obat di
pengkajian dan pelayanan resep yang RSUD Ade Muhammad Djoen
ada di rumah sakit sudah 100% Rekonsiliasi obat dilakukan
berjalan dengan baik. Namun dengan cara membandingkan
petugas juga sering menemukan instruksi pengobatan dengan obat
resep yang tidak lengkap dan sering yang telah di dapatkan pasien.(2)
kesulitan dalam membaca resep Kegiatan ini dilakukan pada pasien
dokter. rawat inap saat proses UDD ( unit
“ ya, setiap hari pasti ada aja dispensing doses). Sementara untuk
resep yang kurang lengkap atau pasien rawat jalan dilakukan pada
saat sebelum proses penyerahan obat
kurang jelas, cara nya langsung kita
konfirmasikan kepada dokter yang kepada pasien atau keluarga yang
bersangkutan” menerima obat. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada pasien
Hal ini diatasi dengan cara rawat inap apoteker akan
mengkonfirmasi secara langsung mencocokan catatan resep yang
kepada dokter yang memberikan diterima dengan catatan yang ditulis
resep melalui via telefon. Konfirmasi oleh perawat. Proses ini juga
resep dilakukan untuk menghindari dilakukan pada pasien rawat jalan,
hasil pembacaan resep yang salah pasien pindah ruangan, pasien baru
sehingga meminimalisisr kesalahan dari klinik dan pasien pindahan dari
pemberian obat kepada pasien. rumah sakit. Karena keterbatasan
Permasalahan lainnya adalah tidak jumlah apoteker dirumah sakit, biasa
lengkapnya syarat administrasi pada nya kegiatan ini dibantu oleh Tenaga
resep sesuai standar yang ada dalam Teknis Kefarmasian. Hal ini
dikarenakan jumlah pasien yang membandingkan data riwayat
banyak dan untuk mengefisienkan pengobatan pasien. Namun dalam
waktu. pelaksanaan nya apoteker mengalami
beberapa kendala yaitu jumlah
Apoteker akan mencatat apoteker yang sedikit serta data
alergi obat atau reaksi serta efek rekam medis yang tidak lengkap
samping pada obat yang digunakan mengakibatkan para petugas
oleh pasien. Catatan tersebut akan kesulitan melakukan rekonsiliasi
dilaporkan kepada Kepala bagian obat.
Instalasi Farmasi. Catatan tersebut
merupakan laporan harian apoteker 3. Gambaran Pelayanan Informasi
dan belum di dokumentasikan serta Obat (PIO) di RSUD
belum dilakukan rekapan secara
berkala. Proses pelaksanaan Pemberian
Informasi Obat (PIO) di rumah sakit
Apoteker juga melakukan dilakukan dengan cara menjawab
komperasi catatan yang dibantu oleh pertanyaan pasien mengenai obat
Tenaga Teknis Kefarmasian. yang diterima, pemberian informasi
Komperasi dilakukan jika terdapat kepada pasien rawat inap yang
ketidakcocokan data penggunaan hendak pulang. Penjelasan obat pada
obat yang akan digunakan dan saat penyerahan obat untuk pasien
sedang digunakan oleh pasien. atau keluarga pasien rawat jalan,
Apoteker akan mengkonfirmasikan serta pembuatan buku formularium
kepada dokter atau perawat terlebih rumah sakit.
dahulu. Hasil penelitian menunjukan
bahwa apoteker akan menanyakan Hasil wawancara
secara langsung kepada perawat menunjukan bahwa petugas RSUD
selalu memberikan jawaban terkait
apabila ada ketidakcocokan data,
karena dianggap perawat lah yang obat yang ditanyakan oleh pasien
lebih mengetahui kebenaran tulisan atau keluarga pasien baik rawat jalan
yang dibuat. Jika jawaban dari maupun rawat inap. Biasanya pasien
perawat dirasa kurang meyakinkan atau keluarga pasien akan bertanya
kemudian apoteker akan secara langsung kepada apoteker
atau dapat menghubungi via telefon
mengkonfirmasikan kepada dokter
yang bersangkutan. apabila terdapat ketidakjelasan dalam
penggunaan obat.
Secara umum proses
Berdasarkan hasil penelitian
rekonsiliasi obat dirumah sakit sudah
berjalan 100%. Hal ini menunjukan Apoteker dapat menyampaikan
bahwa proses rekonsiliasi bejalan informasi dengan baik kepada pasien
terkait dengan pengobatan yang
dengan baik, karena Apoteker
digunakan. Pelayanan Informasi
Obat untuk pasien rawat inap baru pasien VIP rumah sakit, konseling
bisa disampaikan kepada keluarga dilakukan pada saat pasien akan
pasien terkait penggunaan obat saat pulang atau keluar dari rumah sakit.
keluarga pasien mengambil obat.
Pelayanan Informasi Obat untuk Apoteker di rumah sakit
melakukan konseling terkait terapi
pasien rawat jalan juga belum dapat
dilksanakan secara maksimal. Hal ini obat yang digunakan pasien baik
dikarenakan waktu Pelayanan pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Apoteker yang melakukan
Informasi Obat hanya dilakukan
pada saat penyerahan obat yang konseling selalu berkomunikasi aktif
waktu nya terbatas. Pasien Pelayanan dengan pasien hal ini bertujuan untuk
menggali wawasan pasien terkait
Informasi Obat (PIO) rawat jalan
biasanya banyak dan mengantre terapi obat yang digunakan oleh
untuk pengambilan obat, sehingga pasien.
untuk Pelayanan Informasi Obat Konseling yang dilakukan
(PIO) pasien rawat jalan hanya bisa RSUD baru sekitar 71%. Hal ini
sebentar saja. disebabkan oleh kurangnya Sumber
Daya Manusia yaitu Apoteker.
Secara umum Pelayanan
Informasi Obat yang ada di RSUD Rumah sakit juga belum memiliki
ruangan khusus yang digunakan
belum dilakukan secara maksimal.
Pelayanan Informasi Obat baru untuk konsultasi obat, sehingga ini
dilakukan sekitar 85%, dikarenakan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan belum terlaksananya
kurangnya jumlah apoteker yang ada
dirumah sakit. Selain itu karena konseling secara maksimal. Petugas
belum ada ruangan khusus Pelayanan atau apoteker hanya akan
memberikan konseling jika dipanggil
Informasi Obat, jumlah pasien yang
banyak serta keterbatasan waktu keruangan, atau ada keluarga pasien
pada pasien rawat jalan. yang menemui apoteker yang sedang
bertugas secara personal. Padahal
4. Gambaran Konseling di RSUD dalam kondisi tertentu misalnya
Ade Muhammad Djoen penggunaan obat dalam jangka
panjang akan semakin baik jika
Konseling obat adalah suatu penggunaan obatnya di dampingi
aktivitas pemberian nasihat atau dengan konseling.
saran terkait terapi obat dari
Apoteker (konselor) kepada pasien
dan/atau keluarganya. Hasil
wawancara menunjukan bahwa di
RSUD belum dilakukan secara rutin.
Konseling baru dilaksanakan pada
5. Gambaran Visite di RSUD Ade klinis pasien, dalam dosis yang
Muhammad Djoen sesuai dengan kebutuhan individual,
untuk jangka waktu yang tepat dan
Visite merupakan kegiatan dalam biaya terapi terendah bagi
kunjungan ke pasien rawaat inap pasien.
yang dilakukan Apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga Apoteker di RSUD belum
kesehatan lainnya. Visite di RSUD melakukan pemantauan terhadap
belum dilakukan secara keseluruhan. pasien secara langsung terkait
Visite mandiri maupun visite kerja dengan efek samping dan efektifitas
sama dengan tenaga kesehatan juga obat pasien. Hal ini dikarenakan
belum dilakukan dirumah sakit ini jumlah pasien yang banyak dan
karena belum ada nya kerja sama jumlah apoteker yang masih sedikit.
antar seluruh tenaga kesehatan. Apoteker juga belum memberikan
Namun pada waktu tertentu petugas rekomendasi penyelesaian masalah
melakuka visite pada pasien VIP terkait dengan pengobatan pada
sebelum pasien keluar dari rumah pasien, karena penyelesaian terkait
sakit. Visite di lakukan jika ada dengan permasalahan obat masih
pasien yang memerlukan petugas melewati pintu dokter.
maka apoteker bersedia dipanggil
Faktor yang mempengaruhi
keruangan pasien.
pelaksanaan Pemantuan Terapi Obat
6. Gambaran Pemantauan Terapi dirumah sakit adalah kemampuan
Obat (PTO) di RSUD Ade apoteker dalam melakukan
Muhammad Djoen penelusuran informasi terhadap bukti
Pemantauan Terapi Obat (PTO) terkini dan terpercaya (Evidence Best
merupakan kegiatan untuk Medicine), kerahasiaan informasi,
memastikan terapi pengobatan pada dan kerja sama dengan tenaga
pasien secara aman, efektif, dan kesehatan lainnya. RSUD Ade
rasional. Terapi pengobatan yang Muhammad Djoen 100% belum
dimaksud dengan aman yaitu obat melakukan Pemantauan Terapi Obat
yang digunakan pada pasien tidak dikarenakan terdapat beberapa
menimbulkan efek samping obat kendala seperti, kurangnya kerja
pada saat digunakan oleh pasien. sama antar tenaga kesehatan serta
Terapi yang Efektif berarti obat yang kurangnya tenaga apoteker di rumah
di gunakan oleh pasien memberikan sakit yang masih berfokus pada
efek penyembuhan pada pasien kegiatan bersifat manejerial.
terhadap suatu penyakit atau keluhan
yang di alami pasien. Rasional yang
di maksudkan yaitu pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan
7. Gambaran Penelusuran penggunaan obat pasien serta
Riwayat Pengobatan di RSUD menggunakan semua informasi yang
Ade Muhammad Djoen dikumpulkan untuk membuat
keputusan dan tindakan professional.
Kegiatan Penelusuran Riwayat
Pengobatan yang dilakukan meliputi 8. Gambaran Monitoring Efek
apoteker akan menanyakan langsung Samping Obat (MESO) di
kepada pasien atau keluarga pasien RSUD Ade Muhammad Djoen
mengenai kepatuhan minum obat hal
Apoteker di rumah sakit belum
ini untuk mengetahui regimen
penggunaan obat (obat sisa), alergi pernah mendeteksi adanya kejadian
obat, penggunaan obat sebelumnya reaksi obat yang tidak dikehendaki,
namun apoteker akan melakukan
dan tingat pengetahuan pasien atau
keluarga pasien terhadap penggunaan identifikasi obat-obatan yang
obat. Apoteker di rumah sakit belum memiliki resiko tinggi yang dapat
menyebabkan efek samping obat
melakukan verifikasi terhadap
riwayat penggunaan obat yang pada pasien. Apoteker juga belum
diberikan oleh tenaga kesehatan lain, melakukan evaluasi terhadap laporan
efek samping obat yang digunakan
padahal hal ini sangat penting untuk
dilakukan untuk meminimalisir karena selama ini belum ada kasus
efek samping obat yang terjadi di
terjadinya reaksi obat yang tidak
dikehendaki. Jika diperlukan maka rumah sakit.
apoteker akan melakukan RSUD Ade Muhammad Djoen
penelusuran terhadap rekam medik Kabupaten Sintang 100% belum
pasien tersebut. menerapakan kegiatan monitoring
Berdasarkan hasil wawancara efek samping obat. Hal ini
dikarenakan kurangnya tenaga
penelusuran riwayat penggunaan
obat 100% belum dilaksanakan Apoteker yang bertugas di rumah
dirumah sakit. Hal ini disebabkan sakit.
kurangnya jumlah apoteker dirumah 9. Gambaran Evaluasi
sakit serta kurangya interaksi Penggunaan Obat (EPO) di
apoteker dengan pasien. Standar RSUD Ade Muhammad Djoen
praktik apoteker Indonesia (12) oleh Evaluasi Pengguanaan Obat
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) (EPO) merupakan program evaluasi
dicantumkan standar nomor 2 penggunaan obat yang terstruktur
tentang pengkajian dan penggunaan dan berkesinambungan secara
obat yaitu apoteker menggali riwayat (2)
kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan
penggunaan obat pasien ( patient’s yang dilakukan yaitu melakukan
history taking ) yaitu dengan cara perbandingan pola penggunaan obat
mengumpulkan dan mencatat riwayat pada periode tertentu, memberikan
masukan untuk memperbaiki antara, dan ruangan steril. Ruangan
penggunaan obat, serta memberikan khusus juga harus memiliki tekanan
intervensi atas pola penggunaan obat. udara yang diatur dan memiliki pass
Evaluasi Penggunaan Obat box yang memiliki fungsi sebagai
merupakan suatu penjaminan mutu tempat masuk alat kesehatan dan
yang sah secara organisasi, bahan obat. selain itu harus memiliki
terstruktur dan berkelanjutan dengan peralatan yang memadai seperti Alat
tujuan memastikan obat yang Pelindung Diri (APD) dan Laminar
digunakan secara tepat, aman, dan Air Flow (LAF).
efektif. Apoteker melakukan evaluasi
dan tindak lanjut dari masalah obat Berdasarkan hasil wawancara
RSUD Ade Muhammad Djoen
didasarkan pada hasil terapi obat
pasien.(13) kabupaten Sintang 100% belum
menerapankan kegiatan dispensing
Apoteker di rumah sakit belum sediaan steril. Hal ini dikarenakan
memiliki Teknik khusus dalam belum memiliki fasilitas yang
melakukan evaluasi penggunaan obat memadai yang dimulai dari belum
obat. Sehingga apoteker belum dapat adanya ruangan khusus yang dapat
memberikan masukan dan penilaian digunakan. Selain itu belum adanya
terhadap pola yang digunakan dalam alat-alat yang mendukung kegiatan
evaluasi penggunaan obat. Apoteker seperti lemari pencampuran
di rumah sakit juga belum Biological Safety Cabinet (BSC),
melakukan penilaian terhadap Alat Pelindung Diri (APD) serta
pengaruh intervensi atas pola belum adanya SDM yang mempuni
penggunaan obat. Oleh sebab itu dalam bidang tersebut.
pelaksanaan Evaluasi Penggunaan
obat dirumah Sakit 100% belum 11. Gambaran Pemantuan Kadar
dapat diterapkan. Hal ini dikarenakan Obat Dalam Darah (PKOD) di
kurangnya tenaga Apoteker dirumah RSUD Ade Muhammad Djoen
sakit. Pemantauan Kadar Obat dalam
10. Gambaran Dispensing Sediaan Darah merupakan intrerpretasi hasil
Steril di RSUD Ade pemeriksaan kadar obat tertentu atas
Muhammad Djoen permintaan dari dokter yang merawat
Syarat dalam melakukan karena indeks terapi yang sempit
dispensing sediaan steril yaitu atau atas usulan dari Apoteker
memiliki Apoteker dan Tenaga kepada dokter. Pemantauan Kadar
Teknis Kefarmasian. Memiliki Obat dalam Darah merupakan salah
ruangan khusus baik secara letak satu bentuk penerapan dari ilmu
maupun jenis ruangan yang dimiliki, farmakokinetik yang digunakan
seperti ruangan persiapan, ruang cuci untuk menyesuaikan terapi obat
tangan dan ganti pakaian, ruang karena karakteristik pasien dalam
merespons obat, memaksimalkan SARAN
manfaat obat dan meminimalkan Berdasarkan kesimpulan di
efek samping obat. atas maka ada beberapa saran yang
penulis sampaikan bagi :
Pemantauan Kadar Obat Dalam
Darah meliputi dilakukannya 1. Peneliti selanjutnya:
penilaian terhadap kebutuhan pasien a. Menggunakan lebih dari satu
yang membutuhkan pemeriksaan, (1) rumah sakit yang ada di
melakukan komunikasi dengan Kabupaten Sintang atau di
dokter untuk persetujuan dilakukan luar Kabupaten Sintang
pemeriksaan serta melakukan b. Melakukan penelitian terkait
analisis terhadap hasil pemeriksaan. beban kerja Apoteker dengan
Pemantauan Kadar Obat dalam kemampuan dalam
Darah 100% belum dilakukan di melaksanakan pelayanan
rumah sakit Ade Muhammad Djoen farmasi klinis yang ada di
Kabupaten Sintang, dikarenakan rumah sakit.
rumah sakit belum memiliki alat 2. Rumah Sakit Ade
penunjang untuk menerapkan Muhammad Djoen
kegiatan ini. Pemantauan Kadar Obat a. Memenuhi Standar Pelayanan
dalam Darah penting untuk Farmasi Klinis Rumah Sakit
dilakukan karena untuk memastikan Sesuai dengan Peraturan
pemberian obat yang optimal Menteri Kesehatan Republik
berdasarkan konsentrasi target, Indonesia No.72 Tahun 2016.
sehingga dengan demikian b. Meningkatkan sarana dan
penyesuaian dosis dapat prasarana yang ada di rumah
(14)
dilakukan . sakit seperti menyediakan
ruangan khusus untuk
KESIMPULAN konseling bagi pasien rumah
Berdasarkan hasil penelitian, sakit.
maka dapat disimpulkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit Umum Daerah Ade 1. Kemenkes RI. Peraturan
Muhammad Djoen Kabupaten Menteri Kesehatan Republik
Sintang baru melaksanakan 55,56% Indonesia Nomor 58 tahun
pelayanan farmasi klinis dari 11 2014 tentang Standar
aspek yang diatur dalam Permenkes Pelayanan Kefarmasian di
Nomor 72 Tahun 2016. Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat Bina
farmasi klinis yang baru Farmasi Komunikasi dan
dilaksanakan yaitu pengkajian dan Klinik, Depkes RI,
pelayanan resep, pelayanan Jakarta;2014.
informasi obat, rekonsiliasi obat,
visite dan konseling.
2. Kemenkes RI. Peraturan 7. Setiawan. E , Slyvi. I ,Bobby.
Menteri Kesehatan Republik P ,dan Susilo.Persepsi dan
Indonesia Nomor 72 Kecenderungan Keterlibatan
Pelayanan Kefarmasian di Apoteker diApotek pada
Rumah Sakit, Direktorat Bina Proses Rekonsiliasi Obat.
Farmasi Komunikasi dan Jurnal Sains Farmasi
Klinik. Depkes RI, Jakarta; Klinis.Vol2(1).91-98.2015.
2014.

3. Departemen Kesehatan 8. Turnodiharjo,Marlina.A,Haki


RI.Peraturan Pemerintah No. m, Lukman,
51 tahun 2009, tentang Katikawatiningsih, Dewi.
Pekerjaan Kefarmasian. Pengaruh Pendampingan
Depkes RI; Jakarta;2009. Apoteker saat Visite Dokter
terhadap Kesalahan
4. Nungki A.W, Hidayah k, Ika Peresepan di Ruang
G.H, Marwiani A., Adiva Perawatan Intensif.Jurnal
T.A. Evaluasi Pelaksanaan Farmasi Klinis
Standar Pelayanan Minimal Indonesia.Vol5(3).160-
(SPM) Farmasi Kategori 168.2016.
Lama Waktu Tunggu
Pelayanan Resep Pasien 9. Machfoedz, Ircham.
Rawat Jalan diRSUD Kota Metodologi Penelitian.
Salatiga. 2016;Vol4(1):20-25. Penerbit Fitramaya;
Yogyakarta; 2008.
5. Keputusan Menteri
Kesehatan No.129 Tentang
10. http://RSUDSintang.com.
Standar Pelayanan Minimal
Diakses Januari 2019.
Rumah Sakit. 2008.

6. Nurjanah F, Meramis F.R.R 11. Kemenkes RI. Peraturan


dan Engkeng S. Hubungan Menteri Kesehatan Republik
Antara Waktu Tunggu Indonesia Nomor 56 tahun
Pelayanan Resep Dengan 2014 tentang Klasifikasi dan
Kepuasaan Pasien diApotek Perizinan Rumah Sakit.
Pelengkap Kimia Farma BLU Direktorat Bina Farmasi
prof. Dr.R.D. Kandau Komunikasi dan Klinik,
Manado.2016;Vol5(1):362- Depkes RI, Jakarta;2014.
370.
12. Erika Hidayanti. Gambaran
Pelaksanaan Pelayanan
Farmasi Klinik Di Rumah
Sakit X Tahun 2017.[skripsi]
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta:2017.

13. Siregar, C.J.P., dan Amalia,


L. Farmasi Rumah Sakit dan
Teori dan Praktek.
EGC;Jakarta;2004.

14. American Society of Health-


Syestem Pharmacist. ASHP
guidelines on a standardized
method of pharmaceutical
care. Am J Hosp Pharm
1996;53:1713-1716.

15. Usman, Elly. Pemakaian


Obat Dengan Margin of
safety yang sempit
Seharusnya Memerlukan
Therapy Drug Monitoring .
Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas
Andala;Padang;2007.

Anda mungkin juga menyukai