Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI SKATEK 045
LANUD ROESMIN NOERJADIN

DI SUSUN OLEH :

ALI MUGAM

KELAS XII

T
“Air frame and power plant”

SMK MULTI MEKANIK MASMUR

PEKANBARU

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : ALAT BANTU NAVIGASI

NAMA : AL MUGAM

NIS/NISN :

JURUSAN : TEKNIK PESAWAT TERBANG

SEKOLAH : SMK MULTI MEKANIK MASMUR

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH


KEPALA JURUSAN, PEMBIMBING LAPORAN

MAYOR DEMSON

MENGETAHUI
Kepala sekolah PIMPINAN PERUSAHAAN

Mul mekanik masmur SKATEK 045

YOHANDRA JAMAL ,S.Pd.


NIP. 197702052008011013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadiran TUHAN YANG MAHA ESA yang telah
memberikan bimbingan, rahmat, dan perlindungan sehingga Laporan hasil praktek kerja industri
ini di SKATEK 045, Kami berharap dapat menjadi jenis laporan pelengkap dan dapat menambah
wawasan ilmu mengenai perkembangan teknologi dalam dunia penerbangan pada saat ini , yang
dilaksanakan pada 20 Agustus 2021 s/d 13 November . Kami menyadari dalam penulisan ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan laporan ini

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Praktek kerja lapangan, diantaranya
Sistem Navigasi (Navigation System) Pada Bandar
Udara

I. Sistem Navigasi (Navigation System)

Navigasi berasal dari bahasa latin navis dan agere. Navis diartikan kapal,


dan agere diartikan sebagai pekerjaan memindahkan atau menjalankan. Dengan itu
navigasi pada umumnya diartikan sebagai "pengetahuan sekaligus seni
memindahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, sesuai rencana"
(disarikan dari beberapa ensiklopedia)

Dari definisi tersebut diatas, didapat pemahaman bahwa pengetahuan


navigasi merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni tentang kegiatan
memindahkan kapal (dengan berbagai aspek yang terkait di dalamnya) dari
pelabuhan laut satu ke pelabuhan laut yang lain, yang ada di muka bumi.

Pengetahuan kemudian membagi kegiatan navigasi menjadi setidaknya tiga


matra utama, yaitu:

 Navigasi laut (sea navigation)


 Navigasi darat (ground navigation)
 Navigasi udara / penerbangan (Air navigation)

Dalam UU no 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, disebutkan bahwa :


"Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu
titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya
dan/atau rintangan penerbangan." Dengan demikian, ada beberapa unsur
pengetahuan yang harus dipahami ketika akan mempelajari Navigasi Udara, yaitu :

 Pesawat Udara, sebagai sarana untuk kegiatan penerbangan


 Lokasi / posisi di muka bumi, sebagai tempat dimana kegiatan
penerbangan dilakukan.
 Perencanaan Penerbangan (Flight planning) sebagai safety
culture yang dikembangkan oleh masyarakat penerbangan, agar
kegiatan penerbangan dapat berlangsung dengan selamat, lancar,
efektif dan efisien.

Dalam melakukan kegiatan navigasinya, seorang penerbang (pilot) pada


umumnya melakukan dengan cara :

 Pilotage Navigation, dengan cara ini seorang pilot melakukan


kegiatan navigasi penerbangannya dengan mengandalkan kemampuan
mata (visual). Misalkan mereka terbang dari Jakarta ke Surabaya,
maka sepanjang jalur penerbangan, sepanjang kegiatan antara Jakarta
- Surabaya yang dilakukannya, sang pilot harus mengandalkan
kemampuan matanya sendiri (visual) untuk mengetahui posisinya,
menghindari bahaya / rintangan di sepanjang jalan, dan lain-lain
sampai mendarat di Surabaya.

Pilotage Navigation
 Radio / Instrument Navigation, dengan cara ini seorang pilot
melakukan kegiatan navigasi penerbangannya dengan bantuan radio
instrument navigasi (navigational radio aids) yang ada di sepanjang
jalur penerbangannya, maupun yang ada di ruang pemanduan lalu
lintas penerbangan (ruang control ATC). Misalkan pesawat terbang
dari Jakarta ke Surabaya, maka sepanjang jalur penerbangan,
sepanjang kegiatan antara Jakarta - Surabaya yang dilakukannya, sang
pilot akan mendapat bantuan dari ATC yang memanfaatkan radar,
serta alat bantu navigasi lainnya yang dipasang di sepanjang jalur,
yang dengan itu akan membantu pilot untuk mengetahui posisinya,
menghindari bahaya / rintangan di sepanjang jalan, dan lain-lain
sampai mendarat di Surabaya.

Radio Navigation

 Dead Reckoning Navigation adalah cara navigasi dengan menghitung


diatas kertas berbagai hal (termasuk estimasi lama terbang, lintasan
yang akan dilalui, kebutuhan bahan bakar, dll) sehingga pilot seolah-
olah telah mengetahui dengan baik kondisi yang akan dijalaninya.
Dead Reckoning Navigation

Alat-alat bantu terhadap navigasi areal secara garis besar dapat digolongkan
ke dalam dua kelompok, alat-alat bantu eksternal, yaitu yang terletak di darat dan
internal, yang dipasang di dalam kokpit pesawat terbang.

Beberapa alat bantu terutama diperlukan untuk penerbangan di atas samudra,


alat-alat bantu lainnya hanya dapat digunakan untuk penerbangan dia atas daratan,
dan terdapat alat-alat bantu yang dapat digunakan baik untuk penerbangan di atas
daratan maupun di atas air.

Beberapa alat bantu hanya digunakan untuk bagian perjalanan, dan yang
lainnya diperlukan di daerah terminal atau di dekat bandar udara.

Peralatan Sistem Navigasi Penerbangan

 Air Traffic Controller (ATC)

ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller merupakan pengatur
lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama
lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation,
ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot
dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang
dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information,
navigation information, dll).

Air Traffic Controller

 Jangkauan Berfrekuensi Sangat Tinggi / VOR Station (Very-high-


frequency Omnidirectional Range) Station

Kemajuan di bidang radio dan elektronika selama dan setelah perang dunia
II mengakibatkan adanya pemasangan dari stasiun-stasiun VOR Station (Very-
high-frequency Omnidirectional Range Station). Stasiun-stasiun tersebut
mengirimkan sinyal radio ke segala penjuru. Setiap sinyal dapat dianggap sebagai
rute, yang disebut radial, yang dapat diikuti oleh pesawat terbang.

Stasiun pemancar VOR adalah suatu bangunan persegi yang kecil yang
memancarkan sinyal radio yang frekuensinya persis di atas frekuensi yang
dipancarkan stasiun-stasiun radio FM.

Frekuensi sangat tinggi yang penggunaannya benar-benar bebas dari


gangguan listrik statis. Alat penerima VOR dalam kokpit pesawat mempunyai
tombol penyetel untuk memutar frekuensi VOR yang dikehendaki. Penerbang
dapat memiliki radial atau rute VOR yang mereka kehendaki untuk mengikuti
stasiun VOR. Di dalam kokpit juga terdapat alat penunjuk penyimpangan posisi
(PDI) yang menunjukkan hidung pesawat relatif terhadap arah dari radial yang
dikehendaki dan apakah pesawat terbang terletak di kiri atau kanan dari radial.

Stasiun Pemancar VOR (Very-high-frequency Omnidirectional Range)

Alat Pengukur Jarak / DME (Distance-Measuring Equipment)

Alat ini telah dipasang hampir di semua stasiun VOR. Alat ini menunjukkan
kepada penerbang, jarak udara antara pesawat terbangnya dan suatu stasiun VOR
tertentu. Sebagai penggabungan antara kebutuhan-kebutuhan sipil dan militer FFA
(Federal Aviation Administration) mengganti sebagian DME dari fasilitas VOR
dengan komponen alat pengukur jarak TACAN (Tactical air navigation / navigasi
udara taktis). Stasiun –stasiun tersebut dikenal sebagai VOR-DMET. Apabila
sebuah stasiun mempunyai peralatan TACAn lengkap, baik peralatan jarak
maupun azimut, dan juga VOR, stasiun itu ditetapkan sebagai VORTAC.
DME (Distance-Measuring Equipment)

 Radar Pengawasan Jalur Udara

Sebenarnya radar bukanlah alat bantu untuk navigasi. Fungsi utamanya


adalah memberikan letak dari setiap pesawat terbang melalui peraga visual kepada
para pengendali lalu lintas udara sehingga mereka dapat mengatur jarak-jarak di
antara pesawat tersebut dan menyelanginya apabila perlu. Meskipun demikian,
radar dapat digunakan oleh para pengendali lalu lintas udara untuk menuntun
pesawat terbang apabila diperlukan.

Radar Pengawasan Jalur Udara


 Sistem Pendaratan dengan Instrumen / Instrument Landing System
(ILS)

Metode yang paling banyak digunakan adalah sistem pendaratan dengan


instrumen (Instrument landing system / ILS). Sistem ini terdiri dari dua pemancar
radio yang terletak di bandar udara yang bersangkutan, yang satu disebut penentu
letak (localizer) dan yang lain disebut kemiringan luncur (glide slope). Penentu
letak memberikan petunjuk kepada penerbang, apakah mereka berada di kiri atau
di kanan jalur yang tepat untuk pendaratan di landasan pacu. Kemiringan luncur
menunjukkan sudut luncur di bawah, tepat menuju landasan pacu (sekitar 20 – 30).

Fungsi dari penentu letak dan fasilitas kemiringan luncur dipengaruhi oleh
kedekatannya terhadap benda-benda yang bergerak, seperti gerakan kendaraan dan
pesawat terbang. Benda-benda tetap yang terletak di dekat penentu letak dan
fasilitas kemiringan luncur juga dapat mengganggu sinyal-sinyal radio.

Perubahan kemiringan yang tiba-tiba di daerah sekitar antena penentu letak


juga tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan sinyal tidak dipacarkan
dengan semestinya.

Instrument Landing System (ILS)


 Sistem Pendaratan Mikrogelombang / Microwave Landing System
(MLS)

Sistem ini memberikan jangkauan volumetrik untuk lintasan yang fleksibel


dalam pendekatan, pendaratan dan pemberangkatan dan beroperasi pada frekuensi-
frekuensi mikrogelombang.

ILS mempunyai sejumlah masalah sehingga mendorong perlunya


pengembangaan sistem-sistem pendaratan yang lebih canggih. Tidak seperti pada
ILS, yang hanya memberikan satu kemiringaan luncur, MLS memberikn sejumlah
kemiringan pada bidang horisontal. MLS dapat dipakai oleh setiap rute yang
dikehendaki sepanjang rute tersebut berada dalam suatu daerah yang bersudut 200
sampai 600 dari setiap sisi garis landasan pacu. MLS juga jauh lebih juat
dibandingkan dengan ILS.

Dari sudut pandangan perencanaan bandar udara, salah satu keunggulan


paling utama MLS ini adalah kemampuan pengurangan kebisingan yang besar
karena pesawat terbang dapat ditahan pada tempat-tempat yang lebih tinggi
sebelum meluncur turun menuju bandar udara, atau mengikuti rute-rute
menelengkung yang tidak mempengaruhi daratan sebaanyak seperti pada rute-rute
ILS.

Keunggulan lainnya adalah peniadaan keharusan bagi seluruh pesawat


terbang, besar atau kecil untuk mengikuti rute pendekatan umum menuju landasan
pacu.
Microwave Landing System (MLS)

 Radar Pendekatan Presisi / PAR (Precision Approach Radar)

Pada sejumlah bandar udara, telah dipasang alat bantu pendaratan lain, yang
dikenal sebagai radar pendekatan presisi (PAR) atau pendekatan kendali darat /
GCA (Ground Control Approach). Pada layar PAR tergambar tampak atas dan
ketinggian pesawat terbang yang sedang meluncur turun, jadi para pengendali
dapat menentukan apakah suatu pesawat terbang berada pada lintasan luncur dan
apakah pesawat itu sudah segaris dengan landasan pacu.

Namun para penerbang perusahaan penerbangan komersial hampir


seluruhnya menggunakan ILS, karena PAR terlalu tergantung pada pengendali di
menara pengendali dan tidak memberikan informasi langsung kepada penerbang.

Precision Approach Radar (PAR)


 Radar Pengawasan Bandar Udara / Airport Surveillance Radar (ASR)

Untuk memberikan gambaran menyeluruh kepada operator menara


pengendali apa yang terjadi di dalam ruang angkasa di sekitar terminal, pada
banyak bandar udara utama dipasang radar pengawasan bandar udara / ASR
(Airport Surveillance Radar). ASR ini berputar 3600 dan informasi diterima pada
sebuah layar dalam menara pengendali, titik horisontal relatif pesawat terbang
digambarkan dengan titik-titik. Titik-titik pesawat terbang yang bergerak ini
meninggalkan jejak yang bercahaya pada radar, yang menunjukkan arah gerak
pesawat terbang dan dapat menunjukkan kepesatan pesawat terbang. ASR tidak
menunjukkan atas pantulan sinyal dari kulit pesawat. Radar ini sering disebut radar
primer (Primary radar).

Airport Surveillance Radar (ASR)

 Pendeteksi Permukaan Bandar Udara / Airport Surface Detection


Equipment (ASDE)

Pada bandar udara yang ramai, para pengendali mengalami kesulitan dalam
mengatur pesawat yang sedang bergerak perlahan-lahan di landas-hubung karena
mereka tidak dapat melihat pesawat dalam kondisi penglihataan yang sangat jelek.
Suatu radar yang dirancang khusus yang disebut alat pendeteksi permukaan bandar
udara / ASDE (Airport Surface Detection Equipment) telah dikembangkan untuk
membantu pengendali dalam mengatur lalu lintas udara. Pada layar radar
tergambar landasan pacu, landas hubung dan daerah terminal.

Airport Surface Detection Equipment (ASDE)


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Latar belakang penulisan laporan ini adalah sebagai tindak lanjut nyata atau praktek kerja yang telah
dilaksanakan oleh penulis di Skatek 045 . Laporan ini berisi tentang catatan penting tentang materi yang
dapat saya pahami dan dapat saya jelaskan dan dapat di pertanggung jawabkan telah dilaksanakan di
skatek 045yang dilaksanakan antara lain :
pemeriksaan(inspeksi),perbaikan(repair),perawatan(maintenance) pelaksanaan praktek kerja lapangan
dilatar belakangi oleh beberapa ketentuan-ketentuan yaitu:

1. Menerapkan teori Pendidikan yang telah didapat


2. Menghubungkan teori yang telah diperoleh dengan hasil praktek kerja lapangan
3. Mempelajari situasi kerja sesuai dengan ilmu yang didapat
4. Membuat Analisa dan pengamatan terhadap hubungan antara teori dan kenyataan
5. Merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti UAN

1.2 Ruang Lingkup Laporan


Penulisan laporan ini hanya membahas alat bantu navigasi penerbangan. Semua kegiatan tersebut
untuk memudahkan pesawat saat di terbang udara

1.3 Maksud Dan Tujuan Penulisan Laporan


Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai catatan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
selama praktek, dimaa setiap kerja praktek dicatat dan dirangkum dengan seksama agar mendapatkan
hasil yang maksimal

Pembuatan laporan yang merupakan karya tulis adalah kewajiban bagi setiap siswa/siswi SMK
Multi Mekanik Masmur yang telah menyelesaikan praktek kerja lapangan pembuatanlaporan ini
bertujuan

 Siswa/siswi mampu memahami ,menetapkandan mengembangkan pelajaran yang didapat di


sekolah dan penerapannya di dunia kerja
 Siswa/siswi mampu mencari alternative pemecahan msalah kejuruan secara lebih luas dan
mendalam yang lengkap dari buku laporan yang dibuat
 Siswa/siswi dapat memahami cara-cra pembuatan laporan praktek kerja lapangan
 Siswa0siswi dapat mencurahkan dan menuangkan pikiran serta segenap kemampuan kedalam
tulisan
 Siswa/siswi dapat menggunakan Bahasa yang baik dan benar sesuai dengan ejaan Bahasa
Indonesia yang di sempurnakan
 Mengumpulkan data guna kepentingan sekolah dan diri sendiri
 Sebagai bukti nyata bahwa penulis telah melaksanakan praktek kerja lapangan
 Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAN
1.4 Metode dalam pengumpulan data

Dalam penyusunan laporan ini kami menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, antara lain

a) Penelitian lapangan
Merupakan suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan , antara lain
1. Observasi Lapangan
2. Tanya jawab dengan instruktur yang ada
b) Penelitian ke perpustakaan
Merupakan suatu metode pengumpulan data studi ke perpustakaan sebagai pedoman dalam
penulisan laporan sesuai dengan bidang yang diambil

1,5 Sistematika Penulisan

Dalam laporan praktek ini , penulis menyajikan laporan penulisan berdasarkan sitematika sebagai
berikut

1) BAB 1 Pendahukuan
Penulis menguraikan latar belakang praktek ,ruang lingkup, tujuan,metode, dan
pengumpulan data dari sitematika penulisan
2) BAB II Sejarah singkat Skatek 045
Skadron Teknik 045 merupakan satu satuan baru yang dibentuk oleh TNI AU di Lanud
Roesmin Nurjadin guna mendukung pemeliharaan pesawat Hawk 100/200 yang dikukuhkan
dengan Surat Keputusan Pembentukan Satuan Skadron Teknik 045 dengan nomor: Skep /
05 / III / 1996 tanggal 15 Maret 1996. Kemudian ditindaklanjuti dengan Skep / 12-PKS / V /
1996 tanggal 17 Mei 1996 tentang pengangkatan personil Skadron Teknik 045 sebanyak 90
orang. Sejak dibentuk dan diawakinya Skadron Teknik 045, telah langsung menangani
pesawat Hawk 100/200 yang datang di Lanud Roesmin Nurjadin pertama kali pada tanggal
28 Mei 1996. Disamping pekerjaan pesawat juga dilaksanakan set up shop dan kegiatan
administrasi. Meskipun belum diresmikan Skadron Teknik 045 terus membangun secara
perlahan-lahan baik pembangunan fisik, mental spiritual anggota maupun pembangunan
lingkungan. Sehingga personil Skadron Teknik 045 tetap dapat menunjukkan disiplin dan
semangat tinggi khususnya rasa persaudaraan dan kekeluargaan walaupun dengan segala
keterbatasannya.
3) BAB III Pembahasan kegiatan praktek
Penulisan menjelaskan kegiatan praktek kerja lapangan Skatek 045 yang dilaksanakan
dari tanggal 20 Agustus – 12 November 2021. Dimana pelaksanaan kerja praktek di
dahului , pengenalan lingkungan Skatek 045 selama satu hari, dengan tujuan mengetahui
peraturan yang berlaku pada limgkungan serta fungsi dan tugas bagi para siswa/siswi
praktek . Kemudian menguraikan satu per satu komponen-komponen yang telah
diperbaiki atau dibongkar
4) BAB IV Hambatan-hambatan
Penulis mengungkapan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi para siswa dalam
melaksanakan kerja praktek maupun dalam penulisan

5) BAB V Penutup
Penulisan menguraikan tentang kesimpulan akhir dari seluruh pelaksanaan kegiatan kerja
praktek, selain itu penulisan juga memberikan saran baik untuk SMK multi mekanik
masmurmaupun di Skatek 045 yang menyangkut hasil dari kegiatan kerja praktek ,
Penulis juga memberikan sebuah kata penutup sebagai kata uraian laporan kerja praktek
ini

Anda mungkin juga menyukai